IPR 2 Fasa
IPR 2 Fasa
IPR 2 Fasa
=
= ) (
0
d
B
k
P C t q
j j
rj
r j
( )
B
k
B
k
B
k
B
k
P C q
o o
ro
o o
ro
o o
ro
o o
ro
r j
+
24
1
+
6
1
+
2
1
+
=
' ' '
0 =
' '
0 =
'
0 = 0 =
24
1
+
6
1
+
2
1
+
=
' ' ' ' '
'
,
0 = 0 =
0 = 0 =
o o
ro
o o
ro
o o
ro
o o
ro
r maks j
B
k
B
k
B
k
B
k
P C q
r
wf
r
wf
r
wf
r
wf
maks o
o
P
P
D
C
P
P
D
C
P
P
D
C
P
P
D
C
q
q
4 3 2 1
,
+ + + + 1 =
Pengaruh Tingkat Deplesi terhadap Peramalan Kurva IPRDua Fasa Secara Analitis Pudjo Sukarno, Tutuka Ariadji, Indira Regina
IATMI 2001-54
Koefisien C
1
, C
2
, C
3
dan C
4
merupakan hasil penurunan fungsi
mobilitas pada harga = 0. Masing masing koefisien
tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut :
'
1
1
]
1
+
1
1
]
1
+
1
1
]
1
+
1
1
]
1
' ' '
' ' '
0
1
0
0 0
6
1
2
1
o o
ro
o o
ro
o o
ro
o o
ro
B
k
B
k
B
k
B
k
C
(11)
' ' ' ' ' '
2
0 0 0
4
1
2
1
2
1
1
1
]
1
+
1
1
]
1
+
1
1
]
1
o o
ro
o o
ro
o o
ro
B
k
B
k
B
k
C
(12)
'
1
1
]
1
+
1
1
]
1
0
' '
3
6
1
6
1
0
o o
ro
o o
ro
B
k
B
k
C
(13)
' ' '
2
0
24
1
1
1
]
1
o o
ro
B
k
C
(14)
'
1
1
]
1
+
1
1
]
1
+
1
1
]
1
+
1
1
]
1
' ' '
' ' '
0
0
0 0
24
1
6
1
2
1
o o
ro
o o
ro
o o
ro
o o
ro
B
k
B
k
B
k
B
k
D
(15)
Pada persamaan (10), penentuan laju produksi pada harga
suatu tekanan tertentu secara ekspilisit tidak dipengaruhi oleh
geometri reservoir, tipe aliran serta kehadiran zona skin tetapi
hanya tergantung pada sifat fisik fluida yang direpresentasikan
sebagai fungsi mobilitas.
Persamaan kurva IPR tak berdimensi analitik yang dihasilkan
dari persamaan (10) bersifat dinamik karena mampu
memperkirakan kelakuan tekanan-laju alir dan kinerja
produksi pada berbagai tingkat deplesi dengan persamaan
yang spesifik untuk karakterisitik reservoir yang berbeda.
Untuk menyelesaikan persamaan (10), diperlukan fungsi
mobilitas, sehingga turunan dari fungsi mobilitas tersebut
dapat ditentukan. Untuk tujuan tersebut, persamaan saturasi-
tekanan yang diturunkan oleh Muskat akan digunakan untuk
tujuan tersebut. Persamaan saturasi-tekanan oleh Muskat
tersebut merupa-kan persamaan ordinary diferensial, yang
ditunjukkan pada persamaan (16) berikut ini :
(16)
Pemecahan persamaan (16) tersebut dapat dilakukan secara
numerik, dengan metoda Runge-Kutta orde keempat.
Untuk tujuan peramalan, maka diperlukan fungsi mobilitas
sebagai fungsi dari faktor perolehan, dimana faktor perolehan
ini adalah persamaan material balance untuk penentuan
saturasi fluida pada kondisi saturated reservoir (dua fasa) yaitu
sebagai berikut :
(17)
dimana S
L
didefinisikan sebagai :
o w L
S S S + atau 1- S
g
Untuk kasus reservoir ini S
w
= S
wc
maka N
p
/N dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut :
o
oi
wc
o
p
B
B
S
S
N
N
,
_
1
1 (18)
Persamaan (18) diaplikasikan secara langsung pada program
perhitungan untuk menentukan nilai faktor perolehan pada
setiap tingkat deplesi reservoir bertenaga dorong gas terlarut
dengan kondisi aliran dua fasa seperti halnya kasus reservoir
yang diteliti dalam penulisan ini..
Untuk menyelesaikan persamaan (16) tersebut, diperlukan data
sifat fisik fluida yang dibutuhkan antara lain data kelarutan gas
di dalam minyak (R
s
), faktor volume formasi (B
o
dan B
g
),
viskositas (
o
dan
g
) serta data permeabilitas relatif (k
ro
dan
k
rg
). Keseluruhan data sifat fisik fluida tersebut diperoleh dari
perhitungan dengan menggunakan korelasi Standing, dan Lee
Gozales untuk perhitungan kelarutan gas dan viskositas gas.
Sedangkan data permeabilitas relatif untuk minyak dan gas
dibangun dari hasil perhitungan dengan menggunakan korelasi
Corey. Berikut ini adalah data dasar yang digunakan dalam
penelitian ini.
Sifat fisik fluida
Specific Gravity Gas = 0.6
API Gravity = 35
Tekanan Saturasi = 2500 psia
Sifat fisik batuan
Porositas = 0.23
Permeabilitas Absolut = 150 md
Kompresibilitas total = 3 x 10
-6
psi
-1
Saturasi air irreducible = 0.20
Saturasi minyak sisa = 0.15
Saturasi gas kritik = 0.05
Tekanan dan dimensi reservoir
Tekanan reservoir awal= 2500 psia
Jari-jari pengurasan = 1085 ft
Jari-jari lubang sumur = 0.328 ft
Ketebalan formasi = 45 ft
Temperatur reservoir = 150 F
Faktor skin = 0
3. KURVA IPR TAK BERDIMENSI PADA BERBAGAI
TINGKAT DEPLESI
Pada persamaan Wiggins terlihat bahwa konsep fungsi
mobilitas merupakan parameter utama dalam membangun
persamaan kurva IPR sehingga dapat diperkirakan kelakuan
tekanan-laju alir pada tingkat deplesi tertentu.
Data pada kasus reservoir yang telah dikemukakan di atas
dijadikan sebagai data masukan pada program perhitungan
untuk menentukan profil fungsi mobilitas terhadap tekanan.
Perioda deplesi yang diaplikasikan pada kasus reservoir
tersebut adalah perioda 0.1 %, 1 %, 2 %, 3 %, 4 % 5 %, 6 %, 7
% dan 8 %. Hasil plot antara fungsi mobilitas minyak terhadap
tekanan akan menghasilkan kecenderungan bentuk kurva yang
berbeda-beda untuk tingkat deplesi reservoir yang semakin
meningkat. Plot kurva ini kemudian di normalisasi dalam
( )
( )
1
+
1
+
+ 1
1
=
g
o
o
r
g
r
o w o f
g
g
w o
o
g
o
o
r
g
r
o
o so
o
g o
o
g
o
r
g
r
o
k
k
S S S C
dp
dB
B
S S
dp
dB
k
k
B
S
dp
dR
B
B S
k
k
dp
dS
oi
o
p
w w L
B
B
N
N
S S S 1 ) 1 ( + =
Pengaruh Tingkat Deplesi terhadap Peramalan Kurva IPRDua Fasa Secara Analitis Pudjo Sukarno, Tutuka Ariadji, Indira Regina
IATMI 2001-54
bentuk hubungan antara fungsi mobilitas dengan normalized
pressure yang merepresentasikan besarnya penurunan tekanan
alir dasar sumur terhadap tekanan reservoir pada perioda
deplesi yang terjadi. Kurva yang dihasilkan oleh plot antara
fungsi mobilitas dengan normalized pressure memberikan
persamaan yang spesifik bagi setiap tingkat deplesi.
Untuk memperoleh persamaan kurva IPR analitik yang paling
representatif maka plot antara fungsi mobilitas terhadap
normalized pressure dikembangkan dalam bentuk persamaan
polinomial berderajat dua, tiga dan empat. Sebagai analogi
yang mewakili harga rentang tekanan reservoir secara
keseluruhan, digunakan persamaan kurva pada perioda deplesi
N
p
/N = 0.1%, 1%, 2%, 4%, 6% dan 8%.
Pada dasarnya, ketiga derajat polinomial tersebut memberikan
hasil yang hampir mendekati dengan kurva Wiggins, tetapi
setelah dilakukan modifikasi terhadap ketiga derajat
polinomial tersebut yakni dengan mengeliminasi varibel
pangkat dua, tiga dan empat dari masing-masing persamaan
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa persamaan polinomial
pangkat dua memberikan hasil yang paling konsisten terhadap
kurva Wiggins dari plot berbagai periode deplesi (0.1%, 1%,
2%, 4%, 6% dan 8%) yang diuji dibandingkan dengan
persamaan polinomial berderajat tiga dan empat.
Penyimpangan nilai fungsi mobilitas terjauh dari hasil
perhitungan dengan menggunakan modifikasi persamaan
polinomial berderajat dua terhadap kurva Wiggins adalah
berkisar antara 0.002 0.008. Perbedaan ini masih berada
dalam batas toleransi terhadap kurva Wiggins.
3.1. Validasi Hasil Berdasarkan kurva IPR Vogel
Pada bagian ini akan dilakukan validasi hasil berdasarkan pada
persamaan empiris yang dikembangkan oleh Vogel. Untuk
mempertahan-kan sifat realistis dari persamaan analitik yang
divalidasikan maka pengujian hanya dilakukan pada periode
awal deplesi yakni pada N
p
/N = 0.1%. Mengingat bahwa
persamaan Vogel tidak dapat digunakan untuk memperkira-
kan kurva IPR pada periode deplesi lanjut.
Sebelum langkah validasi dilakukan maka masing-masing
persamaan polinomial di atas didiferensialisasikan hingga
penurunan ketiga (pada harga normalized pressure sama
dengan nol) dengan tujuan untuk menentukan koefisien C
1
,
C
2
, C
3
, C
4
dan D yang dibutuhkan dalam membangun
persamaan IPR analitik. Dari persamaan tersebut, dihasilkan
kurva IPR tak berdimensi untuk masing-masing tingkat
deplesi.
Persamaan kurva IPR tak berdimensi yang dihasilkan dalam
makalah ini berbeda dengan persamaan hasil pengembangan
Wiggins. Karena pada penelitian ini, didalam menentukan
sebuah persamaan kurva IPR tak berdimensi analitik,
koefisien C
3
dan C
4
tidak diikut sertakan atau dengan kata lain
nilai koefisien C
3
dan C
4
sama dengan nol. Sehingga bentuk
umum persamaan kurva IPR analitik yang diperoleh adalah :
2
2 1
,
1
,
_
+ +
r
wf
r
wf
maks o
o
P
P
D
C
P
P
D
C
q
q
(19)
Format persamaan (19) secara umum mirip dengan persamaan
kurva IPR Vogel. Oleh karena itu kurva IPR Vogel dijadikan
sebagai acuan untuk menentukan validitas persamaan kurva
IPR tak berdimensi analitik yang diperoleh dari penjabaran dan
penurunan persamaan polinomial yang dimodifikasi.
Persamaan kurva IPR tak berdimensi analitik yang dihasilkan
dari ketiga pendekatan polinomial, yaitu berderajat dua, tiga
dan empat. Berdasarkan hasil perbandingan dari ketiga kurva
IPR tak berdimensi hasil pendekatan tersebut, terhadap kurva
IPR Vogel. dapat disimpulkan bahwa persamaan polinomial
berderajat dua memberikan hasil yang paling mendekati.
Persamaan tersebut ditunjukkan pada persamaan (20) berikut
ini :
,
_
r
wf
r
wf
maks o
o
P
P
P
P
q
q
7047 . 0 2953 . 0 1
,
(20)
Sedangkan kurva IPR tak berdimensi yang dikembangkan dari
persamaan polinomial berderajat tiga dan empat cenderung
lebih lurus dan bergerak menjauhi kurva IPR acuan dengan
koefisien persamaan yang berbeda cukup jauh dengan
koefisien persamaan empiris hasil pengembangan Vogel.
Dengan demikian, persamaan polinom berderajat dua yang
merepresentasikan hubungan antara fungsi mobilitas dengan
normalized pressure dijadikan sebagai dasar pengembangan
untuk menentukan persamaan kurva IPR analitik pada tingkat
deplesi lebih lanjut sehubungan tujuan peramalan kelakukan
tekanan-laju alir pada kasus reservoir tersebut di atas.
4. PERAMALAN KURVA IPR
Deplesi reservoir merupakan faktor yang secara langsung
mempengaruhi profil fungsi mobilitas terhadap tekanan seperti
yang telah diulas sebelumnya. Dalam membuktikan hal ini,
maka diturunkan persamaan polinomial berderajat dua untuk
masing-masing tingkat deplesi, sehingga dihasilkan persamaan
kurva IPR analitik yang spesifik bagi setiap perioda deplesi.
Persamaan kurva IPR analitik yang dihasilkan merupakan
persamaan usulan yang digunakan untuk membangun kurva
IPR tak berdimensi untuk setiap perioda deplesi. Persamaan
kurva IPR analitik pada metode ini diperoleh melalui
pengembangan dan penurunan fungsi mobilitas minyak
terhadap tekanan pada rentang tekanan reservoir yang berbeda-
beda.
Pada tingkat deplesi 0.1 % s/d 4%, dapat ditunjukkan bahwa
bentuk kurva hampir sama antara satu dengan yang lainnya.
Sedangkan pada tingkat deplesi 6% dan 8%, persamaan IPR
usulan menghasilkan bentuk kurva IPR tak berdimensi yang
lebih lurus. Persamaan (20) adalah kurva IPR tak berdimensi
pada perioda deplesi 0.1%, sedangkan untuk tingkat deplesi
8% dihasilkan persamaan sebagai berikut :
2
,
4945 . 0 5055 . 0 1
,
_
r
wf
r
wf
maks o
o
P
P
P
P
q
q
(21)
Fenomena ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Harga tekanan
reservoir rata-rata pada awal deplesi memiliki nilai yang
mendekati harga tekanan reservoir mula-mula. Apabila
penentuan fungsi mobilitas untuk laju alir maksimum pada
kondisi ini dilakukan, maka profil fungsi mobilitas yang
diperoleh akan meliputi hampir sebahagian besar dari rentang
tekanan reservoir menuju harga tekanan sama dengan nol di
lubang sumur. Dengan demikian, profil fungsi mobilitas akan
memberikan bentuk yang non-linier apabila diterjemahkan
dalam kurva IPR tak berdimensi analitik dalam
Pengaruh Tingkat Deplesi terhadap Peramalan Kurva IPRDua Fasa Secara Analitis Pudjo Sukarno, Tutuka Ariadji, Indira Regina
IATMI 2001-54
mempresentasikan kelakuan tekanan dan laju alir pada kondisi
ini.
Pada tingkat deplesi lebih lanjut, tekanan reservoir rata-rata
semakin menurun seiring dengan terjadinya kenaikan produksi
kumulatif. Fungsi mobilitas yang dihasilkan pada tingkat
deplesi ini hanya mewakili rentang tekanan reservoir setelah
terjadinya deplesi. Apabila diterjemahkan dalam bentuk kurva
IPR analitik, maka persamaan yang dihasilkan akan mewakili
perkiraan kelakuan tekanan dan laju alir, terbatas untuk suatu
tingkat deplesi, dianalisa dengan kecenderungan kurva yang
lebih linier.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa profil fungsi
mobilitas yang dikembangkan pada awal deplesi akan
memberikan perkiraan kelakuan tekanan dan laju alir yang
lebih realistis. Dengan demikian persamaan kurva IPR analitik
yang dihasilkan pada tingkat deplesi awal dapat dijadikan
sebagai persamaan dasar untuk meramalkan kinerja produksi
pada tingkat deplesi selanjutnya.
Penentuan laju alir maksimum untuk setiap perioda deplesi
dapat dilakukan dengan mengaplikasikan persamaan (9).
Persamaan tersebut adalah sebagai berikut :
[ ]
0 ,
p p
D P C q
r maks o
(22)
dimana D merupakan koefisien hasil penurunan fungsi
mobilitas terhadap normalized pressure, seperti yang telah
didefinisikan oleh persamaaan (15). Subskrip p pada
persamaan (22) menyata-kan kondisi pada suatu perioda
deplesi tertentu.
Perbandingan antara laju alir maksimum pada masa yang akan
datang dengan laju alir alir maksimum pada suatu kondisi
tertentu menghasilkan persamaan berikut :
[ ]
[ ]
0
0
,
,
p p
f f
D P
D P
q
q
r
r
p
maks o
f
maks o
(23)
subskrip f pada persamaan di atas mewakili kondisi pada masa
yang akan datang atau pada tingkat deplesi lanjut.
Persamaan (23) menunjukkan bahwa perbandingan laju alir
maksimum pada dua kondisi yang berbeda (sekarang dan masa
datang) sebanding dengan koefisien fungsi mobilitas, harga D
dan perbandingan antara tekanan reservoir rata-rata pada kedua
kondisi tersebut. Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan
bahwa fungsi mobilitas merupakan fungsi dari tekanan
reservoir rata-rata sehingga persamaan (23) dapat dituliskan
dalam bentuk persamaan polinomial perbandingan tekanan
reservoir rata-rata.
Dengan mengaplikasikan data parameter reservoir pada
penelitian ini ke dalam persamaan (22) dan (23) maka
diperoleh persamaan peramalan laju alir maksimum di masa
yang akan datang berdasarkan kurva yang dihasilkan dari plot
(q
omaks
)
f
/(q
omaks
)
i
terhadap (P
r
)
f
/(P
r
)
I
pada berbagai perioda
deplesi. Hasil regresi dari plot tersebut adalah, sebagai berikut :
,
_
,
_
,
_
,
_
i
f
i
f
i
f
i
f
r
r
r
r
r
r
r
r
maksi o
maksf o
P
P
P
P
P
P
P
P
q
q
0535 . 0 2591 . 1
9073 . 1 7016 . 1
2
3 4
,
,
(24)
Jika tekanan reservoir rata-rata dan laju alir maksimum pada
kondisi awal deplesi diketahui, maka persamaan (24) dapat
digunakan untuk menentukan laju alir maksimum pada perioda
deplesi di masa yang akan datang.
5. PERBANDINGAN PERSAMAAN PERAMALAN
KURVA IPR TAK BERDIMENSI
Persamaan peramalan kurva IPR tak berdimensi yang
dihasilkan dalam penelitian ini akan dibandingkan dengan
metoda peramalan kurva IPR tak berdimensi yang lain, yang
menggunakan pendekatan yang sama, yaitu metode Eickmer
6
dan Sukarno
7
. Ketiga pendekatan ini berdasarkan hubungan
antara perbandingan laju produksi maksimum pada keadaan
yang akan datang dengan keadaan sekarang dengan
perbandingan antara tekanan reservoir pada keadaan yang akan
datang dengan keadaan sekarang. Hubungan tersebut, untuk
metode Eickmeir dan Sukarno masing-masing ditunjukkan
pada persamaan (2) dan (3). Sedangkan persamaan (24) adalah
hasil penelitian ini.
Perbandingan plot tersebut ditunjukkan pada Gambar-1, dan
berdasarkan hasil plot tersebut dapat dilakukan analisis sebagai
berikut :
Persamaan Eickmier mulai menunjukkan perbedaan
dengan persamaan (24), pada waktu perbandingan
tekanan reservoir mencapai 60%. Pada harga
perbandingan tekanan reservoir dibawah 60%, maka
terjadi penyimpangan, dimana persamaan Eickmeir akan
memperkirakan laju produksi maksimum yang lebih
rendah. Hal ini dapat dimengerti, oleh karena persamaan
Eickmeir dikembangkan berdasarkan persamaan Vogel,
yang telah terbukti berlaku pada tingkat deplesi awal
(kurang dari 0.1%). Sedangkan pada perbandingan
tekanan reservoir yang rendah, yang tercapai pada tingkat
deplesi tinggi (diatas 4%), persamaan Vogel tidak sesuai
dengan kenyataan sebenarnya. Selain itu, pendekatan
yang dilakukan oleh Eickmeir (dan juga Fetkovich)
adalah bahwa fungsi mobilitas dianggap linier, sehingga
memungkinkan memperoleh persamaan sederhana, dalam
bentuk perbandingan tekanan reservoir berpangkat tiga.
Persamaan (24) dan persamaan Sukarno dikembangkan
dengan menggunakan anggapan yang sama yaitu fungsi
mobilitas tidak linier, sesuai dengan kenyataan dari hasil
simulasi. Persamaan (24) dihasilkan dengan
menggunakan
o
API minyak 35, sedangkan persamaan
Sukarno dibuat pada rentang
o
API antara 25-60. Plot
menunjukkan bahwa persamaan (24) berada diantara
kurva persamaan Sukarno, untuk
o
API >40 dan
o
API<40.
Dengan demikian hasil penelitian ini secara kualitatif
sesuai dengan hasil Sukarno. Pengembangan persamaan
Sukarno, oleh karena keterbatasan simulator, tidak dapat
menghasilkan ketelitian yang tinggi pada harga
perbandingan tekanan reservoir yang rendah. Hal ini
ditunjukkan dengan tidak sesuainya harga perbandingan
laju produksi maksimum dengan harga perbandingan
Pengaruh Tingkat Deplesi terhadap Peramalan Kurva IPRDua Fasa Secara Analitis Pudjo Sukarno, Tutuka Ariadji, Indira Regina
IATMI 2001-54
tekanan reservoir, yaitu pada harga perbandingan tekanan
reservoir sama dengan nol, harga perbandingan laju
produksi maksimum tidak sama dengan nol. Namun untuk
tingkat deplesi yang tinggi, yang ditandai dengan
perbandingan tekanan reservoir yang masih besar, diatas
0.40, kurva persamaan (24), dengan
o
API = 35, secara
konsisten berada diantara kurva Sukarno, antara
o
AP = 60
dan
o
API = 20.
6. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka dapat disimpulkan
beberapa hal berikut ini :
1. Selama proses deplesi reservoir, kurva IPR tak berdimensi
akan berubah, dan perubahan ini terlihat makin besar,
setelah reservoir mencapai tingkat deplesi diatas 6%.
2. Kurva IPR tak berdimensi yang diturunkan oleh Vogel,
sangat sesuai pada tingkat deplesi 0.1%. Dengan demikian
kurva IPR tak berdimensi Vogel, berlaku untuk tingkat
deplesi rendah.
3. Pada tingkat deplesi antara 0.1%, hingga mencapai 4%,
perubahan kurva IPR tak berdimensi adalah kecil, dan
dapat diwakili oleh persamaan kurva IPR tak berdimensi
pada tingkat deplesi 0.1%.
4. Pada tingkat deplesi diatas 6%, kurva IPR tak berdimensi
cenderung membentuk hubungan yang linier, dan tidak
dapat diwakili oleh kurva IPR tak berdimensi pada tingkat
deplesi 0.1% (persamaan Vogel).
5. Dengan membandingkan kurva IPR tak berdimensi pada
berbagai tingkat deplesi, maka dapat diturunkan
persamaan yang dapat digunakan untuk meramalkan
kurva IPR di masa datang.
7. DAFTAR PUSTAKA
1. Wiggins, M.L.: "Inflow Performance of Oil Wells
Producing Water," PhD Disertation, Texas A&M
University, College Station, Texas, TX (1991) 126-139.
2. Wiggins, M.L., Russel, J.E., and Jennings, J.W.:
Analytical Development of Vogel Type Inflow
Performance Relationships, paper SPE 23580
3. Evinger, H.H and Muskat, J: Calculation of Theoretical
Productivity Factors, Trans., AIME (1942) 146, 126-139.
4. Vogel, J.V.: Inflow Performance Relationships for
Solution Gas Drive Wells, JPT, (Jan. 1968) 83-92.
5. Fetkovitch, M.J.: The Isochronal Testing of Oil Wells,
paper SPE 4529
6. Eickmer, J.R.: How to Acurately Predict Future Well
Productivities, Word Oil (May 1968).
7. Sukarno, P.: "Inflow Performance Relation-ships Curve in
Two and Three Phase Flow Conditions," PhD Disertation,
The University of Tulsa, OK (1986).
8. Muskat, M. and Meres, M.W.: The Flow of
Heteregenous Fluid Through Porous Media, Physics
(Sept.1936)7,346-363.
9. Camacho-V R.G. and Raghavan, R.: Inflow Performance
Relationships for Solution Gas Drive Reservoirs, JPT
(May 1989) 541-550.
10. Cadena T, J.R., Schiozer, D.J.,Triggia, A.A.: A Simple
Procedure to Develop Analytical Curves of IPR from
Reservoir Simulators with Application in Production
Optimization, Paper SPE 36139
Gambar -1.
Perbandingan Persamaan Peramalan Kurva IPR
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00
Prf/Prp
Q
m
a
x
f
/
Q
m
a
x
p
Eickmeir
Sukarno : API>40
Sukarno : API<40
Penelitian