Laporan Hema 3 Praktik 1
Laporan Hema 3 Praktik 1
Laporan Hema 3 Praktik 1
Oleh :
Nosa Ika Cahyariza
NIM 20112017
JUDUL LAPORAN
Laporan Praktikum Ke 1
Judul
Tujuan
:
1. Untuk mengetahui golongan darah.
2. Untuk menghilangkan protein (globulin) yang ada dalam sel darah
merah
3. Untuk membuat reagensia unutk pemeriksaan golongan darah.
4.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap tahun berjuta juta kehidupan di dunia diselamatkan oleh
transfusi darah. Sebaliknya dibeberapa negara mengalami keadaan yang berbeda
dengan negara yang sudah majukarena banyak sekali kehidupan yang tidak
tertolong yang diakibatkan kurangnya jumlah pasokan darah sebagai dampak
pada kurangnya jumlah persediaan darah dan komponen darah yang dibutuhkan
oleh penderita pada keadaan tertentu. Contohnya pada ibu hamil dengan
komplikasi
perdarahan,
jiwanya
tidak
tertolong
karena
terlambatnya
mendapatkan transfusi darah yang diperlukan.( S. Julia dan Soemantri AG. 2007)
Selain pada orang dewasa transfusi darah juga dibutuhkan pada
penderita anak anak yang mengalami bermacam macam penyakit seperti
anemia, keganasan akibat penyakit darah yang mengancam hidupnya, korban
kecelakaan dan macsm macam keadaan dengan berbagai sebab.
Setiap negara di dunia mempunyai kebutuhan yang sama dalam beberapa hal :
1. Persediaan darah dan produk darah yang cukup untuk melayani penderita yang
membutuhkan.
2. Keamanan darah dan produk darah.
3. Indikasi lengkap penggunaan darah dan produk darah.
Penggantian darah atau tranfusi darah adalah suatu pemberian darah
lengkap atau komponen darah seperti plasma, sel darah merah kemasan atau
trombosit melalui IV. Meskipun tranfusi darah penting untuk mengembalikan
homeostasis, tranfusi darah dapat membahayakan. Banyak komplikasi dapat
ditimbulkan oleh terapi komponen darah, contohnya reaksi hemolitik akut yang
kemungkinan mematikan, penularan penyakit infeksi dan reaksi demam.
Kebanyakan reaksi tranfusi yang mengancam hidup diakibatkan oleh identifikasi
pasien yang tidak benar atau pembuatan label darah atau komponen darah yang
tidak akurat, menyebabkan pemberian darah yang inkompatibel. Pemantauan
pasien yang menerima darah dan komponen darah dan pemberian produk-produk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DASAR TEORI
Pembagian golongan darah dari satu individu karena adanya perbedaan
jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah, dan
jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan
Rhesus (Faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen
selain antigen ABO dan Rhesus, hanya saja jarang dijumpai. Transfusi darah dari
golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis
yang berakibat Anemia Hemolisis, gagal ginjal, shok, dan kematian.
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan
antibodi yang terkandung dalam darahnya sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen tapi
memprodoksi antibodi terhadap antigen A dan B sehingga orang dengan
golongan daarh O negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang
dengan golongan golongan darah ABO apapun dan disebut donor
universal, namun orang dengan golongan darah O negatif hanya dapat
menerima darah dari sesama O negatif. (Denise M. Harmening, 1994)
BAB III
PROSEDUR KERJA
A. PRA ANALITIK
1. ALAT
1. Obyek glass
2. Rak tabung
3. Pipet Pasteur
4. Pipet plastic
5. Batang pengaduk
6. Botol reagensia berlabel
7. Centrifuge
8. Tabung uk. 12x75 mm
9. Labu semprot
2. REAGEN
Antisera A
Antisera B
Antisera AB
Saline 0,9 % atau Nacl 0,9 %
Anti koagulan CPDA atau EDTA
NaCl 0,9 %
Alseiver
3. PROBANDUS :
Nama
Umur
: 20 tahun
Jenis Kelamin
: Wanita
B. ANALITIK
1. PROSEDUR KERJA
a. Golongan Darah ABO (slide)
Tujuan
Prinsip
Prosedur
II
III
obyek
digoyang-goyang
dan
glass
dilihat
adanya aglutinasi.
Suspensi Sel 10 %
Prinsip
Prosedur
Prinsip
Prosedur
Sel-sel A,B, dan O yang diketahui harus dicuci terlebih dahulu dengan
saline 3 kali sebelum dijadikan Tes Sel Standart :
1. Kedalam sebuah tabung kita isikan sel darah merah pekat (setelah
dipisahkan serum/plasmanya) 8 tetes.
2. Campurkan saline kedalam tabung sampai 3/4 volume tabung
atau sebanyak 10 bagian atau lebih salinenya daripada sel yang
dicuci.
3. Dengan pipet plastic isi tabung diaduk agar sel tersuspensi merata
dalam saline.
4. Atau
tutup
tabung
dengan
para
film,
kocok
dengan
Prinsip
Prosedur
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
A. POST ANALITIK
1. HARGA NORMAL
Intepretasi Golongan Darah ABO
Anti A
Anti B
Anti AB
GolonganDarah
AB
2. HASIL
Golongan Darah ABO (Slide)
Rhesus
= Golda A
= Positif (+)
3. DOKUMENTASI
B. PEMBAHASAN
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya
perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah
merah. Ada dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah
penggolongan ABO dan Rhesus ( faktor Rh). Didunia ini sebenarnya dikenal
sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang
dijumpai. Tranfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan
reaksi tranfusi munologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok dan
kematian (Joko. 2006:37).
Kita mengenal ada empat macam golongan darah yaitu, A, B, AB dan O.
Dalam sistem golongan darah terdapat dua macam zat sel darah A dan B, serta
dua macam plasma, yaitu anti A dan anti B. Berikut kombinasi yang mungkin
terjadi:
1. Individu dengan A pada sel darah merahnya, memiliki anti B pada plasma
darahnya.
2. Individu dengan B pada sel darah merahnya, memiliki anti A pada plasma
darahnya.
3. Individu dengan A dan B pada sel darah merahnya, tidak memiliki anti A
maupun anti B pada plasma darahnya.
4. Individu dengan A dan B pada sel darah merahnya, memiliki anti A
maupun anti B pada plasma darahnya.
(Tim Dosen Pembina. 2012: 11)
Pada permulaan abad ini (tahun 1900 dan 1901) K. Landsteiner
menemukan bahwa penggumpalan darah (aglutinasi) kadang kadang terjadi
apabila eritrosit (sel darah merah) seorang dicampur dengan serum darah orang
lain. Akan tetapi pada orang lain, campuran tadi tidak mengakibatkan
penggumpalan darah. Berdasarkan reaksi tadi, maka Landsteiner membagi orang
menjadi 3 golongan, ialah A, B, dan O. golongan yang ke empat jarang sekali
dijumpai, yaitu golongan darah AB, telah ditemukan oleh dua orang mahasiswa
Landsteiner dalam tahun 1902, ialah A. V. von Decastello dan A. Sturli.
Dikatkan bahwa antigen atau aglutinogen yang dibawa oleh eritrosit orang
tertentu dapat mengadakan reaksi dengan zat anti atau antibody atau aglutinin
yang dibawa oleh serum darah. Dikenal dua macam antigen yaitu antigen-A dan
antigen-B, sedangkan antizatnya dibedakan atas anti-A dan anti-B. orang ada yang
memiliki antigen-A, lain lagi memiliki antigen-B, sedangkan ada pula yang tuidak
memiliki antigen-A maupun antigen-B.
Orang yang memiliki antigen-A tidak memiliki anti-A, melainkan anti-B
di dalam serum atau plasma darahnya. Orang demikian dimasukan dalam
golongan darah A. Orang golongan darah B mempunyai antigen-B dan anti-A.
Apabila antigen-A bertemu dengan anti-A, begitu pula antigen-B bertemu dengan
anti-B, maka darah akan menggumpal dan dapat menyebabkan kematian pada
orang yang menerima darah. Darah tipe A tidak dapat ditranfusikan kepada orang
bergolongan darah B, demikian pula sebaliknya.
Tabel hubungan antara golongan darah (fenotip) seseorang dengan macam
antigen dan zat anti yang dimiliki.
Golongan darah
Antigen dalam
(fenotip)
Eritrosit
Plasma darah
Anti-B
Anti-A
AB
AB
Orang yang tidak memiliki antigen-A maupun antigen-B, tetapi memiliki antiA maupun anti-B di dalam serum atau plasma darahnya, dimasukan dalam golongan
darah O. Adapun orang yang memiliki antigen-A maupun antigen-B, tatapi tidak
memiliki anti-A maupun anti-B di dalam serum atau plasma darah, dimasukan dalam
golomgam darah AB.
Untuk menghindari jangan sampai terjadi penggumpalan darah, maka sebelum
dilakukan transfusi darah, baik darah si-pemberi (donor) maupun darah si-penerima
(resipien) harus diperiksa terlebih dahulu berdasarka system ABO. Interaksi yang
terjadi selama transfusi darah antara berbagai macam antigen dalam eritrosit dengan
zat anti dalam serum atau plasma darah.
Rh atau Rhesus (juga biasa disebut Rhesus Faktor) pertama sekali ditemukan pada tahun
1940 oleh Landsteiner dan Weiner. Dinamakan rhesus karena dalam risetdigunakan darah kera
rhesus (Macaca mulatta), salah satu spesies kera yang palingbanyak dijumpai di India dan Cina.
Pada sistem ABO, yang menentukan golongan darah adalah antigen A dan B,sedangkan
pada Rh faktor, golongan darah ditentukan adalah antigen Rh (dikenal jugasebagai antigen D).Jika
hasil tes darah di laboratorium seseorang dinyatakan tidak memiliki antigen Rh, maka ia memiliki
darah dengan Rh negatif (Rh-), sebaliknya bila ditemukan antigenRh pada pemeriksaan, maka ia
memiliki darah dengan Rh positif (Rh+).Jenis penggolongan ini seringkali digabungkan dengan
penggolongan ABO. Golongandarah O+ adalah yang paling umum dijumpai, meskipun pada
daerah tertentu golongan Alebih dominan, dan ada pula beberapa daerah dengan 80% populasi
dengan golongandarah B.Kecocokan faktor Rhesus amat penting karena ketidakcocokan
golongan.Misalnya donor dengan Rh+ sedangkan resipiennya Rh (-) dapat menyebabkan
produksiantibodi terhadap antigen Rh(D) yang mengakibatkan hemolisis. Hal ini terutama
terjadipada perempuan yang pada atau di bawah usia melahirkan karena faktor Rh
dapatmempengaruhi janin pada saat kehamilan.
Jenis penggolongan darah lain yang cukup dikenal adalah dengan
memanfaatkan faktor Rhesus atau faktor Rh. Nama ini diperoleh dari monyet jenis
Rhesus yang diketahui memiliki faktor ini pada tahun 1940 oleh Karl Landsteiner.
Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di permukaan sel darah merahnya memiliki
golongan darah Rh-. Mereka yang memiliki faktor Rh pada permukaan sel darah
merahnya disebut memiliki golongan darah Rh+. Jenis penggolongan ini seringkali
digabungkan dengan penggolongan ABO. Golongan darah O+ adalah yang paling
umum dijumpai, meskipun pada daerah tertentu golongan A lebih dominan, dan ada
pula beberapa daerah dengan 80% populasi dengan golongan darah B.
Kecocokan
faktor
Rhesus
amat
penting
karena
ketidakcocokan
DAFTAR PUSTAKA