Gurami

Spesies ikan bertulang sejati

Gurami atau gurame (Osphronemus gouramy) adalah sejenis ikan air tawar[2] yang populer sebagai ikan konsumsi di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Di samping itu, gurami juga sering dipelihara dalam akuarium. Selain dikenal dengan nama gurami, ikan ini juga memiliki beberapa sebutan lokal seperti gurami (Sd.); grameh (Jw.); kaloi (My.); Kalui (Mng.); ikan kali (Plg.), dan lain-lain.[3]

Ikan Gurami
Osphronemus goramy
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Domain: Eukaryota
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Anabantiformes
Famili: Osphronemidae
Genus: Osphronemus
Spesies:
O. goramy
Nama binomial
Osphronemus goramy

Pengenalan

sunting
 
Lukisan menurut Weber dan de Beaufort, 1916.

Ikan yang lebar dan pipih. Panjang tubuh (SL, standard length[4]) 2,0-2,1 kali tinggi tubuh; panjang tubuh total (dengan sirip ekor) bisa mencapai 1.000 mm. Sirip perut dengan jari-jari pertama yang pendek berupa duri dan jari-jari kedua yang lentur panjang serupa cambuk. Rumus sirip punggung (dorsal) XI-XIV (jari-jari keras atau duri) dan 12-14 (jari-jari lunak); sementara sirip dubur (anal) X-XI dan 20-23.[5]

Ikan yang muda memiliki moncong yang meruncing, dengan 8-10 pita melintang (belang) di tubuhnya. Jika beranjak dewasa warna-warna ini memudar, dan kepala ikan akan membengkak secara tidak teratur.[5]

Umumnya ikan gurami memiliki mulut kecil dengan bibir bawah yang sedikit lebih panjang dari bibir atas[2]

Manfaat

sunting
 
Gurami bakar

Ikan gurami terutama digemari sebagai ikan konsumsi.[2] Dagingnya padat, durinya besar-besar, rasanya enak dan gurih. Gurami hampir selalu tersedia di restoran, untuk dijadikan pelbagai macam masakan terutama gurami bakar dan gurami asam-manis. Ikan ini berharga cukup mahal.

Gurami juga disukai sebagai ikan hias akuarium.

Penyebaran dan ekologi

sunting

Gurami semula menyebar di pulau-pulau Sunda Besar (Sumatra, Jawa, dan Kalimantan), tetapi kini telah dipelihara sebagai ikan konsumsi di berbagai negara di Asia (terutama Asia Tenggara dan Asia Selatan) serta di Australia.[5]

Di alam, gurami hidup di sungai-sungai, rawa dan kolam, termasuk pula di air payau; namun paling menyukai kolam-kolam dangkal dengan banyak tumbuhan. Sesekali ikan ini muncul ke permukaan untuk bernapas langsung dari udara.[3]

Induk gurami, untuk beberapa waktu lamanya, menjaga dan memelihara anak-anaknya. Telurnya dilekatkan di tetumbuhan air atau ditaruh di sarang yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan. Gurami terutama adalah pemakan tumbuhan, tetapi mau juga memangsa serangga, ikan lain, dan juga barang-barang yang membusuk di air.[6] di kolam-kolam.

Budi daya

sunting

Budi daya ikan gurami memang dapat dilakukan di berbagai tempat. Namun, untuk hasil yang optimal kita harus mengetahui syarat lokasi dalam budidaya ikan gurami. Syarat lokasi budidaya di antaranya suhu air berkisar antara 24-30 °C; kualitas air harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan beracun maupun limbah pabrik; nilai derajat keasaman (pH) perairan berkisar antara 7-8; kandungan oksigen terlarut minimal 2 mg/l; dan ketinggian lokasi antara 50–400 m dpl.[2]

Ikan gurami adalah jenis hewan omnivora[2] yang cenderung herbivora. Pada fase larva, makanan alami gurami berupa cacing sutera, rotifer, dan infusaria. Setelah berumur beberapa hari, benih gurami lebih menyukai larva insekta, krustasea dan zooplankton. Setelah beberapa bulan barulah pakan ikan gurami dapat diganti berupa tumbuhan air lunak, dedaunan seperti daun talas, daun pepaya, daun singkong, daun lamtoro, dll. Apabila kebutuhan pakan ikan gurami tidak mencukupi, ikan gurami bisa memakan bahan organik yang ada didasar perairan.

Jika ingin memberi pakan tambahan, dapat diberi dedak, ampas tahu dan bungkil kedelai. Untuk pakan ikan gurami alternatif dapat ditambahkan rayap untuk gurami muda dan induk.

Secara garis besar, budidaya gurami dibagi dalam 3 bagian utama, ini disebabkan pertumbuhan gurami yang lambat. ketiga bagian tersebut adalah:

  1. Pembibitan: Pembudidaya menyiapkan Induk Gurami (jantan dan betina) untuk dipijahkan (bertelur),
  2. Pendederan: Pembudidaya menetaskan telur menjadi larva hingga gurami dengan ukuran tertentu, biasanya ukuran 125 gram/ekor, atau 8 ekor/kg
  3. Pembesaran: Pembubidaya membesarkan gurami dari ukuran 125 gram/ekor menjadi 400 gram hingga 1 kg/ekor, umumnya disebut sebagai ukuran konsumsi.


Pembudidaya gurami dapat memilih ketiga bagian tersebut atau memilih salah satu bagian saja, biasanya berhubungan dengan luas lahan dan kemampuan budidaya.

Pembibitan

sunting

Dapat dilakukan pada kolam tanah, kolam semen, kolam plastik/terpal. Umumnya di kolam tanah dengan beberapa alasan. Induk gurami akan terangsang dan segera memijah pada kolam tanah yang sudah dikeringkan di bawah sinar matahari selama 3-4 hari, kolam berukuran 6 x 20 m2 ditempatkan beberapa pasang induk. Pasangan gurami terdiri atas 3 ekor betina dan 1 ekor jantan. Induk yang baik setelah berusia 3 tahun atau lebih, dengan bobot lebih dari 3 kg/ekor. Setiap induk gurami betina dapat menghasilkan 3,000 hingga 10,000 butir telur pada setiap kali bertelur, jumlah telur berkaitan dengan usia dan jenis (species) induk

Ketinggian air pada kolam antara 80 - 100cm, agar induk gurami dapat dengan leluasa membangun sarang untuk bertelur. Seperti umumnya keluarga/(family) Osphronemidae Diarsipkan 2023-03-28 di Wayback Machine. induk gurami, akan membangun sarang untuk bertelur.

Gurami yang hidup di alam, akan membangun sarang menggunakan bahan dari rumput kering sekitar tepi danau, rawa, sungai (lubuk) dsb. Pada budidaya, pembudidaya menyediakan bahan sarang berupa rumput kering, ijuk atau sabut kelapa yang sudah disisir, yang ditaruh pada para-para dari bambu atau bahan lainnya. Umumnya pembudidaya menggunakan ijuk karena mudah didapat.

 
Larva Gurami

3 - 7 hari sejak penempatan induk gurami di dalam kolam, pasangan gurami akan membuat sarang dari bahan yang tersedia, pada budidaya biasanya menggunakan ijuk, induk gurami akan mengambil serat-serat ijuk dan menganyam sarang menyerupai sarang burung. Induk betina akan menempatkan sejumlah telur pada sarang. Induk jantan akan menyemprotkan sperma pada kumpulan telur di dalam sarang. Saat tersebut ditunggu oleh pembudidaya yang akan mengambil sarang dengan hati-hati, dan mengeluarkan ribuan telur serta menempatkan pada wadah yang digunakan untuk penetasan, berupa akuarium, kolam/bak semen, bak fiber, ember, baskom dlsb.

Pendederan

sunting
 
Bibit Gurami

2 hari sejak penempatan telur di dalam wadah/tempat penetasan, telur akan menetas menjadi larva, proses penetasan untuk seluruh telur yang terbuahi, akan berlangsung selama 4-5 hari. Larva sudah mulai bergerak dan berenang, tetapi belum memerlukan makanan, karena larva masih menggendong persediaan bahan makanan berupa kuning telur. Pembudidaya harus menyiapkan pakan setelah larva berusia 10 hari berupa tepung pakan ikan, cacing sutera (tubifex) Diarsipkan 2023-07-21 di Wayback Machine., artemia Diarsipkan 2023-03-16 di Wayback Machine., kutu air (Daphnia), atau lainnya.[butuh rujukan]

Setelah 20 hari, tampak bentuk gurami kecil dengan ukuran sekitar 1 cm, dan biasanya pada usia 2 bulan (60 hari) ukuran gurami sudah mencapai 5 cm, ukuran ini sudah siap untuk ditebarkan ke kolam pembesaran. Sebagaian Pembudidaya Pendederan masih melanjutkan budidaya sampai ikan mencapai bobot sekitar 125 gram. Pendederan mulai usia 20 hari hingga 5-6 bulan, dilakukan di kolam semen, terpal, plastik dlsb. Pada pendederan jarang dilakukan di kolam tanah. Kolam dengan ukuran 4 x 6 m2, dapat ditebar bibit sebanyak 10,000 ekor. Pakan gurami setalah usia di atas 4 bulan, pembudidaya memberi pakan hijauan berupa cacahan daun kangkung, daun bira/sente, talas/keladi dsb.[butuh rujukan]

Galeri

sunting

Catatan kaki

sunting
  1. ^ IUCN Detail 180720
  2. ^ a b c d e AgroMedia, Redaksi. Budi Daya Gurami. AgroMedia. hlm. 1–3, 10. ISBN 978-979-3084-18-3. 
  3. ^ a b (Inggris) Weber, M. and L.F. de Beaufort. 1922. The Fishes of The Indo-Australian Archipelago IV:344-345. E.J. Brill. Leiden.
  4. ^ Panjang tubuh dari moncong hingga ke akhir batang ekor; sirip ekor tidak dihitung
  5. ^ a b c Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, S. Wirjoatmodjo. 1993. Ikan Air Tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi. Periplus Edition (HK) Ltd. dan Proyek EMDI KMNKLH Jakarta. hal 220.
  6. ^ (Inggris) "Fish production in irrigation canals A review". Food and Agriculture Organization of the United Nations. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-02-11. Diakses tanggal 2016. 

Pranala luar

sunting