030 Alya Izzaty Bika Tugas Review 3 Jurnal Bilingual

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

TUGAS BAHASA INDONESIA

REVIEW JURNAL
Nama : Alya Izzaty Bika
NIM : 20193010030
Kelas : TEM C

Jurnal 1
Judul Electrosurgery Unit Monopolar Equipped with Cutting and
Coagulation Function
Jurnal JEEMI
Volume dan Halaman Vol. 1 No. 1 dan 6
Tahun 2019
Penulis Dhany Alvianto W, Ridho Armi Nabawi, Tri Bowo Indrato, Triana
Rahmawati
Reviewer Alya Izzaty Bika (20193010030)
Tanggal 20 April 2020
Latar Belakang Electrosurgery is a medical-surgical device that utilizes the high
frequency of electric currents used to cut, thicken, and dry tissues.
The advancement in technology makes electrosurgical become
mandatory to be used during the surgical process.
Tujuan The purpose of making this tool is to damage certain body tissues by
heating the tissue.
Permasalahan This ESU tool was made by Dhesy Kusumawati in 2005 with the title
"Electric Surgery", the tool still has a disadvantage in the selection of
modes, namely only cutting. Furthermore, the tool was developed by
Much. Sufi Kurniawan in 2006 with the title "Design and
Implementation of Mini Electro Surgery Unit Based on AT89S51
Microcontroller (oscillator and electrode safety)", but this tool is not
equipped with power selection.
Sistem yang digunakan This research uses CMOS CD 4069 IC as a high-frequency generator,
MOSFET driver circuit as a type AB current amplifier, ferrite
transformer as voltage booster. Atmega 328 IC is used as a
microcontroller to regulate PWM output and power selection.
Pembahasan Overall this research can be concluded that it can be electrosurgery
unit cutting and coagulation mode with low, medium, high power
selection mode. Using a frequency generator with an output of 300
kHz. The tool can be controlled using a handpiece and footswitch.
Kelebihan This ESU was made so that during the surgical process the body's
tissue does not experience a lot of blood loss. Besides being able to
use it for surgery, it can also be used to close the tissue after surgery.
Kekurangan -
Kesimpulan The oscillator circuit can issue a frequency and the inverter circuit can
increase the desired voltage to perform a surgery and can be
controlled using footswitch and hand switch with the selection of low,
medium and high modes in each mode.
Jurnal 2
Judul Phototherapy Radiometer with AS7262 Sensor
Jurnal JEEMI
Volume dan Halaman Vol. 1 No. 1 dan 6
Tahun 2019
Penulis Ichwan Syahrul Bahtiar, Andjar Pudji , I Dewa Gede Hari Wisana
Reviewer Alya Izzaty Bika (20193010030)
Tanggal 20 April 2020
Latar Belakang Health equipment in its use to patients, both direct and indirect goals
is to save human life. Problems that are often encountered today are
equipment that has an improper output so that it will cause a less
precise diagnosis and therapeutic dose.
Tujuan The purpose of this study is to develop a low-cost and high accuracy
Phototherapy radiometer.
Permasalahan Health equipment that has been used in a certain period of time and
has never been carried out maintenance, causing a decrease in the
level of reliability of the equipment, security is not guaranteed and
the physical condition of the equipment is not controlled.
Sistem yang digunakan This study was built based on the minimum system ATMega328,
sensor AS7262, Nextion TFT display, and SD card memory module.
Pembahasan The phototherapy radiometer design has been examined and test
completely in this study. Based on the measurement of the blue light
value output, the resulted device can read the blue light value that has
a wavelength of 400-500 nm with distance 10, 20, 30, ad 40 cm.
Kelebihan This error value indicated that the phototherapy radiometer is feasible
to be the measurement value of the phototherapy device. In order the
phototherapy radiometer able to work in jaundice therapy then this
design needs a battery with high capacity.
Kekurangan The Error of blue light value between the design and Dale40 showed
the value of 0.0225±1.36 at 40cm.
Kesimpulan This study has proofed that the accuracy is feasible to be used to
measurement blue light phototherapy in real-time and the data
recording can be read from the SD card memory.
Jurnal 3
Judul Syringe Pump With Nearly Empty Indicator Based on
Microcontroller Atmega328
Jurnal JEEMI
Volume dan Halaman Vol. 1 No. 2 dan 6
Tahun 2019
Penulis Lely Erica Putri, M. Ridha Mak’ruf, Abd. Kholiq
Reviewer Alya Izzaty Bika (20193010030)
Tanggal 21 April 2020
Latar Belakang The hospital is a very complex system so it is difficult to control every
patient. For patients who need extra and intensive treatment, we need
a tool that can control the dosage of drug use volume and flowrate to
be injected.
Tujuan The purpose of this study is to facilitate the monitoring of fluid in the
syringe so that the hose is not installed continuously when the liquid
has run out.
Permasalahan In 2006 Siti Maghfiroh conducted research entitled "Syringe Pump
based on the ATmega89S51 microcontroller". The disadvantage of
this study is that it still uses 1 syringe, which is 50 ml size and uses
10 ml/hour flow rate. In 2011 Sheindy Chandra Kusumawati
conducted a study entitled "Dual Spuit Syringe Pump". The
disadvantage of this study is that the error value is still very high so
that at 5 ml volume it cannot be used. In 2013 Meinar Dwi Anggraeni
conducted research entitled "Portable Syringe Pump". The
disadvantage of this study is that battery life lasts only 1 hour. In 2018
Faizatul Rosyidah conducted a study entitled "Monitoring of Drip
Infuse Pump and Syringe Pump". The disadvantage of this study is
the absence of additional boluses and safety indicators in patients.
Sistem yang digunakan This study uses a stepper motor to drive fluid in the syringe and
optocoupler sensor to calculate motor rotation. The components used
include Atmega328 as a microcontroller and a 4 x 16 LCD as a
display.
Pembahasan The difference in the selection of flowrate can affect the frequency
and period of the microcontroller output signal which can be seen
through an oscilloscope. Errors can be caused because the mechanical
motor used is less stable, the voltage at the supply decreases and the
reading resolution is high.
Kelebihan On ECRI's provisions about the maximum permissible errors in the
syringe pump which is equal to 5%, so the syringe pump module is
equipped with nearly empty microcontroller ATmega 328 worthy of
use.
Kekurangan -
Kesimpulan This module can be used according to its function.
TUGAS BAHASA INDONESIA
REVIEW JURNAL
Nama : Alya Izzaty Bika
NIM : 20193010030
Kelas : TEM C

Jurnal 1
Judul Unite Bedah Listrik Monopolar yang Dilengkapi dengan Fungsi
Pemotongan dan Koagulasi
Jurnal JEEMI
Volume dan Halaman Vol. 1 No. 1 dan 6
Tahun 2019
Penulis Dhany Alvianto W, Ridho Armi Nabawi, Tri Bowo Indrato, Triana
Rahmawati
Reviewer Alya Izzaty Bika (20193010030)
Tanggal 20 April 2020
Latar Belakang Unit bedah listrik (electrosurgery unit/ESU) merupakan sebuah
perangkat operasi medis yang memanfaatkan arus listrik berfrekuensi
tinggi untuk memotong, menebalkan, dan mengeringkan jaringan.
Kemajuan di bidang teknologi ini dapat membuat unit bedah listrik
menjadi alat yang wajib digunakan selama proses operasi.
Tujuan Tujuan pembuatan alat ini adalah untuk merusak jaringan tubuh
tertentu dengan memanaskan jaringannya.
Permasalahan Alat ESU ini pernah dibuat oleh Dhesy Kusumawati pada tahun 2005
dengan judul “Electric Surgery” (Operasi Listrik), yang mana pada alat ini
masih terdapat kekurangan pada pilihan modenya, yaitu hanya
pemotongan. Kemudian, alat ini juga pernah dikembangkan oleh Much.
Sufi Kurniawan pada tahun 2006 dengan judul “Design and
Implementation of Mini Electro Surgery Unit Based on AT89S51
Microcontroller (oscillator and electrode safety)” (Desain dan
Implementasi Unit Bedah Listrik Mini Berdasarkan Mikrokontroler
AT89S51 (osilator dan pengaman elektroda)), tetapi alat ini tidak
dilengkapi dengan pilihan daya.
Sistem yang digunakan Penelitian ini menggunakan CMOS CD 4069 sebagai generator
berfrekuensi tinggi, rangkaian driver MOSFET sebagai penguat arus
tipe AB, transformator ferrite sebagai penguat tegangan. ATMega328
digunakan sebagai mikrokontroler untuk meregulasi output PWM
dan pilihan daya.
Pembahasan Secara keseuruhan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa alat unit
bedah listrik ini dapat digunakan untuk mode pemotongan dan
koagulasi dengan pilihan daya low, medium, dan high, dengan
menggunakan generator frekuensi beroutput 300K Hz. Alat ini dapat
dikontrol menggunakan alat genggam dan kendali kaki (footswitch).
Kelebihan ESU ini dibuat dengan harapan ketika proses operasi pada jangan
tubuh tidak mengeluarkan banyak darah. Selain dapat digunakan
untuk operasi, alat ini juga dapat digunakan untuk menutup jaringan
setelah operasi.
Kekurangan -
Kesimpulan Rangkaian osilator dapat mengeluarkan frekuensi dan rangakaian
pembalik dapat meningkatkan tegangan yang diinginkan untuk
melakukan operasi dan dapat dikontrol menggunakan alat gengam
dan kendali kaki (footswitch) dengan pilihan low, medium, dan high
pada setiap modenya.
Jurnal 2
Judul Phototherapy Radiometer dengan Sensor AS7262
Jurnal JEEMI
Volume dan Halaman Vol. 1 No. 1 dan 6
Tahun 2019
Penulis Ichwan Syahrul Bahtiar, Andjar Pudji , I Dewa Gede Hari Wisana
Reviewer Alya Izzaty Bika (20193010030)
Tanggal 20 April 2020
Latar Belakang Alat kesehatan yang digunakan pada pasien, baik dengan tujuan
langsung maupun tidak bertujuan menyelamatkan nyawa seseorang.
Masalah yang sering ditemui sekarang ini adalah alat yang
mempunyai output salah sehingga dapat menyebabkan kurang
akuratnya diagnosis dan dosis terapi.
Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan phototeherapy
radiometer dengan biaya rendah dan akurasi tinggi.
Permasalahan Alat kesehatan yang sudah digunakan pada jangka waktu tertentu dan
tidak pernah dibawa perawatan, menyebabkan menurunnya level
keandalan alat, keamanan yang tidak menjamin, dan kondisi fisik alat
yang tidak terkontrol.
Sistem yang digunakan Penelitian ini menggunakan sistem minimum ATMega328, sensor
AS7262, layar TFT Nextion, dan modul SD card memory.
Pembahasan Desain phototherapy radiometer sudah diuji dengan lengkap pada
penelitian ini. Berdasarkan pengukuran nilai output cahaya biru, alat
yang dihasilkan dapat membaca nilai cahaya biru dengan panjang
gelombang antara 400-500nm pada jarak 10, 20, 30, dan 40 cm.
Kelebihan Nilai eror yang terindikasi pada phototherapy radiometer ini masih
layak untuk dijadikan nilai ukur alat phototherapy. Supaya
phototherapy radiometer ini dapat bekerja pada terapi penyakit
kuning, dibutuhkan baterai dengan kapasitas besar.
Kekurangan Nilai eror cahaya biru antara desain dan Dale40 menunjukkan antara
0,0225±1,36 pada 40 cm.
Kesimpulan Penelitian ini sudah terbukti dengan akurasi yang layak digunakan
untuk pengukuran cahaya biru phototherapy pada real-time dan data
tercatat dapat dibaca dari SD card memory.
Jurnal 3
Judul Pompa Jarum Suntik Dengan Indikator Hampir Kosong Berdasarkan
Mikrokontroler Atmega328
Jurnal JEEMI
Volume dan Halaman Vol. 1 No. 2 dan 6
Tahun 2019
Penulis Lely Erica Putri, M. Ridha Mak’ruf, Abd. Kholiq
Reviewer Alya Izzaty Bika (20193010030)
Tanggal 21 April 2020
Latar Belakang Rumah sakit adalah sistem yang sangat kompleks sehingga sulit
untuk mengendalikan setiap pasien. Untuk pasien yang membutuhkan
perawatan ekstra dan intensif, kita memerlukan alat yang dapat
mengontrol dosis volume penggunaan obat dan laju aliran yang akan
disuntikkan.
Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memudahkan pemantauan
cairan di dalam jarum suntik sehingga selang tidak dipasang terus
menerus ketika cairan sudah habis.
Permasalahan Pada tahun 2006 Siti Maghfiroh melakukan penelitian berjudul
"Syringe Pump berbasis mikrokontroler ATmega89S51". Kerugian
dari penelitian ini adalah masih menggunakan 1 jarum suntik, yaitu
ukuran 50 ml dan menggunakan laju aliran 10 ml / jam. Pada 2011
Sheindy Chandra Kusumawati melakukan penelitian berjudul "Dual
Spuit Syringe Pump". Kerugian dari penelitian ini adalah bahwa nilai
kesalahan masih sangat tinggi sehingga pada volume 5 ml tidak dapat
digunakan. Pada 2013 Meinar Dwi Anggraeni melakukan penelitian
berjudul "Portable Syringe Pump". Kerugian dari penelitian ini
adalah bahwa usia baterai hanya berlangsung 1 jam. Pada tahun 2018
Faizatul Rosyidah melakukan penelitian berjudul "Pemantauan
Pompa Infus Tetes dan Pompa Jarum Suntik". Kerugian dari
penelitian ini adalah tidak adanya bolus tambahan dan indikator
keamanan pada pasien.
Sistem yang digunakan Penelitian ini menggunakan motor stepper untuk menggerakkan
fluida dalam jarum suntik dan sensor optocoupler untuk menghitung
putaran motor. Komponen yang digunakan termasuk Atmega328
sebagai mikrokontroler dan LCD 4 x 16 sebagai tampilan.
Pembahasan Perbedaan dalam pemilihan laju aliran dapat mempengaruhi
frekuensi dan periode sinyal keluaran mikrokontroler yang dapat
dilihat melalui osiloskop. Kesalahan dapat disebabkan karena motor
mekanik yang digunakan kurang stabil, tegangan pada pasokan
berkurang dan resolusi pembacaan tinggi.
Kelebihan Pada ketentuan ECRI tentang kesalahan maksimum yang diizinkan
dalam pompa jarum suntik sama dengan 5%, sehingga modul pompa
jarum suntik dilengkapi dengan mikrokontroler ATmega328 yang
hampir kosong, layak untuk digunakan.
Kekurangan -
Kesimpulan Modul ini dapat digunakan sesuai fungsinya.

You might also like