SGD KGD LBM 4 Alfhata

Download as ppt, pdf, or txt
Download as ppt, pdf, or txt
You are on page 1of 114

SGD KGD LBM 4

A L F H ATA B R I L L I A N P U T R A
30101507366
SGD 13
STRUKTUR KULIT
RESPON TUBUH

Local response
The three zones of a burn were described by Jackson in 1947.
1. Zone of coagulation—This occurs at the point of maximum damage. In this zone there is irreversible
tissue loss due to coagulation of the constituent proteins.
2. Zone of stasis—The surrounding zone of stasis is characterised by decreased tissue perfusion. The
tissue in this zone is potentially salvageable. The main aim of burns resuscitation is to increase tissue
perfusion here and prevent any damage becoming irreversible. Additional insults—such as prolonged
hypotension, infection, or oedema—can convert this zone into an area of complete tissue loss.
3. Zone of hyperaemia—In this outermost zone tissue perfusion is increased. The tissue here will
invariably recover unless there is severe sepsis or prolonged hypoperfusion. These three zones of a
burn are three dimensional, and loss of tissue in the zone of stasis will lead to the wound deepening
as well as widening.
 Systemic response
 The release of cytokines and other inflammatory mediators at the site of injury has a systemic effect once the burn reaches 30% of
total body surface area.
1. Cardiovascular changes—Capillary permeability is increased, leading to loss of intravascular proteins and fluids into the interstitial
compartment. Peripheral and splanchnic vasoconstriction occurs. Myocardial contractility is decreased, possibly due to release of
tumour necrosis factor. These changes, coupled with fluid loss from the burn wound, result in systemic hypotension and end organ
hypoperfusion.
2. Respiratory changes—Inflammatory mediators cause bronchoconstriction, and in severe burns adult respiratory distress syndrome
can occur.
3. Metabolic changes—The basal metabolic rate increases up to three times its original rate. This, coupled with splanchnic
hypoperfusion, necessitates early and aggressive enteral feeding to decrease catabolism and maintain gut integrity.
4. Immunological changes—Non-specific down regulation of the immune response occurs, affecting both cell mediated and humoral
pathways.
PATFIS
 Luka bakar pelepasan substansi vasoaktif (katekolamin, histamin, PG, leukotrin, dll) 
peningkatan permeabilitas kapiler  udem dan bula elektrolit cairan intravaskuler berkurang
 pelepasan katekolamin menyebabkan denyut jantung meningkat hipovolemi relatif  Cardiac
output turun TD turun
 Luka bakar > 20 %: syok hipovolemik , berupa syok, nadi kecil dan cepat, pucat, TD turun,
produksi urin turun.

 Hubungan luka bakar menjadi syok hipovolemik:


Luka bakar  cairan intravaskuler turun perfusi O2 jaringan kejar turun efek ke otak 
(hipoksia kesadaran turun), otot menjadi lemas, dan ginjal
 Cardiac output turun  TD turun, kompensasinya dengan meningkatkan Heart Rate
 Inhalasi  vasodilatasi arteriolar sal nafas  bisa menyebabkan obstruksi sal.napas atas, dan juga
permeabilitas kapiler meningkat  transudasi ke interstitial edem paru  pengembangan paru
turun  sesak
 Luka bakar  aliran darah turun  laju metabolisme meningkat (mual muntah dan anoreksia
perubahan nutrisi) dan juga vasodilatasi arteriolar sal napas atas

 Dari akibat thermal misal api: langsung ke kulit (bisa sampe ke subkutis)
• Luka Bakar pelepasan katekolamin  vasokonstriksi  aliran ke limfa turun 
hipoksia hepar  gangguan hepar.
• Luka bakar  meningkatkan adrenalin  aldosteron ningkat  retensi Na 
Kehilangan K+  gang.metabolisme elektrolit
• Luka bakar  laju metabolisme ningkat (mual, muntah, anoreksia) 
glukoneogenesis ningkat, glikogenesis O2 ningkat  kebutuhan O2 Ningkat  
insufisiensi  COP turun  asidosis metabolik

• fase akut: blm ada edem tapi permeabilitas meningkat
KLASIFIKASI LUKA BAKAR
 A. Luka bakar dapat diklasifikasikan menurut dalamnya jaringan yang rusak:
1. Luka bakar derajat satu (superfisial)
Pada luka bakar derajat satu, epidermis mengalami kerusakan atau cedera dan sebagian dermis turut
cedera. Luka tersebut bisa terasa nyeri, tampak merah, dan kering seperti luka bakar matahari, atau
mengalami lepuh/bulae.
2. Luka bakar derajat dua (partial-thickness)
Luka bakar derajat dua meliputi destruksi epidermis serta lapisan atas dermis dan cedera pada bagian
dermis yang lebih dalam. Luka tersebut terasa nyeri, tampak merah dan mengalami eksudasi cairan.
Pemutihan jaringan yang terbakar diikuti oleh pengisian kembali kapiler, folikel rambut masih utuh.
3. Luka bakar derajat tiga (full-thickness)
Luka bakar derajat tiga meliputi destruksi total epidermis serta dermis, dan pada sebagian kasus, jaringan
yang berada di bawahnya. Warna luka bakar sangat bervarisi, mulai dari warna putih hingga merah, cokelat
atau hitam. Darah yang terbakar tidak terasa nyeri karena serabut-serabut sarafnya hancur. Luka bakar
tersebut tampak seperti bahan kulit. Folikel rambut dan kelenjar keringat turut hancur.
• B. Klasifikasi luka bakar berdasarkan luas permukaan tubuh yang terbakar
• Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine
atau rule of wallace yaitu:
1. Kepala dan leher = 9%
2. Lengan masing-masing 9% = 18%
3. Badan depan 18%, badan belakang 18% = 36%
4. Tungkai maisng-masing 18% = 36%
5. Genetalia/perineum = 1%
• Total : 100%
American college of surgeon membagi dalam:
Parah – critical:
Tingkat II : 30% atau lebih.
Tingkat III : 10% atau lebih.
Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.
Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue yang luas.

Sedang – moderate
Tingkat II : 15 – 30%
Tingkat III : 1 – 10%

Ringan – minor:
Tingkat II : kurang 15%
Tingkat III : kurang 1%
DERAJAT
• Untuk keperluan klinik terdapat juga klasifikasi yang didasari ketebalan luka, kerusakan kulit dan
perlu tidaknya penderita luka bakar mendapat perawatan intensif, yaitu : 1
1. Luka bakar superfisial (superficial burn)
2. Luka bakar dangkal (superficial partial-thickness burn)
3. Luka bakar dalam (deep partial-thickness burn).
4. Luka bakar seluruh tebal kulit (full thickness burn).
• 1. Luka bakar berat (perlu dirawat di RS dan mendapat pengobatan intensif)
• a. Derajat II (dewasa > 30 %, anak > 20 %).
• b. Derajat III > 10%
• c. Luka bakar dengan komplikasi pada saluran nafas, fraktur, trauma jaringan lunak yang hebat.
• d. Luka bakar akibat sengatan listrik
• e. Derajat III yang mengenai bagian tubuh yang kritis seperti muka, tangan, kaki, mata, telinga,
dan anogenital.
• 2. Luka bakar sedang (perlu dirawat di RS untuk mendapat pengobatan yang baik, biasanya tak
seintensif luka bakar berat)
• a. Derajat II dangkal > 15% (dewasa), 10% (anak)
• b. Derajat II dalam antara 15-30% (dewasa), 10-20% (anak)
• c. Derajat III < 10% yang tidak mengenai muka, tangan, kaki, mata, telinga, dan anogenital.
• 3. Luka bakar ringan
• a. Derajat I
• b. Derajat II < 15% (dewasa), < 10% (anak-anak)
• c. Derajat III < 2%
CARA MENGHITUNG LUAS LUKA
BAKAR
3.
PERHITUNG
AN LUAS
LUKA
BAKAR
MENURUT
LUND DAN
BROWDER:
INITIAL ASSESMENT
DX

Luka bakar ec ledakan tabung gas derajat I (Wajah), IIB (Dada), III (lengan kiri)
Regio wajah 4,5 %, Dada 18%, lengan kiri 9%
TOTAL : 31,5 % -> luka bakar berat
TERAPI CAIRAN
1. Parkland formula
Initial 24 hours: Ringer’s lactated (RL) solution 4 ml/kg/% burn for adults and 3 ml/kg/%
burn for children. RL solution is added for maintenance for children:
 4 ml/kg/hour for children weighing 0–10 kg
 40 ml/hour +2 ml/hour for children weighing 10–20 kg
 60 ml/hour + 1 ml/kg/hour for children weighing 20 kg or higher
This formula recommends no colloid in the initial 24 hours.
Next 24 hours: Colloids given as 20–60% of calculated plasma volume. No crystalloids.
Glucose in water is added in amounts required to maintain a urinary output of 0.5–1
ml/hour in adults and 1 ml/hour in children.

2. Modified Parkland formula


Initial 24 hours: RL 4 ml/kg/% burn (adults)
Next 24 hours: Begin colloid infusion of 5% albumin 0.3–1 ml/kg/% burn/16 per hour
Brooke formula
Initial 24 hours: RL solution 1.5 ml/kg/% burn plus colloids 0.5 ml/kg/% burn plus
2000 ml glucose in water
Next 24 hours: RL 0.5 ml/kg/% burn, colloids 0.25 ml/kg/% burn and the same
amount of glucose in water as in the first 24 hours

Modified Brooke
Initial 24 hours: No colloids. RL solution 2 ml/kg/% burn in adults and 3 ml/kg/%
burn in children
Next 24 hours: Colloids at 0.3–0.5 ml/kg/% burn and no crystalloids are given.
Glucose in water is added in the amounts required to maintain good urinary
output.
Evans formula (1952)
First 24 hours: Crystalloids 1 ml/kg/% burn plus colloids at 1 ml/kg/% burn plus
2000 ml glucose in water
Next 24 hours: Crystalloids at 0.5 ml/kg/% burn, colloids at 0.5 ml/kg/% burn and
the same amount of glucose in water as in the first 24 hours

Monafo formula
Monafo recommends using a solution containing 250 mEq Na, 150 mEq lactate and
100 mEq Cl. The amount is adjusted according to the urine output. In the following
24 hours, the solution is titrated with 1/3 normal saline according to urinary
output.
PENCEGAHAN KONTRAKTUR
KONSERVATIF
Proper position
EXERCISE

• - Free active exercise : latihan yang dilakukan oleh penderita sendiri.


• - Isometric exercise : latihan yang dilakukan oleh penderita sendiri dengan kontraksi otot tanpa
gerakan sendi.
• - Active assisted exercise : latihan yang dilakukan oleh penderita sendiri tetapi mendapat
bantuan tenaga medis atau alat mekanik atau anggota gerak penderita yang sehat.
• - Resisted active exercise : latihan yang dilakukan oleh penderita dengan melawan tahanan yang
diberikan oleh tenaga medis atau alat mekanik.
• - Passive exercise : latihan yang dilakukan oleh tenaga medis terhadap penderita.
b. Stretching
Kontraktur ringan dilakukan strectching 20-30 menit, sedangkan kontraktur berat
dilakukan stretching selama 30 menit atau lebih dikombinasi dengan proper
positioning. Berdiri adalah stretching yang paling baik, berdiri tegak efektif untuk
stretching panggul depan dan lutut bagian belakang. (2,10)
c. Splinting / bracing
Mengingat lingkup gerak sendi exercise dan positioning merupakan hal yang
penting untuk diperhatikan pada luka bakar, untuk mempertahankan posisi yang
baik selama penderita tidur atau melawan kontraksi jaringan terutama penderita
yang mengalami kesakitan dan kebingungan.
d. Pemanasan
Pada kontraktur otot dan sendi akibat scar yang disebabkan oleh luka bakar,
ultrasound adalah pemanasan yang paling baik, pemberiannya selama 10 menit per
lapangan. Ultrasound merupakan modalitas pilihan untuk semua sendi yang
tertutup jaringan lunak, baik sendi kecil maupun sendi besar.
OPERATIF
 a. Z - plasty atau S - plasty
 Indikasi operasi ini apabila kontraktur bersama dengan adanya sayap dan dengan kulit sekitar yang
lunak. Kadang sayap sangat panjang sehingga memerlukan beberapa Z-plasty.
 b. Skin graft
 Indikasi skin graft apabila didapat jaringan parut yang sangat lebar. Kontraktur dilepaskan dengan
insisi transversal pada seluruh lapisan parut, selanjutnya dilakukan eksisi jaringan parut
secukupnya. Sebaiknya dipilih split thickness graft untuk l potongan, karena full thickness graft
sulit. Jahitan harus berhati-hati pada ujung luka dan akhirnya graft dijahitkan ke ujung-ujung luka
yang lain, kemudian dilakukan balut tekan. Balut diganti pada hari ke 10 dan dilanjutkan dengan
latihan aktif pada minggu ketiga post operasi.
 c. Flap
 Pada kasus kasus dengan kontraktur yang luas dimana jaringan parutnya terdiri dari jaringan
fibrous yang luas, diperlukan eksisi parsial dari parut dan mengeluarkan / mengekspos pembuluh
darah dan saraf tanpa ditutupi dengan jaringan lemak, kemudian dilakukan transplantasi flap untuk
menutupi defek tadi. Indikasi lain pemakaian flap adalah apabila gagal dengan pemakaian cara graft
bebas untuk koreksi kontraktur sebelumnya. Flap dapat dirotasikan dari jaringan.
TERPERANGKA
P DI RUANG
TERTUTUP
SELAMA 1 JAM
FASE PENYEMBUHAN LUKA
 3 fase penyembuhan luka:
1. inflamasi: reaksi radang (3-4 hari pasca luka bakar),
 Thermal Injury
 pelepasan netrofil  oksidasi Lipid peroksida
 inaktivasi fagosit
 hiperaktivasi makrofag  hipermetaolisme  ROS: IL-6, IL-1 B, TNF Alfa imun lisis  sepsis
 infeksi  mengeluarkan endotoksin  disfungsi imun, sepsis, MOF (Multiorgan Failure)
 Energi listrik jd energi panas ketika luka bakar berat > 1000 V

2. proliferasi: ada kaitannya dengan faktor koagulasi 1-12


 Terjadi regenerasi fibroplasia

3. penyembuhan: pematangan ,menjadi jaringan parut/ fibrosis


LUKA BAKAR
1. Wajah : warna merah pucat = 4,5 % / I
2. Alis dan bulu hidung terbakar
3. Suara serak
4. Batuk warna dahak kehitaman
5. Dada : merah selurunhya, melepuh, bulla (+) = 18% / IIB
6. Lengan kiri : gosong, escar melingkar & bengkak = 9% / III
7. Nyeri & kesemutan : lengan kiri
INFUS RL 30 TETES/MENIT

3 cc x 70 kg x 31,5 % : 6615 ml
1. 50% dlm 6 jam I : 3307,5 x 20 tpm/6 x 60 mnt : 183,75 tpm infus RL
Jalur 1 : 92 tpm
Jalur 2 : 92 tpm
2. 50% dlm 16 jam II : 3307,5 x 20 tpm/16 x 60 mnt : 68,9 tpm infus RL
Jalur 1 : 34,5 tpm
Jalur 2 : 34,5 tpm
KATETER URINE

Indikasi Pemasangan Kateter urine sebagai Terapi adalah :


1. Dipakai dalam beberapa operasi traktus urinarius bagian bawah seperti secsio alta, repair reflek
vesico urethal, prostatatoktomi sebagai drainage kandung kemih.
2. Mengatasi obstruksi infra vesikal seperti pada BPH, adanya bekuan darah dalam buli-buli,
striktur pasca bedah dan proses inflamasi pada urethra.
3. Penanganan incontinensia urine dengan intermitten self catheterization.
4. Pada tindakan kateterisasi bersih mandiri berkala ( KBMB ).
5. Memasukan obat-obat intravesika antara lain sitostatika / antipiretika untuk buli - buli.
6. Sebagai splint setelah operasi rekontruksi urethra untuk tujuan stabilisasi urethra.
INDIKASI RAWAT INAP

1. Penderita syok atau terancam syok bila luas luka bakar > 10% pada anak atau > 15% pada orang
dewasa.
2. Terancam edema laring akibat terhirupnya asap atau udara hangat.
3. Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat, seperti pada wajah, mata, tangan,
kaki atau perineum.
KOMPLIKASI
1. Syok hipovolemik
2. Kekurangan cairan dan elektrolit
3. Hypermetabolisme
4. Infeksi
5. Gagal ginjal akut
6. Masalah pernapasan akut; injury inhalasi, aspirasi gastric, pneumonia bakteri, edema.
7. Paru dan emboli
8. Sepsis pada luka
9. Ilius paralitik
ETIOPATOLOGI LUKA BAKAR

• MENURUT ETIOLOGI
• Terbakar api langsung
• Luka bakar akibat tidak langsung dari api tersiram air panas
• Pajanan suhu tinggi dari matahari
• Listrik, bahan kimia
• Buku Ajar Ilmu Bedah, Wim de Jong
A. Flame Burns
• Terjadi bila kulit mengalami kontak langsung dengan api
– Keparahan tergantung lamanya waktu kulit terpajan dengan api
– Bentuk lain dari flame burns adalah flash burns
• a. Disebabkan oleh ledakan yang berasal dari gas, atau berupa partikel- partikel halus suatu
benda panas
• b. Menyebabkan luka bakar derajat dua dan tiga pada seluruh daerah kulit yang terkena,
termasuk rambut
B. Contact Burns
• Terjadi bila kulit mengalami kontak langsung dengan objek yang panas, misalnya besi
panas, setrika, dll. Jenis luka bakar ini, dapat memberikan gambaran mengenai bentuk benda
panas yang menyebabkan luka bakar tersebut
C. Radiant Burns
• Terjadi apabila kulit terpajan dengan gelombang panas
• Tidak selalu diperlukan kontak langsung dengan benda yang menghasilkan gelombang panas untuk menimbulkan
luka bakar
• Dapat menimbulkan lepuh dan eritema
• Bila pajanan terjadi dalam jangka waktu lama dapat meimbulkan karbonisasi
• Luka bakar karena microwave.
• Microwave adalah gelombang elektromagnetik dgn frekwensi 30-300.000 MHz dan panjang 1mm sampai 30 cm.
Radiasi microwave adalah non-ionisasi,sehingga efeknya adalah panas, yang mana memproduksi melalui agitasi
molecular dari molekul polar, seperti air. Pada system biologi, oleh karena itu, Jaringan dengan komposisi air yang
lebih tinggi ( seperti otot ) akan menjadi lebih panas daripada jaringan dengan komposisi air yang lebih rendah (
seperti lemak ).
E. Luka terbakar terjadi bila kulit berhubungan dengan cairan panas ( biasanya air ).
• 1. Air pada 158°F ( 70°C ) akan menghasilkan suatu luka derajat tiga pada kulit orang dewasa, kira-
kira dalam satu detik dari kontak ; pada 131°F ( 55°C ), hampir 25 detik dibutuhkan untuk
menghsilkan luka bakar yang sama.
• 2. Luka terbakar dapat dibagi menjadi 3 tipe :
• a. Luka imersi, yang mana bisa saja karena ketidaksengajaan atau kecerobohan di rumah.
• b. Luka bakar karena percikan, atau tumpahan biasanya tidak sengaja, disebabkan karena
memercikkan, menumpahkan cairan panas ke tubuh.
• c. Luka bakar hangat biasanya karena ketidaksengajaan. Uap yang sangat panas dapat menyebabkan
luka berat pada mukosa saluran napas. Pada beberapa kasus, edema laring massif dapat terjadi,
penyebab asfiksia dan kematian.
F. Luka bakar kimia adalah diproduksi oleh agent kimia seperti asam kuat dan alkali, sama seperti
agent lain seperti fosfor dan fenol. Luka bakar menghasilkan perubahan yang lebih lambat daripada
luka bakar akibat agent panas.
Klafisikasi Bahan kimia :
1. Alkalis/Basa
Hidroksida, soda kaustik, kalium amoniak, litium, barium, kalsium atau bahan – bahan pembersih
dapat menyebabkan liquefaction necrosis dan denaturas protein.
Agent alkalin :
a. Cenderung lebih menjadi luka berat disbanding agent asam ;
b.Yang dapat menyababkan luka baker umumnya memiliki pH > 11.5
c. Sering menghasilkan luka yang cukup tebal
d. Menghasilkan luka yang menimbulkan nyeri; dan menusuk kulit dan licin.

2. Acids/Asam
Asam hidroklorat, asam aksalat, asam sulfat, pembersih kamar mandi atau kolam renang dapat
menyebabkan kerusakan coagulation necrosis.
Agen asam biasanya menghasilkan hanya sebagian dari ketebalan luka, yang mana diikuti dengan
eritema dan erosi yang superficial saja.

Ilmu bedah. Wim de jong


PATOFISIOLOGI LUK A BAK AR
• Menurut luas luka bakar : (u/ dewasa :mnurut rule of 9, anak2: lund browder)
• Berat Menurut American Burn Association:
• 1. Luka Bakar Ringan.
• - Luka bakar derajat II <15 %
• - Luka bakar derajat II < 10 % pada anak – anak
• - Luka bakar derajat III < 2 %
• 2. Luka bakar sedang
• - Luka bakar derajat II 15-25 % pada orang dewasa
• - Luka bakar II 10 – 20 5 pada anak – anak
• - Luka bakar derajat III < 10 %
• 3. Luka bakar berat
• - Luka bakar derajat II 25 % atau lebih pada orang dewasa
• - Luka bakar derajat II 20 % atau lebih pada anak – anak.
• - Luka bakar derajat III 10 % atau lebih
• - Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki dan genitalia/perineum.
• - Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain derajat II (>20%) derajat III (>10%) ,luka
bakar akibat listrik >1000Volt ,luka bakar dg komplikasi patah tulang disertai kerusakan jar.lunak yg luas
• Berdasarkan kedalaman luka bakar
• Derajat 1 : epidermis
• Derajat 2 : dermis
• Derajat 3 : dermis + organ di bawahnya
• Luka bakar derajat I
• Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
• Kulit kering, hiperemi berupa eritema
• Tidak dijumpai bullae
• Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
• Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari
• Luka bakar derajat II
• Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi.
• Dijumpai bulae.
• Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi.
• Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal.
• Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
– Derajat II dangkal (superficial) IIA
• Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis lapisan atas dari corium/dermis.
• Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh benih2 epitel
• Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa terbentuk sikatrik
• Luka bakar derajat III
• Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam.
• Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea mengalami kerusakan.
• Tidak dijumpai bulae.
• Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering letaknya lebih rendah dibanding kulit sekitar.
• Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar.
• Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian.
• Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan dari dasar luka.
• Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian.
• Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan dari dasar luka.
• ( Luka Bakar, Pengetahuan klinis praktis,Yefta Moenadjat)
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2d3keperawatan/206301024/bab2.pdf
KEGAWATDARURATAN PADA LUK A BAK AR

• Gangguan saluran nafas (cedera inhalasi)


• Adalah perubahan mukosa saluran nafas akibat adanya paparan terhadap suatu iritan dan menimbulkan manifestasi
klinik berupa distress pernafasn. Reaksinya berupa inflamasi akut dengan edema dan hipersekresi mukosa saluran nafas.
Iritan yang dimaksud biasanya berupa produk toksik dari sisa pembakaran yang tidak sempurna atau zat kimia di ruang
tertutup, atau korban tidak sadarkan diri
• Edema mukosa yang masif di saluran nafas atas menyebabkan obstruksi lumen, biasanya dalam waktu ± 8 jam pasca
cedera.
• Perubahan inflamatorik mukosa bagian bawah biasanya terjadi lebih lambat, di kaitkan dengan peran sitokin dan radikan
bebas yang melibatkan mukosa alveoli, susunan pembuluh darah kapiler perialveolar dan parenkim paru; mengakibatkan
gangguan difusi oksigen / Acquired Respiratory Distress Syndrome (ARDS)

• Gangguan mekanisme bernafas


• Adanya eskar melingkar di permukaan rongga toraks (dada) menyebabkan gangguan ekspansi rongga toraks pada
proses respirasi (inspirasi).Volume inspiasi yang berkurang menyebabkan gangguan proses oxygen exchage.
• Gangguan sirkulasi
• Pada luka bakar ekstensif dengan perubahan permeabilitas kapler yang hampir menyerluruh, peimbunan cairan
masif di jaringan intersitial menyebabkan kondisi hipovolemik. Volume cairan intravaskuler mengalami defisit,
timbul ketidakmampuan menyelenggarakan proses transportasi oksigen ke jaringan (syok)
• Sel-sel endotel yang edema, menyebabkan ekstrapasasi cairan intravaskuler ke ruang intersitial; demikian juga
plasma (protein) dan elektrolit. Keseimbangan tekanan hidrostatik dan onkolotik terganggu sehingga sirkulasi ke
distal terlambat, menyebabkan gangguan perfusi.
• Reaksi yang akibat gangguan sistem hemeostatik adalah vasokontriksi pembuluh darah perifer. Sirkulasi
dipertahankan dengan kompensasii, yang ditandai meningkatnya aktivitas pernafasan (cepat dan dangkal), aktifitas
jantung (palpitasi dan takikardi), gangguan sirkulasi otak (disorientasi, gelisah, penurunan kesadaran)
• Moenadjatm,Yefta. 2001.Pengetahuan Klinis Praktis Luka Bakar. Jakarta : FKUI
DERAJAT KEDALAMAN (GRADE)
LUKA BAKAR:
Derajat kedalaman Struktur yg terkena Gejala dan Keluhan
(Grade)

Grade I Hanya mengenai lapisan -Hiperemi


(Superficial Burns) atas kulit (epidermis) - Nyeri +
- Bullae -

Grade II Mengenai epidermis dan --lembab, mottled, kulit


(Partial Thickness Burns) sebagian dermis merah – memutih
-- Nyeri ++
--Bullae +
Grade III Mengenai seluruh lapisan --- kering
(Full Thickness Burns) kulit --- putih/coklat tua/hitam
---charred
--- tdk nyeri
Dalam Jaringan Klinis Tes Jarum Waktu Hasil
Luka / Rusak Sembu
Derajat h
I Epidermis -sakit Hiperalgesi 7 hari Normal
-merah
-kering
II.Dangkal -sebagian -sakit Hiperalgesi 7-14 Normal,
dermis. -merah atau normal hari pucat
Folikel /kuning berbintik
rambut dan -basah
kel keringat -bula
utuh
II.Dalam -hanya kel idem Hipoalgesi Pucat,depig-
keringat 14-21 mentasi, rata,
utuh hari mengkilat,
rambut(-),
sikatrik
hipertrofi
III Dermis -tidak sakit Analgesia > 21 Sikatrik
seluruhnya -putih, coklat, hari hipertrofi
hitam
-kering
1
2

Derajat 1 : epidermis
Derajat 2 : dermis
Derajat 3 : dermis + organ di-
bawahnya
DALAMNYA LUKA BAKAR
KLASIFIKASI

Berat ringan luka bakar ditentukan oleh:


1.Derajat atau stadium
2.Luas
3.Bagian tubuh yang terkena
4.Penyebab
5.Ada tidaknya kelainan yang menyertai
KLASIFIKASI
• Ringan
-luka bakar derajat I,
-derajat II < 15 % pada dewasa, derajat II < 10 % pada anak-anak,
-derajat III < 2 %.
• Sedang
-luka bakar derajat II 15-30 % pada dewasa, 10-20 % pada anak-anak,
-derajat III < 10 %,
-tidak mengenai tangan, muka, kaki, mata, telinga, dan anogenital.
KLASIFIKASI

• Berat
-luka bakar derajat II > 30 % pada dewasa, > 20 % pada anak-anak,
-derajat III > 10 %,
-mengenai tangan, muka, kaki, telinga, anogenital,
-komplikasi saluran nafas, fraktur, trauma jaringan lunak berat,
-luka bakar listrik.
• PD yg terpajan suhu tinggi rusak& permeabilitas↑  sel darah rusak  anemia
• Permeabilitas↑  edema  bula yang mengandung banyak elektrolit  volume cairan
intravaskuler ↓
• Kerusakan kulit akibat luka bakar  cairan ↓ akibat penguapan yang berlebihan, masuknya
cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat II, dan pengeluaran cairan dari keropeng
luka bakar derajat III.
PATOFISIOLOGI
DERAJAT LUKA BAKAR
Sumber : Guideline and treatment algorithm for burn injuries
Ahmet Çınar Yastı, M.D.,1,2 Emrah Şenel, M.D.,3 Mutlu
Saydam, M.D.,4 Geylani Özok, M.D.,5 Atilla Çoruh, M.D.,6
Kaya Yorgancı, M.D.7
ZONASI LUKA BAKAR
MACAM LUKA BAKAR

Sumber : Burns: Definition, Classification, Pathophysiology and Initial Approach


Garcia-Espinoza JA1*, Aguilar-Aragon VB2, Ortiz-Villalobos EH2, Garcia-Manzano RA1 and Antonio BA1
Sumber : Practical Handbook of Burns Management
For
National Programme for Prevention, Management and Rehabilitation of Burn Injuries (NPPMRBI)
under
Ministry of Health and Family Welfare Government of India
TRAUMA INHALASI

Sumber : Guideline and treatment algorithm for burn


injuries
Ahmet Çınar Yastı, M.D.,1,2 Emrah Şenel,
M.D.,3 Mutlu Saydam, M.D.,4 Geylani Özok,
M.D.,5 Atilla Çoruh, M.D.,6 Kaya Yorgancı,
M.D.7
Guideline and treatment algorithm for burn
injuries
Ahmet Çınar Yastı, M.D.,1,2 Emrah
Şenel, M.D.,3 Mutlu Saydam, M.D.,4
Geylani Özok, M.D.,5 Atilla Çoruh,
M.D.,6 Kaya Yorgancı, M.D.7
LUAS LUKA BAKAR
INDIKASI RAWAT DI RUMAH SAKIT

Sumber : Management of Burn.WHO.2007


PENANGANAN LUKA BAKAR
Sumber : Burn Cases, Their Management and Complications:
A Review
*Rizwan Ali Masood1, Zafeer Naeem Wain1, 2, Rehan Tariq1,
Muhammad Asis ullah1, 2, Irfan Bashir1, 2
PROSES PENYEMBUHAN LUKA BAKAR
IMOBILISASI LUKA BAKAR

Sumber : Physiotherapy in Burns, Plastics and


Reconstructive Surgery
Aoife Hale
RESUSITASI CAIRAN

You might also like