0% found this document useful (0 votes)
80 views12 pages

Resume BerAKHLAK

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1/ 12

AGENDA I

WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI-NILAI BELA NEGARA

Landasan Hukum: Alinea Ke-4 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945

Tujuan bagi ASN:


1. Profesionalitas;
2. Bebas dari Intervensi Publik;
3. Bersih dari Praktik Korupsi, Kolusi, Nepotisme;
4. Mampu menyelenggarakan Pelayanan Publik bagi Masyarakat;
5. ASN sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa

Indikator Keberhasilan:
Mampu memahami:
1. sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia,
2. wawasan kebangsaan,
3. 4 (empat) konsensus dasar
4. Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan Indonesia

WAWASAN KEBANGSAAN
Wawasan Kebangsaan : cara pandang dan kesadaran diri sebagai warga negara dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun
1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Menurut Prof. Muladi


Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya dengan menggutamakan kesatuan dan persatuan wilayah dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

1. TITIK PENTING DALAM SEJARAH PERGERAKAN KEBANGSAAN INDONESIA


a. Pendirian Organisasi Boedi Utomo (20 Mei 1908)
Organisasi Boedi Utomo terbentuk di Jakarta pada tanggal 20 Mei 1908 oleh
Mahasiswa Sekolah Dokter Jawa (STOVIA) yang di inisiasai oleh SOETOMO
yanh di latar belakangi oleh gagasan WAHIDIN SOEDIROHOESODO
“Pentingnya Membentuk Organisasi yang Memajukan Pendidikan dan
Kebudayaan di Hindia Belanda” selain itu karena adanya Politik Etis.
Tagline Boedi Oetomo: Untuk memperbaiki keadaan rakyat terutama rakyat
kecil.
Boedi Oetomo merupakan titik awal dari adanya pergerakan nasional menuju
Indonesia Merdeka.
b. Perhimpunan Indonesia (PI) (Leiden, 25 Oktober 1908)
Merupakan organisasi pergerakan nasional pertama yang menggunakan istilah
“Indonesia” yang menjadi pelopor kemerdekaan bangsa Indonesia di dunia
Internasional.
Diperkrasai oleh: Sutan Kasayangan dan R.N. Noto Suroto dan Mahasiswa
Indonesia di Belanda (Indische Vereeniging (IV)).
Ketua : Soekiman Wirjosandjojo
Kemerdekaan Indonesia dapat dicapai dengan lewat strategi solidaritas,
swadaya, dan nonkooperasi, tidak hanya perlu memperhatikan aspek “kesatuan
nasional” tetapi juga “kesetiakawanan internasional”.
Melalui Perhimpunan Indonesia juga ditekankan bahwa pentingnya propaganda
ke dunia Internasional untuk menarik perhatian dunia pada masalah Indonesia
melalui Isu-Isu Internasional
c. Kongres Pemuda I atau Kerapatan Besar Pemuda (Jakarta, 30 April-2 Mei
1926)
Kongres diikuti oleh beberapa perwakilan organisasi pemuda di Hindia Belanda,
antara lain : Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar
Roekoen, Jong Bataks Bond, Jong Stundeerenden, Boedi Oetomo,
Indonesische Studieclub, dan Muhammadiyah.
Muh. Yamin (Ketua Jong Sumatranen Bond) mengajukan 3 klausul yang
menjadi Dasar Sumpah Pemuda, yaitu:
Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu
tanah Indonesia,
Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa
Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia menjunjung Bahasa persatuan, Bahasa
Melayu.
Namun terjadi kontroversi pada kalusul ketiga karena Bahasa Melayu bukanlah
Bahasa Persatuan
d. Kongres Pemuda II (Jakarta 27-28 Oktober 1926)
Atas usulan 3 klausul Muh. Yamin yang pada klausul 3 menjadi kontroversi
akhirnya dapat diselesaikan menjadi sebuah kesepakatan yang dikenal dengan
SUMPAH PEMUDA yang berbunyi:
Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu
tanah Indonesia,
Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa
Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia menjunjung Bahasa persatuan, Bahasa
Indonesia.
Moment Penting : Pertama kalinya lagu kebangsaan Indonesia Raya
diperdengarkan tanpa syair oleh W.R. Soepratman.
e. Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) (1 Maret 1945)
Badan hukum yang dibentuk oleh Jepang pada masa pendudukan di
Indonesia. BPUPKI bertugas untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia,
termasuk merumuskan dasar negara dan konstitusi.
 BPUPKI dibentuk pada 29 April 1945 oleh Letnan Jenderal Kumakichi
Harada, panglima tentara Jepang di Indonesia.
 BPUPKI diresmikan pada 28 Mei 1945 dengan Dr. Radjiman Wedyodiningrat
sebagai ketua.
 BPUPKI memiliki anggota dari berbagai latar belakang, seperti pemimpin
nasional, tokoh agama, cendekiawan, dan perwakilan daerah.
 BPUPKI mengadakan dua sidang utama, yaitu sidang pertama pada 29 Mei–
1 Juni 1945 dan sidang kedua pada 10–17 Juli 1945.
 BPUPKI dibubarkan pada 6 Agustus 1945 karena tugasnya telah selesai.
 BPUPKI berperan penting dalam perumusan dasar negara Indonesia,
termasuk Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
f. Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
Organisasi yang dibentuk Jepang setelah dibubarkannya Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). PPKI memiliki peran
penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia, di antaranya: Merumuskan
dasar negara, Mempersiapkan proklamasi kemerdekaan, Membentuk Undang-
Undang Dasar (UUD) dan tata kenegaraan Republik Indonesia, Memindahkan
kekuasaan.
Salah satu hasil sidang PPKI adalah menetapkan 12 kementerian dan membagi
Indonesia menjadi delapan provinsi.
2. 4 KONSENSUS DASAR
a. Pancasila
Sebagai dasar negara dan falsafah hidup bangsa atau philosofische grondslag,
Pancasila mencakup nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan,
dan keadilan sosial. Pancasila menjadi konsensus yang mengikat seluruh rakyat
Indonesia dalam berbangsa dan bernegara.
b. UUD NRI Tahun 1945
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan landasan hukum tertinggi yang
mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara. UUD 1945 mencerminkan cita-
cita dan tujuan bangsa Indonesia, termasuk hak dan kewajiban warga negara.
c. NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)
Konsep NKRI menegaskan bahwa Indonesia adalah negara yang bersatu dalam
keberagaman. Ini penting untuk menjaga keutuhan dan stabilitas negara di
tengah-tengah keragaman budaya, suku, dan agama.
d. Bhinneka Tunggal Ika
Semboyan ini berarti "berbeda-beda tetapi tetap satu." Prinsip ini menegaskan
pentingnya penghargaan terhadap perbedaan dalam masyarakat Indonesia,
serta komitmen untuk hidup berdampingan dalam harmoni.
Keempat konsensus ini berfungsi untuk memperkuat identitas bangsa dan menjaga
persatuan serta kesatuan di tengah keragaman yang ada.
3. BENDERA, BAHASA, LAMBANG NEGARA DAN LAGU KEBANGSAAN (Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa,
dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan)
Dalam wawasan kebangsaan Indonesia, bendera, bahasa, lambang negara, dan
lagu kebangsaan memiliki peran yang sangat penting sebagai simbol identitas dan
persatuan bangsa. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai masing-masing
unsur tersebut:
a. Bendera
Bendera Merah Putih: Merupakan simbol perjuangan dan identitas bangsa.
Warna merah melambangkan keberanian, sementara putih melambangkan
kesucian. Bendera ini dipakai sebagai pengingat akan semangat kemerdekaan
dan persatuan seluruh rakyat Indonesia.
b. Bahasa
Bahasa Indonesia: Sebagai bahasa nasional, Bahasa Indonesia berfungsi
sebagai alat komunikasi yang menyatukan beragam suku dan budaya di
Indonesia. Penggunaan Bahasa Indonesia memperkuat identitas kebangsaan
dan memfasilitasi interaksi antarwarga negara.
c. Lambang Negara
Garuda Pancasila: Lambang negara ini menggambarkan burung garuda yang
melambangkan kekuatan dan keberanian. Di dadanya terdapat perisai yang
menggambarkan Pancasila, sebagai dasar negara. Garuda Pancasila
mengingatkan masyarakat akan nilai-nilai yang harus dijunjung tinggi.
d. Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
Lagu kebangsaan ini menjadi simbol rasa cinta dan kebanggaan terhadap tanah
air. Liriknya mengandung semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme, serta
mengingatkan warga negara akan komitmen untuk membangun bangsa.
Keempat unsur ini saling melengkapi dan berfungsi sebagai alat pemersatu yang
memperkuat identitas nasional serta rasa cinta tanah air di kalangan rakyat
Indonesia.

Empat konsensus dasar kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu Pancasila,


UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, memiliki relevansi yang sangat
penting dalam mewujudkan profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN) di
Indonesia. Berikut adalah penjelasan mengenai relevansi masing-masing konsensus:
1. Pancasila:
Landasan Etika: Pancasila menjadi pedoman moral dan etika bagi ASN dalam
menjalankan tugasnya. Nilai-nilai Pancasila, seperti keadilan dan kemanusiaan,
mendorong ASN untuk bekerja secara profesional dan melayani masyarakat
dengan sebaik-baiknya.
2. UUD 1945:
Dasar Hukum: UUD 1945 memberikan kerangka hukum yang jelas bagi tugas
dan fungsi ASN. Profesionalitas ASN diharapkan tercermin dalam kepatuhan
terhadap peraturan dan undang-undang yang berlaku, serta pengabdian kepada
masyarakat dan negara.
3. NKRI:
Komitmen Terhadap Persatuan: ASN harus menempatkan kepentingan negara di
atas kepentingan pribadi atau kelompok. Dalam menjalankan tugas, ASN
diharapkan mampu menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, serta
menghormati keberagaman yang ada, sehingga menciptakan stabilitas dalam
pemerintahan.
4. Bhinneka Tunggal Ika:
Penghargaan Terhadap Keberagaman: Dalam menjalankan tugasnya, ASN
harus memahami dan menghargai perbedaan suku, agama, dan budaya.
Profesionalisme ASN tercermin dalam kemampuan untuk bekerja sama dengan
berbagai elemen masyarakat, serta memberikan pelayanan yang adil dan merata
tanpa diskriminasi.
Dengan menginternalisasi dan menerapkan keempat konsensus ini, ASN diharapkan
dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik, membangun kepercayaan
masyarakat, dan menciptakan pemerintahan yang transparan serta akuntabel.

BELA NEGARA (PASAL 7 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR


23 TAHUN 2019)
1. Pengertian:
Bela negara tidak hanya terbatas pada aspek militer, tetapi juga mencakup
berbagai tindakan yang mendukung keberlangsungan dan kedaulatan
negara, termasuk melalui pendidikan, ekonomi, budaya, dan sosial.
2. Nilai-nilai Bela Negara:
o Rasa cinta tanah air.
a. Patriotrisme
b. Kontribusi kemajuan bangsa dan negara
c. Bangga produk bangsa
o Kesadaran berbangsa dan bernegara.
a. Partisipasi dalam menjaga kedaulatan bangsa dan negara
b. Ikut serta dalam pemilu dan pilkada
c. Menjalankan hak dan kewajibannya sebagai warga negara sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
o Rela Berkorban untuk bangsa dan negara
Partisipasi aktif dalam pembangunan dan kehidupan masyarakat.
o Kemampuan awal Bela Negara
Ketahanan menghadapi ancaman, baik fisik maupun non-fisik.
3. Cara Bela Negara:
o Melalui Pendidikan: Mengedukasi masyarakat tentang hak dan kewajiban
sebagai warga negara.
o Pelayanan Publik: ASN dan masyarakat berperan dalam memberikan
pelayanan yang baik dan akuntabel.
o Keterlibatan dalam Kegiatan Sosial: Berpartisipasi dalam kegiatan sosial yang
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
o Menghormati Hukum: Mematuhi peraturan dan hukum yang berlaku.
4. Program Bela Negara:
o Pemerintah sering kali melaksanakan program-program bela negara, seperti
pendidikan wawasan kebangsaan, pelatihan kepemimpinan, dan kegiatan
lainnya yang mengajak masyarakat untuk berkontribusi.
Bela negara berkontribusi dalam menciptakan ketahanan nasional, stabilitas sosial,
dan kemajuan pembangunan. Ini penting untuk menjaga persatuan di tengah
keberagaman.
Bela negara merupakan tanggung jawab bersama yang mencakup seluruh elemen
masyarakat, dari individu hingga institusi pemerintah

Nilai-Nilai Dasar ASN


 memegang teguh ideologi Pancasila;
 setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
 Republik Indonesia Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah;
 mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;
 menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
 membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
 menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif;
 memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;
 mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepadapublik;
 memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah;
 memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun;
 mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
 menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;
 mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;
 mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan
 meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karier.
ISU-ISU KONTEMPORER

PENDAHULUAN
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) telah
secara signifikan meningkatkan kesadaran Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk
menjalankan tugasnya dengan berlandaskan pada:
1. Nilai Dasar: PNS diharapkan memahami dan menginternalisasi nilai-nilai dasar
ASN.
2. Kode Etik dan Kode Perilaku: Penerapan kode etik yang jelas untuk
membimbing perilaku profesional.
3. Komitmen dan Integritas: PNS harus menunjukkan tanggung jawab moral
dalam memberikan pelayanan publik.
4. Kompetensi: Peningkatan keterampilan yang sesuai dengan bidang tugas
masing-masing.
5. Profesionalitas Jabatan: Menegakkan standar profesional dalam setiap
jabatan.
Implementasi prinsip-prinsip tersebut bertujuan untuk meningkatkan kepedulian dan
partisipasi PNS dalam kapasitas organisasi, serta memahami perubahan lingkungan
strategis secara komprehensif.
Melalui pelatihan dasar, calon PNS dilengkapi dengan pemahaman tentang perubahan
dan lingkungan strategis untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki. Mereka didorong
untuk berpikir kritis dengan mengidentifikasi dan menganalisis isu-isu strategis
kontemporer yang dapat memengaruhi kinerja birokrasi, serta dampaknya pada tugas
pelayanan publik. Isu kontemporer merujuk pada hal-hal yang relevan dan sedang
berlangsung saat ini.

A. PERUBAHAN
KONSEP PERUBAHAN: Bukan hanya adanya sesuatu yang berbeda namun
adanya perubahan ke arah yang lebih baik khususnya dalam humanity atau
memberikan manfaat bagi umat manusia
TUSI ASN berdasarkan UU ASN:
1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan peraturan perundang- undangan,
2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, serta
3. memperat persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia

Syarat ASN Profesional


1. Tanggung Jawab: disiplin, akuntabilitas, mengakui dan memperbaiki kesalahan,
fair, berbicara fakta dab data, komitmen, menghargai integritas pribadi
2. Sikap Mental Positif
3. Mengutamakan Keprimaan: semangat belajar terus-menerus, semangat
memberi kontribusi
4. Menunjukkan Kompetensi: Kesadaran, keyakinan, keterampilan bergaul,
bekerjasama, dsb.
5. Memegang Teguh Kode Etik: pelayanan publik prima.
PERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGIS
Empat level lingkungan strategis yang mempengaruhi kesiapan ASN dalam
melakukan Pekerjaannya ditinjau dari pandangan Urie Brofenbrenner:
1. Individu
2. Keluarga
3. Masyarakat (lokal)
4. Nasional (bangsa/negara)
5. Dunia
Modal yang harus dimiliki ASN dalam menghadapi Perubahan Lingkungan
Strategis
1. Intelektual (curiosity, proaktif, dan inovatif)
2. Emosional (pengendalian emosi khusunya dalam berinteraksi)
3. Sosial (jejaring kerjasama dan hubungan interpersonal yang mendukung
kesuksesan sebagai fasilitas dalam pencarian solusi dari permasalahan)
4. Modal Ketabahan (adversity)
5. Etika/Moral: Integritas, tanggung jawab, penyayang dan pemaaf
6. Kesehatan (kekuatan) Fisik/Jasmani

ISU-ISU STRATEGIS KONTEMPORER


1. KORUPSI (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Undang-Undang Nomor
20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
2. NARKOBA (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika.
Dunia internasional (UNODC) menyebutnya dengan istilah narkotika yang
mengandung arti obat-obatan jenis narkotika, psikotropika dan zat adiktif
lainnya. Sehingga dengan menggunakan istilah narkotika berarti telah meliputi
narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya.
Sejarah Narkotika
PERANG CANDU I PADA TAHUN 1839 – 1842 DAN PERANG CANDU II PADA
TAHUN 1856 – 1860
Inggris dan Perancis (Eropa) melancarkan perang candu ke China, dengan
membanjiri candu (opium). Perang nirmiliter ini ditandai dengan
penyelundupan Candu ke China. Membanjirnya Candu ke China berdampak
melemahnya rakyat China yang juga berdampak pada Kekuatan Militer China.
PERANG SAUDARA DI AMERIKA SERIKAT 1856
Narkoba jenis morphin sudah dipakai untuk keperluan perang saudara di
Amerika Serikat, Morphin digunakan militer untuk obat penghilang rasa sakit
apabila terdapat serdadu/tentara yang terluka akibat terkena peluru senjata
api.
INDONESIA ATAU NUSANTARA
Orang-orang di pulau Jawa ditengarai sudah menggunakan opium. Pada abad
ke-17 terjadi perang antara pedagang Inggris dan VOC untuk memperebutkan
pasar Opium di Pulau Jawa. Pada tahun 1677 VOC memenangkan
persaingan ini dan berhasil memaksa Raja Mataram, Amangkurat II untuk
menandatangani perjanjian yang sangat menentukan, yaitu: “Raja Mataram
memberikan hak monopolikepada Kompeni untuk memperdagangkan opium
di wilayah kerajaannya”.
Golongan Narkotika:
1. Golongan I: ditujukan untuk ilmu pengetahuan bukan untuk pengobatan,
berpotensi ketergantungan. Ex: Opiat, Ganja, Marijuana, Kokain.
2. Golongan II: berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan dan
berpotensi tinggi ketergantungan. Ex: Morfin dan Petidin.
3. Golongan III: untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan dan berpotensi
ketergantungan ringan. Ex: Kodein.
Golongan Psikotropika
1. Golongan I: Zat dengan potensi penyalahgunaan tinggi dan tidak ada
penggunaan medis yang diakui. Contoh: LSD, heroin, ekstasi.
2. Golongan II: Zat dengan potensi penyalahgunaan tinggi, tetapi memiliki
beberapa penggunaan medis. Contoh: morfin, kokain, amfetamin.
3. Golongan III: Zat dengan potensi penyalahgunaan sedang dan memiliki
beberapa penggunaan medis. Contoh: beberapa jenis benzodiazepin,
anabolik steroid.
4. Golongan IV: Zat dengan potensi penyalahgunaan rendah dan penggunaan
medis yang lebih luas. Contoh: diazepam, alprazolam.
Zat Adiktif
1. Alkohol
2. Inhalansia dan Solven, Tembakau, dll.
3. TERORISME (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi
Undang-Undang)
Terorisme adalah perbuatan dengan ancaman kekerasan atau kekerasan yang
mimbulkan korban yang bersifat massal, menimbulkan kerusakan bahkan
kehancuran objek vital strategis, lingkungan hidup, fasilitas publik atau
internasional dengan motif ideologi, politik atau gangguan keamanan.
Resolusi PBB 60/28 Tahun 2006 tentang UN Global Counter Terrorism
Strategy yang berisi empat pilar global pemberantasan terorisme, yaitu:
1. pencegahan kondisi kondusif penyebaran terorisme;
2. langkah pencegahan dan memerangi terorisme;
3. peningkatan kapasitas negara-negara anggota untuk mencegah dan
memberantas terorisme serta penguatan peran sistem PBB; dan
4. penegakan hak asasi manusia bagi semua pihak dan penegakan rule of law
sebagai dasar pemberantasan terorisme. Selain itu, PBB juga telah
menyusun High-Level Panel on Threats, Challenges, and Change yang
menempatkan terorisme sebagai salah satu dari enam kejahatan yang
penanggulangannya memerlukan paradigma baru.
Tipe Kelompok Teroris Dunia
1. Left Wing Terrorist: Kelompok teroris yang menjalin hubungan dengan
gerakan komunitas;
2. Right Wing Terrorist: kelompok terorisme yang terinspirasi dari fasisme;
3. Etnonasionalisme: gerakan separatisme yang mengiringi gelombang
dekolonisasi setelah PD II
Pencegahan Tindak Pidana Terorisme
1. Kesiapsiagaan Nasional (Pemberdayaan Masyarakat, pengembangan kajian
terorisme, peningkatan kemampuan aparatur, pemetaan wilayah rawan
paham radikal terorisme)
2. Kontra Radikalisasi (Kontra Narasi, Propaganda, Ideologi)
3. Deradikalisasi (Identifikasi dan penilaian, rehabilitasi (pembinaan wawasan
kebangsaan, pembinaan keagamaan, kewirausahaan), reedukasi, reintegrasi
sosial)
4. MONEY LOUNDERING (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8
Tahun 2010 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, UU RI
No 9 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pendanaan Terorisme)
Pencucian uang adalah suatu perbuatan kejahatan untuk menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul uang atau harta kekayaan dari hasil tindak
pidana/kejahatan sehingga harta kekayaan tersebut seolah-oleh berasal dari
aktivitas yang sah.
Dampak Negatif Pencucian Uang
1. merongrong sektor swasta yang sah;
2. merongrong integritas pasar-pasar keuangan;
3. hilangnya kendali pemerintah terhadap kebijakan ekonomi;
4. timbulnya distorsi dan ketidakstabilan ekonomi;
5. hilangnya pendapatan negara dari sumber pembayaran pajak;
6. risiko pemerintah dalam melaksanakan program privatisasi;
7. merusak reputasi negara; dan
8. menimbulkan biaya sosial yang tinggi.
Metode Money Laundering:
1. Buy and sell conversation: melalui jual-beli barang dan jasa.
2. Offshore conversion: Dana illegal dialihkan ke bank atau lembaga keuangan
negara tax heaven bagi money laundering centers
3. Legitimate business conversion: melalui bisnis atau usaha yang sah sebagai
sarana memindahkan dan memanfaatkan hasil kejahatan dengan
dkonversikan melalui transfer, cek atau instrumen pembayaran lainnya yang
disimpan ke rekening bank atau ditarik atau di transfer kembali ke rekening
bank lainnya
Tahap Pencucian Uang
1. Penempatan (palcement): upaya menempatkan dana yang dihasilkan dari
tindak pidana ke dalam sistem perekonomian dan sistem keuangan
2. Pemisahan/pelapisan (layering): upaya memisahkan hasul tindak pidana dari
sumbernya melalui beberapa transaksi keuangan untuk menyembunyikan
atau menyamarkan asal usul dana.
3. Penggabungan (integration): upaya menggabungkan atau menggunakan
harta kekayaan yang tampak sah, baik untuk dinikmati langsung,
diinvestasikan, atau digunakan u/ membiayai tindak pidana lainnya seperti
pendanaan terorisme.
Tahapan pencuciang uang tidak selalu dilakukan secara bertahap namun
seringkali dilakukan secara bersamaan.
5. PROXY WAR
Perang proksi adalah konflik di mana dua kekuatan yang berlawanan
mendukung pihak-pihak yang berbeda tanpa terlibat langsung dalam
pertempuran. Sebagai gantinya, mereka memberikan dukungan militer,
keuangan, atau logistik kepada kelompok atau negara lain. Pendekatan ini
memungkinkan kekuatan-kekuatan tersebut untuk mempengaruhi konflik sambil
menghindari konfrontasi langsung.
Perang proksi sering kali dipicu oleh perbedaan ideologis, perselisihan teritorial,
atau kepentingan strategis. Salah satu contoh yang terkenal adalah Perang
Dingin, di mana Amerika Serikat dan Uni Soviet mendukung berbagai faksi
dalam konflik di seluruh dunia, seperti di Korea, Vietnam, dan Afghanistan.
Konflik ini sering kali menyebabkan krisis kemanusiaan yang signifikan dan
kekerasan berkepanjangan, karena konflik lokal dapat meningkat dengan
keterlibatan pihak eksternal.
6. MASS COMMUNICATION (CYBER CRIME, HATE SPEECH, HOAX)
Rujukan Dasar Hukum Tindak Pidana Mass Communication
1. Undang-Undang RI Nomor 40/1999 tentang Pers;
2. Undang-Undang RI Nomor 36/1999 tentang Telekomunikasi;
3. Undang-Undang RI Nomor 32/2002 tentang Penyiaran;
4. Undang-Undang RI Nomor 14/2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik;
5. Undang-Undang RI Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU RI
Nomor 11/2008 tentang ITE.

JENIS KEJAHATAN MASS COMMUNICATION


1. CYBER CRIME
Kejahatan yang terjadi di dunia maya dengan menggunakan komputer,
jaringan komputer dan internet.
Jenis-Jenis Cyber Crime:
a. Unauthorized Access: kejahatan yang dilakukan dengan cara masuk tanpa
izin, secara tidak sah dan tanpa sepengetahuan pemilik atau menyusup
kedalam suatu sistem jaringan komputer.
b. Illegal Contents: memasukkan data atau informasi yang tidak benar, tidak
etis, dan dapat dianggap sebagai PMH serta mengganggu ketertiban
masyarakat ke internet. Ex: Penyebaran Pornografi.
c. Penyebaran Virus dengan tujuan untuk mencuri data, penyusupan atau
perusakan.
d. Cyber Espionage, Sabotage, and ExtortionCyber Espionage, Sabotage,
and Extortion: Cyber Espionage merupakan sebuah kejahatan dengan
cara memanfaatkan jaringan internet untuk melakukan kegiatan mata-
mata terhadap pihak lain, dengan memasuki sistem jaringan komputer
pihak sasaran. Sabotage and Extortion merupakan jenis kejahatan yang
dilakukan dengan membuat gangguan, perusakan atau penghancuran
terhadap suatu data, program komputer atau sistem jaringan komputer
yang terhubung dengan internet.
e. Carding Carding merupakan kejahatan yang dilakukan untuk mencuri
nomor kartu kredit milik orang lain dan digunakan dalam transaksi
perdagangan di internet.
f. Hacking dan Cracker Hacking adalah kegiatan untuk mempelajari sistem
komputer secara detail sampai bagaimana menerobos sistem yang
dipelajari tersebut. Aktivitas cracking di internet memiliki lingkup yang
sangat luas, mulai dari pembajakan account milik orang lain, pembajakan
situs web, probing, menyebarkan virus, hingga pelumpuhan target
sasaran.
g. Cybersquatting and Typosquatting Cybersquatting merupakan sebuah
kejahatan yang dilakukan dengan cara mendaftarkan domain nama
perusahaan orang lain dan kemudian berusaha menjualnya kepada
perusahaan tersebut dengan harga yang lebih mahal. Sedangkan 211
typosquatting adalah kejahatan dengan membuat domain plesetan yaitu
domain yang mirip dengan nama domain orang lain.
h. Cyber Terorism Tindakan cybercrime termasuk cyber terorism yang
mengancam pemerintah atau kepentingan orang banyak, termasuk
cracking ke situs resmi pemerintah atau militer.
2. HATE SPEECH
Ujaran kebencian dalam bentuk provokasi, hinaan atau hasutan yang
dilakukan baik oleh individu maupun kelompok di muka umum atau ruang
publik baik secara langsung ataupun melalui media sosial.
3. HOAX
Berita atau pesan yang isinya tidak dapat dipertanggungjawabkan baik isinya
maupun sumbernya. Terdapat 2 jenis pelaku hoax yaitu pelaku aktif yang
menyebarkan dan membuat berita palsu secara aktif dan pelaku pasif adalah
pelaku yang tidak sengaja menyebarkan berita palsu tanpa
mengetahui/memahami isi atau terlibat secara langsung dalam pembuatan
berita palsu tersebut.
4. WHITE COLLAR CRIME (KEJAHATAN KERAH PUTIH)
Tindakan melawan hukum yang dilakukan oleh orang dengan kelompok
status sosial tinggi, terpandang atau orang yang memiliki posisi tinggi dalam
pekerjaannya. Ex T.P: penggelapan uang perusahaan, penghindaran pajak,
korupsi.
5. CRIME WITHOUT VICTIM (KEJAHATAN TANPA KORBAN)
Kejahatan yang tidak menimbulkan dampak atau penderitaan langsung
kepada korban sebagai akibat dari tindak pidana yang dilakukan. Ex:
perjudian, mabuk-mabukan, zina, dsb.
6. ORGANIZED CRIME (KEJAHATAN TERORGANISIR)
Kejahatan yang dilakukan secara terorganisir dan berkesinambungan
dengan dukungan sumber daya dengan menggunakan berbagai cara untuk
mendapatkan sesuatu yang diinginkan dengan jalan menghindari hukum. Ex:
penadahan barang curian, perdagangan anak dan perempuan, pekerjaan
illegal, dsb.
7. CORPORATE CRIME (KEJAHAtAN KORPORASI)
Bentuk kejahatan yang dilakukan atas nama kelompok atau organisasi
formal dengan tujuan menaikkan keuntungan dan menekan kerugian.
Kejahatan korporasi terbagi menjadi 4, yaitu kejahatan konsumen, kejahatan
terhadap publik, kejahatan terhadap pemilik perusahaan, dan kejahatan
terhadap karyawan.

TEKNIK ANALISIS ISU KONTEMPORER


A. ISU KRITIKAL
Isu: Fenomena/Kejadian yang diartikan sebagai masalah. Menurut KBBI, Isu
adalah masalah yang harus ditanggapi segera; kabar yang tidak jelas sumber
dan tidak terjamin kebenarannya; kabar angin; desas-desus.
Isu Kritikal: topik yang berhubungan dengan maslah-masalah sumber daya
yang memerlukan pemecahan disertai dengan adanya kesadaran publik akan
isu tersebut.
ISU KRITIKAL berdasarkan tingkat urgensinya:
1. Isu saat ini (current issue): isu yang mendapatkan perhatian dan sorotan
publik secara luas dan memerlukan penanganan sesegera mungkin dari
pengambil keputusan.
2. Isu berkembang (emerging issue): isu yang perlahan-lahan masuk dan
menyebar di ruang publik, dan publik mulai menyadari adanya isu tersebut
3. Isu potensial: isu yang belum nampak di ruang publik, namun dapat
terindikasi dari beberapa instrumen (sosial, penelitian ilmiah, analisis
intelijen,dsb) yang mengidentifikasi adanya kemungkinan merebak isu
dimaksud di masa depan.
Pendekatan yang digunakan untuk memahami penggolongan isu
1. Media scanning: penelusuran sumber informasi isu dari berbagai media.
2. Existing data: menelusuri dengan survei, polling atau dokumen resmi terkait
isu.
3. Knowledgeable others: seperti profesional, pejabat pemerintah, trendsetter,
pemimpin opini dan sebagainya.
4. Public and private organizations: seperti komisi independen, masjid atau
gereja, institusi bisnis dan sebagainya yang terkait dengan isu-isu tertentu
5. Public at large, yaitu masyarakat luas yang menyadari akan satu isu dan
secara langsung atau tidak langsung terdampak dengan keberadaan isu
tersebut.
B. TEKNIK ANALISIS ISU
1. Teknik Tapisan Isu
Teknik Tapisan Isu adalah proses analisis yang bertujuan untuk memahami
isu secara menyeluruh dan mencari solusi yang tepat. Dalam penetapan isu
yang berkualitas, penting untuk menggunakan pemikiran kritis dan kriteria
tertentu. Beberapa kriteria yang digunakan meliputi:
1. Aktual: Isu harus relevan dan sedang dibicarakan di masyarakat.
2. Kekhalayakan: Isu harus berdampak pada kehidupan banyak orang.
3. Problematik: Isu harus kompleks dan memerlukan solusi komprehensif.
4. Kelayakan: Isu harus realistis dan relevan untuk dipecahkan.
Selain itu, kriteria lain seperti USG (Urgency, Seriousness, Growth) juga
digunakan untuk menilai seberapa mendesak dan serius suatu isu, serta
potensi dampak negatif jika tidak ditangani. Dengan pendekatan ini,
diharapkan dapat ditemukan alternatif solusi yang efektif untuk isu-isu yang
ada
2. Teknik Analisis Isu
Teknik Analisis Isu adalah langkah lanjut setelah melakukan tapisan isu
untuk menganalisis secara mendalam isu yang memenuhi kriteria tertentu
(AKPK atau USG). Proses ini memanfaatkan alat bantu berpikir kritis seperti:
1. Mind Mapping: Teknik ini menggunakan citra visual untuk
menggambarkan hubungan antar ide. Mind mapping membantu
memusatkan perhatian, meningkatkan pemahaman, dan membuat
proses mencatat lebih menyenangkan. Langkah-langkah dalam mind
mapping meliputi memulai dari pusat, menggunakan gambar dan warna,
menghubungkan cabang ide, dan menggunakan kata kunci untuk setiap
cabang.
2. Fishbone Diagram: Juga dikenal sebagai diagram sebab-akibat, teknik ini
memetakan masalah dengan mengidentifikasi berbagai penyebab
potensial dari suatu efek. Pendekatan ini membantu dalam sesi
brainstorming untuk menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah, seperti manusia, material, mesin, dan prosedur.
Kedua alat bantu ini bertujuan untuk memahami isu secara menyeluruh dan
menemukan solusi yang efektif. Mind mapping lebih bersifat visual dan
kreatif, sementara fishbone diagram lebih terstruktur dalam analisis sebab
akibat.
3. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah metode untuk mengevaluasi dan merumuskan
perencanaan strategis dengan mengidentifikasi kekuatan (Strengths),
kelemahan (Weaknesses), peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats)
yang dihadapi suatu organisasi. Tujuannya adalah memahami isu kritikal dan
mengklarifikasi kondisi yang ada, baik internal maupun eksternal.
Tahapan Analisis SWOT
1. Pengumpulan Data:
o Data Eksternal: Peluang dan ancaman yang ada di luar organisasi.
o Data Internal: Kekuatan dan kelemahan yang dimiliki organisasi.
o Model yang digunakan meliputi Matriks Faktor Strategis Eksternal
(EFAS) dan Matriks Faktor Strategis Internal (IFAS).
2. Analisis:
o Setelah data dikumpulkan, informasi tersebut digunakan dalam model
kuantitatif untuk merumuskan strategi, seperti Matriks SWOT yang
mengkombinasikan semua faktor untuk menghasilkan alternatif strategi:
 S-O (Strengths-Opportunities): Memanfaatkan kekuatan untuk
mengejar peluang.
 W-O (Weaknesses-Opportunities): Mengatasi kelemahan dengan
memanfaatkan peluang.
 S-T (Strengths-Threats): Menggunakan kekuatan untuk mengatasi
ancaman.
 W-T (Weaknesses-Threats): Menghindari ancaman dengan
memperbaiki kelemahan.
3. Pengambilan Keputusan:
o Menggunakan hasil analisis untuk membuat keputusan strategis yang
tepat.
Manfaat Analisis SWOT
 Membantu organisasi merumuskan strategi yang sesuai dengan kondisi
yang ada.
 Mengidentifikasi kekuatan dan peluang untuk memaksimalkan potensi.
 Mengurangi dampak kelemahan dan ancaman dengan pendekatan
sistematis.
Dengan demikian, analisis SWOT menjadi alat penting dalam perencanaan
strategis untuk mencapai tujuan organisasi.
4. Analisis Kesenjangan (Gap Analysis) adalah metode evaluasi yang
membandingkan kinerja aktual suatu perusahaan dengan kinerja potensial
atau yang diharapkan. Tujuan utamanya adalah mengidentifikasi
kesenjangan antara kinerja saat ini dan target yang telah ditetapkan dalam
rencana bisnis atau rencana tahunan.
Poin Utama:
1. Perbandingan Kinerja: Menganalisis perbedaan antara kinerja aktual dan
kinerja yang diharapkan.
2. Identifikasi Tindakan: Menentukan langkah-langkah yang diperlukan
untuk mengurangi kesenjangan dan mencapai kinerja yang diinginkan.
3. Estimasi Sumber Daya: Memperkirakan waktu, biaya, dan sumber daya
yang dibutuhkan untuk mencapai keadaan yang diinginkan.
KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA

Kesiapsiagaan Bela Negara adalah keadaan siap siaga yang dimiliki seseorang baik
siap fisik, mental maupun keadaan sosial dalam menghadapi keberagaman dalam
situasi kerja berdasarkan kebulatan sikap dan tekad secara ikhlas dan sadar serta
diikuti dengan rela berkorban yang dilandasi dengan kecintaan terhadap tanah air untuk
keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara.

5 Nilai Bela Negara


1. Rasa Cinta Tanah Air;
a. Mencintai, menjaga dan melestarikan Lingkungan Hidup
b. Menghargai dan menggunakan karya bangsa
c. Menggunakan produk dalam negeri
d. Menjaga dan memahami seluruh ruang wilayah NKRO
e. Menjaga nama baik bangsa dan negara
f. Mengenal wilayah tanah air tanpa rasa fanatisme kedaerahan.
2. Sadar Berbangsa dan Bernegara;
a. Disiplin dan bertanggungjawab
b. Menghargai dan menghormati keberagaman suku, agama, ras dan antar
golongan
c. Kepentingan bersama atau umum diatas kepentingan diri pribadi dan golongan
d. Bangga terhadap bangsa dan negara sendiri
e. Rukun dan gotong-royong dalam masyarakat
f. Menjalankan hak dan kewajiban sesuai perUUan
3. Setia kepada Pancasila Sebagai Ideologi Negara;
a. Menjalankan kewajiban agama dan kepercayaan secara baik dan benar
b. Memahami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
c. Meyakini Pancasila sebagai dasar negara dan menjadikan pancasila sebagai
pemersatu bangsa dan negara
d. Menerapkan prinsip-prinsip musyawarah mufakat
e. Menghormati dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia
f. Tolong-menolong sesama untuk mencapai kesejahteraan.
4. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara;
a. Rela menolong sesama yang mengalami kesulitan tanpa memandang RAS
b. Kepentingan umum diatas kepetingan pribadi dan golongan
c. Berkontribusi untuk kepentingan masyarakat demi kemajuan bangsa dan
negara
d. Membela negara sesuai dengan profesi dan kemampuan
e. Berpartisipasi aktif dan peduli dalam pembangunan masyarakat bangsa dan
negara
f. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara
5. Mempunyai Kemampuan Awal Bela Negara;
a. Memiliki kemampuan, integritas dan kepercayaan yang tinggi dalam membela
negara
b. Memiliki kemampuan memahami dan mengidentifikasi bentuk ancaman di
lingkungan masing-masing
c. Menjaga kesehatan jasmani (fisik) dan rohani (mental)
d. Memiliki kecerdasan emosional dan sprititual serta intelejansi yang tinggi
e. Memiliki pengetahuan tentang kearifan lokal dalam menyikapi ancaman
f. Memiliki kemampuan dalam memberdayakan SDA dan Keragaman Hayati

You might also like