TM 5
TM 5
TM 5
PERKEMBANGAN ZAMAN
Dalam perspektif Islam, ilmu merupakan pengetahuan mendalam hasil usaha yang
sungguh-sungguh (ijtihād) dari para ilmuwan muslim (‘ulamā’/mujtahīd) atas persoalanpersoalan
duniawī dan ukhrāwī dengan bersumber kepada wahyu Allah SWT. Al-Qur’ān dan al-Hadīts
merupakan wahyu Allah yang berfungsi sebagai petunjuk (hudan) bagi umat manusia, termasuk
dalam hal ini adalah petunjuk tentang ilmu dan aktivitas ilmiah. Dalam sejarah Islam, ilmu
pengetahuan mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam waktu sekitar 5 abad lebih.
Bersamaan dengan itu orang-orang Barat berada di alam kegelapan atau kebodohan. Ilmu
pengetahuan dalam Islam berkembang secara pesat pada masa Bani Umayyah dan Bani
Abbasiyah. Berkembangnya ilmu pengetahuan ini didahului oleh penerjemahan buku-buku
Yunani ke dalam bahasa Arab yang berpusat di Bait al-Hikmah di Baghdad. Ilmu-ilmu yang
dicakup dalam perkembangan ini adalah ilmu kedokteran, matematika, fisika, mekanika,
botanika, optika, astronomi di samping filsafat dan logika. Karya yang diterjemahkan adalah
karangan Galinos, Hipokrates, Ptolemeus, Euclid, Plato, Aristoteles dan lain-lain. Buku-buku itu
dipelajari oleh ulamaulama Islam dan mengalami perkembangan di bawah khalifah-khalifah
Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah antara lain ilmu hitung, ilmu ukur, aljabar, ilmu falak, ilmu
kedokteran, ilmu kimia, ilmu alam, ilmu bumi, ilmu sejarah di samping bahasa dan sastra arab.
a. Masa Kejayaan
abad ke 6-7 Masehi menjadi kemajuan ilmu pengetahuan berada di pangkuan perdaban
Islam.
1. Dalam lapangan kedokteran muncul nama-nama terkenal seperti:
a) Al-Hawi karya Al-Razi (850-923) merupakan sebuah ensiklopedi mengenai seluruh
perkembangan ilmu kedokteran sampai masanya.
b) Ibnu Sina (980-1037) menulis buku-buku kedokteran (al-Qonun) yang menjadi standar
dalam ilmu kedokteran di Eropa.
c) Al-Khawarizmi (Algorismus atau Alghoarismus) menyusun buku Aljabar pada tahun 825
M, yang menjadi buku standar beberapa abad di Eropa. Ia juga menulis perhitungan biasa
(Aritmatik), yang menjadi pembuka jalan penggunaan cara desimal di Eropa untuk
menggantikan tulisan Romawi.
d) Ibnu Rushd (1126-1198) seorang filsuf yang menterjemahkan dan mengomentari
karyakarya Aristoteles.
e) Al Idris (1100-1166) telah membuat 70 peta dari daerah yang dikenal pada masa itu
untuk disampaikan kepada Raja Boger II dari kerajaan Sicilia
2. Dalam bidang kimia :
a) Jabir ibn Hayyan (Geber) (362-442 H), karya Jabir ibn Hayyan memaparkan metode-
metode pengolahan berbagai zat kimia maupun metode pemurniannya.
b) Al-Biruni (973-1050 M), mengukur sendiri gaya berat khusus dari beberapa zat yang
mencapai ketepatan tinggi.
3. Filsafat natural (natural philosophy) juga tumbuh subur di dunia Muslim. Di antara tokoh-
tokohnya adalah, Ibn Sina, al Farabi, al Kindi, al Biruni, Ibn Rushd, Ibn Bajja, al Ghazzali
dan tokoh-tokoh lainnya yang membuat sumbangan yang besar kepada filsafat natural.
Sebagian diantara mereka sangat rajin mendukung filsafat natural Aristoteles baik dengan
kata maupun ayat, seperti halnya kasusnya dalam filsafat peripaterik. Namun sebagian
lainnya, seperti al Ghazzali, mengambil posisi bersebelahan dan terkadang sangat radikal
menyikapi aliran filsafat Aristoteles. Para pakar filsafat natural inilah yang
bertanggungjawab dalam menerjemahkan filsafat Yunani kedalam bahasa Arab dan
kemudian mengusungnya ke Barat. Sumbangan mereka pada tradisi ilmiah Islam tidak
kurang penting daripada sumbangan para pakar Fisika, Kimia, Matematika, Astronomi dan
Kedokteran. Mereka merupakan pakar yang benar-benar menguasai banyak disiplin ilmu. Ibn
Sina dan al Ghazali adalah filosuf besar, sebagaimana juga dikenal sebagai ahli Fisika
tersohor. Karya mereka di bidang kedokteran tidak kalah pentingnya sebanding dengan karya
beliau di bidang filsafat.
Cendikiawan Muslim pada masa kemajuan Islam bukan hanya menguasai ilmu dan
filsafat yang mereka peroleh dari peradaban Yunani tetapi mereka kembangkan ke dalam
penyelidikan hasil-hasil mereka sendiri dalam berbagai bidang ilmu. Pada masa ini
berkembang universitas-universitas termasyhur di dunia yakni universitas Cordoba di
Andalusia, Universitas di Salamanka dan universitas di berbagai kota lainnya sebagai tempat
menuntut ilmu bagi kalangan Nasrani yang berasal dari berbagai negara Eropa.
b. Masa Kemunduran
Yang sering disebut-sebut sebagai momentum kemunduran umat Islam dalam bidang
pemikiran dan pengembangan ilmu adalah kritik al-Ghazali (1058-1111 M) melalui Tahafut al-
Falasifahnya terhadap para filosof yang dinilainya telah menyimpang jauh dari ajaran Islam.
Karena setelah itu, menurut Nurcholish Madjid, walaupun masih muncul beberapa pemikir
muslim, seperti; Ibn Rusyd, Ibn Taymiyah, Ibn Khaldun, Mulla Sadr, Ahmad Sirhindi, dan Syah
Waliyullah pada umumnya para ahli menyatakan bahwa dunia pemikiran Islam setelah al-
Ghazali tidak lagi semarak dan gegap gempita seperti sebelumnya. Jawabannya masih pro-
kontra. Menurut Nurcholish Madjid yang menjadi penyebab kemunduran umat Islam adalah;
a) pertama, etos keilmuan menjadi redup, pintu ijtihad menjadi tertutup sebaliknya
gerakan taqlid mulai menjamur. Akibatnya perkembangan ilmu menjadi stagnan.
Karya ulama klasik dipandang sebagai sesuatu yang final dan tidak boleh disentuh,
kecuali sekedar dibaca, dipahami dan dipraktikkan.
b) Kedua, ilmu agama Islam dimaknai secara sempit dan terbatas. Muncul pemilahan
ilmu agama dan ilmu umum, sesuatu yang tidak pernah terjadi di era klasik. Ilmu
agama dibatasi hanya pada ilmuilmu ukhrawi seperti; Ilmu Kalam, Fiqh, Tafsir,
Hadits, dan Tasawuf.
Gagasan sejumlah intelektual muslim untuk mempertemukan kembali ilmu dan agama
menjadi sangat penting karena beberapa hal:
a) Pertama, untuk merespon dampak negatif perkembangan ilmu dan teknologi modern
dalam kehidupan umat Islam khususnya, dan kehidupan masyarakat dunia pada
umumnya. Tidak bisa disangkal bahwa di samping membawa dampak positif, ilmu dan
teknologi Barat juga memiliki dampak negatif, seperti berkembangnya paham
materialisme, nihilisme, hedonisme, individualisme, konsumerisme, rusaknya tatanan
keluaga, pergaulan bebas, penyalahgunaan obat terlarang, dan semakin jauhnya dari etika
moral dan agama.
b) Kedua, ilmu pengetahuan Barat berangkat dari asumsi bahwa obyek ilmu hanya terfokus
pada obyek-obyek fisik yang bisa diindra.
Kritik tersebut perlu dijadikan cambuk bahwa gagasan tersebut tidak sekedar wacana,
tapi benar-benar terbukti dalam kenyataan dan bermanfaat kemaslahatan umat.
2. PENGEMBANGAN PROFESI KEILMUAN DALAM PENGEMBANGAN ZAMAN
Dalam peradaban Yunani, orang Yunani Kuno mempercayai Asclepius sebagai dewa
kesehatan. Pada era ini, menurut penulis Canterbury Tales, Geoffrey Chaucer, di Yunani
telah muncul beberapa dokter atau tabib terkemuka. Tokoh Yunani yang banyak
berkontribusi mengembangkan ilmu kedokteran adalah Hippocrates atau `Ypocras' (5-4
SM). Dia adalah tabib Yunani yang menulis dasar-dasar pengobatan.
Selain itu, ada juga nama Rufus of Ephesus (1 M) di Asia Minor. Ia adalah dokter
yang berhasil menyusun lebih dari 60 risalah ilmu kedokteran Yunani. Dunia juga
mengenal Dioscorides. Dia adalah penulis risalah pokok-pokok kedokteran yang menjadi
dasar pembentukan farmasi selama beberapa abad. Dokter asal Yunani lainnya yang
paling berpengaruh adalah Galen (2 M). Ketika era kegelapan mencengkram Barat pada
abad pertengahan, perkembangan ilmu kedokteran diambil alih dunia Islam yang telah
berkembang pesat di Timur Tengah, menurut Ezzat Abouleish[2], seperti halnya lmu-
ilmu yang lain.
2. Masa Kejayaan
Pada abad ke-9 M hingga ke-13 M, dunia kedokteran Islam berkembang begitu
pesat. Sejumlah RS (RS) besar berdiri. Pada masa kejayaan Islam, RS tak hanya
berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan para pasien, namun juga menjadi
tempat menimba ilmu para dokter baru. Tak heran, bila penelitian dan pengembangan
yang begitu gencar telah menghasilkan ilmu medis baru. Era kejayaan peradaban Islam
ini telah melahirkan sejumlah dokter terkemuka dan berpengaruh di dunia kedokteran,
hingga sekarang. Setelah abad ke-13 M, ilmu kedokteran yang dikembangkan sarjana-
sarjana Islam mengalami masa stagnasi. Perlahan kemudian surut dan mengalami
kemunduran, seiring runtuhnya era kejayaan Islam di abad pertengahan. sampai disini,
penulis tidak akan menjelaskan nasib Ilmu kedokteran masa kemunduran Islam. Karena
sudah jelas Peradaban Islam mengalami kematian
Era kejayaan Islam, kegiatan kedokteran semakin maju pesat. Dokter-dokter Islam
sangat berjasa dengan kontribusinya pada dunia ilmu kedokteran. Hal ini dapat dilihat
melalui penemuan-penemuan mereka dalam menganilisis dan menemukan penyakit beserta
obat penawarnya, cara-cara pengobatan, institusi-intitusi pengobatan maupun pendidikan,
serta bangunan-bangunan lembaga yang berdiri kokoh hingga sekarang.
1. AL-Razi dan Ibnu Shina; Analisis Pemikiran & Komparasi antara Keduanya
a. AL-RAZI
Dunia keilmuan, khususnya kedokteran modern, harus mengakui peran dan
gagasan tokoh Islam yang satu ini. Selain seperti yang kita kenal, Ibnu Shina yang
merupakan perintis awal Ilmu kedokteran. Dia adalah Muhammad bin Zakaria Al-
Razi, atau lebih dikenal dengan nama Al-Razi. Menempati bidang ini pada usia
yang dapat dibilang sudah tidak muda lagi. Ia lahir di Rayy, dekat Teheran, Iran,
pada tahun 846 M. (w. dikota yang sama pada tahun 925 M).[16] Al-Razi yang
bernama lengkap Abu Bakar Muhammad Zakaria al-Razi sebagai seorang pribadi
atau pemikir, dia sangat disegani dan dihormati kalangan sarjana barat. Seperti A.J.
Aberry, yang menulis pengantar dalam buku Al-Razi, The Spiritual Physic of
Rhazes (penyembuhan rohani). Walaupun sudah menginjak usia tua, ketekunannya
dalam bidang kedokeran menghasilkan karya-karya sangat monumental. Humayun
bin Ishaq adalah gurunya di Baghdad. Dalam karyanya, Al-Mansuri” (Liber Al-
Mansofis) Ia menyoroti tiga aspek penting dalam kedokteran, antara lain; kesehatan
publik, pengobatan preventif, dan perawatan penyakit khusus. Bukunya yang lain
berjudul 'Al-Murshid'. Dalam buku itu, Al-Razi mengupas tentang pengobatan
berbagai penyakit
b. IBNU SINA
Dunia Islam memanggilnya Ibnu Sina, tapi kalangan Barat menyebutnya dengan
panggilan Avicenna. Ia merupakan seorang ilmuan, filsuf dan dokter pada abad ke-
10. Selain itu dia juga dikenal dengan penulis yang produktif. Dan sebagian banyak
tulisannya berisi tentang filsafat dan pengobatan. Karya-karyanya membanjiri
literatur modern dan mengilhami karya-karya pemikir barat. Abu Ali Al-Hussain
bin Abdullah bin Sina lahir di Afshana, dekat kota Bukhara, Uzbeskiztan pada
tahun 981 M. Kecerdasannya ditunjukkan pada usia 17 tahun, dengan tingkat
kejeniusan yang sangat tinggi dia telah memahami seluruh teori kedokteran yang
ada pada saat itu dan melebihi siapun juga. Karena kecerdasannya itu dia diangkat
sebagai konsultan dokter-dokter praktisi.
Analisis & Komparasi Metode Dasar antara Al-Razi dan Ibnu Sina Dalam Ilmu
Kedokteran
Kedua pemikiran antara al-Razi dan Ibnu Sina dapat digabungkan menjadi disiplin Ilmu
kedokteran yang kuat. Walaupun Ibnu Sina mendapat penghargaan atas disiplin Ilmu kedokteran,
namun ia lemah dalam pengamatan empiris. Tapi tidak lantas dapat disimpulkan keduanya
menolak pendekatan teoritis atau observatif. Hanya saja titik perhatiannya terfokus salah satu
metode yaitu antara obserfatif dan teoritis logis.
Al-Razi tidak menolak kesimpulan logis dalam ilmu medis, tapi menerima dengan syarat
melakukan ekperimentasi lebih dulu. Sedangkan Ibnu Sina tidak juga menolak metode observatif
atau klinis, bahkan dia melakukannya. Tapi hanya saja, pusat perhatiannya lebih pada logis
teoritis. Pemikiran kedua tokoh kedokteran tersebut mempunyai kekhasan tersendiri. Oleh karena
itu metode keduanya dapat memberi masukan satu sama lain. Sebagai contoh, pengamatan medis
secara Al-lRazi sebagai dasar perawatannya dapat diperkuat dengan diskursus teoritis logia ala
Ibnu Sina.
3. ILMUWAN MUSLIM DALAM SEJARAH DUNIA
Para ilmuwan muslim pada zamannya berhasil menciptakan berbagai macam ilmu
pengetahuan yang memiliki pengaruh besar bagi dunia. Banyak sekali penemuan-penemuan ini
dijadikan sumber dan kurikulum bagi perkembangan ilmu pengetahuan di seluruh dunia. Pada
masa kejayaan Islam pada era 780M-1258M, masjid dijadikan tempat-tempat untuk mengkaji
berbagai macam ilmu pengetahuan yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Maka tidak heran
apabila masa itu berhasil melahirkan ilmuwan muslim yang luar biasa.
2. Al-Khawarizmi (780-850 M)
Al-Khawarizimi ialah ilmuwan muslim yang ahli di bidang matematika. Imuwan dari
Persia ini menemukan sistem penomoran 1-10. Ia juga berjasa menemukan konsep
aljabar dan algoritma.
Jabir ialah ilmuwan dari Iran yang ahli di bidang kimia. Dia adalah orang pertama yang
mengidentifikasi zat yang bisa melarutkan emas. Jabir juga orang pertama yang
menemukan asam sulfat, klorida dan nitrat. Kontribusi lainnya ialah pada penemuan
alkali. Karya-karya Jabir antara lain Kitab Al-Kimya, Kitab Al-Sab'een, dan Kitab Al
Rahmah.
Ibnu al-Nafis merupakan ilmuwan dari Damaskus yang punya kontribusi besar di bidang
medis. Ia merupakan ilmuwan pertama yang mengungkapkan teori pembuluh darah
kapiler. Ia secara akurat dapat mendeskripsikan peredaran darah dalam tubuh. Ibnu al
Nafis sering dijuluki sebagai bapak fisiologi peredaran darah.
5. Ibnu Khaldun (1332-1406 M)
Ibnu Khaldun ialah ilmuwan dari Tunisia yang dikenal sebagai bapak pendiri ilmu
historiografi, sosiologi, dan ekonomi. Karyanya yang terkenal
dalam Muqaddimah. Ilmuwan ini sudah hafal Alquran sejak usia dini
6. Al Zahrawi (936-1013 M)
Al Zahrawi ialah ilmuwan dari Cordoba yang ahli di bidang kedokteran. Dia yang
menemukan konsep operasi modern. Penemuannya yang sangat berguna hingga kini
korsep untuk membantu proses persalinan.
Ibnu Haitham merupakan ilmuwan Irak yang ahli di bidang matematika. Ia dikenal
sebagai pendiri optik modern. Ibnu Haitahm berhasil membedah konsep cahaya.
DAFTAR PUSTAKA
Indra, Hasbi. 2009. Pandangan Islam Tentang Ilmu Pengetahuan Dan Refleksinya
Terhadap Aktivitas Pendidikan Sains Di Dunia Musllim. Vol. XXXIII No. 2. Jakarta.
Karim, Abdul. 2014. Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan. Fikrah, Vol. 2, No. 1.
Kosim, Mohammad. 2008. Ilmu Pengetahuan Dalam Islam. Tadris. Volume 3. Nomor 2.
https://syihabdenza.blogspot.com/2012/04/pengetahuan.html
al-Faruqi, Isma`il Raji. Atlas Budaya Islam: Menjelajah Khazanah Peradaban