LVP
LVP
LVP
Na. klorida
Nama umum
pH
Glukosa 5D/W
konsentrasi
2,5
3,5-6,5
Normal
saline
Ringers
Hidrasi, kalori
10
20
50
0,9
4,5-7,0
Ekstraseluler
0,45
Hiponatrium
Hiponatrium
Pengganti cairan &
Ringers
0,86
KCl
0,03
elektrolit
5,0-7,5
0,033
Hartmanns
NaCl
0,6
KCl
0,03
CaCl2
0,02
Na. Laktat
0,5
Natrium
1,4
Bikarbonat
Amonium
2,14
klorida
Na. laktat
Fruktosa
Dehidrasi
NaCl
CaCl2
Ringerlaktat
Hidrasi, kalori
N.S.S
normal saline
Penggunaan terapi
6/4 molar
10
6,0-7,5
4,5-6,0
Asidosis metabolit
Asidosis metabolit
6,0-7,3
3,0-6,0
Hipokloremia
Asidosis metabolit
Kalori, pengganti
cairan
Fruktosa
&
10
elektrolit
Gula invert
Protein
5
10
4
5,0-7,0
hidrolisis
pengganti
cairan
Mempertahankan
nutrisi
Manitol
Juga
Kalori,
5
dalam
kombinasi
Dgn dekstrosa
10
a/ NaCl
Alkohol
20
Dgn 5% D/W
5,0-7,0
4,5
Diuresis osmotik
Sedatif
analgetik
kalori
Dgn 5% D/W
dalam N.S.S
Sedatif
analgetik
kalori
2. Karbohidrat
Parameter fisiologi
Bila penderita dirawat dengan diberi cairan parenteral volume besar
(infus) hanya untuk beberapa hari, maka umumnya cukup dengan larutan
sederhana yang mengandung air dan dekstrosa secukupnya dan sejumlah kecil
natrium dan kalium. Teteapi bila penderita tidak dapat menerima nutrisi atau
cairan lewat mulut untuk masa yang lebih lama, maka dapat digunakan larutan
yang mengandung kalori tinggi. Yang termasuk dalam larutan ini adalah
protein, hidrolisat, karbohidrat, vitamin, mineral, elektrolit dan air yang cukup
dapat menunjang fisiologi tubuh.
Faktor fisiologi perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada
formulasi. Tekanan
osmosa
atau
osmolaritas
merupakan
faktor
fisiologi yang dimana tekanan osmosa adalah perpindahan pelarut dan zat
terlarut melalui membran permeabel yang memisahkan 2 komponen,
dinyatakan dalam osmole per kilogram = osmolarita.
2.
Faktor fisikokimia
a. Organoleptis
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah pemerian dari bahanbahan yang akan digunakan secara kasatmata, meliputi : warna, aroma dan
rasa. Manfaat pengamatan organoleptis misalnya yaitu setelah melakukan
pengamatan dengan kasat mata, maka dapat diketahui bagaimana
penyimpanan bahan-bahan yang akan digunakan tersebut.
b.
Kelarutan
Kelarutan menjadi hal yang harus diperhatikan apabila sediaan
parenteral volume besar dipakai sebagai pembawa obat lain, atau terjadinya
kristal pada beberapa zat. Pada umumnya obat-obatan yang digunakan untuk
mermbuat
sediaan
parenteral
volume
besar adalah
obat-obatan/zat
boleh
memberi
efek
merugikan
pada
bahan
formulasi
lainnya.Pemilihan pelarut seperti itu harus melibatkan suatu evaluasi sifatsifat fisiknya seperti kerapatan, viskositas, kemampuan bercampur dan
kepolaran, kestabilan, aktivitas pelarut dan toksisitas. Contoh pelarut bukan
air yang dapat dikombinasi dengan air adalah dioksilan, dimetil-asetamida,
N-(-hidroksietil )-laktamida, butilen glikol, polietilen glikol 400 dan 600,
propilen glikol, gliserin, etil alkohol. Pelarut bukan air yang tidak dapat
bercampur dengan air contohnya minyak lemak, etil oleat, isopropil miristat,
dan benzilbenzoat.
c.
pH
pH perlu diperhatikan mengingat pH yang tidak tepat dapat menyebabkan :
berpengaruh pada wadah terutama wadah gelas, plastik, dan tutup karet.
pH sediaan parenteral volume besar tidak boleh diluar batas pH darah
normal karena akan menyebabkan masalah pada tubuh yang dimana pH
darah normal yaitu 7,35 7,45.
d.
Ukuran partikel
Ukuran pratikel bahan obat mempunyai peranan dalam sediaan farmasi
sebab ukuran partikel mempunyai pengaruh yang besar dalam pembuatan
sediaan obat dan juga terhadap efek fisiologisnya.
Untuk sediaan infus harus memiliki ukuran partikel yang kecil karena
sediaan infus pemberiannya langsung kedalam pembuluh darah vena. Jika
terdapat ukuran partikel yang besar dalam infus maka dikhawatirkan akan
terjadi penyumbatan atau gangguan dalam pembuluh darah.
e.
Pembawa
Pada sediaan parenteral volume besar umumnya digunakan pembawa air
tetapi dapat juga dipakai emulsi lemak intravena yang diberikan sendiri atau
dikombinasi dengan asam amino dan atau dekstrosa asalkan partikel tidak boleh
lebih besar dari 0,5 m.
f.
Viskositas
Dalam sediaan infus viskositas sangat berpengaruh karena jika sediaan
infus terlalu kental maka akan susah menetes, distribusi obat dalam darah akan
lambat, sehingga ketercapaian efek terapi yang diinginkanpun akan lambat
pula.
g.
obat.
Cahaya
dan
suhudapat
mempengaruhi
kestabilan
obat sehingga dalam hal penyimpanan obat sangat perlu sekali diperhatikan
karakteristik dari obat/bahan obat yang akan disimpan.
h.
Faktor kemasan
Faktor kemasan juga berpengaruh terhadap kestabilan obat/bahan obat.
Untuk
sediaan parenteral
volume
besar
sebaiknya kemasan
yang
b.
Formulasi
Formulasi suatu produk steril meliputi kombinasi dari satu atau lebih
bahan
dengan
zat
obat
untuk
menambahkan
keefektifan
produk
tersebut dan kemampuan diterima. Oleh karena itu perlu diperhatikan untuk
setiap kombinasi dua bahanobat atau lebih untuk memastikan apakah terjadi
interaksi
merugikan
atau
tidak. Jika
terjadi interaksi
yang
tidak
yang
dibutuhkan
dan
kemanjuran
terapi. Adapun
jenis-
: Asam
askorbat,
Natrium
bisulfit,
Natrium
a.
Zat aktif
Zat aktif yang dipilih adalah zat yang umumnya mudah larut dalam air,
atau memiliki ikatan kuat dengan air. karena kelarutan suatu zat sangat
berpengaruh dalam pembuatan sediaan cair khususnya infus.
b.
Pembawa
Zat pembawa yang digunakan dalam pembuatan infus yaitu zat yang
berbentuk larutan (air) atau yang biasa di gunakan dalam pembuatan sediaan
steril adalah aqua pro injeksi untuk melarutkan zat aktif dan zat tambahan.
c.
Pengawet
Pengawet
dalam
suatu
sediaan
steril
sediaan
infus
yang
dibuat
sehingga
Pengisotonis
yang sebaiknya dikerjakan secara aseptik. Metode aseptik bukanlah suatu cara
sterilisasi melainkan suatu cara kerja untuk memperoleh sediaan steril dengan
mencegah kontaminasi jasad renik dan partikulat dalam sediaan jadi.
DAFTAR PUSTAKA