Kelompok 1 Pidana
Kelompok 1 Pidana
Kelompok 1 Pidana
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Hukum Pidana yang diampu ole
Disusun oleh :
1. JINGGA ALFADILLA
2. WITRI RAHMAWATI
3. DEPRIYL
4. M.AZIZ
5. INDRA RAHMAD SANTOSO
6. DEDE ADRIYANNO
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemberian pidana pada seseorang memiliki landasan yang jelas dan hal ini berhubungan
dengan masalah kriminalisasi ( criminal policy ) yang diartikan sebagai sebuah proses
penetapan perbuatan orang yang semula bukan pelaku menjadi berstatus pelaku. Substansi
yang mengarahkan seseorang menjadi seorang pelaku adalah tindakan yang dilakukannya
melanggar apa yang telah diatur dalam peraturan perundang - undangan. Hal ini selaras
dengan pernyataan Herbert L. Packer yang menjelaskan bahwa hukum pidana bergerak
secara rasional, bersandar pada tiga konsep yakni pelanggaran, kesalahan dan pidana.
Sehingga ketiga konsep tersebut pula menjadi susbtansi dasar hukum pidana nasional di
Indonesia. Selanjutnya aturan mengenai tindak pidana tertuang pula dalam Kitab
Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP) yang memiliki isitilah Strafbaarfeit serta dalam
hukum pidana mempergunakan istilah delik. Hal ini juga ditegaskan pada unsur
wederrechttelijk dalam pendapat S.R. Sianturi yang mesyaratkan dalam setiap rumusan
delik, apabila unsur wederrecttelijk tidak dinyatakan secara tegas sebagai unsur dari
delik, maka tidak
terbuktinya unsur tersebut di dalam peradilan akan menyebabkan hakim harus memutuskan
suatu ontslag van alle rechtsvervolging atau suatu “pembebasan dari segala tuntutan hukum”
Selanjutnya dari semua pendapat teoritis mengenai unsur-unsur tindak pidana, pada
hakikatnya terdapat kesamaan dari tiap pendapat. Kesamaan tersebut telihat dari adanya
unsur pembuat dan unsur perbuatan. Dari delapan unsur tindak pidana yang terdapat dalam
rumusan-rumusan tindak pidana tertentu dalam KUHP, terdapat dua unsur subjektif yang
bersifat semua unsur yang mengenai batin atau melekat pada keadaan batin orangnya, yakni
unsur kesalahan dan unsur melawan hukum. Dan selebihnya merupakan unsur objektif yang
artinya semua unsur di luar keadaan batin manusia/si pembuat, yakni semua unsur
mengenai perbuatannya, akibat perbuatan dan keadaan-keadaan tertentu yang melekat
(sekitar) pada perbuatan dan objek tindak pidana. Pada hakikatnya, keseluruhan unsur di
atas terbagi dari unsur pembuat dan unsur perbuatan. Sehingga unsur tindak pidana menurut
teoritis dan menurut Undang-Undang tetap memiliki persamaan.
3.2 Saran
Mahasiswa sebagai agent of change pilar kemajuan suatu bangsa ada di tangan
mereka. Peran mahasiswa hukum dalam kemajuan suatu bangsa pun memiliki relevansi yang
jelas. Untuk itu dalam makalah yang disusun oleh penulis ini, semoga dapat menjadi landasan
pondasi bagi seluruh mahasiswa hukum di penjuru Indonesia. Mempelajari kontraksi dari
pengertian tindak pidana serta unsur tindak pidana lebih lanjut dalam menciptakan sistem
hukum yang selaras dengan tujuan hukum menurut konsep Ius Suum Cuique Tribuere
pemberian keadilan kepada setiap orang yang menjadi haknya.
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah, Andi. 2003. Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia. PT Prandya Paramita.
Jakarta
Soekanto, Soerjono. 1988. Pokok-Pokok Sosiologi Hukum. Penerbit Rajawali Pers. Jakarta
Suhariyono AR. 2009. Penentuan Sanksi Pidana Dalam Suatu Undang-Undang. https://e-
jurnal.peraturan.go.id