SGD KGD LBM 4 Alfhata
SGD KGD LBM 4 Alfhata
SGD KGD LBM 4 Alfhata
A L F H ATA B R I L L I A N P U T R A
30101507366
SGD 13
STRUKTUR KULIT
RESPON TUBUH
Local response
The three zones of a burn were described by Jackson in 1947.
1. Zone of coagulation—This occurs at the point of maximum damage. In this zone there is irreversible
tissue loss due to coagulation of the constituent proteins.
2. Zone of stasis—The surrounding zone of stasis is characterised by decreased tissue perfusion. The
tissue in this zone is potentially salvageable. The main aim of burns resuscitation is to increase tissue
perfusion here and prevent any damage becoming irreversible. Additional insults—such as prolonged
hypotension, infection, or oedema—can convert this zone into an area of complete tissue loss.
3. Zone of hyperaemia—In this outermost zone tissue perfusion is increased. The tissue here will
invariably recover unless there is severe sepsis or prolonged hypoperfusion. These three zones of a
burn are three dimensional, and loss of tissue in the zone of stasis will lead to the wound deepening
as well as widening.
Systemic response
The release of cytokines and other inflammatory mediators at the site of injury has a systemic effect once the burn reaches 30% of
total body surface area.
1. Cardiovascular changes—Capillary permeability is increased, leading to loss of intravascular proteins and fluids into the interstitial
compartment. Peripheral and splanchnic vasoconstriction occurs. Myocardial contractility is decreased, possibly due to release of
tumour necrosis factor. These changes, coupled with fluid loss from the burn wound, result in systemic hypotension and end organ
hypoperfusion.
2. Respiratory changes—Inflammatory mediators cause bronchoconstriction, and in severe burns adult respiratory distress syndrome
can occur.
3. Metabolic changes—The basal metabolic rate increases up to three times its original rate. This, coupled with splanchnic
hypoperfusion, necessitates early and aggressive enteral feeding to decrease catabolism and maintain gut integrity.
4. Immunological changes—Non-specific down regulation of the immune response occurs, affecting both cell mediated and humoral
pathways.
PATFIS
Luka bakar pelepasan substansi vasoaktif (katekolamin, histamin, PG, leukotrin, dll)
peningkatan permeabilitas kapiler udem dan bula elektrolit cairan intravaskuler berkurang
pelepasan katekolamin menyebabkan denyut jantung meningkat hipovolemi relatif Cardiac
output turun TD turun
Luka bakar > 20 %: syok hipovolemik , berupa syok, nadi kecil dan cepat, pucat, TD turun,
produksi urin turun.
Dari akibat thermal misal api: langsung ke kulit (bisa sampe ke subkutis)
• Luka Bakar pelepasan katekolamin vasokonstriksi aliran ke limfa turun
hipoksia hepar gangguan hepar.
• Luka bakar meningkatkan adrenalin aldosteron ningkat retensi Na
Kehilangan K+ gang.metabolisme elektrolit
• Luka bakar laju metabolisme ningkat (mual, muntah, anoreksia)
glukoneogenesis ningkat, glikogenesis O2 ningkat kebutuhan O2 Ningkat
insufisiensi COP turun asidosis metabolik
•
• fase akut: blm ada edem tapi permeabilitas meningkat
KLASIFIKASI LUKA BAKAR
A. Luka bakar dapat diklasifikasikan menurut dalamnya jaringan yang rusak:
1. Luka bakar derajat satu (superfisial)
Pada luka bakar derajat satu, epidermis mengalami kerusakan atau cedera dan sebagian dermis turut
cedera. Luka tersebut bisa terasa nyeri, tampak merah, dan kering seperti luka bakar matahari, atau
mengalami lepuh/bulae.
2. Luka bakar derajat dua (partial-thickness)
Luka bakar derajat dua meliputi destruksi epidermis serta lapisan atas dermis dan cedera pada bagian
dermis yang lebih dalam. Luka tersebut terasa nyeri, tampak merah dan mengalami eksudasi cairan.
Pemutihan jaringan yang terbakar diikuti oleh pengisian kembali kapiler, folikel rambut masih utuh.
3. Luka bakar derajat tiga (full-thickness)
Luka bakar derajat tiga meliputi destruksi total epidermis serta dermis, dan pada sebagian kasus, jaringan
yang berada di bawahnya. Warna luka bakar sangat bervarisi, mulai dari warna putih hingga merah, cokelat
atau hitam. Darah yang terbakar tidak terasa nyeri karena serabut-serabut sarafnya hancur. Luka bakar
tersebut tampak seperti bahan kulit. Folikel rambut dan kelenjar keringat turut hancur.
• B. Klasifikasi luka bakar berdasarkan luas permukaan tubuh yang terbakar
• Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine
atau rule of wallace yaitu:
1. Kepala dan leher = 9%
2. Lengan masing-masing 9% = 18%
3. Badan depan 18%, badan belakang 18% = 36%
4. Tungkai maisng-masing 18% = 36%
5. Genetalia/perineum = 1%
• Total : 100%
American college of surgeon membagi dalam:
Parah – critical:
Tingkat II : 30% atau lebih.
Tingkat III : 10% atau lebih.
Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.
Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue yang luas.
Sedang – moderate
Tingkat II : 15 – 30%
Tingkat III : 1 – 10%
Ringan – minor:
Tingkat II : kurang 15%
Tingkat III : kurang 1%
DERAJAT
• Untuk keperluan klinik terdapat juga klasifikasi yang didasari ketebalan luka, kerusakan kulit dan
perlu tidaknya penderita luka bakar mendapat perawatan intensif, yaitu : 1
1. Luka bakar superfisial (superficial burn)
2. Luka bakar dangkal (superficial partial-thickness burn)
3. Luka bakar dalam (deep partial-thickness burn).
4. Luka bakar seluruh tebal kulit (full thickness burn).
• 1. Luka bakar berat (perlu dirawat di RS dan mendapat pengobatan intensif)
• a. Derajat II (dewasa > 30 %, anak > 20 %).
• b. Derajat III > 10%
• c. Luka bakar dengan komplikasi pada saluran nafas, fraktur, trauma jaringan lunak yang hebat.
• d. Luka bakar akibat sengatan listrik
• e. Derajat III yang mengenai bagian tubuh yang kritis seperti muka, tangan, kaki, mata, telinga,
dan anogenital.
• 2. Luka bakar sedang (perlu dirawat di RS untuk mendapat pengobatan yang baik, biasanya tak
seintensif luka bakar berat)
• a. Derajat II dangkal > 15% (dewasa), 10% (anak)
• b. Derajat II dalam antara 15-30% (dewasa), 10-20% (anak)
• c. Derajat III < 10% yang tidak mengenai muka, tangan, kaki, mata, telinga, dan anogenital.
• 3. Luka bakar ringan
• a. Derajat I
• b. Derajat II < 15% (dewasa), < 10% (anak-anak)
• c. Derajat III < 2%
CARA MENGHITUNG LUAS LUKA
BAKAR
3.
PERHITUNG
AN LUAS
LUKA
BAKAR
MENURUT
LUND DAN
BROWDER:
INITIAL ASSESMENT
DX
Luka bakar ec ledakan tabung gas derajat I (Wajah), IIB (Dada), III (lengan kiri)
Regio wajah 4,5 %, Dada 18%, lengan kiri 9%
TOTAL : 31,5 % -> luka bakar berat
TERAPI CAIRAN
1. Parkland formula
Initial 24 hours: Ringer’s lactated (RL) solution 4 ml/kg/% burn for adults and 3 ml/kg/%
burn for children. RL solution is added for maintenance for children:
4 ml/kg/hour for children weighing 0–10 kg
40 ml/hour +2 ml/hour for children weighing 10–20 kg
60 ml/hour + 1 ml/kg/hour for children weighing 20 kg or higher
This formula recommends no colloid in the initial 24 hours.
Next 24 hours: Colloids given as 20–60% of calculated plasma volume. No crystalloids.
Glucose in water is added in amounts required to maintain a urinary output of 0.5–1
ml/hour in adults and 1 ml/hour in children.
Modified Brooke
Initial 24 hours: No colloids. RL solution 2 ml/kg/% burn in adults and 3 ml/kg/%
burn in children
Next 24 hours: Colloids at 0.3–0.5 ml/kg/% burn and no crystalloids are given.
Glucose in water is added in the amounts required to maintain good urinary
output.
Evans formula (1952)
First 24 hours: Crystalloids 1 ml/kg/% burn plus colloids at 1 ml/kg/% burn plus
2000 ml glucose in water
Next 24 hours: Crystalloids at 0.5 ml/kg/% burn, colloids at 0.5 ml/kg/% burn and
the same amount of glucose in water as in the first 24 hours
Monafo formula
Monafo recommends using a solution containing 250 mEq Na, 150 mEq lactate and
100 mEq Cl. The amount is adjusted according to the urine output. In the following
24 hours, the solution is titrated with 1/3 normal saline according to urinary
output.
PENCEGAHAN KONTRAKTUR
KONSERVATIF
Proper position
EXERCISE
3 cc x 70 kg x 31,5 % : 6615 ml
1. 50% dlm 6 jam I : 3307,5 x 20 tpm/6 x 60 mnt : 183,75 tpm infus RL
Jalur 1 : 92 tpm
Jalur 2 : 92 tpm
2. 50% dlm 16 jam II : 3307,5 x 20 tpm/16 x 60 mnt : 68,9 tpm infus RL
Jalur 1 : 34,5 tpm
Jalur 2 : 34,5 tpm
KATETER URINE
1. Penderita syok atau terancam syok bila luas luka bakar > 10% pada anak atau > 15% pada orang
dewasa.
2. Terancam edema laring akibat terhirupnya asap atau udara hangat.
3. Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat, seperti pada wajah, mata, tangan,
kaki atau perineum.
KOMPLIKASI
1. Syok hipovolemik
2. Kekurangan cairan dan elektrolit
3. Hypermetabolisme
4. Infeksi
5. Gagal ginjal akut
6. Masalah pernapasan akut; injury inhalasi, aspirasi gastric, pneumonia bakteri, edema.
7. Paru dan emboli
8. Sepsis pada luka
9. Ilius paralitik
ETIOPATOLOGI LUKA BAKAR
• MENURUT ETIOLOGI
• Terbakar api langsung
• Luka bakar akibat tidak langsung dari api tersiram air panas
• Pajanan suhu tinggi dari matahari
• Listrik, bahan kimia
• Buku Ajar Ilmu Bedah, Wim de Jong
A. Flame Burns
• Terjadi bila kulit mengalami kontak langsung dengan api
– Keparahan tergantung lamanya waktu kulit terpajan dengan api
– Bentuk lain dari flame burns adalah flash burns
• a. Disebabkan oleh ledakan yang berasal dari gas, atau berupa partikel- partikel halus suatu
benda panas
• b. Menyebabkan luka bakar derajat dua dan tiga pada seluruh daerah kulit yang terkena,
termasuk rambut
B. Contact Burns
• Terjadi bila kulit mengalami kontak langsung dengan objek yang panas, misalnya besi
panas, setrika, dll. Jenis luka bakar ini, dapat memberikan gambaran mengenai bentuk benda
panas yang menyebabkan luka bakar tersebut
C. Radiant Burns
• Terjadi apabila kulit terpajan dengan gelombang panas
• Tidak selalu diperlukan kontak langsung dengan benda yang menghasilkan gelombang panas untuk menimbulkan
luka bakar
• Dapat menimbulkan lepuh dan eritema
• Bila pajanan terjadi dalam jangka waktu lama dapat meimbulkan karbonisasi
• Luka bakar karena microwave.
• Microwave adalah gelombang elektromagnetik dgn frekwensi 30-300.000 MHz dan panjang 1mm sampai 30 cm.
Radiasi microwave adalah non-ionisasi,sehingga efeknya adalah panas, yang mana memproduksi melalui agitasi
molecular dari molekul polar, seperti air. Pada system biologi, oleh karena itu, Jaringan dengan komposisi air yang
lebih tinggi ( seperti otot ) akan menjadi lebih panas daripada jaringan dengan komposisi air yang lebih rendah (
seperti lemak ).
E. Luka terbakar terjadi bila kulit berhubungan dengan cairan panas ( biasanya air ).
• 1. Air pada 158°F ( 70°C ) akan menghasilkan suatu luka derajat tiga pada kulit orang dewasa, kira-
kira dalam satu detik dari kontak ; pada 131°F ( 55°C ), hampir 25 detik dibutuhkan untuk
menghsilkan luka bakar yang sama.
• 2. Luka terbakar dapat dibagi menjadi 3 tipe :
• a. Luka imersi, yang mana bisa saja karena ketidaksengajaan atau kecerobohan di rumah.
• b. Luka bakar karena percikan, atau tumpahan biasanya tidak sengaja, disebabkan karena
memercikkan, menumpahkan cairan panas ke tubuh.
• c. Luka bakar hangat biasanya karena ketidaksengajaan. Uap yang sangat panas dapat menyebabkan
luka berat pada mukosa saluran napas. Pada beberapa kasus, edema laring massif dapat terjadi,
penyebab asfiksia dan kematian.
F. Luka bakar kimia adalah diproduksi oleh agent kimia seperti asam kuat dan alkali, sama seperti
agent lain seperti fosfor dan fenol. Luka bakar menghasilkan perubahan yang lebih lambat daripada
luka bakar akibat agent panas.
Klafisikasi Bahan kimia :
1. Alkalis/Basa
Hidroksida, soda kaustik, kalium amoniak, litium, barium, kalsium atau bahan – bahan pembersih
dapat menyebabkan liquefaction necrosis dan denaturas protein.
Agent alkalin :
a. Cenderung lebih menjadi luka berat disbanding agent asam ;
b.Yang dapat menyababkan luka baker umumnya memiliki pH > 11.5
c. Sering menghasilkan luka yang cukup tebal
d. Menghasilkan luka yang menimbulkan nyeri; dan menusuk kulit dan licin.
2. Acids/Asam
Asam hidroklorat, asam aksalat, asam sulfat, pembersih kamar mandi atau kolam renang dapat
menyebabkan kerusakan coagulation necrosis.
Agen asam biasanya menghasilkan hanya sebagian dari ketebalan luka, yang mana diikuti dengan
eritema dan erosi yang superficial saja.
Derajat 1 : epidermis
Derajat 2 : dermis
Derajat 3 : dermis + organ di-
bawahnya
DALAMNYA LUKA BAKAR
KLASIFIKASI
• Berat
-luka bakar derajat II > 30 % pada dewasa, > 20 % pada anak-anak,
-derajat III > 10 %,
-mengenai tangan, muka, kaki, telinga, anogenital,
-komplikasi saluran nafas, fraktur, trauma jaringan lunak berat,
-luka bakar listrik.
• PD yg terpajan suhu tinggi rusak& permeabilitas↑ sel darah rusak anemia
• Permeabilitas↑ edema bula yang mengandung banyak elektrolit volume cairan
intravaskuler ↓
• Kerusakan kulit akibat luka bakar cairan ↓ akibat penguapan yang berlebihan, masuknya
cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat II, dan pengeluaran cairan dari keropeng
luka bakar derajat III.
PATOFISIOLOGI
DERAJAT LUKA BAKAR
Sumber : Guideline and treatment algorithm for burn injuries
Ahmet Çınar Yastı, M.D.,1,2 Emrah Şenel, M.D.,3 Mutlu
Saydam, M.D.,4 Geylani Özok, M.D.,5 Atilla Çoruh, M.D.,6
Kaya Yorgancı, M.D.7
ZONASI LUKA BAKAR
MACAM LUKA BAKAR