Perjamuan Kudus

ritus Kristen; istilah untuk sakramen Perjamuan; Upacara Kristen di mana roti dan anggur dikonsumsi untuk mengenang penderitaan, kematian Yesus Kristus.

Perjamuan Kudus, Perjamuan Suci, Perjamuan Paskah, atau Ekaristi (bahasa Yunani: εὐχαριστία, translit. eucharistía, lit. "ucapan syukur") adalah suatu ritus yang dipandang oleh kebanyakan Gereja dalam Kekristenan sebagai suatu sakramen. Menurut beberapa kitab Perjanjian Baru, Ekaristi dilembagakan oleh Yesus Kristus saat Perjamuan Malam Terakhir.[1] Yesus memberikan murid-murid-Nya roti dan anggur saat makan Paskah, lalu memerintahkan para pengikutnya: "perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku" sambil merujuk roti tersebut sebagai "tubuh-Ku" dan anggur tersebut sebagai "darah-Ku".[2]

Istilah "Ekaristi" berasal dari bahasa Yunani ευχαριστω, yang artinya berterima kasih atau bersyukur; istilah ini lebih sering digunakan oleh Gereja Katolik, Komuni Anglikan, Gereja Ortodoks Timur, dan Gereja Lutheran. Sedangkan istilah "Perjamuan Kudus", khususnya di Indonesia, umumnya digunakan oleh kebanyakan Gereja Protestan.[1] Namun kata "Ekaristi" tidak hanya merujuk pada ritusnya saja (Perjamuan Kudus atau Misa Kudus), tetapi juga pada roti — baik yang beragi ataupun tidak beragi — dan anggur yang dikuduskan (dikonsekrir) dalam ritus tersebut.

Istilah-istilah

sunting

Ekaristi

sunting
 
Lukisan Yesus yang memegang roti perjamuan kudus, oleh Vicente Juan Masip, abad ke-16

Kata benda Yunani εὐχαριστία (eucharistia), yang berarti "ucapan syukur", tidaklah digunakan dalam Perjanjian Baru sebagai nama sebuah ritual.[3] Namun kata kerja terkait ditemukan pada 1 Korintus 11:23-24 dalam kisah Perjamuan Terakhir:[3][4][5]

Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!"

Istilah "Ekaristi" (ucapan syukur), yang merujuk kepada ritus, disebut oleh Didache (akhir abad ke-1 atau awal abad ke-2),[6][7][8][9] Santo Ignatius dari Antiokhia (diperkirakan meninggal tahun 98-117),[9][10] dan Santo Yustinus Martir (tulisan tahun 147-167).[7][9] Sampai saat ini istilah "Ekaristi" masih digunakan di kalangan Ortodoks Timur, Ortodoks Oriental, Katolik, Anglikan, Presbiterian, dan Lutheran.

Perjamuan Tuhan

sunting

Perjamuan Tuhan (bahasa Inggris: the Lord's Supper), dalam bahasa Yunani: Κυριακὸν δεῖπνον (Kyriakon deipnon) digunakan pada tahun 50-an awal,[3][4] sebagaimana terlihat dalam 1 Korintus 11:20-21:

Apabila kamu berkumpul, kamu bukanlah berkumpul untuk makan perjamuan Tuhan. Sebab pada perjamuan itu tiap-tiap orang memakan dahulu makanannya sendiri, sehingga yang seorang lapar dan yang lain mabuk.

Istilah "Perjamuan Tuhan" umumnya digunakan di kalangan Baptis, juga sebagian Methodis dan Anglikan evangelis. Dan di Indonesia sebagian besar kalangan Protestan menggunakan istilah "Perjamuan Kudus".

Komuni/Komuni Kudus

sunting

Komuni berasal dari bahasa Latin: communio (saling berbagi atau persekutuan), dengan menerjemahkan istilah Yunani κοινωνία (koinōnía) in 1 Korintus 10:16:

Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus?

Istilah "Komuni", atau "Komuni Kudus" (Holy Communion), digunakan oleh beberapa kalangan yang berasal dari Reformasi Protestan untuk mengartikan keseluruhan ritus Ekaristi. Yang lainnya, seperti Gereja Katolik, tidak menggunakan istilah ini untuk ritusnya. Tetapi kalangan Katolik mengartikannya sebagai tindakan ambil bagian dalam penerimaan roti (hosti) dan/atau anggur yang sudah dikonsekrir; menerima Hosti Kudus sama artinya dengan menerima Komuni Kudus.

Istilah lainnya

sunting

Misa (Mass), merujuk pada perayaan atau ritusnya, digunakan oleh kalangan Ritus Latin dalam Gereja Katolik, beberapa Anglikan (Anglo-Katolisisme), beberapa Lutheran dan Kekristenan Barat. Istilah lain yang digunakan dalam Gereja Katolik adalah "Misa Kudus", "Peringatan Sengsara, Wafat dan Kebangkitan Tuhan", "Kurban Kudus Misa", dan "Misteri Kudus".[11][12] Istilah "Misa" sendiri awalnya berasal dari bahasa Latin: missa (secara harafiah berarti pembubaran), yaitu sebuah kata yang diambil dari seruan penutup di akhir perayaan Ekaristi: Ite, missa est (di Indonesia diterjemahkan jadi: "Pergilah, kamu diutus").[13]

 
Perayaan Kurban Suci (Holy Qurbana) di Gereja Katolik Siro-Malankara

Liturgi Suci

sunting

Liturgi Suci (Divine Liturgy) digunakan dalam tradisi Ritus Bizantium yaitu di kalangan Gereja Ortodoks Timur, sebagian Gereja Ortodoks Timur, dan sebagian Gereja Katolik Timur, untuk merujuk pada ritusnya. Sementara istilah "Misteri Suci" (Divine Mysteries) umum digunakan untuk merujuk pada roti dan anggur yang sudah dikonsekrir.

Sebagian lain dari Gereja Ortodoks Oriental dan Gereja Katolik Timur menggunakan istilah "Kurban Suci" (Holy Qurbana) untuk merujuk pada Perayaan Ekaristi.

Sakramen Mahakudus

sunting

Sakramen Mahakudus (terjemahan umum di Indonesia dari "Blessed Sacrament") adalah istilah yang umum digunakan di kalangan Katolik, Lutheran, dan sebagian Anglikan (Anglo-Katolisisme) untuk menyebut roti dan anggur yang sudah dikonsekrir, terutama yang disimpan dalam tabernakel atau ditakhtakan dalam monstrans (terkait dengan Adorasi Sakramen Mahakudus). Sementara istilah "Sakramen Altar" juga umum digunakan di kalangan Lutheran.

Pemecahan Roti

sunting

Pemecahan Roti (Breaking of Bread) dapat ditemukan di Lukas 24:35, Kisah 2:42,46 dalam konteks di mana, menurut beberapa kalangan, merujuk pada perayaan Ekaristi.[14] Istilah ini digunakan oleh Serikat Persaudaraan Plymouth.[15]

Sejarah

sunting

Dasar dari Alkitab

sunting

Kisah mengenai bagaimana Yesus menetapkan Ekaristi pada malam sebelum Penyaliban (Perjamuan Terakhir) dicatat dalam 4 kitab Perjanjian Baru: ketiga Injil Sinoptik (Matius 26:26-28, Markus 14:22-24, Lukas 22:17-20) dan 1 Korintus 11:23-25.[2] Versi dalam Injil Matius dan Markus hampir sama, sementara versi Lukas sangat serupa dengan versi Paulus dalam 1 Korintus yang mana tampak lebih lengkap menjelaskan bagian awal dari Perjamuan.[16]

Dalam Injil Yohanes, kisah mengenai Perjamuan Terakhir tidak menyinggung Yesus mengambil roti dan cawan dan menyebutnya sebagai tubuh dan darah-Nya; melainkan Ia menceritakan tindakan sederhana mencuci kaki para murid, menubuatkan pengkhianatan yang akan dialami-Nya, peristiwa-peristiwa yang akan mengantarnya ke kayu salib, dan dialog panjang dalam menanggapi beberapa pertanyaan para murid —di mana Ia berbicara mengenai pentingnya kesatuan mereka dengan-Nya dan satu sama lain.[17]

Sumber awal lainnya

sunting

Didache (dari kata Yunani yang berarti: ajaran) adalah risalah Gereja awal yang salah satunya memuat mengenai Ekaristi. Kebanyakan ahli menganggap tulisan tersebut berasal dari abad ke-2,[18] dan membuat pembedaan atas 2 tradisi Ekaristi, tradisi awal dituliskan di pasal 10 dan yang kemudian dituliskan di pasal 9.[19] Ekaristi lalu disinggung kembali di pasal 14.

St. Ignatius dari Antiokhia (hidup antara tahun 35 atau 50 — 98 atau 117), salah seorang Bapa Gereja, dalam Suratnya kepada Jemaat Smirna bab VI menyinggung mereka yang tidak mau menyambut Ekaristi karena tidak mengakuinya sebagai "daging Juruselamat kita Yesus Kristus".[20] Lalu dalam Surat kepada Jemaat Filadelfia bab IV, St Ignatius mengungkapkan hal serupa yang mengaitkan Ekaristi dengan Komuni Kudus.[21]

St. Yustinus Martir (hidup tahun 100165) dalam apologi pertamanya (First Apology) berbicara mengenai tata cara pelayanan sakramen ini (bab LXV-LXVII), bahwa "makanan" yang tidak biasa ini disebut Εὐχαριστία (Ekaristi, arti harafiah: ucapan syukur) yang adalah daging dan darah Yesus yang telah menjadi manusia (bab LXVI).[22]

Pandangan teologis

sunting

Banyak tradisi Kekristenan yang mengajarkan bahwa Yesus hadir secara istimewa dalam perayaan Ekaristi atau Perjamuan Kudus. Namun ada perbedaan pendapat mengenai hakikat, tempat, atau waktu kehadirannya.[2] Katolik, Ortodoks Timur, Ortodoks Oriental, dan Gereja Asiria Timur mempercayai bahwa realitas atau hakikat dari roti dan anggur diubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus (melalui konsekrasi), tetapi penampilannya (species) tetap. Gereja Katolik Roma menyebut perubahan ini dengan istilah "transubstansi", dan tidak menjelaskan bagaimana perubahan tersebut dapat terjadi karena hal itu jauh melampaui pengertian manusia.[23]:1333

Lutheran meyakini bahwa tubuh dan darah Kristus hadir "pada, dengan, dan di dalam" bentuk roti dan anggur, sebuah konsep yang dikenal dengan istilah "persatuan sakramental" (sacramental union). Calvinis mempercayai kehadiran Kristus secara rohani, non materi, dalam tindakan sakramental, bukan dalam elemen-elemen Perjamuan Kudus.[2] Anglikan menganut berbagai pandangan, tetapi dalam ajaran yang tertulis di "Articles of Religion" dikatakan bahwa kehadiran-Nya hanya dalam cara rohaniah saja.[24] Sementara beberapa aliran Kekristenan lain hanya mempercayai Ekaristi sebagai suatu seremonial atau peringatan akan wafatnya Kristus.

Pada umumnya kebanyakan denominasi dalam Kekristenan memandang Perjamuan Kudus atau Ekaristi sebagai sakramen. Dewan Gereja-gereja se-Dunia ("World Council of Churches"), dalam dokumen "Baptism, Eucharist and Ministry", mencoba menyajikan pemahaman umum mengenai makna Ekaristi demi kesepahaman segenap umat Kristiani pada umumnya, yaitu sebagai: "Ucapan Syukur kepada Bapa", "Anamnesis atau Peringatan akan Kristus", "Epiklesis atau Seruan kepada Roh", "Persekutuan Orang Beriman", "Perjamuan Kerajaan Sorga".[25] Dalam dokumen yang sama di bagian "Eucharist" disebutkan juga bahwa Ekaristi pada dasarnya adalah sakramen karunia (pemberian-Nya) yang membuat seseorang tinggal di dalam Kristus melalui kuasa Roh Kudus (II.2), sakramen pengorbanan Kristus yang unik dan hidup untuk menjadi pengantara manusia (II.B.8), sakramen tubuh dan darah Kristus dan sakramen kehadiran-Nya yang sebenarnya (II.B.13).

Ritus dan liturgi

sunting

Katolik Roma

sunting
 
Perayaan Ekaristi di Tempat Suci Fátima di Portugal.

Katekismus Gereja Katolik (KGK) 1407 dan 1409 menyatakan bahwa Ekaristi adalah pusat dan puncak kehidupan Gereja, peringatan Paskah Kristus yang dihadirkan di dalam kegiatan liturgi. Karena di dalamnya Yesus Kristus mengikutsertakan Gereja-Nya dan semua anggota-Nya dengan korban pujian dan syukur yang Ia persembahkan satu kali untuk selamanya di salib kepada Bapa-Nya; di mana melalui korban tersebut Yesus mencurahkan anugerah keselamatan kepada umat sebagai anggota Tubuh-Nya, yakni Gereja (lihat: Tubuh Kristus).[26][27] Sehingga umat yang menerimanya (melalui Komuni Kudus) dipererat hubungannya dengan Tuhan, dosa-dosa ringan-nya (yang telah disesalinya) diampuni, dan lebih dimampukan untuk melawan godaan berdosa berat.[27]:1416 Melalui Ekaristi, umat juga memperoleh karunia rohani dan jasmani dari Tuhan serta dapat mempersembahkannya bagi mereka yang telah meninggal.[27]:1414

Hasil dari Konsili Trente, dan dituliskan kembali dalam KGK 1376, menegaskan bahwa roti (biasanya disebut hosti) dan anggur yang telah dikonsekrasi dalam perayaan Ekaristi mengalami perubahan hakikat secara keseluruhan (transubstansiasi) menjadi Tubuh dan Darah Kristus, di mana Yesus Kristus hadir sepenuhnya secara nyata beserta jiwa dan keilahian-Nya.[28][29] Sehingga roti dan anggur yang telah dikonsekrir tersebut pada hakikatnya sudah bukan roti dan anggur lagi, tetapi Tubuh dan Darah Kristus yang sebenarnya. Darah itu sendiri juga ada dalam rupa roti, dan Tubuh-Nya juga ada dalam rupa anggur; maka menyambut Tubuh-Nya (Komuni Kudus) berarti menyambut Tubuh dan Darah-Nya. Salah satu dasar ajaran Gereja Katolik mengenai transubstansi dan Ekaristi adalah Injil Yohanes 6:51,54,56:[27]:1406

Yesus bersabda: "Akulah roti hidup yang telah turun dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya... Barang siapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal... ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia "

Menurut KGK 1412, konsekrasi dilakukan oleh imam dalam perayaan Ekaristi (Misa Kudus) dengan mengucapkan kata-kata "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagimu.... Inilah piala darah-Ku...."[27] Konsekrasi diucapkan dalam Doa Syukur Agung, di mana saat itu seorang pastor (imam) — melalui imamatnya — bertindak selaku Kristus sendiri (in persona Christi). Pastor, atau pelayan lain, kemudian akan memberikan hosti yang telah dikonsekrir kepada komunikan (penerima komuni) sambil mengatakan "Tubuh Kristus", suatu pernyataan bahwa Tubuh Kristus yang sebenarnya dan nyata sedang akan diberikan; lalu komunikan menjawab "Amin" sebagai tanda persetujuan dan imannya. Namun yang diperbolehkan menerima Komuni Kudus dalam perayaan Ekaristi hanyalah umat yang berada dalam keadaan rahmat, artinya tidak dalam keadaan berdosa berat (lihat: Bobot Dosa); sehingga umat yang sadar telah melakukan dosa berat harus mendapat absolusi dulu dalam Sakramen Rekonsiliasi sebelum dapat menyambut Komuni.[27]:1415

Kekristenan Timur

sunting
 
Roti dan anggur yang dipersiapkan di awal Liturgi Suci - Gereja Ortodoks Rusia

Serupa dengan Katolik Roma, Ekaristi merupakan titik sentral dalam komunitas umat Kekristenan Timur —baik Ortodoks maupun Katolik Timur. Gereja Ortodoks Timur menegaskan kehadiran Kristus secara nyata dalam Misteri Suci (roti dan anggur yang sudah dikonsekrir) yang mana diyakini adalah benar-benar Tubuh dan Darah Yesus Kristus. Perubahan hakikat tersebut (roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus), atau transubstansiasi, tercantum dalam Katekismus Gereja Ortodoks Timur dan Katekismus St Philaret; dan dalam Katekismus St. Philaret dituliskan bahwa istilah "transubstansiasi" tidak digunakan untuk menentukan bagaimana caranya perubahan itu dapat terjadi.[30][31] Namun Gereja Ortodoks Timur lebih memilih untuk menggunakan istilah sederhana "perubahan" (bahasa Yunani: μεταβολή) untuk menggambarkan perubahan roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus yang sebenarnya.[32]

Jika dalam Gereja Katolik Roma, kata-kata konsekrasi dianggap sebagai saat terjadinya transubstansiasi, Gereja Ortodoks Timur — dan beberapa Gereja Katolik Timur — menganut pandangan berbeda. Mereka tidak mendefinisikan kapan tepatnya terjadi perubahan, dan meyakini bahwa proses perubahan mulai terjadi saat Liturgi Persiapan dan selesai pada saat Epiklesis (doa atau seruan kepada Roh Kudus agar menguduskan roti dan anggur).[33] Dalam Ritus Bizantium (yang digunakan Ortodoks Timur dan sebagian Katolik Timur), dan beberapa tradisi Timur lainnya, Epiklesis dilakukan setelah Anamnesis (seruan pengenangan akan sengsara, wafat, dan kebangkitan Kristus); sementara dalam Ritus Latin sebaliknya.

Ritus Bizantium adalah yang paling banyak digunakan di kalangan Gereja-Gereja Timur, dan perayaan Ekaristi-nya dikenal dengan nama Liturgi Suci. Perayaan liturgi tersebut terdiri dari dua bagian utama: yang pertama adalah Liturgi Katekumen (mencakup litani-litani, antifon, pembacaan Kitab Suci, dan homili), yang kedua adalah Liturgi Umat Beriman (mencakup persembahan Ekaristi, konsekrasi, dan penerimaan Komuni Kudus). Liturgi Katekumen dapat disetarakan dengan Liturgi Sabda dalam Misa Ritus Latin, sementara Liturgi Umat Beriman dengan Liturgi Ekaristi.

Protestan

sunting

Pada umumnya semua denominasi Kristen percaya bahwa mereka diperintahkan Yesus untuk mengulangi peristiwa perjamuan ini untuk memperingatinya: "... perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!" (1 Korintus 11:24-25).[34] Sebagian Gereja Protestan lebih menekankan Perjamuan Kudus sebagai peringatan akan kematian dan pengorbanan Yesus bagi umat manusia.[35] Perjamuan Kudus berguna sebagai dorongan untuk secara periodik menilai diri (self correction) dalam arti mengadakan koreksi atas hati dan pikiran masing-masing, karena syarat untuk dapat ikut dalam Perjamuan Kudus ialah hati yang bersih dan pikiran sedemikian rupa sehingga keikutsertaan makan roti dan minum anggur dari cawan Perjamuan Kudus itu adalah dalam keadaan rohani yang layak dan iman yang tidak ragu-ragu (1 Korintus 11:28-29).[36]

Lutheran

sunting
 
Penataan altar Perjamuan Kudus di Evangelical Lutheran Church in America (ELCA)

Lutheran meyakini bahwa Tubuh dan Darah Kristus benar-benar hadir dalam kenyataan yang sebenarnya, dan disalurkan bagi mereka yang makan dan minum roti dan anggur Perjamuan Tuhan.[37] Doktrin Lutheran mengenai kehadiran nyata Kristus ini secara resmi dikenal dengan istilah "persatuan sakramental" (sacramental union), yaitu persatuan roti Perjamuan dengan Tubuh Kristus dan persatuan anggur Perjamuan dengan Darah Kristus (serupa dengan istilah "persatuan hipostasis" yang digunakan untuk menjelaskan kedua kodrat Yesus dalam diri-Nya); namun banyak kalangan salah mengartikannya dan menyebutnya "konsubstansiasi".[38] Istilah tersebut ditolak oleh para teolog Lutheran karena menimbulkan kebingungan tentang doktrin yang sebenarnya dan merujuk pada konsep filosofis yang tidak alkitabiah sebagaimana juga — menurut pandangan mereka — istilah "transubstansiasi".[39]

Ada suatu gerakan resmi dalam jemaat Lutheran yang merayakan Perjamuan Kudus mingguan, menggunakan ritus formal yang sangat mirip dengan Katolik Roma dan High Anglican; namun secara historis jemaat Lutheran umumnya merayakan Perjamuan Kudus secara bulanan atau kuartalan.[40] Dalam jemaat di mana Perjamuan Kudus dipersembahkan mingguan, tidaklah disyaratkan bahwa setiap ibadah gereja menjadi suatu pelayanan Ekaristi dan juga tidak semua anggota jemaat diharuskan menerimanya setiap minggu.[41]

Reformed/Presbiterian

sunting

Menurut pandangan Calvinis, sesuai dengan Pengakuan Iman Westminster, roti dan anggur menjadi sarana bagi orang-orang percaya untuk mengalami persekutuan nyata dengan Kristus dalam wafat-Nya; Tubuh dan Darah Kristus hadir dengan iman mereka yang mempercayainya, sebagaimana roti dan anggur benar-benar hadir dalam panca indera mereka, tetapi kehadiran tersebut bersifat "rohani", yang mana merupakan karya Roh Kudus.[42] Banyak kalangan mengikuti John Knox dalam perayaan Perjamuan Tuhan secara triwulanan, untuk memberikan waktu yang cukup bagi refleksi batin masing-masing orang atas keadaan jiwanya dan penyesalan atas dosanya. Belakangan ini Presbiterian dan Reformed telah mempertimbangkan apakah akan kembali melakukan Perjamuan Kudus dengan lebih sering, termasuk pelayanan Perjamuan mingguan dalam lebih banyak gereja; karena frekuensi Perjamuan Kudus yang kurang sering saat ini cenderung berasal dari pandangan "memorialisme", bahwa roti dan anggur Perjamuan adalah murni representasi simbolis dari Tubuh dan Darah Yesus serta perayaan dilakukan hanya sebagai suatu upacara peringatan, bukannya dari Yohanes Calvin —yang menganggap sakramen sebagai sarana anugerah.[43]

Praktik dan kebiasaan

sunting

Komuni terbuka dan tertutup

sunting
 
Perjamuan Terakhir (1498), dilukis di Milano

Ada perbedaan di antara berbagai denominasi Kristen dalam pandangan masing-masing mengenai penerimaan roti dan anggur Perjamuan (Ekaristi) di antara mereka yang tidak menjalin persekutuan penuh (komuni penuh). Istilah "komuni tertutup" digunakan untuk merujuk pada praktik membatasi penerimaan roti dan anggur Ekaristi atau Perjamuan Kudus hanya kepada umat yang berada dalam persekutuan penuh dengan suatu gereja partikular, denominasi, jemaat, atau aliran. Sementara istilah "komuni terbuka" adalah sebaliknya, yakni memperbolehkan semua umat Kristen yang telah dibaptis untuk menerima roti dan anggur Perjamuan. Atas pandangan komuni tertutup, dapat dipahami dari tulisan St. Yustinus Martir (sekitar tahun 150) yang dalam apologi pertamanya (First Apology): "Tidak seorang pun diperbolehkan untuk ambil bagian (menerima komuni) selain orang yang percaya bahwa hal-hal yang kita ajarkan adalah benar."[22]

Gereja Katolik (termasuk semua Gereja partikularnya, baik Barat maupun Timur), dan Gereja Ortodoks Timur mempraktikkan komuni tertutup dalam keadaan normal; di kalangan semua Gereja Katolik — termasuk antar Gereja partikular — dapat saling menerimakan komuni, demikian juga dalam Gereja Ortodoks Timur. Namun Gereja Katolik mengizinkan penerimaan komuni oleh umat dari Gereja Timur (Gereja Asiria Timur, Ortodoks Timur, Ortodoks Oriental), atau Gereja lainnya yang tidak dalam persekutuan penuh dengan Uskup Roma asalkan sakramen mereka berada dalam kedudukan yang sama menurut penilaian Takhta Suci. Syarat untuk hal tersebut adalah komunikan memintanya dengan sukarela dan dalam keadaan layak untuk menerimanya. Bahkan Gereja Katolik juga mengizinkan penerimaan komuni oleh jemaat Kristen lainnya jika ada bahaya kematian atau menurut penilaian uskup diosesan ada keperluan berat lain yang mendesak; dengan syarat ia memintanya dengan sukarela, memperlihatkan iman Katolik sehubungan dengan sakramen ini (terutama kepercayaan bahwa Tubuh dan Darah Kristus yang sebenarnya yang akan diterimanya), dan dalam keadaan layak.[44]:844[45]:671 Umat Katolik sendiri tidak diperbolehkan menerima Sakramen Ekaristi dari Gereja lain; kecuali: ia berada dalam keadaan mendesak (misalnya kematian), tidak ada bahaya kesesatan, secara fisik atau moril tidak dapat menemukan imam Katolik, dan sakramen tersebut adalah sah dalam Gereja tersebut (misalnya dalam Gereja-Gereja Timur).[44]:844[45]:671

Gereja Ortodoks Timur menerapkan praktik penerimaan komuni tertutup dengan lebih ketat, karena mereka sama sekali tidak memperbolehkan umat lainnya — di luar Gereja Ortodoks Timur — untuk menerima komuni dalam Gereja mereka. Sementara kebanyakan denominasi Protestan, termasuk juga Anglikan, menerapkan penerimaan komuni terbuka di mana beberapa mensyaratkan bahwa penerimanya haruslah bagian dari gereja yang menjadi mitranya atau cukup sudah dibaptis saja.

Elemen Perjamuan

sunting

Tradisi Gereja Barat maupun Timur menggunakan gandum sebagai bahan dasar roti Ekaristi. Ritus Bizantium, baik Ortodoks Timur maupun Katolik Timur, menggunakan roti beragi untuk perayaan Ekaristi (Liturgi Suci). Roti tersebut dikenal dengan istilah "Prosphora", atau prósphoron (bahasa Yunani: πρόσφορον), dan terbuat dari: tepung terigu putih, ragi, garam, air.[46] Sementara Katolik Roma, atau Gereja Latin, menggunakan roti tidak beragi dalam Misa;[47]:926 roti tersebut biasa disebut "Hosti" (bahasa Latin: hostia), dan kalau sudah dikonsekrir disebut Hosti Kudus. Kanon 924 menyebutkan bahwa hosti harus terbuat dari gandum murni (tanpa campuran apapun) dan baru, agar bahaya pembusukan dapat dihindari,[47] dan tentu menggunakan air untuk pengolahannya. Gereja Katolik Maronit, Gereja Katolik Siro-Malabar, Gereja Katolik Armenia dan Gereja Apostolik Armenia saat ini menerapkan penggunaan roti tidak beragi, sama seperti Gereja Latin. Sementara di berbagai denominasi Protestan terdapat beragam variasi penggunaan roti untuk Perjamuan Kudus, baik yang menggunakan ragi maupun tidak.

Anggur

sunting

Dalam perayaan Ekaristi, tradisi Katolik menggunakan minuman anggur (wine) alami dari buah anggur yang belum mengalami pembusukan;[47]:924 berarti anggur tersebut harus mengalami proses fermentasi alami, belum menjadi asam, dan tanpa bahan tambahan apapun. Dalam situasi tertentu, atas pertimbangan dan izin Uskup diosesan, dapat dimungkinkan penggunaan mustum sebagai pengganti anggur (wine); namun dalam situasi normal yang digunakan adalah wine. Mustum adalah jus anggur yang telah berfermentasi, tetapi kemudian ditangguhkan sehingga kadar alkoholnya (biasanya di bawah 1%) tidak setinggi kadar alkohol wine pada umumnya, diproses tanpa mengubah sifat alamiahnya dan tidak mengandung bahan tambahan; namun penggunaan jus anggur yang dipasteurisasi tidak diperbolehkan.[48] Penggunaan mustum, sebagai pengganti anggur (wine), juga banyak diimplementasikan dalam banyak gereja Protestan. Selain itu beberapa gereja Protestan lainnya menggunakan jus anggur yang dipasteurisasi untuk menghentikan proses fermentasi alaminya, anggur yang telah dikurangi kadar alkoholnya (hingga tersisa 0,5-2%), atau air saja.[49]

Referensi

sunting
  1. ^ a b Adolf Heuken SJ. Ensiklopedi Gereja. Jilid V (edisi ke-2005). Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka. hlm. 233-235. 
  2. ^ a b c d (Inggris) "Eucharist". Encyclopædia Britannica. 
  3. ^ a b c (Inggris) Eugene LaVerdiere (1996), The Eucharist in the New Testament and the Early Church, Liturgical Press, hlm. 1–2, ISBN 978-0-8146-6152-9 
  4. ^ a b (Inggris) Thomas R. Schreiner, Matthew R. Crawford (2011), The Lord's Supper, B&H Publishing Group, hlm. 156, ISBN 978-0-8054-4757-6 
  5. ^ (Inggris) Robert Benedetto, James O. Duke (2008), The New Westminister Dictionary of Church History, vol. 2, Westminster John Knox Press, hlm. 231, ISBN 978-0-664-22416-5 
  6. ^ (Inggris) Jerome Kodell (1988), Eucharist in the New Testament, hlm. 51, ISBN 0-8146-5663-3 
  7. ^ a b (Inggris) Laurie Guy, Introducing Early Christianity, hlm. 196, ISBN 0-8308-3942-9 
  8. ^ (Inggris) Aaron Milavec (2003), The Didache: Text, Translation, Analysis, and Commentary, Liturgical Press, hlm. 22-23, ISBN 9780814658314 
  9. ^ a b c (Inggris) Gerhard Kittel, Gerhard Friedrich and Geoffrey W. Bromiley (1985), Theological Dictionary of the New Testament, hlm. 437, ISBN 0-8028-2404-8 
  10. ^ Eph 13:1; Philad 4; Smyrn 7:1, 8:1
  11. ^ (Inggris) Catholic Church (2006). Compendium of the Catechism of the Catholic Church. Libreria Editrice Vaticana. hlm. 275. 
  12. ^ (Inggris) "II. What is This Sacrament Called?". Catechism of the Catholic Church. Libreria Editrice Vaticana. 
  13. ^   Herbermann, Charles, ed. (1913). "Liturgy of the Mass". Catholic Encyclopedia. New York: Robert Appleton Company. 
  14. ^ (Inggris) Alan Richardson (1958). Introduction to the Theology of the New Testament. London: SCM. hlm. 364. 
  15. ^ (Inggris) Bayne, Brian L. (1974). "Plymouth Brethren". Dalam Cross, F. L.; Livingstone, E. A. The Oxford Dictionary of the Christian Church; Nature. 329. Oxford University Press. hlm. 578. Bibcode:1987Natur.329..578B. doi:10.1038/329578b0. PMID 3309679. 
  16. ^ (Inggris) Alisdair Heron (1983), Table and Tradition, Philadelphia: Westminster Press, hlm. 3 
  17. ^ (Inggris) Philip W. Comfort, Walter A. Elwell, ed. (2001), "Gospel of John", Tyndale Bible Dictionary, ISBN 0-8423-7089-7 
  18. ^ (Inggris) Bruce Metzger (1997), The Canon of the New Testament, Oxford: Clarendon 
  19. ^ (Inggris) John Dominic Crossan (1991), The Historical Jesus, hlm. 361 
  20. ^ (Inggris) St. Ignatius of Antioch, "The Epistles of St. Ignatius - VI. Epistle to the Smyrnaeans", dalam Peter Kirby, Historical Jesus Theories, Early Christian Writings 
  21. ^ (Inggris) St. Ignatius of Antioch, "The Epistles of St. Ignatius - V. Epistle to the Philadelphians", dalam Peter Kirby, Historical Jesus Theories, Early Christian Writings 
  22. ^ a b (Inggris) St. Justin Martyr, "Chapter LXVI.—Of the Eucharist", The Apostolic Fathers with Justin Martyr and Irenaeus, Christian Classics Ethereal Library 
  23. ^ (Inggris) "III. The Eucharist in the Economy of Salvation", Catechism of the Catholic Church, Libreria Editrice Vaticana 
  24. ^ (Inggris) "Articles of Religion". anglicansonline.org. 
  25. ^ (Inggris) Baptism, Eucharist and Ministry (Faith and Order Paper no. 111, the "Lima Text"), World Council of Churches, 15 January 1982 
  26. ^ Raniero Cantalamessa (1994). Ekaristi Gaya Pengudusan Kita. Flores: Nusa Indah. hlm. 20-24. 
  27. ^ a b c d e f (Inggris) "Article 3 The Sacrament of the Eucharist - In Brief", Catechism of the Catholic Church, Libreria Editrice Vaticana 
  28. ^ (Inggris) J. Waterworth (ed.). "The Council of Trent - The Thirteenth Session". Scanned by Hanover College students in 1995 (edisi ke-1848). London: Dolman. 
  29. ^ (Inggris) "V. The Sacramental Sacrifice Thanksgiving, Memorial, Presence", Catechism of the Catholic Church, Libreria Editrice Vaticana 
  30. ^ (Inggris) Rev. Constas H. Demetry, D. D. "Catechism Of The Eastern Orthodox Church". www.bible.ca. 
  31. ^ (Inggris) St. Philaret (Drozdov) of Moscow, "The Longer Catechism of The Orthodox, Catholic, Eastern Church", dalam Philip Schaff, The Creeds of Christendom with a History and Critical Notes, English translation by Rev. R. W. Blackmore, B.A. 
  32. ^ (Inggris) Timothy Ware (1964). The Orthodox Church. London: Penguin Books. hlm. 290, ff. ISBN 0-14-020592-6. 
  33. ^ (Inggris) Pomazansky, Protopresbyter Michael; Rose, Seraphim, tr. (1984), Orthodox Dogmatic Theology, Platina CA: Saint Herman of Alaska Brotherhood, hlm. 279, LOC # 84-051294 
  34. ^ A. Lukasik SCJ (1990). Memahami Perayaan Ekaristi. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 86-88. 
  35. ^ Rasid Rachman (2001), Hari Raya Liturgi, Jakarta: BPK Gunung Mulia, hlm. 80-81 
  36. ^ (Inggris) Donald Brdige & David Phypers (1981), The Meal that Unites?, USA: Harold Shaw Publisher, hlm. 27 
  37. ^ (Inggris) "Article X: Of the Lord's Supper", The Augsburg Confession, The Book of Concord 
  38. ^ (Inggris) F. L. Cross, ed. (1974). The Oxford Dictionary of the Christian Church (edisi ke-Second). Oxford: Oxford University Press. hlm. 340sub loco. 
  39. ^ (Inggris) J. T. Mueller, Christian Dogmatics: A Handbook of Doctrinal Theology, (St. Louis: CPH, 1934), 519; cf. also Erwin L. Lueker, Christian Cyclopedia, (St. Louis: CPH, 1975), under the entry "consubstantiation".
  40. ^ (Inggris) A Brief Exposition of the Divine Service, LutheransOnline.com, diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-03-24, diakses tanggal 2021-12-29 
  41. ^ (Inggris) "Why and how do we move to weekly Communion?" (PDF). Evangelical Lutheran Church in America. 
  42. ^ (Inggris) George S. Hendry (1960). The Westminster Confession for Today. SCM. hlm. 232. 
  43. ^ (Inggris) D. G. Hart and John R. Muether (October 1997). "The Lord's Supper: How Often?". Ordained Servant. 6 (4). 
  44. ^ a b (Inggris) "The Sacraments", Code of Canon Law, Libreria Editrice Vaticana, 1983 
  45. ^ a b (Latin) "Titulus XII-XXII", Codex Canonum Ecclesiarum Orientalium, Libreria Editrice Vaticana, 1990 
  46. ^ (Inggris) Ken Parry (1999). David Melling, ed. The Blackwell Dictionary of Eastern Christianity. Malden, MA: Blackwell Publishing. hlm. 88,368. ISBN 0-631-23203-6. 
  47. ^ a b c (Inggris) "Art. 3. The Rites and Ceremonies of the Eucharistic Celebration", Code of Canon Law, Libreria Editrice Vaticana 
  48. ^ (Inggris) "Celiac Disease, Alcohol Intolerance, And The Church's Pastoral Response". United States Conference of Catholic Bishops. October 2012. 
  49. ^ (Inggris) Compare John Howard Spahr, I Smell the Cup Diarsipkan 2008-09-21 di Wayback Machine., Christian Century, 12 March 1974, pp. 257-259.