Makalah Sistem Kontrol
Makalah Sistem Kontrol
Makalah Sistem Kontrol
p
+ k
4
k
2
x
B2
f +k
5
x
D
Konstanta k
1
, k
2,
k
3,
k
4,
dan k
5
besarnya tergantung kepada jarak antara titik-titik engsel
pada governor seperti erlihat pada gambar (4). Gerakan titik B
1
akan menggerakkan titik D
melalui sistem hidrolik. Dari gambar ini dapat dilihat bahwa besarnya gerakan titik D
tergantung kepada :
1. Jauh dekatnya titik B
1
bergerak untuk membuka aliran minyak bertekanan kearah
penghisap yang mengangkat titik D.
2. Lamanya titik B
1
memberi kesempatan tekanan minyak tersebut dalam butir (1)
mengangkat penghisap titik D.
9
ANALISIS SISTEM GOVERNOR PADA PENGATURAN FREKUENSI PEMBANGKIT LISTRIK
Kedua hal tersebut diatas dapat dinyatakan sebagai berikut :
x
D
= k
6
( - x
B1
)dt
Dimana k
6
adalah sebuah konstanta yang tergantung kepada sistem hidrolik governor yang
menghubungkan gerakan titik B dengan titik D dan adanya tanda negatif disebabkan arah-
arah positif yang dipilih gambar (4). Untuk memecahkan persamaan x
B1
dan x
D
kita
gunakan transformasi Laplace ke bidang (s) sehingga :
f menjadi F(s)
p menjadi P(s)
x
B1
menjadi x
B1
(s)
Selanjutnya transformasi Laplace dari persamaan x
B1
dan
x
D
berturut-turut menghasilkan :
x
B1
(s) = - k
3
. k
1
P(s) + k
4
k
2
F(s) + k
5
x
D
X
D
(s) =
Dari persamaan x
B1
(s) dan x
D
(s)
yang sudah ditransformasikan kedalam Laplace, akan
menyatakan x
D
(s)
dalam P(s) dan F(s) dengan mengeliminir X
B1
(s)
.
Dan nilai ini dimasukkan dalam persamaan X
B1
(s) memberikan :
Dimana :
)
10
ANALISIS SISTEM GOVERNOR PADA PENGATURAN FREKUENSI PEMBANGKIT LISTRIK
)
(
)
3.5. Diagram Blok Sistem
Gambar 5 Block diagram system tanpa tie lines
Gambar diatas diagram blok hubungan antara output dari unit governor dengan dalam
sistem tenaga listrik yang mempunyai karakteristik beban tertentu dan terdiri dari sekelompok
unit pembangkit serta berhubungan dengan sistem tenaga listrik lain melalui tie lines.
3.6. Pengaturan Sekunder Pada Governor
Gambar (6) Pengaturan sekunder untuk menaikkan frekuensi sistem
11
ANALISIS SISTEM GOVERNOR PADA PENGATURAN FREKUENSI PEMBANGKIT LISTRIK
Gambar (6) setelah tercapai keseimbangan dititik 3 dengan frekuensi F
1
. Pengaruh
sekunder ini berarti pergeseran garis statisme sistem sejajar keatas. Frekuensi cenderung
menuju titik 4
A
tetapi karena beban naik dengan naiknya frekuensi menurut garis beban maka
keseimbangan baru tercapai dititik 4 dengan frekuensi F
0
dan beban sebesar B
4
pada gambar
(6).
Proses ini menggambarkan bagaimana proses pengaturan frekuensi melalui pengaturan
sekunder berlangsung dalam sistem sebagai akibat penambahan beban. Dengan uraian yang
serupa dapat dianalisa bagaimana proses pengaturan frekuensi apabila terjadi proses
penurunan beban dalam sistem. Pengaturan sekunder, dapat dilakukan secara manual maupun
oleh komputer. Jika dilakukan secara manual dalam sistem yang terdiri dari banyak unit
pembangkit dan juga banyak pusat listrik yang tersebar, pelaksanaannya perlu dikoordinir.
Koordinasi pengaturan sekunder ini, berarti pula koordinasi pembagian dalam sistem, oleh
karenanya dilakukan oleh pusat pengatur beban sistem tenaga listrik. Jika pengaturan ini
dilakukan dengan menggunakan komputer maka software dari komputer harus diisi datanya
oleh pusat pengatur beban agar sesuai dengan kondisi sistem.
Gambar (7) Pengaturan sekunder yang diikuti dengan perubahan beban sistem
Keterangan gambar 7 :
Sesungguhnya berlangsung setapak demi setapak seperti digambarkan oleh gambar (7) yang
merupakan proses pengaturan sekunder. Frekuensi dinaikkan dari titik-1 ke titik-2, ini
menyebabkan kenaikkan beban sistem mengikuti kenaikkan frekuensi. Kemudian beban ini
menyebabkan penurunan frekuensi sepanjang garis statisme sistem menuju titik-3. Kemudian
frekuensi naik ke titik-4 dan seterusnya sampai ke titik-7. Dalam proses ini dianggap bahwa
selama angka kenaikkan frekuensi dari titik-1 ke titik-2, dari titik-3 ke titik-4, dari titik-5 ke
12
ANALISIS SISTEM GOVERNOR PADA PENGATURAN FREKUENSI PEMBANGKIT LISTRIK
titik-6, tidak terjadi kenaikkan beban karena langkah-langkah kenaikkan frekuensi ini cukup
kecil dan berlangsung cukup singkat sehingga beban belum naik. Dengan naiknya frekuensi
dari titik-1 ke titik-7, beban juga naik sebesar B.
3.7. Cara Kerja Governor
Governor memiliki setting point yaitu putaran governor ditentukan berdasarkan
kebutuhan daya listrik sistem pada saat itu. Governor akan menyesuaikan nilai output daya
mekanik turbin supaya sesuai dengan daya listrik dan frekuensi yang dibutuhkan oleh sistem
pada saat terjadinya penambahan beban atau gangguan pada sistem. Governor akan
menentukan setting point yang baru sesuai dengan actual beban sehingga dengan pengaturan
putaran ini diharapkan frekuensi listrik generator tetap berada didalam acceptable range dan
generator tidak mengalami out of synchronization. Bola-bola berputar pada pegas akan
menguncup (gaya sentrifugal berkurang) apabila terjadi penurunan frekuensi yang
menyebabkan titik A dan titik B turun. Turunnya titik B menyebabkan torak pengarah tekanan
minyak memberikan tekanan menggerakkan katup utama terangkat keatas untuk memberi
tambahan uap bertekanan ke turbin.
Gambar 8 Prinsip kerja governor
13
ANALISIS SISTEM GOVERNOR PADA PENGATURAN FREKUENSI PEMBANGKIT LISTRIK
1. Pengisapan pengarah tekanan minyak
2. Pengisapan pengatur volume uap/air
Gambar 9A Respons governor terhadap perubahan frekuensi
Gambar 9B Respons kopel penggerak pada governor
Keterangan gambar (8), gambar (9A), dan gambar (9B) :
Apabila pada saat t = t
0
gambar (9A) ada penambahan beban maka frekuensi akan turun dari
nilai F
0
menjadi F. Penurunan frekuensi ini disebabkan karena nilai T
B
menjadi lebih besar
sebagai akibat penambahan beban sehingga T
G
T
B
= T < 0 dan selanjutnya
juga
14
ANALISIS SISTEM GOVERNOR PADA PENGATURAN FREKUENSI PEMBANGKIT LISTRIK
menjadi < 0.
.
c. Pada saat t = t
3
nilai frekuensi F = F dimana F F
0
. Hal ini menyebabkan generator
akan terus menambah uap dengan jalan mengangkat katup utama dari turbin. Keterangan
adalah sama seperti uraian pada butir a. Hal ini berarti bahwa kopel yang dihasilkan mesin
penggerak terus diperbesar sehingga T = T
G
T
B
menjadi 0 dan mengakibatkan
,
yang berarti bahwa frekuensi naik.
d. Pada saat t = t
4
nilai frekuensi F = F
0
sehingga sebetulnya tidak diperlukan lagi langkah
untuk memperbaiki frekuensi. Tetapi pada saat t = t
4
nilai T sebagai akibat
penambahan uap yang berlangsung sejak saat t = t
4
seperti tersebut dalam butir c nilai T
ini menyebabkan frekuensi terus naik. Beberapa saat setelah t = t
4
nilai frekuensi F
F
0
sehingga governor mulai bereaksi untuk menurunkan frekuensi dengan jalan
mengurangi uap ke turbin sehingga nilai T diperkecil dan hal ini juga memperkecil nilai
e. Pada saat t = t
5
dimana nilai F F
0
sehingga governor akan terus bereaksi untuk
menurunkan frekuensi. Pada saat t = t
5
nilai T = T
G
T
B
sehingga dari segi
keseimbangan kopel generator dengan kopel beban sebetulnya tidak diperlukan lagi
pengurangan nilai kopel generator T
G
yang dilakukan oleh governor dengan jalan
15
ANALISIS SISTEM GOVERNOR PADA PENGATURAN FREKUENSI PEMBANGKIT LISTRIK
mengurangi uap. Seperti uraian dalam butir d. Tetapi pada saat t = t
5
nilai frekuensi F
F
0
maka governor akan terus bereaksi untuk mengurangi uap ke turbin.
f. Pada saat t = t
6
keadaan adalah serupa dengan pada saat t = t
4
yaitu bahwa nilai f = f
0
tetapi bedanya dengan pada saat t = t
3
adalah bahwa pada saat t = t
6
T < 0 sehingga
frekuensi setelah saat t = t
6
akan turun.
3.8. Penyetelan Speed Droop
Speed Droop merupakan besaran yang menentukan putaran generator berada pada posisi
semula, yang mana mengurangi kecepatan putar pada turbin uap karena akibat dari hasil
penambahan uap bertekanan pada turbin uap.
Dengan memperhatikan gambar (8) terlihat bahwa semakin dekat jarak titik B dengan
titik D makin cepat penghisapan titik B menutup aliran minyak yang mengangkat atau
menurunkan posisi penghisap titik D dan sebaliknya makin jauh jaraknya makin lambat
gerakan menutup aliran minyak ini. Hal ini berarti bahwa makin dekat titik B dengan titik D
makin cepat governor menghentikan tanggapannya terhadap perubahan frekuensi, governor
bersifat malas (usaha governor untuk menambah daya terbatas) menghasilkan speed droop
yang kecil dan menghasilakn kf (energi pengaturan) yang besar. Dengan keterangan yang
serupa apabila jarak titik B dengan titik D makin jauh terlihat bahwa governor bersifat rajin
(usaha governor untuk menambah daya lebih besar) menghasilkan speed droop yang besar
dan menghasilkan kf (energi pengaturan) yang kecil. Jadi penyetelan speed droop governor
dapat dilakukan dengan mengatur jarak titik B dan titik D. Dalam praktek hal ini tidak begitu
mudah pelaksanaannya karena dilain pihak titik B juga harus dapat digerakan keatas dan
kebawah secara bebas untuk melakukan pengaturan sekunder. Hal ini dapat dilakukan dengan
kombinasi sistem mekanik dan hidrolik seperti terlihat pada gambar (8).
Keterangan gambar 10 :
Titik B dipecah menjadi titik B
1
dan titik B
2
dalam gambar (10) titik B
1
yang bertugas
mengarahkan tekanan minyak dapat digerakkan melalui titik A oleh bola-bola berputar
(pengaturan primer) dan dapat pula digerakkan melalui titik B
2
oleh motor pengaturan putaran
(putaran sekunder).
Sedangkan gerakan umpan balik dari titik D untuk memberhentikan tekanan minyak
diterima melalui titik B
1
. Besarnya umpan balik ini dapat diatur dengan mengatur posisi
engsel E, jadi speed droop dari governor dapat diatur dengan mengatur posisi engsel E.
16
ANALISIS SISTEM GOVERNOR PADA PENGATURAN FREKUENSI PEMBANGKIT LISTRIK
Umpan balik dari titik D diterima titik B
1
melalui engsel dan akan menggerakkan rumah dari
torak yang digerakkan titik B
1
menutup lubang minyak yang menuju kerumah torak
penggerak titik D.
Gambar 10 Speed droop diatur menyetel posisi engsel E
Motor pengaturan putaran dapat merubah-rubah posisi titik B
1
melalui titik B
2
dengan
jalan memutar roda gigi cacing. Dalam keadaan generator belum paralel dengan sistem motor
pengatur putaran akan mengatur jumlah putaran per-menit dari turbin tetapi kalau generator
sudah paralel dengan sistem maka melalui motor pengaturan putaran dilakukan pengaturan
daya nyata yang dibandingkan (MW), yang sesungguhnya juga berarti mengatur putaran atau
frekuensi.
Speed droop sesungguhnya merupakan hasil umpan balik dari gerakan penambahan uap
atau air, yaitu dengan bergeraknya titik C dan titik D keatas yang selanjutnya melalui engsel E
pada gambar (10) menekan rumah penghisap kiri kebawah sehingga menutup lubang-lubang
yang meneruskan tekanan minyak ke penghisap kanan dan akhirnya menghentikan proses
penambahan uap. Makin kecil speed droop dari governor makin peka governor tersebut
terhadap perubahan beban tetapi juga lebih besar kemungkinannya untuk tidak stabil. Dalam
praktek governor adalah tidak sederhana yang tergambar pada gambar (8) tetapi dilengkapi
pula dengan rangkaian peredam (dashpot) untuk menghindari osilasi dan menggunakan
penguat bertingkat.
17
ANALISIS SISTEM GOVERNOR PADA PENGATURAN FREKUENSI PEMBANGKIT LISTRIK
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan pada penulisan ini, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Pilot valve memberi input kepada bola-bola berputar karena kecepatan putar dari
generator berkurang putarannya maka kecepatan putar pada bola-bola beputar juga
berkurang kecepatan sudutnya, sehingga menyebabkan pegas menguncup menimbulkan
gaya sentrifugal berkurang yang selanjutnya akan menyebabkan turunnya titik A dan titik
B, memberikan tekanan minyak sehingga katup utama terangkat keatas memberikan
tambahan uap bertekanan pada turbin uap.
2. Besarnya speed droop tergantung dari jarak antara titik D dan titik B pada gambar 4.1
dengan ketentuan sebagai berikut :
4.2. Saran
Agar governor berjalan dengan semestinya maka diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Pemeliharaan rutin pada bagian-bagian engsel, katup, gir pada governor agar bekerja pada
saat terjadi gangguan.
2. Pemberian sinyal yang tepat pada governor. Pada saat terjadinya perubahan frekuensi,
agar frekuensi kembali pada frekuensi semula.
Titik B,D
dekat
Cepat
Tutup
Cepat
Respon
Malas
Speed
Droop Kecil
Titik B,D
Jauh
Lambat
Tutup
Lambat
Respon
Rajin
Speed
Droop Besar
18
ANALISIS SISTEM GOVERNOR PADA PENGATURAN FREKUENSI PEMBANGKIT LISTRIK
DAFTAR PUSTAKA
1. Ir.Djiteng Marsudi, Operasi Sistem Tenaga Listrik, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2006
2. Ir.Djiteng Marsudi, Pembangkit Energi Listrik, Jalamas Berkatam, STT YPLN, 2003
3. PLTGU Gresik UP Gresik, Data-data Acuan, PT. Pembangkitan Jawa Bali
4. PLTA Wlingi UP Brantas, Data-data Acuan, PT. Pembangkitan Jawa Bali
5. Katsuhiko Ogata, Teknik Kontrol Automatik, Jilid 1 Edisi 2, Jakarta, Erlangga, 1996