TASK 8

COUNSELING LABORATORY TECHNIQUES

“INTERPRETATION, CONFRONTATION AND SILENCE TECHNIQUES”

Lecturer:
Prof. Dr. Herman Nirwana, M.Pd., Kons.
Prof. Ifdil, S.HI., S.Pd., M.Pd., Ph.D., Kons.
Febri Wandha Putra, S.Pd., M.Pd.
Nilma Zola, S.Pd., M.Pd.
Rima Pratiwi Fadli, S.Pd., M.Pd.

By:
Dhiya Awliya Nasution
22006061

DEPARTMENT OF GUIDANCE AND COUNSELING

FACULTY OF SCIENCE EDUCATION

PADANG STATE UNIVERSITY

2024
 INTERPRETATION, CONFRONTATION AND SILENCE TECHNIQUES

A. Interpretation
Interpretation is a skill/technique used by a counselor which means or
because the client's behavior is interpreted/suspected and understood by
communicating it to the client. Apart from that, in interpretation the counselor
explores the meaning and meaning behind the client's words or behind the
deeds/actions he has described. Interpretation, which is in the form of the
counselor's efforts to review the client's thoughts, feelings and
behavior/experiences by referring to theories, is called an interpretation technique.
So, it is clear that the subjective characteristics of the counselor do not include
interpretation. The main aim of this technique is to provide references, views or
client behavior, so that they understand and change through understanding and the
results of these new references (Riyadi, 2012). According to Sofyan (2009),
interpretation is that the counselor reviews or interprets the client's thoughts,
feelings and experiences objectively, scientifically and on the basis of theories.
According to Endang & Kusmaryani (2010), interpretation is the skill of
translating the life events of the client, so that they can focus on problems in a
newer and deeper way. Interpretive responses can be defined in several ways and
can vary to some degree according to the perspective, theoretical orientation used
by the counselor to determine the difficulties experienced by the client.
The counselor's interpretation is not just about clarifying the thoughts and
feelings expressed by the client. but more than that, namely the counselor adds
something to the things that have been expressed, but the client is not yet aware
of. The counselor recognizes and gives meaning behind the words, feelings or
actions that the client has done. Several literatures reveal the client's experience
regarding impressions during counseling and the counselor's psychological
understanding shows the motives that underlie the client's behavior as well as the
 needs that are the basis of these motives. Based on the counselor's interpretation,
clients can understand themselves better, and ultimately can consider the
counselor's interpretation to make decisions. Therefore, interpreting must be done
carefully and on time. Interpretation should be carried out after the counselor truly
understands the client's problems and needs, especially in overcoming the
problems faced by the client. In the end, the counselor's interpretation can be used
by the client to make decisions in overcoming problems.
B. Confrontation
Confrontation is a technique in counseling that is used to show that there is
a discrepancy between two statements made by the client, between verbal and non-
verbal expressions or between the client's words and actions. Confrontation is also
one of the counselor's responses that is very helpful for clients. According to
Gunawan & Dwiyanto (2018), the confrontation technique is carried out by
confronting the client with a reality that the client is not aware of or does not want
to accept. The counselor asks truth-telling questions and provides information that
helps the client identify the problem. Confrontation means contrasting two
different things, often the client does not realize that there are various
contradictions within himself, whether it is related to his words, behavior and
attitude. Confrontation will help the counselee to realize and face various thoughts,
feelings and realities that occur to him, which he wants to hide or deny. If delivered
correctly, confrontation allows the counselor to convey two double messages to
the client (opposite messages) without causing the client's anger and defensiveness
towards the counselor. Taufik & Yeni (2012: 95), things that must be considered
in confrontation are:
1. There is a gap expressed by the client.
2. The counselor has a deep understanding of the client between counselor and
client.
3. Relieve tension in the client's mind.
 4. Delivered in language that is short, precise, clear and easy for the client to
understand
C. Silence Techniques
In counseling, the presence of an atmosphere of silence means that the
counselor gives the client the opportunity to think, feel, understand, appreciate and
process the atmosphere that occurs, especially within the client. People who are
silent can mean they are confused, they could also be thinking about something.
In the counseling process it can happen that the client and counselor are both silent.
This situation can occur, for example, after the counselor has confronted the client.
The silence that will be discussed here is the moment of silence between the client
or counselor during the counseling process. In counseling, the presence of an
atmosphere of silence means that the counselor gives the client the opportunity to
think, feel, understand, appreciate and process the atmosphere that is occurring,
especially within the client. If the counselor can accept this atmosphere of silence,
it will show the client that he is given the right to determine the course of
counseling. For clients, this situation can create a sense of self-confidence, provide
free opportunities, organize thoughts and calm themselves. Meanwhile, for
counselors, silence can provide an opportunity to think further. Facing a client who
is silent like this, the counselor is actually silent for a moment to give the client a
chance to think about what to do next. The presence of silence on the part of the
counselor has benefits for the counseling process, namely: encouraging the
counselee to speak, helping the counselee to understand himself better, after being
silent the counselee can follow expressions that make the counselee think and arise
with a deep insight, and reduce the speed of the interview (Mahmud & Sunarty,
2012).
 TEKNIK INTERPRETASI, KONFRONTASI, DAN SUASANA DIAM

A. Teknik Interpretasi
Interpretasi adalah keterampilan/teknik yang digunakan oleh konselor
dimana berarti atau karena tingkah laku klien ditafsirkan/diduga dan dimengerti
dengan dikomunikasikan pada klien. Selain itu dalam interpretasi konselor
menggali arti dan makna yang terdapat dibelakang kata-kata klien atau dibelakang
perbuatan/tindakan yang telah diceritakannya. Interpretasi, yakni berupa upaya
konselor untuk mengulas pemikiran, perasaan, dan perilaku/pengalaman klien
dengan merujuk pada teori-teori, dinamakan teknik interpretasi. Jadi, jelas bahwa
sifat-sifat subjektif konselor tidak termasuk interpretasi. Tujuan utama tehnik ini
adalah memberikan rujukan, pandangan atau perilaku klien, agar mengerti dan
berubah melalui pemahaman dan hasil dari rujukan baru tersebut (Riyadi, 2012).
Menurut Sofyan (2009) interpretasi yaitu konselor mengulas atau menafsirkan
pemikiran, persaan dan pengalaman klien secara obyektif, ilmiah dan atas dasar
teori-teori. Menurut Endang & Kusmaryani (2010) mendefinisikan interpretasi
yaitu keterampilan menerjemahkan tentang peristiwa kehidupan konseli, sehingga
dapat memfokuskan masalah dalam cara yang lebih baru dan lebih mendalam.
Respon interpretasi dapat didefinisikan dalam beberapa cara dan dapat bervariasi
untuk beberapa tingkat menurut perspektif,orientasi teoretis yang digunakan oleh
konselor untuk menetapkan kesulitan-kesulitan yang dialami klien.
Penafsiran konselor bukan hanya sekedar memperjelas pikiran dan perasaan
yang diungkapkan klien. tetapi lebih dari itu, yaitu konselor menambahkan sesuatu
kepada hal-hal yang telah diungkapkan, tetapi belum disadari klien. konselor
mengenali dan memberi arti dibalik katakata, perasaan atau perbuatan yang telah
dilakukan klien. Beberapa literatur mengemukakan pengalaman klien tentang
kesan kesan selama konseling dan pemahaman psikologis konselor menunjukkan
motif motif yang mendasari timhkah laku klien serta kebutuhan-kebutuhan yang
 yang menjadi pangkal motif-motif tersebut. Berdasarkan penafsiran konselor,
klien dapat lebih memahami diri, dan akhirnya dapat mempertimbangkan
penafsiran konselor untuk mengambil keputusan. Oleh karena itu melakukan
penafsiran haruslah hati-hati dan tepat waktu. Penafsiran hendaknya dilakukan
setelah konselor benar- benar memahami masalah dan kebutuhan klien, terutama
dalam mengatasi masalah yang dihadapi klien. Pada akhirnya penafsiran konselor
dapat digunakan klien untuk mengambil keputusan dalam mengatasi masalah
B. Konfrontasi
Konfrontasi merupakan teknik dalam konseling yang digunakan untuk
menunjukkan adanya ketidaksesuaian/ketidak cocokan antara dua pernyataan yang
dikatakan klien, antara ungkapan verbal dan non-verbal atau antara kata-kata dan
tindakan klien. Konfrontasi juga merupakan salah satu respon konselor yang
sangat membantu konseli. Menurut Gunawan & Dwiyanto (2018), teknik
konfrontasi dilakukan dengan cara menghadapkan klien pada kenyataan yang tidak
disadarinya atau tidak ingin diterima oleh klien. Konselor mengajukan pertanyaan
yang bersifat mengungkapkan kebenaran dan memberikan informasi yang
membantu klien mengenali masalahnya. Konfrontasi maksudnya ialah
mempertentangkan dua hal yang berbeda seringkali klien tidak menyadari ada
berbagai pertentangan dalam dirinya baik itu menyangkut dengan perkataannya,
perilakunya dan sikapnya. Konfrontasi akan membantu konseli untuk menyadari
dan menghadapi berbagai pikiran, perasaan dan kenyataan yang terjadi pada
dirinya, yang ingin disembunyikan atau diingkarinya. Jika disampaikan secara
tepat, konfrontasi memungkinkan konselor mengemukakan dua pesan ganda
konseli (pesan yang berlawanan) tanpa menimbulkan kemarahan dan sikap
bertahan konseli terhadap konselor. Taufik & Yeni (2017), hal yang harus
diperhatikan dalam konfrontasi ialah:
1. Adanya kesenjangan yang diungkapkan klien.
2. Konselor telah memahami klien secara mendalam antara konselor dan klien.
3. Meredakan ketegangan pada batin klien.
 4. Disampaikan dalam bahasa yang singkat, tepat, jelas dan mudah dipahami oleh
klien.
C. Suasana Diam
Dalam konseling adanya suasana diam memberi arti bahwa konselor
memberi kesempatan pada klien untuk memikirkan, merasakan, memahami,
menghayati, dan memproses suasana yang terjadi terutama dalam diri klien. Orang
yang diam bisa berarti sedang mengalami kebingungan, bisa juga sedang
memikirkan sesuatu. Dalam proses konseling dapat terjadi bahwa klien dan
konselor sama-sama terdiam. Keadaan ini dapat terjadi misalnya setelah konselor
melakukan konforntasi pada klien. Suasana diam yang akan dibahas di sini adalah
diamnya sejenak klien ataupun konselor dalam proses konseling. Dalam konseling
adanya suasana diam memberi arti bahwa konselor memberi kesempatan kepada
klien untuk memikirkan, merasakan, memahami, menghayati dan memproses
suasana yang terjadi,terutama dalam diri klien. Jika konselor dapat menerima
adanya suasana diam ini akan memperlihatkan kepada klien bahwa dia diberi hak
untuk menentukan jalannya konseling. Bagi klien keadaan ini dapat menimbulkan
rasa percaya diri, memberikan kesempatan berlebih secara leluasa, mengatur
pikiran dan menenangkan diri. Sedangkan bagi konselor suasana diam dapat
memberi kesempatan untuk berfikir lebih lanjut. Menghadapi klien diam seperti
ini, konselor pun sebenarnya ikut diam sejenak untuk memberi kesempatan konseli
memikirkan hal yang akan dilakukan kemudian. Adanya keadaan diam dari pihak
konselor mempunyai manfaat bagi proses konseling, yaitu: mendorong konseli
untuk berbicara, membantu konseli untuk lebih memahami dirinya, setelah diam
konseli dapat mengikuti ekspresi yang membawa konseli berpikir dan bangkit
dengan tilikan yang mendalam, dan mengurangi kecepatan interview (Mahmud &
Sunarty, 2012).
 REFERENCES

Endang, R. & Kusmaryani. (2010). Penguasaan Keterampilan Konseling Guru

Pembimbing di Yogyakarta. Jurnal Kependidikan, 40 (2), 175-188.
Gunawan, G., & Dwiyanto, A. (2018). Konseling: Pendekatan Praktis untuk
Membantu Masalah Klien. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Riyadi, A. (2012). Dakwah Terhadap Pasien (Telaah Terhadap Model Dakwah Melalui
Sistem Layanan Bimbingan Rohani Islam di Rumah Sakit). Dalam Konseling
Religi: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 3 (2), 245-268.
Sofyan, S. W. (2009). Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta.
Taufik & Karneli, Y. (2017). Teknik dan Laboratorium Konseling. Padang: Universitas
Negeri Padang.