Luwu Bugis
Luwu Bugis
Luwu Bugis
Ketentuan Pidana
Pasal 113
1. Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak
ekonomi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf i
untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun dan atau pidana denda paling
banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
2. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan atau tanpa izin pencipta
atau pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi
pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf c,
huruf d, huruf f, dan atau huruf h, untuk penggunaan secara
komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).
3. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan atau tanpa izin pencipta
atau pemegang hak melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta
sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b,
huruf e, dan atau huruf g, untuk penggunaan secra komesial
dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan
atau pidana denda paling banyak Rp1.ooo.000.000.00 (satu miliar
rupiah).
4. Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan atau
pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000.00 (empat miliar
rupiah).
LUWU BUGIS The Antediluvian World | iii
Kata Pengantar – v
Penulis,
Fadly Bahari
x | Fadly Bahari
LUWU BUGIS The Antediluvian World | 11
Catatan:
1. Lihat; O.W. Wolters. Kebangkitan dan Kejayaan Sriwijaya
Abad III-VII, Bab X: Pengiriman barang “Persia” (Depok:
Komunitas Bambu, 2017) hlm. 161-187
2. Ibid, hlm 161
3. Prof. Liang Liji. Dari Relasi Upeti ke Mitra Strategis: 2000
Tahun Perjalanan Hubungan Tiongkok-Indonesia (Jakarta:
Penerbit buku Kompas, 2012) Hlm. 27-29
4. E. Bretschneider. On the knowledge possessed by the ancient
Chinese of the Arabs and Arabian colonies and other Western
countries mentioned in Chinese books (London: Trübner & co,
1871) Hlm. 5
5. Ibid, hlm. 16 (catatan 1)
6. O.W. Wolters. Kebangkitan dan Kejayaan Sriwijaya Abad III-
VII, Bab X: Pengiriman barang “Persia” (Depok: Komunitas
Bambu, 2017) hlm. 162
7. Ibid
8. Ibid hlm. 182 (bagian catatan 28 bab X)
9. Ibid, hlm. 165
32 | Fadly Bahari
Catatan:
1. Ibid
2. Diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris Pada tahun 1896 M
oleh sarjana Jepang; Takakusu, dari judul aslinya;
南海寄歸內法傳 (pinyin: Nánhǎi jìguī nèifǎ zhuàn)
3. I-Tsing. A record of the Buddhist religion as practised in India
and the Malay archipelago - translated by J. Takakusu,
dengan judul; Buddhist Practices in India (Oxford, Clarendon
Press, 1896) hlm. 11. Dikutip Prof. Slamet Muljana dalam
bukunya “Sriwijaya” hlm. 49-51
4. Penjabaran makna aksara Hanzi ini dapat di lihat di alamat
situs ini: https://ctext.org/
5. Lihat O.W. Wolters. Kebangkitan dan Kejayaan Sriwijaya
Abad III-VII, Bab X: Pengiriman barang “Persia” (Depok:
Komunitas Bambu, 2017) hlm. 169
6. Adrian B. Lapian. Orang Laut, Bajak Laut, Raja Laut: Sejarah
Kawasan Laut Sulawesi Abad XIX (Depok: Komunitas Bambu,
2009), Hlm. 80
7. Mengenai kata “saba”, saya telah mengurai secara panjang
lebar dalam buku saya lainnya; Nusantara Titik Awal
Peradaban Manusia (yang segera pula akan terbit) sebagai
bentuk lain dari kata sabah, yang dalam bahasa Arab berarti
“pagi”, yang dengan berdasar pada temuan saya bahwa telah
ada suatu konsep pembagian zona waktu di masa kuno –
LUWU BUGIS The Antediluvian World | 43
Capture bagian buku Zhu Fan Zhi yang menyebut nama Lu-wu.
Catatan:
1. yang dalam bahasa Indonesia bisa berarti gunung kecil, atau
gundukan tanda yang lebih tinggi dari sekelilingnya.
2. U.S. Army Special Forces Language Visual Training Materials –
TAUSUG. Hal. 2
3. Ibid.
4. Ibid. hlm. 5
5. Shelly Errington. Meaning and Power in a Southeast Asian
Realm (New Jersey: Princeton University Press, 1989) hlm. 69
6. Ini berbeda dengan Kata “Sau” dalam bahasa tae’ yang saya
identikkan dengan pelabuhan kuno Mesir “saw” atau “sauu”.
Kata sau ini tidak menggunakan tanpa petik (diakritik).
7. Dalam kisah I La Galigo Welenreng adalah pohon yang
digunakan Sawerigading untuk membuat kapal. Pohon
tersebut diturunkan dari langit, batangnya luar biasa besar
serta hamparan daunnya teramat luas. Ketika pohon ini
ditebang, dikisahkan sebilah dahannya melayang
membumbung hingga ke jurusan Cina, tiba tepat di atas atap
istana La Tanete di negeri itu. Orang-orang terperanjat karena
102 | Fadly Bahari
Catatan:
1. Pahlavi scripts: Literatur kuno yang dilestarikan dalam
bahasa Persia tengah.
2. Dr. Jawwad Ali. Sejarah Arab sebelum Islam (Tangerang
Selatan: PT Pustaka Alvabet, 2018) hlm. 17. diterjemahkan
dari judul asli: Al-Mufashshal fi Tarikh Al-Arab Qabla Al-Islam
(1968)
3. Terkait kata “tasik” ini, saya juga menduga bahwa asal usul
dari nama Tasikmalaya sesungguhnya berasal dari kata
“tasik” yang berarti Arab, dan “malaya” yang berarti Melayu.
Istilah ini kemungkinan berasal dari fakta banyaknya
pedagang dan Muballigh keturunan Arab yang bermukim di
wilayah ini di masa lalu, serta pengungsi dari Malaka (orang
Melayu) yang sebagian diantaranya merupakan tentara
Kesultanan Malaka yang memutuskan hijrah ke tanah jawa
setelah negerinya gagal direbut kembali dari Portugis oleh
pasukan Pati Unus yang menyerang Malaka di tahun 1521.
4. Prof. Arysio Santos. Atlantis, The Lost Continental Finally
Found (Jakarta: Ufuk Press, 2010) Hlm. 166
5. Ibid. hlm. 166-167
6. Dalam tata bahasa, predikat adalah bagian kalimat yang
menandai apa yang dikatakan oleh pembicara tentang
subjek.
7. Frank Moore Cross. Canaanite Myth and Hebrew Epic - Essay
in the History of the Religion of Israel. (London: Harvard
University Press, 1973, 1997) hlm. 14
8. Ibid
9. Gerald Massey. Egyptian Wisdom and the Hebrew Genesis
(New York: Cosimo, 2008) hlm. 319
10. The Cambridge Ancient History vol. I, Part I: Prolegomena and
Prehistory. Edited by: I.E.S. Edwards F.B.A, C.J. Gadd F.B.A.,
LUWU BUGIS The Antediluvian World | 115
Catatan:
1. https://luwianstudies.org/who-are-the-luwians/
2. https://luwianstudies.org/the-sea-peoples-inscriptions-
and-excavation-results/
3. Sir George L. Campbell. Compendium of the World's
Languages, Volume 1: Abaza to Kurdish. (London: Routledge,
1991) Hlm. 82
4. https://en.wiktionary.org/wiki/tanrı ... Starostin, Sergei;
Dybo, Anna; Mudrak, Oleg (2003) Etymological dictionary of
the Altaic languages (Handbuch der Orientalistik; VIII.8),
Leiden, New York, Köln: E.J. Brill: “*t`aŋgiri”
5. Prof. Arysio Santos. Atlantis: The Lost Continent Finally
Found (Jakarta: UFUKPRESS, 2010) Hlm. 452
120 | Fadly Bahari
Catatan:
1. Tatiana R: https://voyage-madagascar.org/photos-de-
manakara/
2. Robert Dick-Read. Penjelajah Bahari: Pengaruh Peradaban
Nusantara di Afrika Diterjemahkan dari judul asli: The
Phantom Voyagers. (Bandung: Mizan Pustaka, 2008) Hlm.
154
3. Ibid, hlm. 156
4. Ibid, hlm. 153.
5. Ibid, hlm. 153-154
6. Ibid , Hlm. 146
7. Ibid, hlm. 149
8. Ibid, hlm. 351 catatan nomor 6.
9. in BMC Genomics - December 2015
(https://bmcgenomics.biomedcentral.com/articles/10.1186
/s12864-015-1394-7)
10. Bulbeck D. An integrated perspective on the Austronesian
diaspora: The switch from cereal agriculture to maritime
foraging in the colonisation of Island Southeast Asia. Aust
Archaeol. 2008;67:31–52.
11. Prof. Arysio Santos. Atlantis: The Lost Continent Finally
Found. (Jakarta: Ufuk Press, 2010) hlm. 265-266
12. Ibid, hlm. 442
13. Ibid, hlm. 249
14. Ibid, hlm. 250
15. Ibid, hlm. 251-252
16. Ibid, hlm. 252-253
130 | Fadly Bahari
Catatan:
1. Faroughy, Abbas. The Bahrein Islands (750–1951): A
Contribution to the Study of Power Politics in the Persian Gulf.
(New York: Verry, Fisher & Co., 1951).
2. https://www.bahra.eu/about/ - dalam situs ini disebutkan:
...naam Bahra, het Arabische woord voor fontein (nama Bahra,
kata Arab untuk air mancur).
3. Al-Khalifa. Bahrain Through The Ages (New York: Routledge,
2014) hlm. 252
4. Alexander David Russell. Muslim Law: An Historical
Introduction to the Law of Inheritance (New York: Routledge,
2008; 1925)
5. Irfan Shahîd. Byzantium and the Arabs in the Sixth Century
Volume 2 Part 1 (Washington, D.C.: Dumbarton Oaks, 2002)
hlm. 116
6. Kamus besar Bahasa Indonesia
7. Edward H. Schafer. The Golden Peaches of Samarkand: A Study
of T'ang Exotics. ((Berkeley: University of California Press,
1963), hlm. 46
8. O.W. Wolters. Kebangkitan dan Kejayaan Sriwijaya Abad III-VII
(Depok: Komunitas Bambu, 2017) hlm. 165
LUWU BUGIS The Antediluvian World | 141
1. Al-Quran al-Karim
2. AlKitab
3. Kamus Besar Bahasa Indonesia
4. Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto.
Sejarah Nasional Indonesia. Jilid I Zaman Prasejarah
Indonesia. Edisi Pemutakhiran (Jakarta: Balai Pustaka,
2008)
5. Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto.
Sejarah Nasional Indonesia. Jilid II Zaman Kuno. Edisi
Pemutakhiran (Jakarta: Balai Pustaka, 2008)
6. Mahsun. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi,
Metode, dan tekniknya (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2005)
7. Marsono. Morfologi Bahasa Indonesia dan Nusantara
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2011)
8. Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta:
Rineka Cipta, 2015)
9. Koentjaraningrat. Sejarah Teori Antropologi I (Jakarta: UI-
Press, 1987)
10. Koentjaraningrat. Sejarah Teori Antropologi II (Jakarta: UI-
Press, 1990)
11. George Coedes. Asia Tenggara Masa Hindu-Budha (Jakarta:
Kepustakaan Populer Gramedia, 2017)
12. R. P. Soejono Festschrift. Archaeology: Indonesian
Perspective (Jakarta: Indonesian Institute of Sciences –
LIPI, 2006)
13. Bernard H. M. Vlekke. Nusantara: Sejarah Indonesia
(Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2017)
14. N. J. Krom. Zaman Hindu (Djakarta: P. T. Pembangunan,
1956)
15. Boechari. Melacak Sejarah Indonesia Lewat Prasasti
(Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2012)
142 | Fadly Bahari