0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
818 tayangan23 halaman

Pemeliharaan Kebijakan Pembelian (Pengadaan Mesin)

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 23

Minggu Ketujuh

PEMELIHARAAN KEBIJAKAN
PEMBELIAN / PENGADAAN MESIN

M-VII/1

PEMELIHARAAN
DAN RELIABILITAS

Menciptakan Keunggulan dengan Pemeliharaan


Persaingan dalam industri manufaktur sepeda motor (motorcycle) semakin
seru dengan masuknya sepeda motor dari Cina (mocin) dengan merek-merek baru,
di samping pengembangan produk dari Suzuki, Yamaha, Kawasaki Motor. Honda
Motor merupakan pemimpin pasar (market leader) di pasar sepeda motor di
lndonesia.
Kenyataan di lapangan, merek Honda masih tetap merajai pasar kelas
sepeda motor bebek. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan produsen terhadap
pelanggan Honda maupun untuk pelanggan merek lain yang paling menonjol
alasannya adalah pemeliharaan sepeda motor Honda lebih mudah dibandingkan
merek lain, karena dengan mengikuti petunjuk sistem pemeliharaan, juga
didukung spare part dan komponen yang mudah diperoleh di setiap tempat, juga
didukung reliabilitas komponen yang tinggi, dibandingkan komponen sepeda
motor merek lain yang lebih sulit diperoleh dan reliabilitas kurang meyakinkan.
Demikian juga kelas mobil angkutan pribadi maupun niaga merek Toyota
menjadi pilihan konsumen mobil dibanding merek lainnya, juga akibat sistem
pemeliharaan yang tidak sulit dan reliabilitas spare part atau komponen yang
tinggi, dan mudah untuk diperoleh apabila dibutuhkan dalam pemeliharaannya.
Faktor harga menjadi kurang penting bagi konsumen, akibat pengalaman dan
alasan pemeliharaan yang menjadi prioritas nomor satu.
Dengan demikian, kondisi persaingan kelas sepeda motor bebek,
persaingan mobil angkutan di atas menggambarkan bahwa mesin atau peralatan
yang mudah untuk dipelihara dan memiliki reliabilitas komponen yang tinggi
akan menjadi keunggulan suatu produk di dalam persaingan menghadapi produk
sejenis dari merek yang berbeda.

M-VII/2

Strategi Pemeliharaan dan Reliabilitas


Sasaran dari pemeliharaan dan reliabilitas adalah menjaga kapasitas mesin
dan peralatan tetap konsisten dengan sistem pengendalian biaya produksi,
sehingga dengan pengendalian ini dimungkinkan terjadi efisiensi sebagai
pengaruh keputusan pemeliharaan dan reliabilitas yang tepat.
Pemeliharaan (maintenance) merupakan semua aktivitas, termasuk
menjaga sistem peralatan dan mesin selalu dapat melaksanakan pesanan
pekerjaan. Reliabilitas merupakan probabilitas dari pemanfaatan mesin dan
peralatan, atau produk yang berfungsi secara tepat waktu di dalam suatu situasi
dan kondisi yang tertentu.
Strategi pemeliharaan dan reliabilitas sangat erat kaitannya dengan peran
karyawan (role of employee), prosedur pemeliharaan dan reliabilitas (maintenance
and reliability procedures) di dalam usaha pencapaian hasil yang berupa kualitas
manajemen dan kualitas produk (total management and product quality result).

Reliabilitas
Perubahan pada setiap bagian komponen yang saling berhubungan dengan
kemampuan (ketahanan) di dalam mendukung suatu sistem tertentu, secara
konsisten tetap sesuai dengan performa yang diharapkan. Metode untuk
mengetahui sistem reliabilitas dapat digunakan dengan rumus:
Rs = R I x R2 x R3 x.x Rn
Di mana :

Rs = sistem reliabilitas
Rl = reliabilitas komponen 1
R2 = reliabilitas komponen 2

Sebagai contoh ; Alam Raya Sewing Machine, yang memproduksi


komponen dari besi cor, seperti bodi dinamo/motor, rangka mesin jahit, plat
kopling, dan rumah pirodo sistem mobil, dan lain-lain. Pengecoran besi
menggunakan lima tungku bakar (Cupola) dengan reliabilitas masing-masing ;
0,90, 0,92, 0,85, 0,99, dan 0,80, seperti diuraikan pada gambar 62 di bawah ini.

Rs
R1

R2

R3

R4

R5

M-VII/3

Maka reliabilitas sistem tungku bakar (Cupola) adalah:


Rs = 0,90 x 0,92 x 0,85 x 0,99 x 0,80 = 0,661 atau 66, %

Dasar pengukuran tingkat kegagalan setiap unit komponen di dalam sistem


konversi yang dinamakan tingkat kegagalan produk (product failure rate) atau
disingkat FR. Tingkat kegagalan (FR) dapat dihitung berdasarkan jumlah unit
komponen yang diuji, yang mengalami kegagalan selama periode/waktu operasi.
FR (%) =

Jumlah yang Gagal


x 100%
Jumlah yang Diuji

FR (N) =

Jumlah yang Gagal


Jumlah Komponen Selama Operasi

Sedang titik-tengah waktu antara komponen yang mengalami kegagalan


(mean time between failures) disingkat MTBF dapat dihitung dengan rumus:
MRBF =

1
FR(N)

Sebagai aplikasinya dapat diambil contoh :


Laboratorium Manajemen Fak. Ekonomi Universitas Trisakti terdapat 40
komputer secara online sistem yang dapat menggunakan internet. Dalam satu
minggu pemakaian lab. 50 jam. Ada dua komputer yang selalu mengalami
kemacetan, sehingga suatu ketika dilakukan pengujian, pertama diuji sesudah 10
jam untuk satu komputer dan 30 jam untuk komputer lainnya. Persentase
kegagalan dapat dihitung sebagai berikut.

FR (%) = 2/40 (100%) = 5%


Tingkat kegagalan berdasarkan waktu operasi per jam :
FR (N) =

Jumlah yang Rusak


Waktu Operasi

Di mana:
Jumlah waktu

= (50 jam) (40 jam)


= 2.000 jam - unit

M-VII/4

Waktu tidak operasi = 40 jam unit yang diuji pertama + 20 jam unit yang diuji
ke-2
= 60 jam-unit
Waktu operasional
FR(N)

= Total waktu - Waktu tidak operasi


=

2
2
=
= 0.0010 kegagalan/jam-unit.
2000 60 1940

Maka MTBF dapat dihitung:


BTBF =

1
= 0,971 jam.
0.0010

Apabila pemakaian laboratorium selama satu tahun (52 minggu), maka


tingkat pemanfaatan berkurang sebanyak:
Tingkat kegagalan

= (0.0010) (52 minggu) (50 jam)


= 0.026 kegagalan dari total penggunaan lab/tahun

Untuk mengatasi reliabilitas komponen yang kurang baik (dibandingkan


komponen lainnya), dapat dilakukan dengan cara meningkatkan sistem reliabilitas
kombinasi antarkomponen, agar diperoleh tingkat reliabilitas gabungan yang lebih
baik (redundancy method). Tindakan yang harus dilakukan adalah dengan
memperbaiki komponen yang tingkat reliabilitasnya rendah, dengan rumus:

Probabilitas
Cupola, Pertama
dioperasikan

Probabilitas
Probabilitas

+ Cupola, Kedua X Cupola, Kedua


dioperasikan
yang dibutuhkan

Perhitungannya:
Sebagai ilustrasi, kasus Alam Raya Sewing Machine sebelumnya:

= 0,90 x 0,92 x {0,85 + 0,85 (1 - 0,85)} x 0,99 x { 0,80 + 0,80(1- 0,80)}


= 0,76

M-VII/5

MACAM-MACAM PEMELIHARAAN

A. Pemeliharaan Preventif (Preventive Maintenance)


Kegiatan pemeliharaan atau perawatan untuk mencegah terjadinya
kerusakan yang tidak terduga, yang menyebabkan fasilitas produksi mengalami
kerusakan pada waktu digunakan dalam proses produksi. Pemeliharaan preventif
sangat penting untuk mendukung fasilitas produksi yang termasuk dalam
golongan critical unit seperti berikut :
1. Kerusakan fasilitas atau peralatan akan membahayakan keselamatan atau
kesehatan para pekerja.
2. Kerusakan fasilitas akan mempengaruhi kualitas dari produk yang dihasilkan.
3. Kerusakan fasilitas tersebut akan menyebabkan kemacetan seluruh proses
produksi.
4. Modal yang ditanam (investasi) dalam fasilitas tersebut cukup mahal
harganya.

Praktik di lapangan, pemeliharaan preventif dalam perusahaan dapat


dilakukan dan dibedakan.
1) Routine maintenance; kegiatan pemeliharaan yang dilakukan secara rutin,
sebagai contoh setiap hari mengadakan pelumasan, pengecekan oli,
pengecekan dan pengisian bahan bakar, termasuk pemanasan mesin (warming
up).
2) Periodic maintenance; dapat dilakukan dengan memakai lamanya jam kerja
mesin atau fasilitas produksi lain, sehingga perlu dibuat jadwal kerja, misalnya
setiap 100 jam kerja, kemudian 500 jam kerja, dan seterusnya, yang sifatnya
periodik dan berkala. Kegiatan ini jauh lebih berat dari kegiatan pemeliharaan
rutin. Sebagai contoh; pembongkaran mesin, penyetelan katup-katup masuk
dan keluar, penggantian spare part, service (overhaul) besar maupun kecil.

M-VII/6

B. Pemeliharaan Korektif (Breakdown Maintenance)


Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadinya kerusakan atau
terjadi kelainan pada fasilitas dan peralatan sehingga tidak dapat berfungsi dengan
baik. Umpamanya mesin dan peralatan yang dipergunakan dalam proses konversi,
selama masih ada garansi (after sales service), tidak terlalu menekankan pada
pemeliharaan preventif, cukup pada keadaan apabila mesin dan peralatan sudah
mengalami kerusakan, sehingga perlu pembongkaran secara total (breakdown).
Sebagai contoh, diambil manufaktur garmen "Sun Flower" yang
memproduksi garmen dengan kualitas ekspor ke negara-negara Masyarakat
Ekonomi Eropa (MEE), di mana Quality Control (QC) dilakukan sangat ketat
oleh importir di gudang pabrik. Peralatan dalam proses koversi dipergunakan
Sewing Machine yang sifatnya kecepatan tinggi (High Speed). Berdasarkan hasil
QC selama dua tahun terakhir, diperoleh datadata sebagai berikut.
Mesin yang
MengalamiKerusakan
0
1
2
3

Bulan Terjadinya
Kerusakan
1
7
7
5
20

Perusahaan mengalami kerugian pengeluaran biaya sebesar Rp 2,7 juta


selama terjadi kerusakan, salah satu alternatif adalah melakukan pemeliharaan
preventif, dimana rata-rata kontrak pemeliharaan preventif hanya diestimasi satu
kerusakan per bulan. Biaya pemeliharaan preventif Rp 1,3 juta per bulan. Manajer
operasional harus melakukan analisis, apakah melakukan pemeliharaan preventif
atau pemeliharaan korektif (breakdown).

M-VII/7

Analisis dan Perhitungan


Langkah Pertama: Pengharapan banyaknya tingkat kerusakan dalam operasional
perusahaan sebelum melakukan kontrak pemeliharaan.

Jumlah

Kerusakan

Frekuensi

Jumlah

Kerusakan

Frekuensi

1/20 =

0,05

7/20 =

0,35

7/20 =

0,35

5/20 =

0,25

Pengharapan jumlah kerusakan :


= (Banyaknya Kerusakan) X (Catatan Frekuensi)
= (0).(0,05) + (1).(0,35) + (2). ).(0,35) + (3). ).(0,25)
= 0 + 0,35 + 0,7 + 0,75 = 1,8 kerusakan/bulan

Langkah Kedua: harapan biaya pemeliharaan korektif adalah:


= Harapan Jumlah Kerusakan X Biaya Per Kerusakan
= (1,8) (Rp 2,7 juta) = Rp 4,86 juta.

Langkah Ketiga: menghitung biaya pemeliharaan preventif.

Harapan biaya

Kerusakan dengan
Kontrak Pemeliharaan

Biaya

Kontrak
Pemeliharaan

= (satu kerusakan/bulan)(Rp 2,7 juta) + Rp 1,3 juta


= Rp 4 juta per bulan.

Langkah Keempat : oleh karena biaya pemeliharaan korektif lebih mahal, yaitu
Rp 4,86 juta, adalah lebih baik melakukan kontrak
pemeliharaan dengan biaya hanya Rp 4 juta

M-VII/8

Pemeliharaan Produktivitas Secara Total


Secara teoritis, total biaya pemeliharaan dapat digambarkan bahwa biaya
pemeliharaan korektif (breakdown maintenance) akan berbanding terbalik dengan
biaya pemeliharaan preventif (preventive maintenance), seperti diuraikan kurva
dalam gambar berikut ini. Pemeliharaan produktivitas secara total dapat dilakukan
dengan jalan berikut.
1. Mendesain mesin atau peralatan yang memiliki reliabitas tinggi, mudah
dioperasikan, dan mudah untuk dipelihara.
2. Analisis biaya investasi untuk mesin atau peralatan dengan pelayanan
(services) dari pemasok dan biaya-biaya pemeliharaannya.
3. Mengembangkan

perencanaan

pemeliharaan

preventif

yang

dapat

dimanfaatkan secara praktis oleh operator, bagian pemeliharaan, dan teknisi.


4. Melatih pekelja untuk mengoperasikan mesin atau peralatan, termasuk cara
memeliharanya

Gambar
Kurva Total Biaya Pemeliharaan (Total Cost of Maintenance)

Biaya

Total Biaya (Total Cost)

Biaya Pemeliharaan Korektif


(Korentif Maintenance Cost)
Optimasi (Kebijakan Biaya
Pemeliharaan yang rendah)

Biaya Pemeliharaan Preventif


(Preventif Maintenance Cost)

Kebijakan Operasi

Optimasi
(Biaya Pemeliharaan)

M-VII/9

Melaksanakan kegiatan pemeliharaan terdapat dua persoalan utama yang


dihadapi oleh suatu perusahaan, yaitu persoalan teknis dan ekonomis.
Persoalan teknis

dalam

hal ini menyangkut

usaha-usaha

untuk

menghilangkan kemungkinan timbulnya kemacetan karena kondisi fasilitas atau


peralatan konversi yang tidak baik. Dalam kondisi teknis yang perlu diperhatikan,
antara lain:
* Tindakan-tindakan apa yang diperlukan untuk memelihara atau merawat
peralatan yang ada, dan untuk memperbaiki mesin dan peralatan yang rusak;
* Alat-alat atau komponen apa yang dibutuhkan serta harus disediakan agar
tindakantindakan pada bagian di atas dapat dilakukan.

Persoalan ekonomis menyangkut bagaimana usaha yang harus dilakukan


supaya kegiatan pemeliharaan mesin dan peralatan yang dibutuhkan secara teknis
dapat efisien. dengan memperhatikan besarnya biaya yang terjadi yang dapat
menguntungkan perusahaan.

M-VII/10

ALASAN-ALASAN MENGADAKAN PENGGANTIAN MESIN

1. Adanya keuntungan potensial dari penggunaan mesin baru. Misalnya


penggunaan mesin baru akan lebih menguntungkan karena penggunaan bahan
dan tenaga kerja yang lebih sedikit, sehingga harga pokok produk menjadi
lebih rendah atau memberikan penghematan yang terbesar.
2. Oleh karena mesin yang dipergunakan sudahb rusak sehingga tidak dapat
bekerja sebagaimana mestinya, maka akan menimbulkan kerugian-kerugian
seperti :
a. Waktu pengerjaan (operation time) dari produk di mesin tersebut
bertambah.
b. Produksi perusahaan menurun, karena waktu produksi persatuan
bertambah.
c. Kualitas produk menurun.
d. Biaya tenaga kerja akan bertambah besar.
e. Biaya maintenance juga akan bertambah besar.
3. Oleh karena mesin yang dipergunakan telah kuno/tua atau ketinggalan zaman.
Walaupun mesin yang kuno ini masih dapat berfungsi, tetapi produk yang
dihasilkan tidak dapat bersaing dengan produk lain di pasar, yang di produksi
dengan mesin baru yang lebih efisien.
4. Perubahan keinginan dari konsumen mengharuskan atau memaksa perusahaan
mengadakan perubahan desain dari produk., dan perubahan inin menyebabkan
mesin yang dimiliki tidak cocok atau tidak dapat dipergunakan lagi.
5. Dalam hal ini mesin-mesin yang menimbulkan keadaan-keadaan seperti suara
mesin yang ribut/keras, asapnya banyak, dan sering menimbulkan kecelakaan,
haruslah diganti dengan mesin baru.

M-VII/11

METODE-METODE PEMILIHAN DAN PENGGANTIAN MESIN

Secara teoritis ada beberapa metode yang dapat digunakan sebagai


pedoman atau petunjuk dalam penggantian mesin lama dan pemilihan atau
pembelian mesin baru. Metode-metode pemilihan dari penggantian mesin yang
dapat digunakan adalah :
1. Annual Cost Saving Approach
2. Total Life Average Approach
3. Present Worth Method
4. The New MAPI Formula

Sebelum kita membahas metode-metode ini perlu kita ketahui bahwa


biaya-biaya dikeluarkan untuk pembelian mesin baru dapat dibedakan atas dua
macam, yaitu :
a. Recurring costs yaitu biaya-biaya yang terus-menerus timbul atau terjadi tahun
selama mesin tersebut digunakan. Biaya-biaya ini terdiri dari biaya upah
langsung (direct labor costs), biaya upah tidak langsung (indirect labor costs),
tenaga listrik (power), biaya pemeliharaan (maintenance cost), pajak dan
asuransi.
b. Non recurring costs yaitu biaya-biaya yang hanya dikeluarkan satu kali saja
selama mesin atau peralatan tersebut dimiliki. Biaya-biaya ini terdiri dari
biaya/harga pembelian, biaya pengangkutan (transportation cost) dan biaya
pemasangan mesin tersebut.
Di samping kedua biaya ini perlu pula diperhatikan adanya penyusutan
atau depresiasi dalam nilai mesin atau peralatan. Penyusutan adalah penurunan
dari nilai mesin atau peralatan sebagai akibat penggunaan atau pengorbanan mesin
atau peralatan tersebut untuk menghasilkan barang atau jasa. Metode penyusutan
yang dapat dipergunakan ada beberapa, di antaranya metode garis lurus (straight
line method).

M-VII/12

1. Annual Cost Saving Approach


Pendekatan atau metode ini menekankan pada adanya penghematan
(saving) yang diperoleh dari mesin-mesin yang dipilih. Dalam hal ini
diperbandingkan antara recurring costs dan non recurring costs serta depresiasi
dari mesin-mesin yang akan dipilih.
Sebenarnya yang dimaksudkan dengan annual cost saving adalah
perbedaan dari total recurring costs, non recurring costs dan depresiasi dari mesin
lama yang kita miliki dengan mesin baru yang akan dibeli, atau antara mesin yang
satu dengan mesin yang lain yang akan kita beli.
Di samping itu perlu pula kita perhatikan bahwa apabila perusahaan
membeli atau memiliki suatu mesin, maka ini berarti perusahaan menanamkan
uang atau modalnya dalam mesin tersebut (capital investment) dalam beberapa
tahun. Oleh karena itu perlu pula diketahui berapa lama modal yang ditanamkan
tersebut akan diperoleh kembali yang sering disebut dengan Capital Recovery
Period (C.R.P). Rumus dari Capital Recovery Period (C.R.P) adalah :

C.R.P =

Investasi Baru
Annual Cost Saving Depresiasi dari Peralatan Baru

Investasi Baru (Net Investment) adalah selisih: atau perbedaan antara harga mesin
baru dan harga pasar dari mesin lama (Price of New equipment - Market value of
old equipment).

Contoh : Misalkan perusahaan kita ingin membeli mesin baru untuk


menggantikan mesin lama yang dipergunakan. Harga pembelian dan pemasaran
mesin baru tersebut adalah Rp. 500.000,- Apakah dengan pembelian mesin baru
ini, perusahaan kita akan memperoleh keuntungan yang berupa penghematan
biaya (annual cost saving). Untuk membahas masalah penggantian dan pembelian
mesin baru ini, maka kita perlu menggolong-golongkan biaya-biaya dan mesin
lama dan biaya-biaya dari mesin baru.

M-VII/13

Dalam hal ini diketahui bahwa mesin lama dapat dipergunakan selama
empat tahun lagi, sedangkan mesin baru dapat dioperasikan untuk selama sepuluh
tahun. Apabila kila akan memilih dan membeli mesin baru maka mesin lama
dapat dijual dengan harga Rp. 200.000,00
Biaya dan data-data lainnya dari mesin lama dan mesin baru adalah :

Mesin Lama (I)

Keterangan

Mesin Baru (II)

Rp. 50.000,00

Upah langsung

Rp. 30.000,00

Rp. 25.000,00

Upah tak langsung

Rp. 15.000,00

Rp. 30.000,00

Biaya maintenance

Rp. 30.000,00

Rp. 15.000,00

Biaya tenaga listrik (power)

Rp. 20.000,00

Rp. 5.000,00

Pajak dan asuransi

Rp. 15.000,00

5%

Bunga (Interest) / tahun Umur

4 tahun

Umur

Rp. 40.000,00

5%
10 tahun

Nilai Sisa

Rp. 50.000,00

Untuk menghitung besarnya annual cost saving, terlebih dahulu kita harus
mencari total pengeluaran (total out of pocket expenses) dan total biaya operasi
per tahun (total annual operating cost) untuk mesin lama dan mesin baru.

Mesin Lama(I)

Mesin Baru(II)

Upah langsung

Rp. 50.000,00

Rp. 30.000,00

Upah tidak langsung

Rp. 25.000,00

Rp. 15.000,00

Biaya maintenance

Rp. 30.000,00

Rp. 10.000,00

Biaya Tenaga Listrik (power)

Rp. 15.000,00

Rp. 20.000,00

Pajak dan Asuransi

Rp.

5.000,00

Rp. 15.000,00

Total out of pocket expenses

Rp.125.000,00

Rp. 90.000,00

Bunga

Rp. 10.000,001)

Rp.

Rp. 40.000,003)

Rp.

Rp.175.000,00

Rp.160.000,00

25.000,002)
Depresiasi
45.000,004)
Total biaya operasi per tahun

M-VII/14

Catatan : 1)

Bunga dari mesin lama dengan tingkat bunga 5% adalah 5% dari


Rp. 200.000,00 = Rp. 10.000,00

2)

Bunga dari mesin baru dengan tingkat bunga 5% adalah 5% dari


Rp. 500.000,00 = Rp. 25.000,00

3)

Depresiasi dari mesin lama dengan straight line method, bila


umurnya 4 tahun dan nilai sisa/residunya Rp. 40.000,00 adalah
Rp. 200.000,00 - Rp. 40.000,00
= Rp. 40.000,00 per tahun
4

4)

Depresiasi dari mesin baru dengan straight line method, bila


umurnya 10 tahun dan nilai sisa/residunya Rp. 50.000,00 adalah

Rp. 500.000,00 - Rp. 50.000,00


= Rp. 45.000,00 per tahun.
10
Taksiran total biaya operasi per tahun ini diperbandingkan antara mesin

lama (yang satu) dengan mesin baru (yang lain). Dari total biaya ini terlihat bahwa
biaya operasi per tahun mesin lama lebih besar dibandingkan dengan mesin baru.
Jadi terdapat annual cost saving dari mesin baru sebesar Rp. 15.000,00.
Apakah dengan annual cost saving sebesar Rp. 15.000,00 ini akan
mendorong atau mempengaruhi kita untuk membeli mesin baru atau mesin ke II
tersebut. Untuk menentukan keputusan ini perlu pula kita perhatikan.
1. Berapa lamakah modal/uang yang ditanamkan dalam mesin baru tersebut akan
kembali (seperti apa yang telah diuraikan terdahulu sebagai Capital Recovery
Period = C.R.P.). Lamanya modal baru yang ditanamkan dalam mesin barn
akan kembali adalah C.R.P. =

500.000 200.000
= 5 tahun. Ini berarti bahwa
15.000 45.000

baru setelah 5 tahun investasi kita dalam mesin baru, dapat dibayar kernbali.
Makin pendek Capital Recovery Period, maka makin baik investasi tersebut,
karena investasi itu akan dapat kembali dalam jangka waktu yang lebih
pendek pula.
2. Apakah mesin baru itu tidak akan mengurangi semangat kerja dan
menurunkan semangat kerja para pekerja, serta dapat menjamin keselamatan
dan kesenangan kerja.

M-VII/15

3. Apakah mesin baru tersebut dapat menampung kemungkinan pertambahan


permintaan (demand) di kemudian hari, sehingga memungkinkan perusahaan
akan berkembang.
4. Apakah hal-hal lainnya juga akan menguntungkan dari mesin baru tersebut.
Apabila semua faktor ini telah diperbandingkan, dan ternyata mesin barn
lebih baik dari mesin lama, maka barulah mesin lama diganti dan mesin baru yang
dipilih.

2. Total Life Average Approach


Dalam

pendekatan

atau

metode

ini,

semua

biaya

per

tahun

diperbandingkan termasuk semua biaya-biaya untuk memiliki mesin tersebut dan


taksiran semua biaya-biaya operasi (operating cost) dari mesin itu selama
hidupnya (operating life). Semua biaya-biaya ini dijumlahkan dan dibagi dengan
umur (operating life) dari mesin tersebut, maka diperoleh biaya total rata-rata
setiap tahun apabila kita memiliki dan mengoperasikan mesin tersebut. Untuk
menentukan mesin mana yang dipilih, maka biaya total rata-rata setiap tahun dari
mesin-mesin tersebut diperbandingkan. Sudah tentu mesin yang mempunyai biaya
total rata-rata setiap tahun (total life average) yang terendah yang akan dipilih, di
samping pertimbangan-pertimbangan lain yang perlu diperhatikan seperti apa
yang telah disebutkan dalam metode pertama yaitu Annual Cost Saving Approach.

Contoh:
Apabila misalnya suatu perusahaan memiliki mesin yang dalam operasi
produksi, yang disebut mesin lama, mempunyai 100.000,00. Mesin ini masih
dapat dipergunakan (perkiraan umurnya) selama dua tahun, dan sesudah dua tahun
nilai sisa/residunya adalah Rp. 10.000,00. Sedangkan biaya operasi dari mesin ini
per tahun (annual operating cost) tanpa depresiasi adalah Rp. 46.000,00.
Perusahaan ini ingin membeli mesin baru yang ada di pasar, yang harga
pembelian dan pemasangannya adalah Rp. 500.000,00. Mesin ini diperkirakan
dapat dipergunakan dalam operasi produksi selama sepuluh tahun, dan sesudah
sepuluh tahun nilai sisa/residunya mesin ini adalah Rp. 50.000,00. Sedangkan

M-VII/16

biaya operasi dari mesin ini per tahun (annual operating cost) tanpa depresiasi
adalah Rp. 37.000,00
Apakah sebaiknya perusahaan ini mengganti mesin lama yang dimilikinya
dengan mesin baru yang ada di pasar, bila tingkat bunga yang berlaku adalah
10%.
Dari keterangan dalam contoh ini dapatlah diperoleh data-data dari mesin
lama dan mesin baru sebagai berikut :
Mesin Lama

Keterangan

Mesin Baru

Rp. 100.000,00

Harga Pasar

Rp. 500.000,00

2 tahun

Umur (Operating life)

Rp. 10.000,00

Nilai sisa

Rp. 46.000,00

Biaya operasi per tahun

10 tahun
Rp. 50.000,00

tidak termasuk depresiasi


(Annual operating cost
excluding depreciation)
10%

Rp. 37.000,00

Tingkat bunga

10%

Untuk menentukan apakah sebaiknya perusahaan tersebut mengganti


mesin lama yang dimilikinya dan membeli mesin baru, perlu diketahui apakah
dengan membeli mesin baru tersebut akan diperoleh penghematan biaya selama
operasinya, karena biaya total rata-rata per tahun (total life avarage) dari mesin
baru tersebut adalah lebih rendah. Besarnya biaya total rata-rata per tahun dari
masing-masing mesin dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :
Mesin Lama

Mesin Baru

Rp. 90.000,001)

Rp.

450.000,002)

Rp. 92.000,003)

Rp.

370.000,004)

Total Bunga (Interest)

Rp. 15.500,005)

Rp.

297.500,006)

Total biaya selama umurnya

Rp. 197.500,00

Rp. 1.117.500,00

Rp. 98.750,00

Rp. 111. 750,00

Total Depresiasi
Total Biaya Operasi
(Operating Cost)

(Total life cost)


Biaya rata-rata per tahun
(Average Cost per year)

M-VII/17

Catatan : 1)

Total depresiasi dan mesin lama dengan straight line method, bila
umurnya 2 tahun dan nilai sisa/residunya Rp. 10.000,00 adalah Rp.
100.000,00 - Rp. 10.000,00 = Rp. 90.000,00

2) Total depresiasi dan mesin baru dengan straight line method, bila
umumya 10 tahun dan nilai sisa/residunya Rp. 50.000,00 adalah Rp.
500.000,00 Rp. 50.000,00 = Rp. 450.000,00
3) Total biaya operasi dan mesin lama selama dua tahun adalah 2 x
Rp. 46.000,00 = Rp. 92.000,00.
4) Total biaya operasi dari mesin baru selama sepuluh tahun adalah 10
x Rp.37.000,00 = Rp.370.000,00
5)

Total bunga dari mesin lama selama dua tahun adalah 10% x
Rp. 100.000,00 pada tahun pertama ditambah
10% x (Rp. 100.000,00 - Rp. 45.000,00) pada tahun ke dua
= Rp. 10.000,00 + Rp. 5.500,00 = Rp. 15.500,00

6)

Total bunga dan mesin baru selama sepuluh tahun adalah :


10% x Rp. 500.000,00 pada tahun pertama + 10% x (Rp.
500.000.00 Rp. 45.000,00) pada tahun ke dua + 10% x (Rp.
500.000,00-

Rp. 90.000,00) pada tahun ke tiga + 10% (Rp.

500.000,00-

Rp. 135.000.00 pada tahun ke empat + 10% x

(Rp. 500.000,00-

Rp. 180.000,00) pada tahun ke lima + 10% x

(Rp. 500.000,00-

Rp. 225.000,00) pada tahun ke enam + 10%

x (Rp. 500.000,00-

Rp. 270.000,00) pada tahun ke tujuh + 10%

x (Rp. 500.000,00-

Rp. 315.000,00) pada tahun ke delapan +

10% x (Rp. 500.000,00 - Rp. 360.000,00) pada tahun ke sembilan


+ 10% x (Rp. 500.000,00- Rp. 405.000,00 pada tahun ke sepuluh =
Rp. 50.000,00 + Rp.45.500,00 + Rp.41.000,00 + Rp.35.500,00 +
Rp.32.000,00 +

Rp. 27.500,00 + Rp.23.000,00 + Rp. 18.500.00

+ Rp. 14.000,00 + Rp. 9.500,00 = Rp. 297.500,00

Dari perhitungan di atas terlihat bahwa mesin baru mempunyai biaya ratarata per tahunnya (average cost per year) lebih mahal jika dibandingkan dengan
mesin lama yang dipergunakan. Jadi tidak perlu membeli mesin baru untuk

M-VII/18

menggantikan mesin lama, karena biaya rata-rata per tahun dan mesin baru
tersebut lebih besar.

3. Present Worth Method


Dalam metode ini semua biaya-biaya baik biaya pemilikan (investasi)
maupun biaya operasi (exploitasi) dari masing-masing diperkirakan dengan nilai
sekarang dan kemudian diperbandingkan. Jadi metode ini mencoba mengadakan
penilaian atas biaya-biaya yang terjadi sekarang dan yang terjadi pada masa yang
akan datang, dengan nilai pada saat sekarang ini. Penilaian ini dilakukan baik
untuk mesin lama maupun mesin baru, sehingga dengan demikian dapat
diperbandingkan.
Rumus at au Formulanya:

S = P (1 + i)n dan
P=

di mana:

S
(1 i) n

S = jumlah dana/uang pada suatu waktu di masa yang akan datang


P = jumlah dana/uang pada masa atau saat sekarang ini.
i = tingkat bunga (interest rate)
n = jumlah tahun (lamanya) investasi

Sebagai contoh untuk penggunaan rumus ini, jika kita misalnya menginvestasikan
uang kita sebesar Rp. 10.000,00 untuk 10 tahun yang akan datang dengan tingkat
bunga 10%. Maka sesudah 10 tahun nilai uang kita menjadi :
S = 10.000,00 (1 - 0,10)10
= 10.000,00 x 2.594
= 2.594,00
Atau apabila misalnya kita ingin memperoleh uang sebesar Rp. 2.594,00 pada
masa sepuluh tahun yang akan datang, maka besarnya. dana/uang yang harus kita
investasikan sekarang adalah :
P=S

1
(1 i) n

= 2.594

1
(1 i)10

= 1.000,00

= 2.594 x 0,3855

M-VII/19

Contoh penggunaan metode present worth. Jika suatu perusahaan yang memiliki
mesin lama yang berupa manual stamper, bermaksud hendak menggantikannya
dengan mesin baru yang berupa automatical stamper. Apakah perusahaan ini
sebaiknya akan mengganti mesin yang dimilikinya jika digunakan present worth
method, apabila diketahui : Nilai pasar (Market value) dan mesin lama (annual
stamper) adalah Rp. 100.000,00 dan umur mesin ini adalah 2 tahun, sedangkan
biaya operasi (operating cost)nya adalah Rp. 40.000,00 setahun. Harga pembelian
dan pemasangan mesin baru (automatical stamper) yang akan dipilih adalah
Rp. 300.000,00 dan umur mesin ini adalah 4 tahun, sedang biaya operasi
(operating cost)nya adalah Rp. 30.000,00. Dalam hal ini karena umur dari kedua
mesin ini berbeda, maka harus disamakan umurnya, agar dapat diperbandingkan
antara ke dua mesin tersebut yaitu dengan menganggap bahwa kita dapat
memperoleh mesin lama yang sama umur, biaya operasi dan harganya. Sehingga
untuk operasi selama 4 tahun harus dipergunakan 2 buah (1 kali penggantian)
mesin lama (manual stamper), sedangkan mesin baru (automatical stamper)
cukup dipergunakan satu buah. Jadi data-data mesin lama dan mesin baru adalah :

Mesin Lama (manual stamper)


Rp. 100.000,00
2 tahun
Rp. 40.000,00

Mesin baru (automatical stamper)

Harga pasar (Market value)


Umur (Operating life)
Biaya Operasi (Operating

Rp. 300.000,00
4 tahun
Rp. 30.000,00

cost/year)
Untuk memecahkan persoalan ini, maka kita mempunyai asumsi bahwa investasi
dilakukan pada akhir tahun dan tingkat bunga (interest rate) sebesar 10%.

Mesin Lama (Manual Stamper)


Nilai sekarang (Present Worth) dari manual stamper I

= Rp. 100.000,00

Nilai sekarang (Present Worth) dari biaya operasi


manual stamper I :
untuk tahun pertama = 40.000 x 0,9091

= Rp. 36.360,00

untuk tahun ke dua = 40.000 x 0,8264

= Rp. 33.060,00

M-VII/20

Nilai sekarang (Present Worth) dari manual stamper II


yaitu 100.000 x 0,8264

= Rp. 82.640,00

Nilai sekarang (Present Worth) dari biaya operasi


manual stamper II :
untuk tahun ke tiga

= 40.000 x 0,7513

= Rp. 30.050,00

untuk tahun ke empat = 40.000 x 0,6830

= Rp. 27.320,00

Total biaya dari manual stamper I dan II


dengan nilai sekarang (Present Worth) .

= Rp. 309.430,00

Biaya rata-rata per tahun dengan nilai


sekarang (Present Worth)

= Rp. 309.430,00
4
= Rp. 77.357,50

Mesin Baru (Automatic Stamper)


Nilai sekarang (Present Worth) dari automatic stamper

= Rp. 300.000,00

Nilai sekarang (Present Worth) dari biaya operasi


automatic stamper :
untuk tahun pertama

= 30.000 x 0,9091

= Rp. 27.270,00

untuk tahun ke dua

= 30.000 x 0,8264

= Rp. 24.790,00

untuk tahun ke tiga

= 30.000 x 0,7513

= Rp. 22.540,00

untuk tahun ke empat

= 30.000 x 0,6830

= Rp. 20.490,00

Total biaya dari automatic stamper dengan nilai


sekarang (Present Worth)

= Rp. 395.090,00

Biaya rata-rata per tahun dengan nilai


sekarang (Present Worth)

..

= Rp. 395.090,00
4

= Rp. 98.772,50

Dari perhitungan di atas ini terlihat bahwa biaya rata-rata per tahun (average cost
per year) dalam nilai sekarang (Present Worth) dari automatic stamper adalah
lebih mahal daripada mesin lama (manual stamper), jadi perusahaan tidak perlu
membeli mesin baru karena biayanya lebih besar.

M-VII/21

4. The New MAPI Formula


C

n(Q n - W n ) (Q - 1) 2 - (1 - b) p (Q n - 1) - (Q - 1)
- (Q 1)
nQ n (Q - 1) - (Q n - 1)

di mana:
C

penggunaan capital tahun pertama, dinyatakan sebagai suatu ratio dari


total cost of the assets.

umur dalam tahun (service life in years)

tingkat pajak pendapatan (rate of income tax)

tingkat penurunan relatif (rate of relative decline)

Wn =

nilai sisa sementara (terminal salvage value)

Wn = [1 - W + py + (1 - p) z/(l - b)]

1 + (1 - b)py + (1 - p)z

di mana : p =

perbandingan pinjaman dengan jumlah seluruh


modal (ratio of borrowed to total capital)

y=

tingkat bunga dari modal yang dipinjam (rate of


interest on borrowed capital)

z=

tingkat pendapatan setelah pajak (rate of after tax


return on equity capital)

Rumus-rumus/Formula-formula ini sudah tentu sangat sukar untuk dimengerti dan


dipergunakan, sehingga jarang dipergunakan oleh para manajer umumnya.
Sebenarnya MAPI ini merupakan suatu system yang mudah jika menggunakan
grafik.

Contoh: Suatu perusahaan memasang mesin bor/gurdi (drilling and tapping


machine) yang baru seharga Rp. 27.673,00. Umur mesin ini adalah 12 tahun,
penghematan tahun berikutnya (next year saving) hanya sebesar Rp. 5.358,00 dan
nilai sisa (salvage value) dari mesin ini setelah 12 tahun adalah 10% dari harga
pembelian dan pemasangannya. Diasumsikan bahwa dari pengalaman perusahaan
menunjukkan bahwa mesin ini mempunyai standard pattern of projected earnings
dengan heavy curves (declining - balance tax depreciation) dan bukan light curves
(straight line method). Juga diasumsikan bahwa perusahaan menggunakan

M-VII/22

declining balance depreciation mathod, sehingga diperoleh chart percentage =


44%
Project no. 7

Sheet 2.
III. Computation of MAPI urgency rating

32. Total next advantage after income tax (31-tax)

Rp. 5.358,00

33. Total chart allowance for Project


(Total of coloumn F, Below)

Rp. 1.218,00

(Enter Depreciatiable assets only)

Items or
Groups

Driling
Tapping
Machines

Installed Estimated Estimated MAPI


Chart
Chart
cost of
service
terminal
chart Percentage percentage
Item or
Life
salvage number
x Cost
Group
(Year)
(Present
(E x A)
of Cost)
A
B
C
D
E
F
27.673
12
10
1
4,4
1.218

Total

Rp. 1.218,-

34. Amount Available for Return on Investment (32-33)


35. MAPI urgency Rating (34-5) 100 atau

Rp. 4.140,00

4140
x 100% = 15%
27673

Dari gambaran ini menunjukkan bahwa net return yang tersedia dalam
investasinya adalah Rp. 4.140,00 atau 15% dari capital cost. Untuk
memungkinkan kita mengadakan perbandingan dengan mudah maka kita
mengadakan penyusutan tingkat-tingkat (rangking) percentage return dalam
investasinya untuk berbagai mesin yang diusulkan untuk penggantian.

Anda mungkin juga menyukai