Jurnal 3
Jurnal 3
Jurnal 3
FARMASETIKA I
LARUTAN ( P3 )
DISUSUN OLEH :
NAMA
HENDRO PRAYUGO
NIM
723901S.11.036
DOSEN PEMBIMBING
BAB I
PENDAHULUAN
A. Maksud Praktikum
Adapun maksud dari praktikum farmasetika I ini adalah agar
mahasiswa dapat memahami dan memiliki keterampilan dalam pembuatan
obat dalam bentuk sediaan larutan (Solutions).
B. Tujuan Praktikum
Setelah melaksanakan praktikum Farmasetika I, praktikum ini bertujuan
agar praktikan dapat :
Agar mahasiswa dapat mengetahui fungsi serta efek samping dari sediaan
obat yang dibuat
BAB II
DASAR TEORI
LARUTAN (SOLUTIONS)
Menurut Farmakope Indonesia edisi III, Larutan adalah sediaan cair yang
mengandung bahan kimia terlarut, kecuali dinyatakan lain. Sedangkan menurut
Farmakope Indonesia edisi IV, Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu
atau lebih zat kimia yang terlarut.
Larutan terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu cairan,
maka zat padat tadi terbagi secara molekular dalam cairan tersebut. Pernyataan
kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu 200,
kecuali dinyatakan lain menunjukkan 1 bagian bobot zat padat atau 1 bagian
volume zat cair larut dalam bagian volume tertentu pelarut. Pernyataan kelarutan
zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu kamar.
Pernyataan bagian dalam kelarutan berarti 1 g zat padat atau 1 ml zat cair
dalam sejumlah ml pelarut.
Kelarutan suatu zat yang tidak diketahui secara pasti dapat dinyatakan
dengan istilah berikut :
Jumlah
Istilah kelarutan
bagian
pelarut
Kurang dari 1
Mudah larut
1 10
Larut
10 30
10 100
Sukar larut
100 1000
1000 10.000
yang
Larutan Oral
a. Potiones adalah sediaan obat minum yang dimaksudkan untuk
penggunaan peroral.
b. Elixir adalah sediaan larutan dengan bahan obat dan bahan campuran
(tambahan) dengan pelarut yang digunakan campuran air-etanol.
c. Sirup adalah larutan yang mengandung sirup gula > 60%.
d. Netralisasi adalah sediaan larutan yang dibuat dari campuran asam dan
basa sampai reaksi selesai (netral).
e. Saturatio adalah sediaan obat yang diminum dari campuran asam dan
basa dimana gas CO2 yang terjadi ditahan sebagian sehingga larutan
jenuh dengan CO2.
f. Potio Effervescent adalah sediaan obat minum yang dibuat dari campuran
asam dan basa dimana gas CO2 yang terjadi ditahan sehingga larutan
lewat jenuh.
g. Guttae adalah sediaan obat minum yang diberikan dalam bentuk tetesan.
2.
Larutan Topikal
a. Collyrium adalah obat cuci mata.
b. Guttae Ophtalmicae adalah obat tetes mata.
c. Gargarisma adalah obat kumur mulut yang harus diencerkan lebih
dahulu.
d. Litus Oris adalah obat oles bibir.
e. Guttae Oris adalah obat tetes mulut.
f. Guttae Nasales adalah obat tetes hidung.
g. Inhalationes.
h. Injections (obat suntik).
i. Lavement.
j. Vaginal Douche adalah larutan antiseptik vagina.
k. Ephitema adalah obat kompres.
adalah
Codeinum
base,
Nipagin,
Chlorbutanolum,
dan
Acetanilidum.
5. Zat-zat yang mudah terurai pada pemanasan tidak boleh dilarutkan dengan
pemanasan dan dilarutkan secara dingin. Zat tersebut ialah: Hexaminum,
Natrii Bicarbonas, Chlorali Hydras, Protargol, Luminal Natrium, Veronal
Natrium, Calcii Acetylsalicylas.
6. Zat-zat yang mudah menguap bila dipanasi, dilarutkan dalam botol terutup
dan dipanaskan serendah-rendahnya sambil digoyang-goyangkan. Zat
tersebut ialah: Camphora, Thymolum, Acidum Benzoicum dan Acidum
Salicylicum.
7. Obat-obat keras harus dilarutkan tersendiri, untuk meyakini apakah sudah
larut semua. Dapat dilakukan dalam tabung reaksi lalu dibilas.
8. Perlu
diperhatikan
bahwa
pemanasan
hanya
diperlukan
untuk
sedemikian rupa hingga dapat digunakan sebagai dosis tunggal dalam volume
yang besar, umumnya 50 ml (Moh.Anief, 1993).
Saturasi adalah obat-obat minuman yang di peroleh dari suatu asam dan
karbonat, dimana harus di jaga supaya cairan di jenuhkan dengan gas
karbondioksida. Oleh karena koefisien absorpsi dari gas karbondioksida besarnya
1,2 maka obat-obat minuman ini mengandung kira-kira 1 ml CO2 salam setiap halnya. Jika kita menjaga supaya gas karbondioksida yang berlebih tidak dapat
keluar, sehingga tekanan di dalam botol lebih tinggi dari pada tekanan di luar ,
maka ini di namakan Potio Effervesent. (Van Duin, 105).
Netralisasi adalah larutan garam yang di buat dengan mereaksikan asam dan
basa. Pada netralisasi, gas CO2 yang terjadi dibiarka menguap sampai habis
(Moh.Anief, 1993).
Selain daripada basa dapat juga di pakai suatu karbonat, dimana gas
karbondioksidanya selalu di hilangkan seluruhnya. (Van Duin, 105).
Cairan yang akan diserahkan pasien harus jernih, bila terdapat kotoran yang
tidak larut harus disaring. Untuk larutan obat minum atau kulit penyaringan
dilakukan dengan menggunakan kapas hidrofil, sedangkan untuk cuci mata
digunakan kertas saring yang cocok (Moh.Anief, 1987).
Zat pelarut selain air ialah : Spiritus untuk melarutkan Champora, Iodum,
Mentholum. Aether untuk melarutkan Champora. Minyak lemak untuk
melarutkan Champora, Mentholum, Bromofornum. Parafin Liquidum untuk
melarutkan
champora,
Mentholum,
Ephedrinum
base,
Chlorbutanolum.
Gargarisma ( obat kumur ) adalah sediaan berupa larutan . Umumnya pekat dan
bila digunakan diencerkan dulu . Gargarisma digunakan sebagai pencegah atau
pengobatan infeksi tenggorokan dan tujuan penggunaan gargarisma ialah agar
obatnya dapat langsung mengenai selaput lendir yang ada di dalam tenggorokan
dan bukan sebagai pelindung selaput lendir maka tidak digunakan bentuk suspensi
dan bahan berlendir tidak cocok sebagai obat kumur .( Farmasetika , 146 )
Dalam etiket harus tertera :
Hanya untuk kumur , jangan ditelan
Sebelum digunakan , diencerkan terlebih dahulu ( Farmasetika , 146 )
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM III
Resep 1
Dr. Rahmad
SIP. NO. 451/SIP/DKK/2002
Jl. Imam Bonjol 60 Samarinda
Samarinda, 03 Maret 2012
R/ Parasetamolum 50 ml (125 mg/5 ml)
Resep Asli
A. Resep Standar
B. Kelengkapan Resep
1. Paraf dokter tidak tertera
2. Alamat pasien tidak tertera
3. Nomor telepon dokter tidak tertera
C. Penggolongan Obat :
O =
G =
W=
B = Parasetamol
D. Komposisi Bahan
II.
Parasetamol
1,25 g
Etanol
11
ml
Gliserin
2,5
ml
Oleum Citri
2 tetes
FD & C Yellow
Aqua
= ad 50 ml
ml
Uraian Bahan
: Acetaminofenum, Asetaminofen.
b. Khasiat
: Analgetikum ; Antipiretikum
c. Pamerian
d. Kelarutan
e. Farmakologi
Daya
antiradang
(anti
flogistis),
: - DL anak
- DM dewasa
1x
= 100 mg 200 mg
1 Hr
= 400 mg 800 mg
1 Hr
=4 g
: Glycerolum, Glycerol.
b. Khasiat
c.
Pamerian
Kelarutan
e.
Konsentrasi
: 5% (Scovilles, 504)
: Minyak jeruk
b. Khasiat
c. Pamerian
d. Kelarutan
e. Konsentrasi
Sinonim
: Aethanolum, Alkohol
b.
Khasiat
c.
Pemerian
d.
Kelarutan
: Sangat
mudah
larut
dalam
air,
dalam
: Tartrazin
b.
Khasiat
c.
Kelarutan
d.
Konsentrasi
: 0,01
(Handbook
of
Pharmacentical
: Air suling
b. Khasiat
c. Pamerian
DL
1Hr = n x DM
n+12
= 5 x 4 g = 1,176 g = 1176 mg
5+12
1x = 1176 mg
4
= 294 mg
1x = 100 mg - 200 mg
1Hr = 400 mg - 800 mg
DDR
Kesimpulan
: Dosis terapi
Parasetamol
50 ml
5 ml
Pelarut (Etanol)
1,25 g x 7 = 8,75 g
8,75 g
= 10, 79 ml = 11 ml
0,811 g/ml
2.
Glycerin
5 % x 50 ml = 2,5 ml
3.
Oleum Citri
4.
FD & C Yellow
0,01 % x 50 ml = 0,005 g = 5 mg
5.
Aqua
50 g - ( 1,25+11+2+2,5+4 ) = 29,25 ml = 30 ml
= 25 ml
V. Cara Kerja
1. Dikalibrasi botol hingga 50 ml.
2. Disiapkan semua alat dan bahan.
3. Ditimbang bahan-bahan yang diperlukan sesuai perhitungan.
Diana (5 thn)
4 x sehari 1 sendok teh
KOCOK DAHULU
VII. Edukasi
1. Obat ini berkhasiat untuk membantu menurunkan suhu tubuh, disertai
rasa nyeri.
2. Obat ini diminum 4x sehari 1 sendok teh, sebaiknya diminum setelah
makan karena dapat mengiritasi lambung.
3. Efek samping yang mungkin terjadi adalah gangguan pada hati bila
penggunaan jangka panjang.
4. Obat ini disimpan ditempat sejuk dan terlindung dari sinar matahari.
Resep 2
Dr. Yasmineva
APOTEK AKFARSAM
Jl. AW Syahrani No.15 Samarinda
R/ Loco Kalibex
60
Adde
Ascal
Dextromethorpan Hbr
15 mg
CTM
1 mg
Ammonium Klorida
100 mg
KM : Sachet 7 ml syrup
R/ Ascal
-
Asetosal
5 g
Calcii carbonas
1,67 g
B. Kelengkapan resep
- Paraf dokter tidak tertera
- Alamat pasien tidak tertera
- Tanggal resep tidak tertera
- No.SIP dokter tidak tertera
C. Penggolongan obat
O:
G:
W: DMP Hbr, CTM
B : Amm. Klorida, Calcii carbonas, asetosal
D. Komposisi bahan
Dextromethorpan Hbr
104 mg
CTM
8,57 mg
Amm. Klorida
0,39
Asetosal
2,6
Calcii Carbonas
0,87
Aqua
ad 65 ml
: Dekstromethorfan hidrobromida
b. Khasiat
: Anti tussivum
c. Pamerian
d. Kelarutan
e. Farmakologi
f. Dosis
: DL anak 1x = 8 mg
( OOP V, 633 )
1 hr = 4 x 8 mg = 32 mg
DM
2.
b. Khasiat
: Ekspektoran
c.
Pamerian
Kelarutan
e.
Dosis
: DL anak 1x
=-
3.
1 hr
= 10 g
b. Khasiat
: Anti histamin.
c. Pamerian
d. Kelarutan
e. Farmakologi
f. Dosis
: DL anak 1 Hr
DM dewasa 1 Hr
= 40 mg
b. Khasiat
c. Farmakologi
a. Pemerian
d. Kelarutan
e. Dosis
: DL anak 1x = 40 mg 50 mg/tahun
1 h = 120 mg 200 mg/tahun
DM dewasa 1x = 1 g
1h = 8 g
: Kalsium Karbonat.
b. Khasiat
: Antasidum.
c. Farmakologi
d. Pemerian
e. Kelarutan
f. Inkompatibilitas
b. Khasiat
c. Pemerian
: Aethanolum, Alkohol
b.
Khasiat
c.
Pemerian
d.
Kelarutan
: Sangat
mudah
larut
dalam
air,
dalam
1Hr = n x DM = 5 x 10 g = 2,9 g
n+12
5+12
1x = 2900 mg = 725 mg
4
Umur pasien 5 tahun berat badannya 14,2 kg
DL
DDR
= 65,92 mg
1h
= 4 x 65,92 mg = 263,68 mg
: Dosis subterapi
Kesimpulan
Rekomendasi
: 1x
= 300 mg
1h = 4 x 300 mg = 1200 mg
2. CTM
DM Dewasa 1Hr
DM anak
= 40 mg
1Hr = n x DM = 5 x 40 mg = 11,765 mg
n+12
5+12
1x = 11,765 mg = 2,9 mg = 3 mg
4
DL anak
1Hr = 0,35 mg
1x = 0,35 mg = 0,0875 mg
4
DDR
= 0,659 mg
1 Hr = 4 x 0,659 mg = 2,636 mg
Kesimpulan : Dosis terapi
3. Asetosal
DL anak
1x = 40 mg 50 mg / tahun (5 tahun)
= 200 mg 250 mg
1Hr = 120 mg 200 mg/tahun (5tahun)
= 600 mg 1000 mg
DM anak
1x = n x DM = 5 x 1000 mg = 294,12 mg
n+12
5+12
1Hr = n x DM = 5 x 8000 mg = 2352,9 mg
n+12
5+12
DDR
Banyaknya Asetosal
5 g x 5 g = 4,17 g
6g
= 0,32 g
1h
= 4 x 0,32 g = 1,28 g
: 1x
= 200 mg
1h = 4 x 200 mg = 800 mg
4. Dextromethorpan Hbr
DL anak
1x = 8 mg (OOP V, 623)
1Hr = 4 x 8 mg = 32 mg
DM anak
DDR
= 9,88 mg
1 Hr = 4 x 9,88 mg = 39,52 mg
Kesimpulan : Over Dosis
Rekomendasi
: 1x
= 8 mg
1h = 4 x 8 mg = 32 mg
2.
3.
CTM
Pelarut ( air )
= 0,008 = 0,008 ml = 1 ml
1
Amm.Klorida
65 ml
x 300 mg = 3900 mg
5 ml
4.
Pelarut (Air)
5 ml
Asetosal
65 ml
x 200 mg = 2600 mg
5 ml
5.
Pelarut (Air)
30 ml
Calcii Carbonas
x 2,6 g = 0,87 g
3
5.
Aqua
65 ml - (6 ml + 5 ml + 1 ml + 30 ml) = 23 ml
V. Cara kerja
1.
Disiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan. Ditara botol sampai
65 ml.
2.
3.
Diambil
Dekstromethorphan
tablet,
di
buat
pengenceran
5.
6.
7.
8.
VI. Penandaan
Etiket Putih
Laboratorium Farmasetika I
Akademi Farmasi Samarinda
Apt : Fedri Baysar
No.2
Astri (5 thn)
4 x Sehari 1 Sendok Teh
Setelah makan
KOCOK DAHULU
VII. Edukasi
Resep 3
I. Resep Asli
Dr. Nurul
SIP. NO. 1020/SIP/DKK/2004
Jl. Agus salim 15 Samarinda
Samarinda, 03 Maret 2012
100
3
A. Resep Standar
- Potio nigra C tussim ( obat batuk hitam) mengandung :
R/ Succus Liquiritae
10
Amm. Chlorid
SASA
Aquadest
ad 300
Etanol
76
Amonia encer
20
NaBr
Aqua
ad 100
B. Kelengkapan Resep
- Paraf dokter tidak tertera
- Alamat pasien tidak tertera
C. Penggolongan Obat
O :
G :
W:
B : Succus Liquiritae, SASA, Asetosal, CaCO3
D. Komposisi Bahan
- Succus Liquiritae
3,4 g
- Amm. Chlorid
4,5 g
- SASA
2g
- Asetosal
2,25 g
- Calcii Carbonas
- Aqua
0,75 g
ad 100
b. Khasiat
c. Pamerian
d. Farmakologi
e. Inkompatibilitas : Succus
liquiritae
dengan
asam-asam
akan
b. Khasiat
: Ekspektoran.
c. Farmakologi
d. Pamerian
e. Kelarutan
f. Farmakologi
e. Dosis
1h = 10 g
: Oleum anisi.
b. Khasiat
c. Pemerian
: Aethaholum, alkohol.
b. Khasiat
c. Pemerian
d. Kelarutan
e. Inkompatibilitas
:Aethanol
dengan
garam-garam
akan
terjadi
b. Khasiat
c. Farmakologi
a. Pemerian
d. Kelarutan
e. Dosis
: DL anak 1x = 30 mg 40 mg/tahun
1 h = 90 mg 160 mg/tahun
DM dewasa 1x = 1 g
1h = 8 g
: Kalsium Karbonat.
h. Khasiat
: Antasidum.
i. Farmakologi
j. Pemerian
k. Kelarutan
l. Inkompatibilitas
e. Khasiat
f. Pemerian
DM Dewasa 1h = n x DM dewasa
20
= 11 x 10 g = 5,5 g
20
1x = 5,5 g = 1,8 g
3
DDR : 1C = 15 ml
Banyaknya ammonia chloride dalam 1 C = 15 ml x 100 g x 2
103 ml 300 g
= 0,29 g
: Dosis subterapi
6. Asetosal
DL anak 1x = 30 mg/thn x 11 thn = 330 mg
= 40 mg/thn x 11 tahun = 440 mg
1h = 90 mg/thn x 11 thn = 990 mg
160 mg/thn x 11 thn = 1760 mg
DM anak
1x = 11 x 1 g = 0,55 g
20
1h =
DDR
11 x 8 g = 4,4 g
20
Kesimpulan
: Sub Terapi
Rekomendasii
: 1x = 350 mg
1Hr = 3 x 350 mg = 1050 mg
= 10 g x 103 g = 3,4 g
300 g
2. Ammonia Chlorid
Jumlah C
= 103 ml = 6,86
15 ml
Pelarut (Air)
3. SASA
Oleum anisi
= 6 g x 100 g = 2 g
300 g
= 4 x 2 = 0,08 g
100
= m = 0,08 = 0,08
P
0,978
= 0,08 x 20 tetes = 1,6 = 2 tetes
Etanol
Volume etanol
Ammonia liq
Volume Ammonia liq
= 76 x 2 = 1,52 g
100
= m = 1,52 g = 1,87 ml = 2 ml
P
0,811
= 20 x 2 = 0,4 g
100
=m
P
4. Asetosal
= 5 g x 3 g = 2,25 g
6,67 g
5. Calcii Carbonas
= 1,1670 = 0,334 g
5g
= 0,334 g x 2,25 g = 0,75 g = 750 mg
= ad 103 (3,4+8,9+2) = 88,7 ml
6. Aqua
V. Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dikalibrasi botol 103 ml.
3. Ditimbang bahan-bahan yang diperlukan sesuai perhitungan.
No.3
Laboraturium Farmasetika I
Akademi Farmasi Samarinda
Apt : Hendro Prayugo
No. SIK : 370/SIK/1984
Tgl : 12 Maret 2012
VII. Edukasi
1. Obat ini mengobati batuk dengan mempermudah keluarnya dahak
(ekspektoran) serta analgetik dan antipiretik untuk mengurangi
nyeri/pusing dan demam yang mungkin timbul.
2. Obat ini diminum 3 x sehari 1 sendok makan, sebaiknya diminum sesudah
makan, karena kemungkinan naiknya asam lambung akibat pemakaian
asetosal.
3. Efek samping dari obat ini adalah gangguan lambung (mual, muntah) serta
dapat menimbulkan sembelit akibat penggunaan CaCO3.
4. Obat ini sebaiknya disimpan ditempat yang sejuk dan terlindung dari sinar
matahari.
BAB IV
PEMBAHASAN
RESEP 1
Pada praktikum kali ini membuat sediaan berupa eliksir (elixira), yaitu
sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap, selain obat
mengandung juga zat tambahan seperti gula atau pemanis lain, zat warna, zat
pewangi dan zat pengawet dan digunakan sebagai obat dalam (FI III, hal 8).
Pada praktikum farmasetika I ini, pembuatan elixir dilakukan sesuai
dengan resep yang ada. Pada resep 1, praktikan membuat sediaan dengan bahan
Parasetamol, etanol, gliserin, oleum citri, FD & C yellow dan Aqua.
Zat-zat aktif yang digunakan dalam resep ini, yaitu :
dengan
mengkombinasikannya
dengan
obat-obat
lain.
RESEP 3
Pada resep 3 praktikan membuat sediaan dengan menggunakan bahan
Succus liquiritae, Ammonia chlorid, SASA yang mengandung minyak anisi,
etanol, ammonia encer, kemudian Ascal yang mengandung asetosal dan kalsium
karbonat serta Aqua.
Zat-zat aktif yang digunakan adalah :
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah menjalani praktikum, praktikan dapat mengambil kesimpulan bahwa
sediaan larutan pertama mengandung Parasetamol dengan bahan tambahan
seperti gliserin Ol.citri, etanol, FD & c Yellow dan Aquadest yang berkhasiat
untuk menurunkan suhu tubuh disertai rasa nyeri sebanyak 50 ml. Obat ini
diminum 3 x sehari 1 sendok teh, sebaiknya diminum setelah makan karena dapat
mengiritasi lambung. Obat ini disimpan ditempat yang sejuk dan terlindung dari
sinar matahari.
Setelah menjalani praktikum, praktikan dapat mengambil kesimpulan bahwa
sediaan larutan kedua mengandung Phenobarbital dengan bahan tambahan seperti
gliserin Ol.citri, etanol, FD & c Yellow dan Aquadest yang dibuat sebanyak 80
ml. Obat ini diindikasikan untuk obat penenang dan obat tidur. Tidak boleh
diulang tanpa resep dokter. Efek samping obat ini adalah sembelit, tekanan darah
menurun. Disimpan ditempat sejuk dan terlindung dari sinar matahari.
Kesimpulan dari resep 3 adalah bahwa sediaan larutan ketiga mengandung
Succus Liquiritae, ammonium klirida, SASA, Ascal (Asetosal dan Kalsium
karbonat) dan Aqua yang dibuat sebanyak 103 ml. Obat ini untuk mengobati
batuk dengan mempermudah keluarnya dahak (ekspektoran) serta memberikan
analgetik dan antiseptik untuk mengurangi nyeri/pusing dan demam yang
mungkin timbul. Diminum 3 x sehari 1 sendok makan sebaikknya diminum
sesudah makan karena kemungkinan naikknya asam lambung akibat pemakaian
asetosal. Efek samping obat ini adalah gangguan lambung (mual,muntah) serta
dapat menimbulkan sembelit akibat penggunaan kalsium karbonat. Disimpan
ditempat sejuk dan terlindung dari sinar matahari.
B. SARAN
1. Perhitungan dosis harus tepat dan akurat, karena praktikan tidak dapat
menggunakan dosis subterapi ataupun over dosis.
2. Berhati-hati dalam membuat sediaan agar sediaan yang dihasilkan sesuai
dengan yang diharapkan.
3. Penimbangan harus cermat dalam menimbang sediaan dan juga menggunakan
timbangan yang sesuai.
4. Gunakan waktu dengan sebaik mungkin.
5. Berhati-hati dalam menggunakan alat-alat praktikum.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Muhammad. 1987. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press :
Yogyakarta.
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia III. Depkes RI : Jakarta.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia IV. Depkes RI : Jakarta.
Anonim. 1999. Formularium Indonesia. Depkes RI : Jakarta.
Anonim. 1999. Formularium Nasional. Depkes RI : Jakarta.
Ansel, HC. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi ed IV. Universitas
Indonesia Press : Jakarta.
Boylan James.C, dkk.2003. Handbook of Pharmaceutical Exicipients : USE.
Dhanutirto, Haryanyo. 2008. ISO Indonesia Volume 42. Ikatan Sarjana Farmasi
Indonesia : Jakarta.
Parafit, Khatleen. 1999. Martindale, The Complete Drug Reference. Edisi 28.
Pharmaceutical Press: London.
Raharjda, Kirana. 2002. Obat-Obat Penting. PT Elex Media Komputindo :
Jakarta.
Syamsuni, H.A. 2006. Ilmu Resep. Buku kedokteran EGC : Jakarta.