0% found this document useful (0 votes)
44 views9 pages

Resume Mooc PPPK

MOOC PPPK

Uploaded by

windy keniko
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
44 views9 pages

Resume Mooc PPPK

MOOC PPPK

Uploaded by

windy keniko
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 9

RESUME MOOC PPPK

:
Nama Peserta Windy Keniko, S.T.
:
NIP PPPK 199501272024211004
:
Jabatan Ahli Pertama Pengelola Sumber daya Air

Instansi : Balai Wilayah Sungai Sumatera I

Pada Tahun 2045 Indonesia diproyeksikan akan menjadi bangsa yang maju dan kuat
dengan istilah Indonesia Emas sehingga dapat disandingkan dengan negara maju di dunia. Dalam
menghadapi era revolusi industri 4.0 dan tantangan global lainnya dimana kita perlu cepat
beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Untuk itu, perlu ditingkatkan sumber daya manusia
khususnya ASN yang kompeten dan profesional sebagai faktor strategis dalam pelayanan publik
dan birokrasi. sebagaimana arahan presiden agar fokus pada peningkatan sumber daya manusia
dengan pembenahan yang telah dilakukan dalam proses recruitment dan dan pola pemenuhan
pengembangan kompetensi ASN. Dengan demikian, ASN menjadi aset penting dalam
mewujudkan Indonesia emas 2045. Program Pelatihan Dasar ini menjadi pondasi penting dalam
mewujudkan Smart ASN agar mampu menghadapi era disrupsi dan tantangan global yang
semakin kompleks.
AGENDA I
SIKAP PERILAKU BELA NEGARA

1. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara


Wawasan kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola
kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa dan kesadaran
terhadap sistem nasional yang bersumber dari Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan
Bhinneka Tunggal Ika guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan
negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera. Kesadaran
terhadap sistem nasional bersumber dari 4 (empat) konsesus dasar berbangsa dan
bernegara, yaitu :
a. Pancasila
b. UUD 1945
c. Bhinneka Tunggal Ika
d. Negara Kesatuan Republik Indonesia
Bendera, bahasa, lambang negara, dan lagu kebangsaan Indonesia merupakan jati diri
bangsa dan identitas NKRI. Keempat simbol tersebut menjadi cerminan kedaulatan
negara di dalam tata pergaulan dengan negara-negara lain dan menjadi cerminan
kemandirian dan eksistensi negara Indonesia yang merdeka, Bersatu, berdaulat, adil, dan
makmur.
Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik secara
perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia
dan Negara dari berbagai Ancaman.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya
Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3), nilai dasar Bela Negara meliputi :
a. cinta tanah air;
b. sadar berbangsa dan bernegara;
c. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
d. rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. kemampuan awal Bela Negara.
2. Analisis Isu Kontemporer
a. Korupsi
Secara etimologis, Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” (Fockema
Andrea: 1951) atau “corruptus” (Webster Student Dictionary: 1960). Kata
“corruptio” berasal dari kata “corrumpere”, suatu bahasa Latin yang lebih tua.
Dari Bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah “corruption, corrupt”
(Inggris), “corruption” (Perancis) dan “corruptie/ korruptie” (Belanda). Secara
harfiah korupsi mengandung arti: kebusukan, keburukan, ketidakjujuran, dapat
disuap. Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan Poerwadarminta “korupsi”
diartikan sebagai: “perbuatan yang buruk seperti: penggelapan uang, penerimaan
uang sogok, dan sebagainya”. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia “korupsi” diartikan sebagai penyelewengan atau penyalahgunaan uang
Negara (perusahaan) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.

b. Narkoba
Narkotika dan obat berbahaya, serta napza merupakan zat atau obat yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan. UU Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika membedakan
narkotika ke dalam 3 golongan, yaitu :
 Golongan I, yang ditujukan untuk ilmu pengetahuan dan bukan untuk
pengobatan dan sangat berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan.
Contoh : morfin, heroin, marijuana, serbuk kokain, dll
 Golongan II, berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan Kesehatan dan
berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan. Contoh : Morfin dan
petidin
 Golongan III, berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan Kesehatan serta
berpotensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh kodein.

c. Terorisme dan Radikalisme


Terorisme adalah perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman
kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, yang
dapat menimbulkan korban yang bersifat massal, dan/atau menimbulkan
kerusakan atau kehancuran terhadap objek vital yang strategis, Iingkungan hidup,
fasilitas publik, atau fasilitas internasional dengan motif ideologi, politik, atau
gangguan keamanan. Sedangkan Radikalisme merupakan suatu sikap yang
mendambakan perubahan secara total dan bersifat revolusioner dengan
menjungkirbalikkan nilai-nilai yang ada secara drastis lewat kekerasan (violence)
dan aksi-aksi yang ekstrem. Ciri-ciri sikap dan paham radikal adalah: tidak toleran
(tidak mau menghargai pendapat dan keyakinan orang lain); fanatik (selalu
merasa benar sendiri; menganggap orang lain salah); eksklusif (membedakan diri
dari umat umumnya); dan revolusioner (cenderung menggunakan cara kekerasan
untuk mencapai tujuan).
d. Money Laundring
Pencucian uang (money laundering) merupakan suatu perbuatan kejahatan yang
melibatkan upaya untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang
atau harta kekayaan dari hasil tindak pidana/kejahatan sehingga harta kekayaan
tersebut seolah -olah berasal dari aktivitas yang sah. Dampak negative dari
pencucian uang adalah : merongrong sektor swasta yang sah, merongrong
integritas pasar-pasar keuangan, hilangnya kendali pemerintah terhadap
kebijakan ekonomi, hilangnya pendapatan negara dari sumber pembayaran pajak,
resiko pemerintah dalam melaksanakan program privatisasi, merusak reputasi
negara, dan menimbulkan biaya sosial yang tinggi.

e. Proxy War
Proxy War adalah istilah yang merujuk pada konflik diantara dua negara, dimana
negara tersebut tidak serta-merta terlibatl angsung dalam peperangan karena
melibatkan ‘proxy’ atau kaki tangan. Perang Proksi merupakan bagian dari modus
perang asimetrik, sehingga berbeda jenis dengan perang konvensional. Perang
asimetrik bersifat irregular dan tak dibatasi oleh besaran kekuatan tempur atau
luasan daerah pertempuran .Perang proxy memanfaatkan perselisihan eksternal
atau pihak ketiga untuk menyerang kepentingan atau kepemilikan territorial
lawannya.
f. Kejahatan Mass Communication (Cyber Crime, Hate Speech, Dan Hoax)
Cyber crime merupakan bentuk kejahatan yang terjadi dan beroperasi di dunia
maya dengan menggunakan computer, jaringan computer dan internet. Beberapa
jenis cyber crime antara lain : Unauthorized Access, Illegal Contents,
Penyebaran virus, Cyber espionage, Carding, Hacking dan cracker,
Cybersquatting dan typosquatting, Cyber terrorism.
Hate Speech atau ujaran kebencian dalam bentuk provokasi, hinaan atau hasutan
yang disampaikan oleh individu ataupun kelompok di muka umum atau di ruang
public merupakan salah satu bentuk kejahatan dalam komunikasi massa.
Hoax adalah berita atau pesan yang isinya tidak dapat dipertanggung jawabkan
atau bohong atau palsu, baik dari segi sumber maupun isi yang sifatnya lebih
banyak mengadu domba kelompok-kelompok yang menjadi sasaran dengan isi
pemberitaan yang tidak benar.
3. Kesiapsiagaan Bela Negara
Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh seseorang
baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam yang
dilakukan berdasarkan kebulatan sikap dan tekad secara ikhlas dan sadar disertai kerelaan
berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap NKRI berdasarkan
Pancasila dan UUD Tahun 1945 untuk menjaga, merawat, dan menjamin kelangsungan
hidup berbangsa dan bernegara. Ruang lingkup Nilai-Nilai Dasar Bela Negara mencakup:
a. Cinta Tanah Air;
b. Kesadaran Berbangsa dan bernegara;
c. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara;
d. Rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. Memiliki kemampuan awal bela negara.
f. Semangat untuk mewujudkan negara yang berdaulat, adil dan makmur.
Apabila kegiatan kesiapsiagaan bela negara dilakukan dengan baik, maka dapat diambil
manfaatnya antara lain :
a. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturan kegiatan lain
b. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama
c. Membentuk mental dan fisik yang Tangguh
d. Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotisme
e. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok
f. Membentuk iman dan taqwa pada agama yang dianut
g. Berbakti pada orang tua, agama, dan bangsa
h. Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan kegiatan
i. Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, egois
j. Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesama.
Sesuai dengan Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur dan Reformasi Birokrasi
Nomor 20 Tahun 2021 tanggal 26 Agustus 2021 telah ditetapkan ASN branding, yakni: Bangga
Melayani Bangsa, dengan nilai-nilai dasar operasional BerAkhlak meliputi:
1. Berorientasi Pelayanan, yaitu komitmen memberikan pelayanan prima demi kepuasaan
masyarakat;
2. Akuntabel, yaitu bertanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan;
3. Kompeten, yaitu terus belajar dan mengembangkan kapabilitas;
4. Harmonis, yaitu saling peduli dan menghargai perbedaan;
5. Loyal, yaitu berdedikasi dan mengutamakan kepentingan Bangsa dan Negara;
6. Adaptif, yaitu terus berinovasi dan antuasias dalam menggerakkan serta menghadapi
perubahan; dan
7. Kolaboratif, yaitu membangun kerja sama yang sinergis.

AGENDA II
NILAI-NILAI DASAR ASN

1. Berorientasi Pelayanan
ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta sebagai perekat
dan pemersatu bangsa. Untuk menjalankan fungsi tersebut, ASN bertugas untuk:
a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan
c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pasal 34 UU Pelayanan Publik juga secara jelas mengatur mengenai bagaimana perilaku
pelaksana pelayanan publik, termasuk ASN, dalam menyelenggarakan pelayanan
publik, yaitu:
a. Adil dan tidak diskriminatif
b. Cermat
c. Santun dan ramah
d. Tegas, andal, dan tidak memberikan putusan yang berlarut larut
e. Profesional
f. Tidak mempersulit
g. Patuh pada perintah atasan yang sah dan wajar
h. Menjunjung tinggi nilai-nilai akuntabilitas dan integritas institusi penyelenggara

2. Akuntabel
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala tindak dan
tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya
kepada publik (Matsiliza dan Zonke, 2017) Amanah seorang ASN menurut SE Meneteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah
menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai dengan Core Values ASN BerAKHLAK.
Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:
a. Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat,
disiplin dan berintegritas tinggi.
b. Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien.
c. Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi

3. Kompeten
Kompetensi menurut Kamus Kompetensi Loma (1998) dan standar kompetensi dari
International Labor Organization (ILO), memiliki tiga aspek penting berkaitan dengan
perilaku kompetensi meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang diperlukan
dalam pelaksanaan pekerjaan. Kompetensi merupakan perpaduan aspek pengetahuan
(knowledge), keterampilan (skill), dan sikap (attitude) yang terindikasikan dalam
kemampuan dan perilaku seseorang sesuai tuntutan pekerjaan.
Perilaku kompeten yang dapat diterapkan oleh ASN yaitu:
a. Bekinerja yang BerAkhlak
 Setiap ASN sebagai profesional sesuai dengan kualifikasi, kompetensi, dan
kinerja.
 setiap ASN terikat dengan etika profesi sebagai pelayan publik.
 Perilaku etika profesional secara operasional tunduk pada perilaku
BerAkhlak.
b. Meningkatkan kompetensi diri
 Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu
berubah adalah keniscayaan.
 Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan Heutagogi atau
disebut juga sebagai teori “net-centric”, merupakan pengembangan
berbasis pada sumber pembelajaran utama dari Internet.
 Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan konektivitas dalam basis
online network.
 Sumber pembelajaran lain bagi ASN dapat memanfaatkan sumber keahlian
para pakar/konsultan, yang mungkin dimiliki unit kerja atau instansi
tempat ASN bekerja atau tempat lain.
 Pengetahuan juga dihasilkan oleh jejaring informal (networks), yang
mengatur diri sendiri dalam interaksi dengan pegawai dalam organisasi
dan atau luar organisasi.
c. Membantu Orang lain Belajar
 Sosialisasi dan Percakapan di ruang istirahat atau di kafetaria kantor
termasuk morning tea/coffee sering kali menjadi ajang transfer
pengetahuan.
 Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif dalam
“pasar pengetahuan” atau forum terbuka (Knowledge Fairs and Open
Forums).
 Mengambil dan mengembangkan pengetahuan yang terkandung dalam
dokumen kerja seperti laporan, presentasi, artikel, dan sebagainya dan
memasukkannya ke dalam repositori di mana ia dapat dengan mudah
disimpan dan diambil (Knowledge Repositories).
 Aktif untuk akses dan transfer Pengetahuan (Knowledge Access and
Transfer), dalam bentuk pengembangan jejaring ahli (expert network),
pendokumentasian pengalamannya/pengetahuannya, dan mencatat
pengetahuan bersumber dari refleksi pengalaman (lessons learned).
d. Melakukan kerja terbaik
 Pengetahuan menjadi karya: sejalan dengan kecenderungan setiap
organisasi, baik instansi pemerintah maupun swasta, bersifat dinamis,
hidup dan berkembang melalui berbagai perubahan lingkungan dan karya
manusia.
 Pentingnya berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknya tidak dilepaskan
dengan apa yang menjadi terpenting dalam hidup seseorang.

4. Harmonis
Harmoni (dalam bahasa Yunani: harmonia) berarti terikat secara serasi/sesuai). Dalam
bidang filsafat, harmoni adalah kerja sama antara berbagai faktor dengan sedemikian
rupa hingga faktor-faktor tersebut dapat menghasilkan suatu kesatuan yang luhur.
Sebagai contoh, seharusnya terdapat harmoni antara jiwa jasad seseorang manusia,
kalau tidak, maka belum tentu orang itu dapat disebut sebagai satu pribadi. Singkatnya
Harmoni adalah ketertiban alam dan prinsip/hukum alam semesta. Secara umum,
menurut Undang- Undang No. 5 Tahun 2014 Pasal 11 tentang ASN, tugas pegawai
ASN adalah sebagai berikut :
a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas
c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia

5. Loyal
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial” yang
artinya mutu dari sikap setia. Secara harfiah loyal berarti setia, atau suatu kesetiaan.
Loyalitas merupakan suatu hal yang bersifat emosional. Untuk bisa mendapatkan sikap
loyal seseorang, terdapat banyak faktor yang akan memengaruhinya. Beberapa Kode etik
dan Kode Perilaku ASN yang dapat diwujudkan dengan Panduan Perilaku Loyal yang
ketiga ini diantaranya:
a. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara
b. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain
yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan
c. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri
sendiri atau untuk orang lain
d. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas
tinggi.

6. Adaptif
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan hidup dan
menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang timbul. Dengan demikian
adaptasi merupakan kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan tetapi
juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri). Sejatinya tanpa
beradaptasi akan menyebabkan makhluk hidup tidak dapat mempertahankan diri dan
musnah pada akhirnya oleh perubahan lingkungan. Sehingga kemampuan adaptif
merupakan syarat penting bagi terjaminnya keberlangsungan kehidupan.
Budaya adaptif dalam pemerintahan merupakan budaya organisasi di mana ASN
memiliki kemampuan menerima perubahan, termasuk penyelarasan organisasi yang
berkelanjutan dengan lingkungannya, juga perbaikan proses internal yang
berkesinambungan. Untuk memastikan agar organisasi terus mampu memiliki
pengetahuan yang mutakhir, maka menurut Peter Senge organisasi dituntut untuk
melakukan lima disiplin, yaitu:
a. Pegawainya harus terus mengasah pengetahuannya hingga ketingkat mahir
(personal mastery);
b. Pegawainya harus terus berkomunikasi hingga memiliki persepsi yang sama
atau gelombang yang sama terhadap suatu visi atau cita-cita yang akan dicapai
bersama (shared vision);
c. Pegawainya memiliki mental model yang mencerminkan realitas yang
organisasi ingin wujudkan (mental model);
d. Pegawainya perlu selalu sinergis dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk
mewujudkan visinya (team learning);
e. Pegawainya harus selalu berpikir sistemik, tidak kaca mata kuda, atau
bermental silo (systems thinking).
7. Kolaboratif
Berkaitan dengan definisi, Dyer and Singh (1998, dalam Celik et al, 2019)
mengungkapkan bahwa kolaborasi adalah “value generated from an alliance between
two or more firms aiming to become more competitive by developing shared routines”.
Irawan (2017 : 6) mengungkapkan bahwa “Collaborative governance “sebagai sebuah
proses yang melibatkan norma bersama dan interaksi saling menguntungkan antar aktor
governance. Collaborative governance dalam artian sempit merupakan kelompok aktor
dan fungsi. Ansel dan Gash (2007:544) membangun enam kriteria penting untuk
kolaborasi yaitu:
 Forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau Lembaga
 Peserta dalam forum termasuk aktor nonstate
 Peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan bukan hanya
'‘dikonsultasikan’ oleh agensi public
 Forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif
 Forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan konsensus (bahkan jika
konsensus tidak tercapai dalam praktik)
 Fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen

Untuk mewujudkan birokrasi yang professional dalam menghadapi tantangan-tantangan,


pemerintah melalui UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara telah bertekad
untuk mengelola aparatur sipil negara menjadi semakin professional. Undang-undang ini
merupakan dasar dalam manajemen aparatur sipil negara yang bertujuan untuk membangun
aparat sipil negara yang memiliki integritas, profesional dan netral serta bebas dari intervensi
politik, juga bebas dari praktek KKN, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik yang
berkualitas bagi masyarakat.

AGENDA III
KEDUDUKAN DAN PERAN ASN DALAM NKRI

1. Smart ASN
Sesuai dengan 5 arahan presiden dalam upaya percepatan transformasi digital,
pengembangan SDM merupakan salah satu fokus Presiden. Berdasarkan petunjuk khusus
dari Presiden pada Rapat Terbatas Perencanaan Transformasi Digital, bahwa transformasi
digital di masa pandemi maupun pandemi yang akan datang akan mengubah secara
struktural cara kerja, beraktivitas, berkonsumsi, belajar, bertransaksi yang sebelumnya
luring dengan kontak fisik menjadi lebih banyak ke daring yang akan dihadapi oleh
semua lapisan masyarakat termasuk ASN.
Literasi digital sering kita anggap sebagai kecakapan menggunakan internet dan media
digital. Namun begitu, acap kali ada pandangan bahwa kecakapan penguasaan teknologi
adalah kecakapan yang paling utama. Padahal literasi digital adalah sebuah konsep dan
praktik yang bukan sekadar menitikberatkan pada kecakapan untuk menguasai teknologi.
Lebih dari itu, literasi digital juga banyak menekankan pada kecakapan pengguna media
digital dalam melakukan proses mediasi media digital yang dilakukan secara produktif
(Kurnia & Wijayanto, 2020; Kurnia & Astuti, 2017).
Populasi kaum muda yang tinggi memberikan peluang bagi bangsa Indonesia untuk terus
lebih berkembang di dunia teknologi digital, tetapi yang perlu diperhatikan adalah
penggunaan internet dalam benar sesuai dengan kecakapan yang berlandaskan dengan
Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Tantangannya ada pada kemampuan mencerna
informasi, sehingga pendidikan karakter adalah salah satu cara dalam penanaman nilai
nilai nasionalisme dan penanaman semangat kebangsaan dan pemahaman akan
kebhinekaan.

2. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
Profesional, Memiliki Nilai Dasar, Etika Profesi, Bebas dari Intervensi Politik, dan
Bersih dari praktik KKN. Kedudukan ASN berdasarkan Undang-Undang nomor 5 Tahun
2014:
a. PNS – Pegawai Negeri Sipil merupakan warga negara Indonesia yang
memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh
pejabat Pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan dan
memiliki nomor induk pegawai secara nasional.
b. PPPK – Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja merupakan warga negara
Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan
perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas
pemerintah sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah dan ketentuan
perundang-undangan.

You might also like