Jurnal 3

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASETIKA I
LARUTAN ( P3 )

DISUSUN OLEH :

NAMA

HENDRO PRAYUGO

NIM

723901S.11.036

DOSEN PEMBIMBING

YULITA HALIM, S.Far.,Apt

LABORATORIUM FARMASETIKA DASAR

AKADEMI FARMASI SAMARINDA


2011/2012

BAB I
PENDAHULUAN

A. Maksud Praktikum
Adapun maksud dari praktikum farmasetika I ini adalah agar
mahasiswa dapat memahami dan memiliki keterampilan dalam pembuatan
obat dalam bentuk sediaan larutan (Solutions).

B. Tujuan Praktikum
Setelah melaksanakan praktikum Farmasetika I, praktikum ini bertujuan
agar praktikan dapat :

Agar mahasiswa dapat memahami resep dokter

Agar mahasiswa memiliki keterampilan, kemampuan, dan pengetahuan


mengenai bahan obat dalam bentuk sediaan larutan

Agar mahasiswa dapat menghitung dosis dengan benar

Agar mahasiswa dapat menimbang bahan dengan benar

Agar mahasiswa dapat mengerjakan sediaan obat sesuai dengan yang


diminta dokter

Agar mahasiswa dapat mengetahui fungsi serta efek samping dari sediaan
obat yang dibuat

BAB II
DASAR TEORI
LARUTAN (SOLUTIONS)

Menurut Farmakope Indonesia edisi III, Larutan adalah sediaan cair yang
mengandung bahan kimia terlarut, kecuali dinyatakan lain. Sedangkan menurut
Farmakope Indonesia edisi IV, Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu
atau lebih zat kimia yang terlarut.
Larutan terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu cairan,
maka zat padat tadi terbagi secara molekular dalam cairan tersebut. Pernyataan
kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu 200,
kecuali dinyatakan lain menunjukkan 1 bagian bobot zat padat atau 1 bagian
volume zat cair larut dalam bagian volume tertentu pelarut. Pernyataan kelarutan
zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu kamar.
Pernyataan bagian dalam kelarutan berarti 1 g zat padat atau 1 ml zat cair
dalam sejumlah ml pelarut.
Kelarutan suatu zat yang tidak diketahui secara pasti dapat dinyatakan
dengan istilah berikut :
Jumlah
Istilah kelarutan

bagian

pelarut

diperlukan untuk melarutkan

Sangat mudah larut

Kurang dari 1

Mudah larut

1 10

Larut

10 30

Ahak sukar larut

10 100

Sukar larut

100 1000

Sangat sukar larut

1000 10.000

Praktis tidak larut

Lebih dari 10.000

yang

Sediaan larutan dibagi menjadi dua yaitu :


1.

Larutan Oral
a. Potiones adalah sediaan obat minum yang dimaksudkan untuk
penggunaan peroral.
b. Elixir adalah sediaan larutan dengan bahan obat dan bahan campuran
(tambahan) dengan pelarut yang digunakan campuran air-etanol.
c. Sirup adalah larutan yang mengandung sirup gula > 60%.
d. Netralisasi adalah sediaan larutan yang dibuat dari campuran asam dan
basa sampai reaksi selesai (netral).
e. Saturatio adalah sediaan obat yang diminum dari campuran asam dan
basa dimana gas CO2 yang terjadi ditahan sebagian sehingga larutan
jenuh dengan CO2.
f. Potio Effervescent adalah sediaan obat minum yang dibuat dari campuran
asam dan basa dimana gas CO2 yang terjadi ditahan sehingga larutan
lewat jenuh.
g. Guttae adalah sediaan obat minum yang diberikan dalam bentuk tetesan.

2.

Larutan Topikal
a. Collyrium adalah obat cuci mata.
b. Guttae Ophtalmicae adalah obat tetes mata.
c. Gargarisma adalah obat kumur mulut yang harus diencerkan lebih
dahulu.
d. Litus Oris adalah obat oles bibir.
e. Guttae Oris adalah obat tetes mulut.
f. Guttae Nasales adalah obat tetes hidung.
g. Inhalationes.
h. Injections (obat suntik).
i. Lavement.
j. Vaginal Douche adalah larutan antiseptik vagina.
k. Ephitema adalah obat kompres.

CARA MELARUTKAN ZAT


1. Zat-zat yang mudah larut, dilarutkan dalam botol.
2. Zat-zat yang agak sukar larut dilarutkan dengan pemanasan.
Masukkan zat padat yang akan dilarutkan dalam Erlenmeyer, setelah itu
dimasukkan zat pelarutnya, dipanasi di atas tangas air atau api bebas
dengan digoyang-goyangkan sampai larut. Zat padat yang hendak
dilarutkan dimasukkan dalam erlenmeyer dulu, mencegah jangan sampai
ada yang lengket pada leher erlenmeyer. Pemanasan dilakukan dengan api
bebas sambil digoyang-goyangkan untuk menjaga pemanasan kelewat
setempat.
3. Untuk zat yang akan terbentuk hidrat maka air dimasukkan dulu dalam
erlenmeyer agar tidak terbentuk senyawa hidrat yang lebih lambat
larutnya. Zat-zat tersebut adalah Glucosum, Borax dan Natrii Bromidum.
4. Untuk zat yang meleleh dalam air panas dan merupakan tetes besar dalam
dasar erlenmeyer atau botol maka perlu dalam melarutkan digoyanggoyangkan atau digojok untuk mempercepat larutnya zat tersebut. Zat
tersebut

adalah

Codeinum

base,

Nipagin,

Chlorbutanolum,

dan

Acetanilidum.
5. Zat-zat yang mudah terurai pada pemanasan tidak boleh dilarutkan dengan
pemanasan dan dilarutkan secara dingin. Zat tersebut ialah: Hexaminum,
Natrii Bicarbonas, Chlorali Hydras, Protargol, Luminal Natrium, Veronal
Natrium, Calcii Acetylsalicylas.
6. Zat-zat yang mudah menguap bila dipanasi, dilarutkan dalam botol terutup
dan dipanaskan serendah-rendahnya sambil digoyang-goyangkan. Zat
tersebut ialah: Camphora, Thymolum, Acidum Benzoicum dan Acidum
Salicylicum.
7. Obat-obat keras harus dilarutkan tersendiri, untuk meyakini apakah sudah
larut semua. Dapat dilakukan dalam tabung reaksi lalu dibilas.

8. Perlu

diperhatikan

bahwa

pemanasan

hanya

diperlukan

untuk

mempercepat larutnya suatu zat, tidak untuk menambah kelarutan, sebab


bila keadaan menjadi dingin maka akan terjadi endapan.
Elixir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis, dimaksudkan
untuk penggunaan vital, dan biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan.
Dibandingkan dengan sirup, elixir biasanya kurang manis dan kurang kental
karena mengandung kadar gula yang lebih rendah dan akibatnya kurang efektif
dibanding sirup dalam menutupi rasa senyawa obat. Walaupun demikian, karena
sifat hidroalkohol, eliksir lebih mampu mempertahankan komponen-komponen
larutan yang larut dalam air dan yang larut dalam alkohol dari pada sirup. Juga
karena stabilitasnya yang khusus dan kemudahan dalam pembuatannya (dengan
melarutkan biasa), dari sudut pembuatan, eliksir lebih disukai dari pada sirup
(Ansel, 1928).
Disamping alkohol dan air, pelarut-pelarut lain seperti gliserin dan propilen
glikol, sering digunakan dalam eliksir sebagai pelarut pembantu (Ansel, 1928).
Semua eliksir mengandung bahan pemberi rasa untuk menambah kelezatan
dan hampir semua eliksir mempunyai zat pewarna untuk meningkatkan
penampilannya. Eliksir yang mengandung alkohol lebih dari 10 12 %, biasanya
bersifat sebagai pengawet sendiri dan tidak membutuhkan penambahan zat
antimikroba untuk pengawetnya (Ansel, 1928).
Karena eliksir mengandung alkohol dan biasanya juga mengandung
beberapa minyak mudah menguap yang rusak oleh adanya udara dan sinar, maka
paling baik disimpan dalam wadah-wadah yang tertutup rapat, tahan cahaya untuk
menjaga terhadap temperatur yang berlebih (Ansel, 1928).
Potiones adalah sediaan yang

berupa cairan untuk diminum, dibuat

sedemikian rupa hingga dapat digunakan sebagai dosis tunggal dalam volume
yang besar, umumnya 50 ml (Moh.Anief, 1993).

Saturasi adalah obat-obat minuman yang di peroleh dari suatu asam dan
karbonat, dimana harus di jaga supaya cairan di jenuhkan dengan gas
karbondioksida. Oleh karena koefisien absorpsi dari gas karbondioksida besarnya
1,2 maka obat-obat minuman ini mengandung kira-kira 1 ml CO2 salam setiap halnya. Jika kita menjaga supaya gas karbondioksida yang berlebih tidak dapat
keluar, sehingga tekanan di dalam botol lebih tinggi dari pada tekanan di luar ,
maka ini di namakan Potio Effervesent. (Van Duin, 105).
Netralisasi adalah larutan garam yang di buat dengan mereaksikan asam dan
basa. Pada netralisasi, gas CO2 yang terjadi dibiarka menguap sampai habis
(Moh.Anief, 1993).
Selain daripada basa dapat juga di pakai suatu karbonat, dimana gas
karbondioksidanya selalu di hilangkan seluruhnya. (Van Duin, 105).
Cairan yang akan diserahkan pasien harus jernih, bila terdapat kotoran yang
tidak larut harus disaring. Untuk larutan obat minum atau kulit penyaringan
dilakukan dengan menggunakan kapas hidrofil, sedangkan untuk cuci mata
digunakan kertas saring yang cocok (Moh.Anief, 1987).
Zat pelarut selain air ialah : Spiritus untuk melarutkan Champora, Iodum,
Mentholum. Aether untuk melarutkan Champora. Minyak lemak untuk
melarutkan Champora, Mentholum, Bromofornum. Parafin Liquidum untuk
melarutkan

champora,

Mentholum,

Ephedrinum

base,

Chlorbutanolum.

Glycerinum untuk melarutkan Phenolum, Borax, Tanninum. Larutan obat yang


mudah terurai oleh cahaya harus digunakan botol cokelat (Moh.Anief, 1987).
Keuntungan bentuk larutan :
1. Merupakan campuran yang homogen
2. Dosis dapat mudah diubah-bah dalam pembuatan
3. Dapat diberikan dalam larutan encer kapsul atau tablet lambung, sedangkan
bila dalam bentuk kapsul atau tablet sulit diencerkan
4. Kerja awal obat lebih cepat karena obat mudah diabsorpsi.

5. Untuk pemakaian luar, bentuk larutan mudah digunakan.

Kerugian bentuk larutan ialah :


1. Volume bentuk larutan lebih besar .
2. Ada obat yang tidak stabil dalam larutan .
3. Ada obat yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam larutan (Moh.Anief,
1987).

Gargarisma ( obat kumur ) adalah sediaan berupa larutan . Umumnya pekat dan
bila digunakan diencerkan dulu . Gargarisma digunakan sebagai pencegah atau
pengobatan infeksi tenggorokan dan tujuan penggunaan gargarisma ialah agar
obatnya dapat langsung mengenai selaput lendir yang ada di dalam tenggorokan
dan bukan sebagai pelindung selaput lendir maka tidak digunakan bentuk suspensi
dan bahan berlendir tidak cocok sebagai obat kumur .( Farmasetika , 146 )
Dalam etiket harus tertera :
Hanya untuk kumur , jangan ditelan
Sebelum digunakan , diencerkan terlebih dahulu ( Farmasetika , 146 )

Potio effervescent adalah koefisien absorpsi dari gas karbondioksida


besarnya kira-kira 1,2, maka obat-obat minuman ini mengandung kira-kira 1 ml
CO2 dalam setiap harinya. Jika kita menjaga supaya gas karbondioksida yang
berlebih tidak dapat keluar, sehingga tekanan di dalam botol lebih tinggi daripada
tekanan diluar.

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM III
Resep 1
Dr. Rahmad
SIP. NO. 451/SIP/DKK/2002
Jl. Imam Bonjol 60 Samarinda
Samarinda, 03 Maret 2012
R/ Parasetamolum 50 ml (125 mg/5 ml)

M.f Elixir S. q.dd cth I


Pro : Diana (5 thn)
I.

Resep Asli
A. Resep Standar
B. Kelengkapan Resep
1. Paraf dokter tidak tertera
2. Alamat pasien tidak tertera
3. Nomor telepon dokter tidak tertera
C. Penggolongan Obat :
O =
G =
W=
B = Parasetamol

D. Komposisi Bahan

II.

Parasetamol

1,25 g

Etanol

11

ml

Gliserin

2,5

ml

Oleum Citri

2 tetes

FD & C Yellow

Aqua

= ad 50 ml

ml

Uraian Bahan

1. Parasetamol ( FI III, hal 37 )


a. Sinonim

: Acetaminofenum, Asetaminofen.

b. Khasiat

: Analgetikum ; Antipiretikum

c. Pamerian

: Hablur atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa


pahit.

d. Kelarutan

: Larut dalam 70 bagian air; dalam 7 bagian etanol


(95%) P; dalam 13 bagian aseton P; dalam 40
bagian gliserol P dan dalam 9 bagian propilenglikol
P; larut dalam larutan alkali hidroksida

e. Farmakologi

: Daya antipiretisnya berdasarkan rangsangan pusat


pengatur kalor di hipotalamus yang mengakibatkan
vasodilatasi perifer (di kulit) dengan bertambahnya
pengeluaran kalor yang disertai keluarnya banyak
keringat.

Daya

antiradang

(anti

flogistis),

kebanyakan analgetik memiliki daya antiradang,

khususnya kelompok besar dari zat-zat penghambat


prostaglandin.
f. Dosis

: - DL anak

- DM dewasa

1x

= 100 mg 200 mg

1 Hr

= 400 mg 800 mg

1 Hr

=4 g

(Martindle 32th, hal 1080)

2. Gliserin ( FI III, hal 271)


a. Sinonim

: Glycerolum, Glycerol.

b. Khasiat

: Zat tambahan sebagai pemanis.

c.

: Cairan seperti sirop jernih, tidak berwarna, tidak

Pamerian

berbau, manis diikuti rasa hangat, higroskopis. Jika


disimpan beberapa lama pada suhu rendah,
memadat membentuk massa hablur tidak berwarna
dan tidak melebur hingga suhu mencapai kurang
lebih 200 C.
d.

Kelarutan

: Dapat campur dengan air, dengan etanol 95% P,


praktis tidak larut dalam kloroform P dan dalam
minyak lemak

e.

Konsentrasi

: 5% (Scovilles, 504)

3. Oleum Citri ( FI III, hal 455 )


a. Sinonim

: Minyak jeruk

b. Khasiat

: Pengaroma (zat tambahan)

c. Pamerian

: Cairan kuning pucat atau kuning kehijauan,


bau khas, rasa pedas dan agak pahit.

d. Kelarutan

: Larut dalam 12 bagian volume etanol (90%)


larutan agak beropalesensi, dapat bercampur
dengan etanol mutlak

e. Konsentrasi

: 0,2 % - 0,3 % (Vallen Lyod, 99)

4. Etanol ( FI III, hal 65 )


a.

Sinonim

: Aethanolum, Alkohol

b.

Khasiat

: Zat tambahan sebagai pelarut

c.

Pemerian

: Cairan tidak berwarna, jernih mudah menguap


dan mudah bergerak,bau khas, rasa panas,
mudah terbakar dengan memberikan nyala
biru yang tidak berasap.

d.

Kelarutan

: Sangat

mudah

larut

dalam

air,

dalam

kloroform P, dan dalam eter P.

5. FD & C Yellow ( MD 32th, hal 1001 )


a. Sinonim

: Tartrazin

b.

Khasiat

: Zat tambahan sebagai pewarna

c.

Kelarutan

: Larut dalam air, dan membentuk larutan


kuning, mudah larut dalam alkohol larut dalam
gliserol, dan propilenglikol, praktis tidak larut
dalam minyak lemak.

d.

Konsentrasi

: 0,01

(Handbook

Exiplens, hal 152)

of

Pharmacentical

6. Aqua Destilata ( FI III, hal 96 )


a. Sinonim

: Air suling

b. Khasiat

: Pelarut (zat tambahan)

c. Pamerian

: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,


tidak mempunyai rasa.

III. Perhitungan Dosis


1. Parasetamol
DM Dewasa 1Hr = 4 g
DM anak

DL

1Hr = n x DM
n+12

= 5 x 4 g = 1,176 g = 1176 mg
5+12

1x = 1176 mg
4

= 294 mg

1x = 100 mg - 200 mg
1Hr = 400 mg - 800 mg

DDR

Banyak PCT dalam 1 Cth 125 mg/5ml


1 x = 125 mg
1 hr = 4 x 125 mg = 500 mg

Kesimpulan

: Dosis terapi

IV. Penimbangan Bahan


1.

Parasetamol

50 ml

x 125 mg = 1250 mg = 1,25 g

5 ml
Pelarut (Etanol)

Parasetamol larut dalam 7 bagian etanol

1,25 g x 7 = 8,75 g

8,75 g

= 10, 79 ml = 11 ml

0,811 g/ml
2.

Glycerin

5 % x 50 ml = 2,5 ml

3.

Oleum Citri

0,2 % x 50 ml = 0,1 ml x 20 tetes = 2 tetes

4.

FD & C Yellow

0,01 % x 50 ml = 0,005 g = 5 mg

5.

Aqua

50 g - ( 1,25+11+2+2,5+4 ) = 29,25 ml = 30 ml

Pengenceran FD & C Yellow :


5 mg x 25 ml = 4 ml
50 mg
Bahan yang diambil (FD & C Yellow) = 50 mg
Pelarut ( Air )

= 25 ml

V. Cara Kerja
1. Dikalibrasi botol hingga 50 ml.
2. Disiapkan semua alat dan bahan.
3. Ditimbang bahan-bahan yang diperlukan sesuai perhitungan.

Ditimbang Parasetamol 1,25 g ditimbangan gram kasar

Ditimbanga FD % C Yellow 50 mg ditimbangan mg halus

4. Dilakukan pengenceran FD & C Yellow (diambil 4ml).

5. Dilarutkan parasetamol dengan etanol dalam erlenmeyer lalu aduk hingga


homogen dan tambahkan gliserin dan aduk hingga homogen.
6. Dimasukkan pengenceran FD & C Yellow dalam erlenmeyer lalu aduk
dan masukkan dalam botol.
7. Diteteskan Oleum citri 2 tetes lalu kocok larutan.
8. Ditambahkan air hingga batas volume kalibrasi.
9. Ditutup botol, dikemas dan beri etiket putih.
VI. Penandaan (Etiket Putih)
Laboratorium Farmasetika I
Akademi Farmasi Samarinda
Apt. Hendro Prayugo
No. SIK : 370/SIK/1984
No. I

Tgl : 3 Maret 2012

Diana (5 thn)
4 x sehari 1 sendok teh
KOCOK DAHULU
VII. Edukasi
1. Obat ini berkhasiat untuk membantu menurunkan suhu tubuh, disertai
rasa nyeri.
2. Obat ini diminum 4x sehari 1 sendok teh, sebaiknya diminum setelah
makan karena dapat mengiritasi lambung.
3. Efek samping yang mungkin terjadi adalah gangguan pada hati bila
penggunaan jangka panjang.
4. Obat ini disimpan ditempat sejuk dan terlindung dari sinar matahari.

Resep 2
Dr. Yasmineva
APOTEK AKFARSAM
Jl. AW Syahrani No.15 Samarinda

R/ Loco Kalibex

60

Adde
Ascal

M.f. da.s q dd cth I


Pro : Astri (5 thn)
I. Resep Asli :
A. Resep Standar
R/ Loco Kalibex (dibuat seperti Kalibex)
Kalibex (ISO 45, 504) :
-

Dextromethorpan Hbr

15 mg

CTM

1 mg

Ammonium Klorida

100 mg

KM : Sachet 7 ml syrup

R/ Ascal
-

Asetosal

5 g

Calcii carbonas

1,67 g

B. Kelengkapan resep
- Paraf dokter tidak tertera
- Alamat pasien tidak tertera
- Tanggal resep tidak tertera
- No.SIP dokter tidak tertera

C. Penggolongan obat
O:
G:
W: DMP Hbr, CTM
B : Amm. Klorida, Calcii carbonas, asetosal
D. Komposisi bahan

Dextromethorpan Hbr

104 mg

CTM

8,57 mg

Amm. Klorida

0,39

Asetosal

2,6

Calcii Carbonas

0,87

Aqua

ad 65 ml

II. Uraian Bahan


1. Dextromethorpan Hbr ( FI III, hal 207 )
a. Sinonim

: Dekstromethorfan hidrobromida

b. Khasiat

: Anti tussivum

c. Pamerian

: Serbuk hablur putih tidak berbau, rasa pahit

d. Kelarutan

: Larut dalam 60 bagian air dan dalam 10 bagian


etanol (95%)

e. Farmakologi

: Zat ini bekerja berdasarkan peningkatan ambang


pusat batuk di otak. (OOP V, hal 622)

f. Dosis

: DL anak 1x = 8 mg

( OOP V, 633 )

1 hr = 4 x 8 mg = 32 mg
DM

2.

1 hr = 120 mg (clinil drug data, 809)

Ammonia Klorida ( FI III, hal 87)


a. Sinonim

: Ammonium kloridum, Salmiak

b. Khasiat

: Ekspektoran

c.

: Serbuk putih atau hablur, tidak berbau, rasa asin

Pamerian

dan dingin, higroskopis


d.

Kelarutan

: Mudah larut dalam air dan gliserol P, lebih mudah


larut

e.

Dosis

: DL anak 1x

=-

1 hr = 75 mg/kg (dibagi dalam 4 dosis)


DM

3.

1 hr

= 10 g

CTM ( FI III, hal 153)


a. Sinonim

: Chlortrimeton, Chlorpeniramin Maleat.

b. Khasiat

: Anti histamin.

c. Pamerian

: Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa pahit

d. Kelarutan

: Larut dalam 4 bagian air, dalam 10 bagian


etanol 95% P dan dalam 10 bagian kloroform.

e. Farmakologi

: Efek anti histaminnya tidak begitu kuat, tetapi


tidak merangsang selaput lendir sehingga
cocok digunakan pada pengobatan gejala.

f. Dosis

: DL anak 1 Hr

= 0,35 mg, (dibagi dalam


4 dosis)

DM dewasa 1 Hr

= 40 mg

4. Asetosal ( FI III, hal 43)


a. Sinonim

: Acidum acetylsalicylicum, Asam salisilat.

b. Khasiat

: Analgetikum dan Antipiretikum.

c. Farmakologi

:Menghambat agregasi trombosit, hal ini tidak


reversible dan berdasarkan keadaan blockade
enzim siklooksigenase yang bertahan selama
hidupnya, trombosit obat ini juga berkhasiat
antiradang akibat gagalnya sintesa prostaglandin-T
(OOP V, hal 298)

a. Pemerian

: Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih,


tidak berbau atau hampir tidak berbau, rasa asam.

d. Kelarutan

: Agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam


etanol, larut dalam kloroform.

e. Dosis

: DL anak 1x = 40 mg 50 mg/tahun
1 h = 120 mg 200 mg/tahun
DM dewasa 1x = 1 g
1h = 8 g

5. Calcii Carbonas (FI III, hal 120)


a. Sinonim

: Kalsium Karbonat.

b. Khasiat

: Antasidum.

c. Farmakologi

:Menetralkan asam lambung sambil melepaskan


banyak gas CO2 yang diduga bias merangsang
dinding denga mencetuskan perforasi dari tukak.
(OOP V, hal 253)

d. Pemerian

: Serbuk hablur, putih, tidak berbau, tidak berasa.

e. Kelarutan

: Praktis tidak larut dalam air, sangat sukar larut


dalam air yang mengandung CO2.

f. Inkompatibilitas

: CaCO3 dengan zat yang bereaksi asam akan


membebaskan CO2. (Tak tercampurkan obatobatan, hal 30)

6. Aquadest (FI III, hal 96)


a. Sinonim

: Aqua destillata, air suling.

b. Khasiat

: Zat Tambahan (pelarut).

c. Pemerian

: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak


mempunyai rasa.

7. Etanol ( FI III, hal 65 )


a. Sinonim

: Aethanolum, Alkohol

b.

Khasiat

: Zat tambahan sebagai pelarut

c.

Pemerian

: Cairan tidak berwarna, jernih mudah menguap


dan mudah bergerak,bau khas, rasa panas,
mudah terbakar dengan memberikan nyala
biru yang tidak berasap.

d.

Kelarutan

: Sangat

mudah

larut

dalam

kloroform P, dan dalam eter P.

air,

dalam

III. Perhitungan Dosis


1. Ammonia Klorida
DM Dewasa 1Hr = 10 g
DM anak

1Hr = n x DM = 5 x 10 g = 2,9 g
n+12
5+12

1x = 2900 mg = 725 mg
4
Umur pasien 5 tahun berat badannya 14,2 kg
DL

1Hr = 75 mg/kg x 14,2 kg = 1065 mg


1x = 1065 mg = 266,25 mg
4

DDR

Banyaknya Ammonia Klorida 100 mg x 60 ml = 857 mg


7 ml
Ammonia Klorida dalam 1 cth = 5 ml x 857 mg = 65,92 mg
65 ml
1x

= 65,92 mg

1h

= 4 x 65,92 mg = 263,68 mg

: Dosis subterapi

Kesimpulan
Rekomendasi

: 1x

= 300 mg

1h = 4 x 300 mg = 1200 mg
2. CTM
DM Dewasa 1Hr
DM anak

= 40 mg

1Hr = n x DM = 5 x 40 mg = 11,765 mg
n+12
5+12
1x = 11,765 mg = 2,9 mg = 3 mg
4

DL anak

1Hr = 0,35 mg
1x = 0,35 mg = 0,0875 mg
4

DDR

Banyaknya CTM 1 mg x 60 ml = 8,57 mg


7 ml
CTM dalam 1 cth = 5 ml x 8,57 mg = 0,659 mg
65 ml
1x

= 0,659 mg

1 Hr = 4 x 0,659 mg = 2,636 mg
Kesimpulan : Dosis terapi
3. Asetosal
DL anak

1x = 40 mg 50 mg / tahun (5 tahun)
= 200 mg 250 mg
1Hr = 120 mg 200 mg/tahun (5tahun)
= 600 mg 1000 mg

DM anak

1x = n x DM = 5 x 1000 mg = 294,12 mg
n+12
5+12
1Hr = n x DM = 5 x 8000 mg = 2352,9 mg
n+12
5+12

DDR

Banyaknya Asetosal

5 g x 5 g = 4,17 g
6g

Asetosal dalam 1 cth = 5 ml x 4,17 g = 0,32 g


65 ml
1x

= 0,32 g

1h

= 4 x 0,32 g = 1,28 g

Kesimpulan : Over dosis


Rekomendasi

: 1x

= 200 mg

1h = 4 x 200 mg = 800 mg

4. Dextromethorpan Hbr
DL anak

1x = 8 mg (OOP V, 623)
1Hr = 4 x 8 mg = 32 mg

DM anak

1Hr = n x DM = 5 x 120 mg = 35,29 mg


n+12
5+12
1x = 35,29 mg = 8,82 mg
4

DDR

Banyaknya DMP Hbr 15 mg x 60 ml = 128,5 mg


7 ml
DMP Hbr dalam 1 cth = 5 ml x 128,5 mg = 9,88 mg
65 ml
1x

= 9,88 mg

1 Hr = 4 x 9,88 mg = 39,52 mg
Kesimpulan : Over Dosis
Rekomendasi

: 1x

= 8 mg

1h = 4 x 8 mg = 32 mg

IV. Penimbangan Bahan


1.

Dextromethorphan : 8 mg x jumlah sendok teh


= 8 mg x 65 ml =104 mg/ 15 mg(tablet) = 6,98 tablet
5 ml
Pelarut (etanol)

= 0,104 = 0,12 x 20 tetes = 2,5 tetes


0,8119

2.

3.

CTM

= 1 mg x 60 ml = 8,57 mg/ 4 mg (tablet)= 2 tablet


7 ml

Pelarut ( air )

= 0,008 = 0,008 ml = 1 ml
1

Amm.Klorida

65 ml

x 300 mg = 3900 mg

5 ml

4.

Pelarut (Air)

5 ml

Asetosal

65 ml

x 200 mg = 2600 mg

5 ml

5.

Pelarut (Air)

30 ml

Calcii Carbonas

x 2,6 g = 0,87 g

3
5.

Aqua

65 ml - (6 ml + 5 ml + 1 ml + 30 ml) = 23 ml

V. Cara kerja
1.

Disiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan. Ditara botol sampai
65 ml.

2.

Ditimbang semua bahan sesuai penimbangan bahan.


- Ditimbang Amm. Klorida sebanyak 3,9 g ditimbangan kasar.
- Ditimbang Asetosal sebanyak 2,6 g ditimbangan kasar.
- Ditimbangan Calcii Carbonas sebanyak 0,87 g ditimbangan halus.

3.

Diambil

Dekstromethorphan

tablet,

di

buat

pengenceran

dekstromethorphan, 1 tablet Digerus dalam mortir larut ad halus,


kemudian dibagi 3 bungkus sama rata, ambil 1 bungkus digerus
dengan 7 tablet dekstromethorphan gerus ad halus dan homogen
masukkan ke dalam beaker glass,dilarutkan dengan etanol 2,5 ml,
aduk hingga larut. Sisanya 2 bungkus disimpan dan dibungkus sisa
pengenceran.
4.

Diambil CTM 3 tablet, di buat pengenceran ctm, 1 tablet Digerus


dalam mortir larut ad halus, kemudian dibagi 4 bungkus sama
rata,ambil 1 bungkus digerus dengan 2 tablet CTM gerus ad halus dan
homogen masukkan ke dalam beaker glass,dilarutkan dengan air 1 ml,
aduk ad larut. Sisanya 3 bungkus disimpan dan dibungkus sisa
pengenceran CTM.

5.

Dilarutkan Amm.klorida dengan air 5 ml di dalam erlenmayer hingga


larut, lalu dimasukkan ke dalam beaker glass.

6.

Dimasukkan campuran di dalam beaker glass ke dalam botol.

7.

Dibuat ascal: masukkan asetosal ke dalam mortir, lalu gerus hingga


benar-benar halus, kemudian masukkan calcii carbonas, kemudian
gerus hingga halus dan homogen. Tambahkan air sedikit demi sedikit
sambil terus digerus, hingga semua larut dan CO2 hilang. Masukkan
ke dalam botol dengan disaring dengan kertas saring.

8.

Terakhir tambahkan air hingga 65 ml ke dalam botol. Tutup dan


kemas botol. Beri etiket putih.

VI. Penandaan
Etiket Putih

Laboratorium Farmasetika I
Akademi Farmasi Samarinda
Apt : Fedri Baysar

No.2

Tgl : 19 Maret 2012

Astri (5 thn)
4 x Sehari 1 Sendok Teh
Setelah makan
KOCOK DAHULU

VII. Edukasi

1. Obat ini berfungsi untuk mengobati batuk dan mempermudah keluarnya


dahak serta mengurangi demam yang mungkin timbul.
2. Obat ini diminum 3 x sehari 1 sendok teh. Obat ini sebaiknya diminum
setelah makan karena dapat menimbulkan gangguan pada lambung.
3. Efek samping dari obat ini adalah rasa kantuk, pusing atau gangguan
lambung.
4. Obat ini sebaiknya disimpan di tempat sejuk dan terlindung cahaya
matahari.

Resep 3
I. Resep Asli
Dr. Nurul
SIP. NO. 1020/SIP/DKK/2004
Jl. Agus salim 15 Samarinda
Samarinda, 03 Maret 2012

R/ Potio nigra C tussim


Adde
Ascal
m.f. da S. t.dd C I

100
3

Pro : Andi (11 thn)

A. Resep Standar
- Potio nigra C tussim ( obat batuk hitam) mengandung :
R/ Succus Liquiritae

10

Amm. Chlorid

SASA

Aquadest

ad 300

(FMS, hal 23)

- SASA (Solutio Ammoniae Sprituosa Anisi) mengandung :


R/ Minyak Anisi

Etanol

76

Amonia encer

20

(Formin, hal 158)

- Ascal (diperoleh dari resep standar potio Ascal) mengandung :


R/ Ascal

NaBr

Aqua

ad 100

Ascal dapat dibuat recenter paratus dengan mereaksikan 5 g asetosal


dengan 1,670 g calcium carbonat.
(FMS, hal 8)

B. Kelengkapan Resep
- Paraf dokter tidak tertera
- Alamat pasien tidak tertera

C. Penggolongan Obat
O :
G :
W:
B : Succus Liquiritae, SASA, Asetosal, CaCO3

D. Komposisi Bahan
- Succus Liquiritae

3,4 g

- Amm. Chlorid

4,5 g

- SASA

2g

- Asetosal

2,25 g

- Calcii Carbonas
- Aqua

0,75 g
ad 100

II. Uraian Bahan


1. Succus Liquiritae (FI III, hal 275)
a. Sinonim

: Glycyrrhizae succus, ekstrak akar manis.

b. Khasiat

: Ekspektoran dan zat tambahan.

c. Pamerian

: Batang berbentuk silindris atau bongkahan besar,


licin agak mengkilap hitam, coklat tua atau serbuk
berwarna coklat, bau lemah, rasa khas.

d. Farmakologi

: Mempermudah keluarnya dahak, bersifat spasmolitis


serta memperbaiki rasa. (OOP V, hal 625)

e. Inkompatibilitas : Succus

liquiritae

dengan

asam-asam

akan

memisahkan asam Glycyrrhizae yang mengendap.


(Tak tercampurkan obat-obat, hal 101)

2. Ammonium Chlorida (FI III, hal 87)


a. Sinonim

: Ammonia klorida, salmiak.

b. Khasiat

: Ekspektoran.

c. Farmakologi

: Berdaya diuretik lemah sehingga mengakibatkan


keasaman darah merangsang pusat pernafasan. Hal
ini mengakibatkan frekuensi nafas meningkat.

d. Pamerian

: Serbuk butir atau hablur, putih, tidak berbau, rasa


asin dan dingin, higroskopik.

e. Kelarutan

: Mudah larut dalam air dan gliserol

f. Farmakologi

: Berdaya diuretik lemah sehingga mengakibatkan


keasaman darah dan merangsang pusat pernapasan.
Hal ini mengakibatkan frekuensi napas meningkat
dan cilia disalurkan pernafasan di stimulasi, sekresi
dahak meningkat. (OOP V, hal 624)

e. Dosis

: DL anak 1x = 1h = 75 mg/kg (dibagi dalam 4 dosis)


DM dewasa 1x = -

1h = 10 g

3. Minyak Anisi (FI III, hal 452)


a. Sinonim

: Oleum anisi.

b. Khasiat

: Zat Tambahan dan sebagai obat batuk.

c. Pemerian

: Cairan tidak berwarna atau kuning pucat, bau


menyerupai buahnya, rasa manis dan aromatik,
menghablur jika didinginkan.

4. Etanol (FI III, hal 65)


a. Sinonim

: Aethaholum, alkohol.

b. Khasiat

: Zat tambahan, sebagai pelarut.

c. Pemerian

: Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap


dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak
berasap.

d. Kelarutan

: Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform dan


eter.

e. Inkompatibilitas

:Aethanol

dengan

garam-garam

akan

terjadi

pemisahan karena tidak larut. (Tak tercampurkan


obat-obatan, hal 10)

5. Asetosal ( FI III, hal 43)


a. Sinonim

: Acidum acetylsalicylicum, Asam salisilat.

b. Khasiat

: Analgetikum dan Antipiretikum.

c. Farmakologi

:Menghambat agregasi trombosit, hal ini tidak


reversible dan berdasarkan keadaan blockade
enzim siklooksigenase yang bertahan selama
hidupnya, trombosit obat ini juga berkhasiat
antiradang akibat gagalnya sintesa prostaglandin-T
(OOP V, hal 298)

a. Pemerian

: Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih,


tidak berbau atau hampir tidak berbau, rasa asam.

d. Kelarutan

: Agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam


etanol, larut dalam kloroform.

e. Dosis

: DL anak 1x = 30 mg 40 mg/tahun
1 h = 90 mg 160 mg/tahun
DM dewasa 1x = 1 g
1h = 8 g

6. Calcii Carbonas (FI III, hal 120)


g. Sinonim

: Kalsium Karbonat.

h. Khasiat

: Antasidum.

i. Farmakologi

:Menetralkan asam lambung sambil melepaskan


banyak gas CO2 yang diduga bias merangsang
dinding denga mencetuskan perforasi dari tukak.
(OOP V, hal 253)

j. Pemerian

: Serbuk hablur, putih, tidak berbau, tidak berasa.

k. Kelarutan

: Praktis tidak larut dalam air, sangat sukar larut


dalam air yang mengandung CO2.

l. Inkompatibilitas

: CaCO3 dengan zat yang bereaksi asam akan


membebaskan CO2. (Tak tercampurkan obatobatan, hal 30)

7. Aquadest (FI III, hal 96)


d. Sinonim

: Aqua destillata, air suling.

e. Khasiat

: Zat Tambahan (pelarut).

f. Pemerian

: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak


mempunyai rasa.

III. Perhitungan Dosis


5. Ammonia Chlorida
Berat badan anak laki-laki umur 11 tahun 6 bulan adalah 26,5 kg. (ISO
42, hal 445)
Berat/bulan = 26,9 kg = 0,195 kg/bulan
138 bulan
Berat badan umur 11 tahun (132 bulan) = 132 bulan x 0,195 kg/bulan
= 25,74 kg
DL anak

1h = 75 mg/kg x 25,74 kg = 1930,5 mg = 1,930 g


1x = 1930,5 mg = 482,62 mg
4

DM Dewasa 1h = n x DM dewasa
20
= 11 x 10 g = 5,5 g
20
1x = 5,5 g = 1,8 g
3
DDR : 1C = 15 ml
Banyaknya ammonia chloride dalam 1 C = 15 ml x 100 g x 2
103 ml 300 g
= 0,29 g

1x = 1 x 0,29 g = 0,29 g = 0,3 g


1h = 3 x 0,3 g = 0,9 g
Kesimpulan

: Dosis subterapi

Rekomendasi : Dosis dinaikkan menjadi


1x = 650 mg
1h = 3 x 650 mg = 1950 mg

6. Asetosal
DL anak 1x = 30 mg/thn x 11 thn = 330 mg
= 40 mg/thn x 11 tahun = 440 mg
1h = 90 mg/thn x 11 thn = 990 mg
160 mg/thn x 11 thn = 1760 mg
DM anak

1x = 11 x 1 g = 0,55 g
20
1h =

DDR

11 x 8 g = 4,4 g
20

: Banyaknya obat dalam 1 C = 15 ml x 2,25 g


103 ml
= 0,32 g = 320 mg
1x = 320 mg
1h = 3 x 320 mg = 960 mg

Kesimpulan

: Sub Terapi

Rekomendasii

: 1x = 350 mg
1Hr = 3 x 350 mg = 1050 mg

IV. Penimbangan Bahan


1. Succus Liquiritae

= 10 g x 103 g = 3,4 g
300 g

2. Ammonia Chlorid

= 6 g x 103 g = 2,06 g, diganti menjadi


300 g

Jumlah C

= 103 ml = 6,86
15 ml

Jumlah Ammonia dalam 1 C

= 650 mg x 6,86 = 4459 mg = 4460 mg

Pelarut (Air)

= 4,459 g x 2 = 8,9 g / 1 g/ml = 8,9 ml

3. SASA
Oleum anisi

Volume oleum anisi

= 6 g x 100 g = 2 g
300 g
= 4 x 2 = 0,08 g
100
= m = 0,08 = 0,08
P
0,978
= 0,08 x 20 tetes = 1,6 = 2 tetes

Etanol

Volume etanol
Ammonia liq
Volume Ammonia liq

= 76 x 2 = 1,52 g
100
= m = 1,52 g = 1,87 ml = 2 ml
P
0,811
= 20 x 2 = 0,4 g
100
=m
P

4. Asetosal

= 0,4 = 0,42 ml = 0,5 ml


0,955

= 5 g x 3 g = 2,25 g
6,67 g

5. Calcii Carbonas

= 1,1670 = 0,334 g
5g
= 0,334 g x 2,25 g = 0,75 g = 750 mg
= ad 103 (3,4+8,9+2) = 88,7 ml

6. Aqua

V. Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dikalibrasi botol 103 ml.
3. Ditimbang bahan-bahan yang diperlukan sesuai perhitungan.

Ditimbang Succus Liq. 3,4 g di timbangan gram kasar.

Ditimbang Ammonia Klorida 4,46 g di timbangan gram kasar.

Ditimbang SASA 2 g di timbangan gram kasar.

Ditimbang Asetosal 2,25 g di timbangan gram kasar.

Ditimbang CaCO3 750 mg di timbangan mg halus.

4. Dilarutkan ammonia chloride dengan air di dalam Erlenmeyer hingga


larut, dimasukkan dalam beker gelas.
5. Dibuat ascal. Masukkan asetosal ke dalam mortir, kemudian digerus
hingga halus, tambahkan kalsium karbonat, lalu tambahkan air sedikit
demi sedikit sambil terus digerus sampai CO2 nya hilang. Masukkan ke
dalam botol dengan disaring.
6. Dimasukkan succus ke dalam mortir, lalu ditambahkan air sama banyak
(3,5 ml), lalu digerus sampai tercampur, kemudian tambahkan air sedikit
demi sedikit sampai larut dan tercampur seluruhnya. Masukkan ke dalam
gelas beker (campuran no.4), aduk hingga homogen.

7. Dimasukkan campuran dalam gelas beker ke dalam botol.


8. Dibuat SASA dengan cara mencampurkan etanol dengan ammonia liq, di
aduk di Erlenmeyer hingga larut lalu diteteskan oleum anisi, dimasukkan
ke dalam botol, terakhir ditambahkan air hingga 103 ml.
9. Ditutup dan kemas botol, diberi etiket putih.
VI. Penandaan
Etiket Putih

No.3

Laboraturium Farmasetika I
Akademi Farmasi Samarinda
Apt : Hendro Prayugo
No. SIK : 370/SIK/1984
Tgl : 12 Maret 2012

Andi (11 thn)

3 x sehari 1 sendok makan


KOCOK DAHULU

VII. Edukasi
1. Obat ini mengobati batuk dengan mempermudah keluarnya dahak
(ekspektoran) serta analgetik dan antipiretik untuk mengurangi
nyeri/pusing dan demam yang mungkin timbul.
2. Obat ini diminum 3 x sehari 1 sendok makan, sebaiknya diminum sesudah
makan, karena kemungkinan naiknya asam lambung akibat pemakaian
asetosal.
3. Efek samping dari obat ini adalah gangguan lambung (mual, muntah) serta
dapat menimbulkan sembelit akibat penggunaan CaCO3.
4. Obat ini sebaiknya disimpan ditempat yang sejuk dan terlindung dari sinar
matahari.

BAB IV
PEMBAHASAN
RESEP 1
Pada praktikum kali ini membuat sediaan berupa eliksir (elixira), yaitu
sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap, selain obat
mengandung juga zat tambahan seperti gula atau pemanis lain, zat warna, zat
pewangi dan zat pengawet dan digunakan sebagai obat dalam (FI III, hal 8).
Pada praktikum farmasetika I ini, pembuatan elixir dilakukan sesuai
dengan resep yang ada. Pada resep 1, praktikan membuat sediaan dengan bahan
Parasetamol, etanol, gliserin, oleum citri, FD & C yellow dan Aqua.
Zat-zat aktif yang digunakan dalam resep ini, yaitu :

Parasetamol berfungsi sebagai Analgetika yaitu obat yang menghilangkan


rasa nyeri tanpa menimbulkan ketidaksadaran (Ansel, 634) dan
Antipiretikum yaitu obat yang menormalkan suhu tubuh pada saat demam
(Ansel, 638)

Zat-Zat tambahan lain yang digunakan adalah :

Etanol yang berguna sebagai pelarut.

Oleum citri yang berguna sebagai pengaroma.

Gliserin yang berguna sebagai pemanis.

FD & C yellow yang digunakan sebagai pewarna.

Aqua destillata yang berguna sebagai pelarut.

Dalam proses pengerjaannya adalah disiapkan alat dan bahan yang


diperlukan praktikum, dikalibrasi botol 50 ml, setelah itu ditimbang bahan-bahan
yang diperlukan. Dilakukan pengeceran FD & C Yellow dan hasil pengenceran
diambil 4 ml. Kemudian dilarutkan parasetamol dengan etanol di dalam
erlenmeyer aduk hingga larut dan tambahkan glyserin yang berfungsi sebagai
pemanis dalam pembuatan larutan. Dimasukkan pengenceran FD & C Yellow
aduk hingga larutan berwarna kuning sempurna dan terakhir tambah kal OL. Citri
(minyak Jeruk) untuk memberikan aroma pada larutan sebanyak 2 tetes.
Tambahkan air hingga batas kalibrasi, kocok, tutup, kemas dan beri etiket putih.
RESEP 2
Pada praktikum kali ini membuat sediaan larutan yaitu berupa elixir yang
di dalam nya terdapat zat tambahan yaitu zat pengaroma, zat pemanis, zat
pewarna dan zat pengawet dengan menggunakan bahan Phenobarbital, Etanol,
Oleum citri, Gliserin, FD & C yellow dan Aqua.
Zat-zat aktif yang digunakan dalam resep ini, yaitu :

Phenobarbital yang berkhasiat sebagai hipnotikum dan sedativum.


Fenobarbital adalah senyawa hipnotik. Untuk mengatasi efek hipnotiknya,
obat ini dapat dikombinasikan dengan kofein. Reabsorpsinya di usus baik
(70-90%), maka dosisnya dapat diberikan sekaligus sehari. Efek
sampingnya berkaitan dengan efek sedasinya, yakni pusing, mengantuk,
ataksia, dan pada anak-anak mudah terangsang. Efek samping ini dapat
dikurangi

dengan

mengkombinasikannya

dengan

obat-obat

lain.

Interaksinya bersifat menginduksi enzim, dan antara lain mempercepat


penguraian vitamin D2 dengan kemungkinan timbulnya rachitis pada anak
kecil.

Zat-Zat tambahan lain yang digunakan adalah :

Etanol sebagai zat pelarut.

Oleum citri sebagai pengaroma.

Gliserin sebagai pelarut, pemanis.

FD & C yellow sebagai pewarna.

Aqua sebagai pelarut.

Dalam pengerjaannya pertama-tama disiapkan alat dan bahan , lalu


dikalibrasi botol 80 ml. Kemudian ditimbang bahan yang diperlukan sesuai
dengan timbahan yang disesuaikan. Dilakukan pengenceran FD & C yelloe dan
diambil 4 ml. Dilarutkan phenobarbital dengan pelarut etanol karena bahan dasar
yang digunakan dalam pembuatan elixir adalah dengan penambahan pelarut
etanol. Kemudian ditambahkan zat pemanis yaitu gliserin aduk hingga homogen
dan tambahkan hasil pengenceran FD & C yellow. Sebagai pengaroma sirup maka
ditambahkan Oleum citri sebanyak 3 tetes, kocok dan tambahkan aquadest hingga
batas kalibrasi, tutup, kemas dan beri etiket putih.

RESEP 3
Pada resep 3 praktikan membuat sediaan dengan menggunakan bahan
Succus liquiritae, Ammonia chlorid, SASA yang mengandung minyak anisi,
etanol, ammonia encer, kemudian Ascal yang mengandung asetosal dan kalsium
karbonat serta Aqua.
Zat-zat aktif yang digunakan adalah :

Succus Liquiritae berkhasiat sebagai Ekspektoran yang mempermudah


keluarnya dahak, bersifat spasmolitis serta memperbaiki rasa.

Ammonia klorida berkhasiat sebagai Ekspektoran yang berdaya diuretic


lemah sehingga mengakibatkan keasaman darah dan merangsang pusat
pernapasan. Hal ini mengakibatkan frekuensi nafas meningkat.

Kalsium Karbonat berkhasiat sebagai Antasidum yang menetralkan asam


lambung sambil melepaskan banyak gas CO2yang diduga bias merangsang
dinding dengan mencetuskan perforasi dari tukak.

Asam Asetilsalisilat / Asetosal berfungsi sebagai :


-

Analgetikum : obat yang menghilangkan rasa nyeri tanpa


menimbulkan ketidaksadaran.

Antiperitikum : obat yang menormalkan suhu tubuh pada saat


demam.

Zat-zat tambahan yang digunakan adalah :

Oleum anisi berguna sebagai zat pengaroma.

Etanol berguna sebagai pelarut.

Aqua berguna sebagai pelarut.

Dalam pengerjaannya pertama-tama disiapkan alat dan bahan yang


diperlukan. Dikalibrasi botol 103 ml, setelah itu ditimbang bahan-bahan yang
diperlukan dalam praktikum. Dilarutkan ammonia chloride dengan air di dalam

erlenmeyer, dan pindahkan digelas kimia. Dibuat Ascal dengan dimasukkan


asetosal ke dalam mortir gerus halus dan tambahkan kalsium karbonat dan
tambahkan air sedikit demi sedikit sambil terus digerus hingga CO2 nya hilang.
Dan masukkan di dalam botol kemudian disaring. Dibuat SASA dengan cara
mencampurkan etanol dengan Amonia Liq. Aduk hingga larut dan tambahkan
oleum anisi. Dimasukkan succus ke dalam mortir dan tambahkan air sama banyak
lalu gerus sampai tercampur sempurna, kemudian tambahkan air sedikit demi
sedikit sampai larut dan tercampur seluruhnya dan masukkan dalam botol.
Kemudian masukkan campuran ammonia chloride, ascal dan terakhir dimasukkan
SASA ke dalam botol, terakhir tambahkan air hingga batas kalibrasi, ditutup,
dikocok, dikemas dan beri etiket putih.

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah menjalani praktikum, praktikan dapat mengambil kesimpulan bahwa
sediaan larutan pertama mengandung Parasetamol dengan bahan tambahan
seperti gliserin Ol.citri, etanol, FD & c Yellow dan Aquadest yang berkhasiat
untuk menurunkan suhu tubuh disertai rasa nyeri sebanyak 50 ml. Obat ini
diminum 3 x sehari 1 sendok teh, sebaiknya diminum setelah makan karena dapat
mengiritasi lambung. Obat ini disimpan ditempat yang sejuk dan terlindung dari
sinar matahari.
Setelah menjalani praktikum, praktikan dapat mengambil kesimpulan bahwa
sediaan larutan kedua mengandung Phenobarbital dengan bahan tambahan seperti
gliserin Ol.citri, etanol, FD & c Yellow dan Aquadest yang dibuat sebanyak 80
ml. Obat ini diindikasikan untuk obat penenang dan obat tidur. Tidak boleh
diulang tanpa resep dokter. Efek samping obat ini adalah sembelit, tekanan darah
menurun. Disimpan ditempat sejuk dan terlindung dari sinar matahari.
Kesimpulan dari resep 3 adalah bahwa sediaan larutan ketiga mengandung
Succus Liquiritae, ammonium klirida, SASA, Ascal (Asetosal dan Kalsium
karbonat) dan Aqua yang dibuat sebanyak 103 ml. Obat ini untuk mengobati
batuk dengan mempermudah keluarnya dahak (ekspektoran) serta memberikan
analgetik dan antiseptik untuk mengurangi nyeri/pusing dan demam yang
mungkin timbul. Diminum 3 x sehari 1 sendok makan sebaikknya diminum
sesudah makan karena kemungkinan naikknya asam lambung akibat pemakaian
asetosal. Efek samping obat ini adalah gangguan lambung (mual,muntah) serta
dapat menimbulkan sembelit akibat penggunaan kalsium karbonat. Disimpan
ditempat sejuk dan terlindung dari sinar matahari.

B. SARAN

1. Perhitungan dosis harus tepat dan akurat, karena praktikan tidak dapat
menggunakan dosis subterapi ataupun over dosis.
2. Berhati-hati dalam membuat sediaan agar sediaan yang dihasilkan sesuai
dengan yang diharapkan.
3. Penimbangan harus cermat dalam menimbang sediaan dan juga menggunakan
timbangan yang sesuai.
4. Gunakan waktu dengan sebaik mungkin.
5. Berhati-hati dalam menggunakan alat-alat praktikum.

BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

Anief, Muhammad. 1987. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press :
Yogyakarta.
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia III. Depkes RI : Jakarta.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia IV. Depkes RI : Jakarta.
Anonim. 1999. Formularium Indonesia. Depkes RI : Jakarta.
Anonim. 1999. Formularium Nasional. Depkes RI : Jakarta.
Ansel, HC. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi ed IV. Universitas
Indonesia Press : Jakarta.
Boylan James.C, dkk.2003. Handbook of Pharmaceutical Exicipients : USE.
Dhanutirto, Haryanyo. 2008. ISO Indonesia Volume 42. Ikatan Sarjana Farmasi
Indonesia : Jakarta.
Parafit, Khatleen. 1999. Martindale, The Complete Drug Reference. Edisi 28.
Pharmaceutical Press: London.
Raharjda, Kirana. 2002. Obat-Obat Penting. PT Elex Media Komputindo :
Jakarta.
Syamsuni, H.A. 2006. Ilmu Resep. Buku kedokteran EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai