Otitis Media Akut / Acute Otitis Media

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 30

KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)

MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ANATOMI PENDENGARAN


Anatomi Makroskopik

Telinga dibagi menjadi 3 bagian :


a Telinga Luar,
yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius
eksternus, dipisahkan dari telinga tengah oleh membrana timpani (gendang
telinga).
Aurikel (pinna) terbuat dari kartilago yang dibungkus oleh kulit, aurikulus
membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang
kanalis auditorius eksternus.
Kanalis auditorius externus yang masuk ke dalam tulang temporal, panjangnya
sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan
fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang
yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana
timpani
Kelenjar cerumen berfungsi untuk menjaga gendang telinga lentur, menangkap
debu, mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit
telinga.

KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)

b Telinga Tengah
Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli
(tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring
berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang temporal.

Membran tympani, bergetar saat adanya gelombang udara, Membran ini sekitar
1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara dan translulen
Gelombang udara disalurkan melalui 3 tulang auditory (osikuli); malleus, incus,
stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen,
yang membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (oval window dan round
window, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam). Osikuli stapes
meyalurkan transmisi getar ke telinga dalam yang berisi cairan pada oval
window. anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan.
Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah
kondisi ini dinamakan fistula perilimfe
Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm,
menghubungkan telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup
namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver
Valsalva atau menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk
sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan
atmosfer
Terdapat dua otot ditelinga tengah yaitu :
Tensor timpani yang berfungsi mengurangi getaran berlebihan dari
membran timpani dan tulang pendengaran untuk mencegah kerusakan
pada telinga tengah
Otot stapedius berfungsi untuk mengurangi getaran berlebihan pada
tulang pendengaran terutama stapes

KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)

Telinga Dalam
Struktur membran disebut cochlea yang berkaitan dengan pendengaran dan
utricle, saccule, kanalis semisirkularis berkaitan dengan keseimbangan. Pada telinga
dalam terdapat organ verstibulokoklear yang memiliki fungsi penting dalam
penerimaan suara dan pengaturan keseimbangan.

KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)

organ vestibulokoklear yang disebut juga labirin karena bentuknya yang kompleks di
dalam os pertrosus tulang temporal.

Telinga dalam terdiri dari 2 bagian yaitu:


1
2

Labirin tulang (bony labyrinth) yang berisi cairan perilimfatik.


Labirin membranosa (membranous labyrinth) yang berisi cairan endolimfatik

struktur telinga tengah dan dalam. Labirin tulang merupakan salah satu tulang
terkeras dalam tubuh dan terdiri dari vestibulum, kanalis semirkularis dan koklea.
Labirin Tulang
Labirin tulang merupakan rongga yang dilapisi periosteum. Rongga ini terbagi
menjadi tiga bagian yaitu vestibulum, kanalis semisirkularis dan koklea. Vestibulum
4

KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)


adalah ruangan kecil berbentuk oval berukuran sekitar 3 x 5 mm berisikan utrikulus
dan sakulus. Di tengah labirin tulang, vestibulum memisahkan koklea dan kanalis
semisirkularis. Terdapat 10 lubang pada dinding tulang vestibulum, yaitu 5 untuk
kanalis semisirkularis dan masing-masing satu untuk vestibular aqueduct, cochlear
aqueduct, foramen oval dan rotundum dan saraf.
Kanalis semisirkularis terdiri dari 3 bagian; posterior, anterior dan lateral yang
membentuk sudut 90 satu sama lain dan terletak di belakang vestibulum. Masingmasing berdiameter 0,8-1,0 mm dengan ujung yang berdilatasi membentuk bony
ampulla. Vestibulum dan kanalis semisirkularis berperan dalam pengaturan
keseimbangan. Koklea adalah struktur berbentuk spiral yang berputar sebanyak 2,5
sampai 2 2/3 putaran seperti rumah siput. Axis dari koklea adalah modiulus berupa
saluran untuk pembuluh darah arteri vertebralis dan serabut-serabut saraf. Pada
proksimal dari koklea terdapat cochlear aqueduct yang menghubungkan labirin tulang
dengan ruang subarachnoid yang terletak superior terhadap jugular foramen dan
round
windows
yang
ditutupi
oleh
membran
timpanisekunder.
Labirin Membranosa
Labirin membranosa adalah rongga yang dilapisi epitel berisi cairan
endolimfatik yang dikelilingi oleh cairan perilimfatik di dalam labirin tulang. Labirin
membranosa dibagi menjadi dua bagian yaitu cochlear labyrinth dan vestibular
labyrinth.

Vestibular labyrinth terdapat kantung oval yang disebut utrikulus dan kantung yang
lebih kecil disebut sakulus yang berisikan cairan endolimfatik (utriculosaccular duct).
Pada dinding sakulus dan utricle terdapat daerah-daerah kecil terbatas, disebut
macula, terdiri dari epitel sensoris khusus yang disarafi oleh cabang-cabang vestibular
nerve. Cochlear labyrinth dinamakan juga duktus koklearis dikelilingi oleh cairan
perilimfatik di dalam koklea. Duktus koklearis ditopang oleh ligamentum spiralis ke
dinding lateral dari koklea dan oleh oseus lamina spiralis ke modiolus.

KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)

Di bagian dalam duktus koklearis membentuk saluran longitudinal yaitu skala


media yang membagi kanalis koklearis menjadi dua saluran, skala vestibuli dan skala
timpani. Skala media dipisahkan dari skala vestibuli oleh membrana vestibular
(Reissners). Sedangkan skala timpani dipisahkan dari skala media oleh membran
basilaris.
Di atas membran basilaris terdapat spiral organ atau organ Corti yang
merupakan organ ujung dari saraf pendengaran. Pada spiral organ terdapat sebarisan
sel rambut dalam (inner hair cells) dan tiga baris sel rambut luar (outer hair cells).
Kedua jenis sel rambut adalah silindris dengan inti di basal dan banyak mitokondria,
serta terdapat stereosilia pada permukaannya. Stereosilia dilapisi oleh membran
tektorial dan berfungsi penting dalam transduksi sensoris.
Persarafan Telinga Dalam
Serabut saraf dari nervus koklearis berjalan sepanjang meatus akustikus internus
bersama serabut saraf dari nervus vestibularis membentuk nervus vestibulokoklearis
(CN VIII). Pada ujung medial dari meatus akustikus internus, CN VIII menembus
lempengan tulang tipis bersama CN VII (nervus facialis) dan pembuluh darah menuju
dorsal dan ventral coclear nuclei di batang otak. Sebagian besar serabut saraf dari
kedua nuclei naik menuju inferior colliculus secara kontralateral, dan sebagian lainnya
secara ipsilateral. Selanjutnya, dari inferior colliculus, saraf-saraf pendengaran
berjalan menuju medial geniculate body dan akhirnya menuju korteks auditorius di
lobus temporalis.
Vaskularisasi Telinga Dalam
Telinga dalam diperdarahi oleh arteri auditori interna cabang dari arteri cerebellaris
anterior inferior dan arteri basilaris. Arteri auditori interna membentuk dua cabang :
arteri vestibularis anterior yang memperdarahi utrikulus dan sakulus bagian
superior, serta bagian superior dan horizontal dari kanalis semisirkularis.
arteri koklearis komunis yang bercabang menjadi arteri koklearis dan arteri
vestibulokoklearis. Arteri koklearis memperdarahi semua bagian koklea kecuali
sepertiga bagian basal yang diperdarahi oleh rami koklearis, cabang dari arteri
vestibulokoklearis. Cabang lain dari arteri vestibulokoklearis adalah arteri
vestibular bagian posterior yang memperdarahi utrikulus dan sakulus bagian
inferior, serta kanalis semisirkularis bagian posterior.

KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)


Vena dialirkan ke vena auditori interna yang diteruskan ke sinus sigmoideus atau sinus
petrosus inferior. Vena-vena kecil melewati vestibular aqueduct dan bermuara di sinus
petrosus inferior dan superior
Snell, Richard S. 2006
Anatomi Mikroskopik
A. Telinga luar
Aurikula
Aurikula atau pinna terdiri atas lempeng tulang raawan elastis dengan bentuk tidak
teratur, setebal 0,5-1 mm dibungkus perikondrium yang mengandung banyak serat
elastis. Kulit yang menutupi tulang rawan mempunyai lapis subkutan dibagian
posterior aurikula.
Meatus akustikus eksternus
Merupakan saluran antara aurikula sampai membran timpani, dengan panjang
sekitar 2,5 cm. Sepertig bagian luar merupakan lanjutan dari tulang rawan aurikula
dan dua pertiga dalamnya adalah saluran dalam tulang temporal.
Jaringan kulit tipis, folikel rambut, gladula sebacea, glandula serumen (modifikasi
glandula sudorifera tubuler bergelung, apokrin)
Sekret glandula serumen bercampur dengan sekret glandula sebacea disebut
serumen (earwax) yang sifatnya bakterisid, berbentuk seperi malam, dan
berwarna kecoklatan.

Membrana timpani
Oval, semi transparan
Luar
: epidermis tipis tanpa rambut dan kelenjar
Dalam : epitel selapis gepeng/kuboid,
jaringanpengikat kolagen, jaringan
pengikat elastis , fibroblas
Pars flaccid/membran Shrapnell
: kuadran antero superior, daerah segitiga kecil
yang lunak, tidak terdapat serat kolagen.
Pars tensa
: bagian terbesar di luar pars flaccid
B. Telinga Tengah
Kavum timpani
7

KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)


Berisi
: udara
Posterior : berhubungan dengan ruangan-ruanganprocessus mastoideus
Anterior : berhubungan dengan tuba Eustachii
3 (tiga) tulang pendengaran yang menghubungkan membrana timpani dengan
foramen ovali s: os maleus, os incus, os stapes. Memiliki fungsi meneruskan
getaran dari membrana timpani ke cairan di telinga dalam.
Terdapat M.tensor tympani dan M.stapedius
Kavum tympani, tulang penegara, nervus, musculus dilapisi mukosa yang terdiri
dari epitel selapis gepeng/kuboid, lamina propria tipis yang berhubungan dengan
periosteum dibawahnya
Epitel kavum tympani sekitra muara tuba eustachii epitel elapis kubid/silindris
silia .

Tuba Eustachii
Merupakan saluran antara bagian anterior kavum timpani dan bagian
lateroposterior nasofaring
Lumen sempit, gepeng
2/3 bagian kartilago elastis arah nasofaring, 1/3 bagian tulang
Mukosa membentuk rugae dengan epitel selapis silindris/epitel bertingkat silindris
denagn silia dan Lamina propria tipis
Mukosa dekat nasofaring: kelenjar tubuloalveolar, selgoblet, limfosit
Sekitar muara nasofaring terdapat tonsila tuba
C. Telinga Dalam
Berbagai komponen telinga dalam mengisi rongga penghubung bagian petrosus
tulag temporal, yang bersama-sama membentuk labirin oseosa. Didalam rongga ini
terdapat labirin membranosa. Semua bagian labirin membranosa mengandung
cairan endolimf. Dindingnya dipisahkan oleh labirin oseosa dengan ruang perilimfatik
yang mengandung cairan perilimf. Bagian sentral labirin oseosa mengandung
utrikulus dan sakulus yang disebut vestibulum

Labirin Oseosa
Terdapat vestibulum, terletak disebelah medial rongga timpai dengan fenestra
ovalis
Pada posterior vestibulum, bermuara tiga buah kanalis semisirkuaris (anterior,
posterior, lateral). Yang setiap saluran mempunyai pelebaran/ampula. Ujung
8

KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)


kanalis semicircularis posterior dan anterior yang tidak melebar, bersatu
membentuk crus commune
Kearah anterior vestibulum, berhubungan dengan koklea. Bentuknya mirip kerucut
dengan diameter 9 mm dan tinggi dari dasar sampai puncak 5 mm. Poros yang
dikitari terhadap tulang, disebut modiolus
Labirin Membranosa
Di dalamnya terdapat endolimf, yang ditandai dengan rendahnya kadar natrium dan
tinggi kadar kalium.

Sakulus dan utrikulus

Sakulus dan utrikulus terdiri dari lembaran-lembaran tipis jaringan ikat yang
dilapisi epitel selapis gepeng.

Pada dinding sakulus dan utrikulus terdapat daerah-daerah kecil dengan sel-sel
neuroepitel yang berkembang yaitu macula yang disarafi oleh cabang-cabang
nervus vestibularis.

Macula sakulus terletak di dasar sedangkan macula utrikulus terdapat di dinding


lateral sehingga membentuk sudut tegak lurus.

Sel reseptor (hair cell) ditandai dengan stereosilia kaku dan satu kinosilium
panjang. Didalm sel ini terdapat struktur mikrotubulus 9+2 di bagian proksimal. Di
dalamnya terdapat dua jenis sel rambut. Sel tipe I bentuknya lebih menyerupai
mangkok sementara sel tipe II banyak terdapat ujung aferen.

Sel penyokong diantara sel-sel rambut berbentuk silindris dengan mikrovili di


permukaan apikalnya. Neuroepitel ini ditutupi oleh lapisan gelatinosa yang
disekresi oleh sel penyokong dengan endapan di bagian permukaan yang disebut
otolit.

KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)

Duktus semisirkularis
Daerah reseptornya di dalam ampula berbentuk mirip rabung disebut Krista
ampularis. Krista secara structural mirip dengan macula namun lapisan
glikoproteinnya lebih tebal berbetuk kerucut disebut kupula dan tidak ditutupi
otolit.

Duktus dan sakus endolimfatikus


Bagian awal duktus endolimfatikus dilapisi epitel selapis gepeng. Makin mendekati
sakuus endolimfatikus, epitel duktus ini secara berangsur berubah menjadi epitel
silindris tinggi yang terjadi 2 jenis sel : salah satu jenis memiliki mikrovili pada
permukaan apikalnya dan banyak vesikel pinositik serta vakuol.
Sel-sel ini berfungsi untuk mengabsorbsi endolimf dan mengendositosis materi
asing.
Duktus koklearis

10

KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)

Terbagi menjadi 3 ruangan : skala vestibule, skala media (duktus koklearis) di


tengah, dan skala timpani. Duktus koklearis yang mengandung endolimf berakhir
di apeks koklea. Kedua skala lain mengandung perilimf. Skala-skala ini
berhubungan di bagian apeks koklea melalui suatu muara yang dikenal sebagai
helikotrema.
Membrane vestibularis (membrane Reissner) terdiri atal 2 lapisan epitel gepeng,
satu lapisan dari skala vestibularis, dan lapisan lainnya berasal dari skala media.
Tautan erat kedua lapisan ini berfungsi untuk mempertahankan gradient ion.
Stria vaskularis merupakan epitel vascular yang terletak di dinding lateral
duktus koklearis, terdapat sejumlah mitokondria dan bertanggung jawab terhadap
komposisi ion di endolimf.
Struktur telinga bagian dalam mengandung reseptor auditori khusus disebut
organ corti ; organ ini mengandung sel rambut yang berespons terhadap berbagai
frekuensi suara. Organ corti terletak pada substansi dasar tebal membrane
basalis.
Terdapat 2 jenis sel reseptor, satu sel berbentuk huruf W (sel rambut luar) dan
sel lainnya berbentuk linear (sel rambut dalam). Di ujungnya terdapat serabutserabut saraf yang akan menyatu membentuk ganglion spiralis.
Berbeda dari resepror vestibular, kinosilium tak dijumpai. Akan tetapi ujung
stereosili yang tertinggi akan membenamkan sel rambut pada membrane tektoria
yang terdiri dari secret kaya glikoprotein dihasilkan dari sel-sel pada limbus
spiralis.
Dari sel-sel penyokong, sel pilar mengandung mikrotubulus yang agaknya
memeberi kekakuan pada sel ini. Sel tersebut membentuk ruang segitiga antara
sel rambut luar dan dalam, yakni terowongan dalam. Struktur ini penting untuk
transduksi suara.
Antara skala vestibuli dengan duktus koklearis dipisahkan oleh membran
vestibularis (Reissner). Antara duktus koklearis dengan skala timpani
dipisahkan oleh membran basilaris. Skala vesibularis dan skala timpani
mengandung perilimf dan di dindingnya terdiri atas jaringan ikat yang dilapisi oleh
selapis sel gepeng yaitu sel mesenkim, yang menyatu dengan periosteum
disebelah luarnya. Skala vestibularis berhubungan dengan ruang perilimf
vestibularis dan akan mencapai permukaan dalam fenestra ovalis. Skala timpani
11

KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)


menjulur ke lateral fenestra rotundum yang memisahkannya dengan ruang
timpani
Leeson, Leeson, Paparo. 1996

MEMAHAMI DAN MENJELASAN FISIOLOGI TELINGA


Fisiologi Pendengaran
Beberapa organ yang berperan penting dalam proses pendengaran adalah
membran tektoria, sterosilia dan membran basilaris. Interaksi ketiga struktur penting
tersebut sangat berperan dalam proses mendengar. Pada bagian apikal sel rambut
sangat kaku dan terdapat penahan yang kuat antara satu bundel dengan bundel
lainnya, sehingga bila mendapat stimulus akustik akan terjadi gerakan yang kaku
bersamaan.
Pada bagian puncak stereosillia terdapat rantai pengikat yang
menghubungkan stereosilia yang tinggi dengan stereosilia yang lebih rendah,
sehingga pada saat terjadi defleksi gabungan stereosilia akan mendorong gabungangabungan yang lain, sehingga akan menimbulkan regangan pada rantai yang
menghubungkan stereosilia tersebut. Keadaan tersebut akan mengakibatkan
terbukanya kanal ion pada membran sel, maka terjadilah depolarisasi. Gerakan yang
berlawanan arah akan mengakibatkan regangan pada rantai tersebut berkurang dan
kanal ion akan menutup.
Terdapat perbedaan potensial antara intra sel, perilimfa dan endolimfa yang
menunjang terjadinya proses tersebut. Potensial listrik koklea disebut koklea
mikrofonik, berupa perubahan potensial listrik endolimfa yang berfungsi sebagai
pembangkit pembesaran gelombang energi akustik dan sepenuhnya diproduksi oleh
sel rambut luar.
Gerak gelombang membran basilaris yang timbul oleh bunyi berfrekuensi tinggi
(10 kHz) mempunyai pergeseran maksimum pada bagian basal koklea, sedangkan
stimulus berfrekuensi rendah (125 kHz) mempunyai pergeseran maksimum lebih
kearah apeks. Gelombang yang timbul oleh bunyi berfrekuensi sangat tinggi tidak
dapat mencapai bagian apeks, sedangkan bunyi berfrekuensi sangat rendah dapat
melalui bagian basal maupun bagian apeks membran basilaris.

12

KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh telinga luar,
lalu menggetarkan membran timpani
dan diteruskan ketelinga tengah melalui
rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran tersebut melalui
daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani
dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasikan akan diteruskan ke
telinga dalam dan di proyeksikan pada membran basilaris, sehingga akan
menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini
merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia selsel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari
badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga
melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi
pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks
pendengaran.

Bunyi ditangkap daun telinga membran timpani tulang pendengaran


fenestra ovale menggerakkan perilimfe pada skala vestibuli melalui
membran reissner mendorong endolimfe
menimbulkan gerak relatif
membran basilaris dan membran tektoria defleksi stereosilia sel rambut
kanal ion terbuka terjadi pertukaran ion depolarisasi sel rambut
pelepasan neurotransmiter potensial aksi saraf auditorius nukleus
auditorius korteks pendengaran di lobus temporalis
1st order dari 2 telinga

Neuron sensory di cabang Cochlear N. VIII

nuclei Cochlearis (di Medulla Oblongata) : pada sisi yang sama

susunan sinyal auditory dikirim kemudian ditangkap oleh axon dan dialirkan menuju

nuclei olivary superior (pada kedua sisi Pons) Lemniscus Lateralis

impuls tiba (perbedaan tipis tergantung letak sumber suara jauh atau dekat)
di nuclei olivary dan nuclei cochlea

dialirkan oleh axon ke Coliculus inferior (di Mid Brain)


13

KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)

Corpus Genikulatum (di Talamus)

susunan auditory sinyal sampai ke area auditory primer pada


gyrus superior temporal (di Cortex Cerebral)

masuk ke area broadman 41 dan 42 sehingga terjadi

Pemahaman Suara
Sherwood, Laurelee. 2001
Fisiologi Keseimbangan
Pengaturan keseimbangan di dalam telinga dalam diatur oleh aparatus
vestibularis yang memberikan informasi penting untuk sensasi keseimbangan dan
untuk koordinasi gerakan-gerakan mata dan posisi tubuh. Aparatus vestibularis
terletak di dalam tulang temporalis di dekat koklea kanalis semisirkularis dan organ
otolith yaitu, sakulus dan urtikulus.
Kanalis semisirkularis terdiri dari tiga saluran semisirkuler yang tersusun dari 3
dimensi bidang yang tegak lurus satu sama lain di dekat koklea jauh di dalam tulang
temporal. Ini berfungsi sebagai mendeteksi akselerasi, deselerasi atau angular.

Otolit sakulus dan utrikulus; bergerak oleh perubahan posisi kepala


Rangsangan ditransmisikan sepanjang serat saraf nervus kranialis kedelapan
(auditorius) pars vestibularis ke otak tengah , medulla oblongata,
serebelum , dan medulla spinalis.
Rangsangan ini memulai perubahan refleks pada otot-otot leher , mata,
badan, dan ekstremitas untuk mempertahankan keseimbangan dan postur
dan mata dapat difiksasi pada objek yang bergerak.
Informasi keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor vestibuler,
visual dan propioseptik.
Dari ketiga jenis reseptor tersebut, reseptor vestibuler yang punya kontribusi
paling besar ( >50% ) disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil
konstibusinya adalah propioseptik.
bila ada gerakan atau perubahan dari kepala atau tubuh perpindahan
cairan endolimfe di labirin hair cells menekuk
Tekukan hair sel menyebabkan permeabilitas membran sel berubah
sehingga ion Kalsium menerobos masuk kedalam sel (influx)
Influx Ca menyebabkan depolarisasi dan juga merangsang pelepasan NT
eksitator (glutamat) saraf aferen (vestibularis) pusat-pusat
keseimbangan di otak .
Pusat Integrasi alat keseimbangan tubuh pertama di inti vestibularis
(menerima impuls aferen dari propioseptik, visual dan vestibuler
Serebellum merupakan pusat integrasi kedua juga pusat komparasi informasi
yang sedang berlangsung dengan informasi gerakan yang sudah lewat

MEMAHAMI DAN MENJELASKAN OTITIS MEDIA


Definisi dan Klasifikasi
Otitis Media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Otitis media berdasarkan
14

KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)


gejalanya dibagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif, di mana
masing-masing memiliki bentuk yang akut dan kronis. Selain itu, juga terdapat jenis
otitis media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa, otitis media sifilitika. Otitis
media yang lain adalah otitis media adhesiva (Djaafar, 2007).
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan telinga tengah dengan gejala dan tandatanda yang bersifat cepat dan singkat. Gejala dan tanda klinik lokal atau sistemik
dapat terjadi secara lengkap atau sebagian, baik berupa otalgia, demam, gelisah,
mual, muntah, diare, serta otore, apabila telah terjadi perforasi membran timpani.
Pada pemeriksaan otoskopik juga dijumpai efusi telinga tengah (Buchman, 2003).
Terjadinya efusi telinga tengah atau inflamasi telinga tengah ditandai dengan
membengkak pada membran timpani atau bulging, mobilitas yang terhad pada
membran timpani, terdapat cairan di belakang membran timpani, dan otore
(Kerschner, 2007).
Skema Pembagian Otitis Media

Skema Pembagian Otitis Media Berdasarkan Gejala

Epidemiologi
Otitis media pada anak-anak sering kali disertai dengan infeksi pada saluran
pernapasan atas. Pada penelitian terhadap 112 pasien ISPA (6-35 bulan), didapatkan
15

KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)


30% mengalami otitis media akut dan 8% sinusitis. Epidemiologi seluruh dunia
terjadinya otitis media berusia 1 thn sekitar 62%, sedangkan anak-anak berusia 3 thn
sekitar 83%. Di Amerika Serikat, diperkirakan 75% anak mengalami minimal satu
episode otitis media sebelum usia 3 tahun dan hampir setengah dari mereka
mengalaminya tiga kali atau lebih. Di Inggris setidaknya 25% anak mengalami
minimal satu episode sebelum usia sepuluh tahun.
Resiko kekambuhan otitis media terjadi pada beberapa faktor, antara lain usia <5 thn,
otitis prone (pasien yang mengalami otitis pertama kali pada usia <6 bln, 3 kali dalam
6 bln terakhir), infeksi pernapasan, perokok, dan laki-laki.
Etiologi
1. BakteriBakteri piogenik merupakan penyebab OMA yang tersering. Menurut
penelitian,
65-75% kasus OMA dapat ditentukan jenis bakteri piogeniknya melalui isolasi bakteri
terhadap kultur cairan atau efusi telinga tengah. Kasus lain tergolong sebagai nonpatogenik karena tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya. Tiga jenis bakteri
penyebab otitis media tersering adalah Streptococcus pneumoniae (40%), diikuti oleh
Haemophilus influenzae (25-30%) dan Moraxella catarhalis (10-15%). Kira-kira 5%
kasus dijumpai patogen-patogen yang lain seperti Streptococcus pyogenes (group A
beta- hemolytic), Staphylococcus aureus, dan organisme gram negatif. Staphylococcus
aureus dan organisme gram negatif banyak ditemukan pada anak dan neonatus yang
menjalani rawat inap di rumah sakit. Haemophilus influenzae sering dijumpai pada
anak balita. Jenis mikroorganisme yang dijumpai pada orang dewasa juga sama
dengan yang dijumpai pada anak-anak (Kerschner, 2007).
2. VirusVirus juga merupakan penyebab OMA. Virus dapat dijumpai tersendiri atau
bersamaan dengan bakteri patogenik yang lain. Virus yang paling sering dijumpai
pada anak-anak, yaitu respiratory syncytial virus (RSV), influenza virus, atau
adenovirus (sebanyak 30-40%). Kira-kira 10-15% dijumpai parainfluenza virus,
rhinovirus atau enterovirus. Virus akan membawa dampak buruk terhadap fungsi tuba
Eustachius, menganggu fungsi imun lokal, meningkatkan adhesi bakteri, menurunkan
efisiensi obat antimikroba dengan menganggu mekanisme farmakokinetiknya
(Kerschner, 2007). Dengan menggunakan teknik polymerase chain reaction (PCR) dan
virus specific enzyme-linked immunoabsorbent assay (ELISA), virus-virus dapat
diisolasi dari cairan telinga tengah pada anak yang menderita OMA pada 75% kasus
(Buchman, 2003).
Menurut Bluestone (2001) dalam Klein (2009), distribusi mikroorganisme yang diisolasi
dari cairan telinga tengah, dari 2807 orang pasien OMA di Pittsburgh Otitis Media
Research Center, pada tahun 1980 sampai dengan 1989 adalah seperti berikut:
Gambar Distribusi mikroorganisme yang diisolasi dari cairan telinga tengah pasien
OMA.

16

KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)

Faktor Risiko
Faktor risiko terjadinya otitis media adalah umur, jenis kelamin, ras, faktor genetik,
status sosioekonomi serta lingkungan, asupan air susu ibu (ASI) atau susu formula,
lingkungan merokok, kontak dengan anak lain, abnormalitas kraniofasialis kongenital,
status imunologi, infeksi bakteri atau virus di saluran pernapasan atas, disfungsi tuba
Eustachius, inmatur tuba Eustachius dan lain-lain (Kerschner, 2007).
Faktor umur juga berperan dalam terjadinya OMA. Peningkatan insidens OMA pada
bayi dan anak-anak kemungkinan disebabkan oleh struktur dan fungsi tidak matang
atau imatur tuba Eustachius. Selain itu, sistem pertahanan tubuh atau status
imunologi anak juga masih rendah. Insidens terjadinya otitis media pada anak laki-laki
lebih tinggi dibanding dengan anak perempuan. Anak-anak pada ras Native American,
Inuit, dan Indigenous Australian menunjukkan prevalensi yang lebih tinggi dibanding
dengan ras lain. Faktor genetik juga berpengaruh. Status sosioekonomi juga
berpengaruh, seperti kemiskinan, kepadatan penduduk, fasilitas higiene yang
terbatas, status nutrisi rendah, dan pelayanan pengobatan terbatas, sehingga
mendorong terjadinya OMA pada anak- anak. ASI dapat membantu dalam pertahanan
tubuh. Oleh karena itu, anak-anak yang kurangnya asupan ASI banyak menderita
OMA. Lingkungan merokok menyebabkan anak-anak mengalami OMA yang lebih
signifikan dibanding dengan anak-anak lain. Dengan adanya riwayat kontak yang
sering dengan anak-anak lain seperti di pusat penitipan anak-anak, insidens OMA juga
meningkat. Anak dengan adanya abnormalitas kraniofasialis kongenital mudah
terkena OMA karena fungsi tuba Eustachius turut terganggu, anak mudah menderita
penyakit telinga tengah. Otitis media merupakan komplikasi yang sering terjadi akibat
infeksi saluran napas atas, baik bakteri atau virus (Kerschner, 2007).

Gejala Klinis
Gejala klinis OMA bergantung pada stadium penyakit serta umur pasien. Pada anak
yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga, di
samping suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya.
Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa, selain rasa nyeri, terdapat
17

KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)


gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang mendengar.
Pada bayi dan anak kecil, gejala khas OMA adalah suhu tubuh tinggi dapat mencapai
39,5C (pada stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba anak menjerit
waktu tidur, diare, kejang-kejang dan kadang-kadang anak memegang telinga yang
sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga, suhu
tubuh turun dan anak tidur tenang (Djaafar, 2007).
Penilaian klinik OMA digunakan untuk menentukan berat atau ringannya suatu
penyakit. Penilaian berdasarkan pada pengukuran temperatur, keluhan orang tua
pasien tentang anak yang gelisah dan menarik telinga atau tugging, serta membran
timpani yang kemerahan dan membengkak atau bulging. Menurut Dagan (2003)
dalam Titisari (2005), skor OMA adalah seperti berikut:
Skor OMA
Penilaian derajat OMA dibuat berdasarkan skor. Bila didapatkan angka 0 hingga 3,
berarti OMA ringan dan bila melebihi 3, berarti OMA berat.
Pembagian OMA lainnya yaitu OMA berat apabila terdapat otalgia berat atau sedang,
suhu lebih atau sama dengan 39C oral atau 39,5C rektal. OMA ringan bila nyeri
telinga tidak hebat dan demam kurang dari 39C oral atau 39,5C rektal (Titisari,
2005).

Sko
r

Suhu
(C)

Gelisah

Tarik
telinga

Kemerahan
Bengkak
pada
pada membran membran timpani
timpani
(bulging)

<38,0

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

38,0- 38,5

Ringan

Ringan

Ringan

Ringan

38,6- 39,0

Sedang

Sedang

Sedang

Sedang

Patogenesis

18

KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)

Pathogenesis OMA pada sebagian besar anak-anak dimulai oleh infeksi saluran
pernapasan atas (ISPA) atau alergi, sehingga terjadi kongesti dan edema pada mukosa
saluran napas atas, termasuk nasofaring dan tuba Eustachius. Tuba Eustachius
menjadi sempit, sehingga terjadi sumbatan tekanan negatif pada telinga tengah. Bila
keadaan demikian berlangsung lama akan menyebabkan refluks dan aspirasi virus
atau bakteri dari nasofaring ke dalam telinga tengah melalui tuba Eustachius. Mukosa
telinga tengah bergantung pada tuba Eustachius untuk mengatur proses ventilasi
yang berkelanjutan dari nasofaring. Jika terjadi gangguan akibat obstruksi tuba, akan
mengaktivasi proses inflamasi kompleks dan terjadi efusi cairan ke dalam telinga
tengah. Ini merupakan faktor pencetus terjadinya OMA dan otitis media dengan efusi.
Bila tuba Eustachius tersumbat, drainase telinga tengah terganggu, mengalami infeksi
serta terjadi akumulasi sekret di telinga tengah, kemudian terjadi proliferasi mikroba
patogen pada sekret. Akibat dari infeksi virus saluran pernapasan atas, sitokin dan
mediator-mediator inflamasi yang dilepaskan akan menyebabkan disfungsi tuba
Eustachius. Virus respiratori juga dapat meningkatkan kolonisasi dan adhesi bakteri,
sehingga menganggu pertahanan imum pasien terhadap infeksi bakteri. Jika sekret
dan pus bertambah banyak dari proses inflamasi lokal, perndengaran dapat terganggu
karena membran timpani dan tulang- tulang pendengaran tidak dapat bergerak bebas
terhadap getaran. Akumulasi cairan yang terlalu banyak akhirnya dapat merobek
membran timpani akibat tekanannya yang meninggi (Kerschner, 2007). Obstruksi tuba
Eustachius dapat terjadi secara intraluminal dan ekstraluminal. Faktor intraluminal
adalah seperti akibat ISPA, dimana proses inflamasi terjadi, lalu timbul edema pada
mukosa tuba serta akumulasi sekret di telinga tengah. Selain itu, sebagian besar
pasien dengan otitis media dihubungkan dengan riwayat fungsi abnormal dari tuba
Eustachius, sehingga mekanisme pembukaan tuba terganggu. Faktor ekstraluminal
seperti tumor, dan hipertrofi adenoid (Kerschner, 2007).

19

KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)

Penyebab-penyebab Anak Mudah Terserang OMA


Dipercayai bahwa anak lebih mudah terserang OMA dibanding dengan orang dewasa.
Ini karena pada anak dan bayi, tuba lebih pendek, lebih lebar dan kedudukannya lebih
horizontal dari tuba orang dewasa, sehingga infeksi saluran pernapasan atas lebih
mudah menyebar ke telinga tengah. Panjang tuba orang dewasa 37,5 mm dan pada
anak di bawah umur 9 bulan adalah 17,5 mm (Djaafar, 2007). Ini meningkatkan
peluang terjadinya refluks dari nasofaring menganggu drainase melalui tuba
Eustachius. Insidens terjadinya otitis media pada anak yang berumur lebih tua
berkurang, karena tuba telah berkembang sempurna dan diameter tuba Eustschius
meningkat, sehingga jarang terjadi obstruksi dan disfungsi tuba. Selain itu, sistem
pertahanan tubuh anak masih rendah sehingga mudah terkena ISPA lalu terinfeksi di
telinga tengah. Adenoid merupakan salah satu organ di tenggorokan bagian atas yang
berperan dalam kekebalan tubuh. Pada anak, adenoid relatif lebih besar dibanding
orang dewasa. Posisi adenoid yang berdekatan dengan muara tuba Eustachius
sehingga adenoid yang besar dapat mengganggu terbukanya tuba Eustachius. Selain
itu, adenoid dapat terinfeksi akibat ISPA kemudian menyebar ke telinga tengah melalui
tuba Eustachius (Kerschner, 2007).

20

KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)

Stadium OMA
OMA dalam perjalanan penyakitnya dibagi menjadi lima stadium, bergantung pada
perubahan pada mukosa telinga tengah, yaitu stadium oklusi tuba Eustachius, stadium
hiperemis atau stadium pre-supurasi, stadium supurasi, stadium perforasi dan stadium
resolusi (Djaafar, 2007).
Gambar Membran Timpani Normal

1. Stadium Oklusi Tuba EustachiusPada stadium ini, terdapat sumbatan tuba


Eustachius yang ditandai oleh retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan
intratimpani negatif di dalam telinga tengah, dengan adanya absorpsi udara. Retraksi
membran timpani terjadi dan posisi malleus menjadi lebih horizontal, refleks cahaya
juga berkurang. Edema yang terjadi pada tuba Eustachius juga menyebabkannya
tersumbat. Selain retraksi, membran timpani kadang- kadang tetap normal dan tidak
ada kelainan, atau hanya berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi tetapi
tidak dapat dideteksi. Stadium ini sulit dibedakan dengan tanda dari otitis media
serosa yang disebabkan oleh virus dan alergi. Tidak terjadi demam pada stadium ini
(Djaafar, 2007; Dhingra, 2007).
2. Stadium Hiperemis atau Stadium Pre-supurasiPada stadium ini, terjadi pelebaran
pembuluh darah di membran timpani, yang ditandai oleh membran timpani
mengalami hiperemis, edema mukosa dan adanya sekret eksudat serosa yang sulit
terlihat. Hiperemis disebabkan oleh oklusi tuba yang berpanjangan sehingga
terjadinya invasi oleh mikroorganisme piogenik. Proses inflamasi berlaku di telinga
tengah dan membran timpani menjadi kongesti. Stadium ini merupakan tanda infeksi
bakteri yang menyebabkan pasien mengeluhkan otalgia, telinga rasa penuh dan
demam. Pendengaran mungkin masih normal atau terjadi ganggua n ringan,
tergantung dari cepatnya proses hiperemis. Hal ini terjadi karena terdapat tekanan
udara yang meningkat di kavum timpani. Gejala-gejala berkisar antara dua belas jam
sampai dengan satu hari (Djaafar, 2007; Dhingra, 2007).
21

KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)


Gambar. Membran Timpani Hiperemis

3. Stadium SupurasiStadium supurasi ditandai oleh terbentuknya sekret eksudat


purulen atau bernanah di telinga tengah dan juga di sel-sel mastoid. Selain itu edema
pada mukosa telinga tengah menjadi makin hebat dan sel epitel superfisial terhancur.
Terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani menyebabkan membran timpani
menonjol atau bulging ke arah liang telinga luar.
Pada keadaan ini, pasien akan tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat serta
rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Pasien selalu gelisah dan tidak dapat tidur
nyenyak. Dapat disertai dengan gangguan pendengaran konduktif. Pada bayi demam
tinggi dapat disertai muntah dan kejang.
Stadium supurasi yang berlanjut dan tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan
iskemia membran timpani, akibat timbulnya nekrosis mukosa dan submukosa
membran timpani. Terjadi penumpukan nanah yang terus berlangsung di kavum
timpani dan akibat tromboflebitis vena-vena kecil, sehingga tekanan kapiler membran
timpani meningkat, lalu menimbulkan nekrosis. Daerah nekrosis terasa lebih lembek
dan berwarna kekuningan atau yellow spot.
Keadaan stadium supurasi dapat ditangani dengan melakukan miringotomi. Bedah
kecil ini kita lakukan dengan menjalankan insisi pada membran timpani sehingga
nanah akan keluar dari telinga tengah menuju liang telinga luar. Luka insisi pada
membran timpani akan menutup kembali, sedangkan apabila terjadi ruptur, lubang
tempat perforasi lebih sulit menutup kembali. Membran timpani mungkin tidak
menutup kembali jikanya tidak utuh lagi (Djaafar, 2007; Dhingra, 2007).Gambar 2.7.
Membran Timpani Bulging dengan Pus Purulen
4. Stadium Perforasi
Stadium perforasi ditandai oleh ruptur membran timpani sehingga sekret berupa
nanah yang jumlahnya banyak akan mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar.
Kadang-kadang pengeluaran sekret bersifat pulsasi (berdenyut). Stadium ini sering
disebabkan oleh terlambatnya pemberian antibiotik dan tingginya virulensi kuman.
Setelah nanah keluar, anak berubah menjadi lebih tenang, suhu tubuh menurun dan
dapat tertidur nyenyak.

22

KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)


Jika mebran timpani tetap perforasi dan pengeluaran sekret atau nanah tetap
berlangsung melebihi tiga minggu, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif
subakut. Jika kedua keadaan tersebut tetap berlangsung selama lebih satu setengah
sampai dengan dua bulan, maka keadaan itu disebut otitis media supuratif kronik
(Djaafar, 2007; Dhingra, 2007).
5. Stadium Resolusi
Keadaan ini merupakan stadium akhir OMA yang diawali dengan berkurangnya dan
berhentinya otore. Stadium resolusi ditandai oleh membran timpani berangsur normal
hingga perforasi membran timpani menutup kembali dan sekret purulen akan
berkurang dan akhirnya kering. Pendengaran kembali normal. Stadium ini berlangsung
walaupun tanpa pengobatan, jika membran timpani masih utuh, daya tahan tubuh
baik, dan virulensi kuman rendah.
Apabila stadium resolusi gagal terjadi, maka akan berlanjut menjadi otitis media
supuratif kronik. Kegagalan stadium ini berupa perforasi membran timpani menetap,
dengan sekret yang keluar secara terus-menerus atau hilang timbul.
Otitis media supuratif akut dapat menimbulkan gejala sisa berupa otitis media serosa.
Otitis media serosa terjadi jika sekret menetap di kavum timpani tanpa mengalami
perforasi membran timpani (Djaafar, 2007; Dhingra, 2007).

Diagnosis

1.

Menurut Kerschner (2007), kriteria diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut,
yaitu:
Penyakitnya muncul secara mendadak dan bersifat akut.
2. Ditemukan adanya tanda efusi. Efusi merupakan pengumpulan cairan di telinga
tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut, seperti
menggembungnya membran timpani atau bulging, terbatas atau tidak ada gerakan
pada membran timpani, terdapat bayangan cairan di belakang membran timpani,
dan terdapat cairan yang keluar dari telinga.
3. Terdapat tanda atau gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan
adanya salah satu di antara tanda berikut, seperti kemerahan atau erythema pada
membran timpani, nyeri telinga atau otalgia yang mengganggu tidur dan aktivitas
normal. Menurut Rubin et al. (2008), keparahan OMA dibagi kepada dua kategori,
yaitu ringan-sedang, dan berat. Kriteria diagnosis ringan-sedang adalah terdapat
cairan di telinga tengah, mobilitas membran timpani yang menurun, terdapat
bayangan cairan di belakang membran timpani, membengkak pada membran
timpani, dan otore yang purulen. Selain itu, juga terdapat tanda dan gejala inflamasi
pada telinga tengah, seperti demam, otalgia, gangguan pendengaran, tinitus,
vertigo dan kemerahan pada membran timpani. Tahap berat meliputi semua kriteria
tersebut, dengan tambahan ditandai dengan demam melebihi 39,0C, dan disertai
23

KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)


dengan otalgia yang bersifat sedang sampai berat.

Penatalaksanaan
Pengobatan
Penatalaksanaan OMA tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada
stadium awal ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian
antibiotik, dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik. Tujuan pengobatan pada
otitis media adalah untuk menghindari komplikasi intrakrania dan ekstrakrania yang
mungkin terjadi, mengobati gejala, memperbaiki fungsi tuba Eustachius, menghindari
perforasi membran timpani, dan memperbaiki sistem imum lokal dan sistemik (Titisari,
2005).
Pada stadium oklusi tuba, pengobatan bertujuan untuk membuka kembali tuba
Eustachius sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Diberikan obat tetes
hidung HCl efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologik untuk anak kurang dari 12 tahun
atau HCl efedrin 1 % dalam larutan fisiologis untuk anak yang berumur atas 12 tahun
pada orang dewasa. Sumber infeksi harus diobati dengan pemberian antibiotik
24

KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)


(Djaafar, 2007).
Pada stadium hiperemis dapat diberikan antibiotik, obat tetes hidung dan analgesik.
Dianjurkan pemberian antibiotik golongan penisilin atau eritromisin. Jika terjadi
resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam klavulanat atau sefalosporin.
Untuk terapi awal diberikan penisilin intramuskular agar konsentrasinya adekuat di
dalam darah sehingga tidak terjadi mastoiditis terselubung, gangguan pendengaran
sebagai gejala sisa dan kekambuhan. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari. Bila
pasien alergi tehadap penisilin, diberikan eritromisin. Pada anak, diberikan ampisilin
50-100 mg/kgBB/hari yang terbagi da lam empat dosis, amoksisilin atau eritromisin
masing-masing 50 mg/kgBB/hari yang terbagi dalam 3 dosis (Djaafar, 2007).
Pada stadium supurasi, selain diberikan antibiotik, pasien harus dirujuk untuk
melakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh sehingga gejala cepat
hilang dan tidak terjadi ruptur (Djaafar, 2007).
Pada stadium perforasi, sering terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut
atau pulsasi. Diberikan obat cuci telinga (ear toilet) H2O2 3% selama 3 sampai dengan
5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu. Biasanya sekret akan hilang
dan perforasi akan menutup kembali dalam 7 sampai dengan 10 hari (Djaafar, 2007).
Pada stadium resolusi, membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada
lagi, dan perforasi menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya sekret mengalir di
liang telinga luar melalui perforasi di membran timpani. Antibiotik dapat dilanjutkan
sampai 3 minggu. Bila keadaan ini berterusan, mungkin telah terjadi mastoiditis
(Djaafar, 2007).
Sekitar 80% kasus OMA sembuh dalam 3 hari tanpa pemberian antibiotik. Observasi
dapat dilakukan. Antibiotik dianjurkan jika gejala tidak membaik dalam dua sampai
tiga hari, atau ada perburukan gejala. Ternyata pemberian antibiotik yang segera dan
dosis sesuai dapat terhindar dari tejadinya komplikasi supuratif seterusnya. Masalah
yang muncul adalah risiko terbentuknya bakteri yang resisten terhadap antibiotik
meningkat. Menurut American Academy of Pediatrics (2004) dalam Kerschner (2007),
mengkategorikan OMA yang dapat diobservasi dan yang harus segera diterapi dengan
antibiotik sebagai berikut.
Kriteria Terapi Antibiotik dan Observasi pada Anak dengan OMA
Usia
Kurang
bulan

Diagnosis
(certain)
dari

pasti

Diagnosis
(uncertain)

meragukan

Antibiotik

Antibiotik

6 bulan sampai 2
tahun

Antibiotik

Antibiotik jika gejala berat,


observasi jika gejala ringan

2 tahun ke atas

Antibiotik jika gejala


berat, observasi jika
gejala ringan

Observasi

Diagnosis pasti OMA harus memiliki tiga kriteria, yaitu bersifat akut, terdapat efusi
telinga tengah, dan terdapat tanda serta gejala inflamasi telinga tengah. Gejala ringan
adalah nyeri telinga ringan dan demam kurang dari 39C dalam 24 jam terakhir.
Sedangkan gejala berat adalah nyeri telinga sedang-berat atau demam 39C. Pilihan
25

KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)


observasi selama 48-72 jam hanya dapat dilakukan pada anak usia enam bulan
sampai dengan dua tahun, dengan gejala ringan saat pemeriksaan, atau diagnosis
meragukan pada anak di atas dua tahun. Follow-up dilaksanakan dan pemberian
analgesia seperti asetaminofen dan ibuprofen tetap diberikan pada masa observasi
(Kerschner, 2007).
Menurut American Academic of Pediatric (2004), amoksisilin merupakan first-line
terapi dengan pemberian 80mg/kgBB/hari sebagai terapi antibiotik awal selama lima
hari. Amoksisilin efektif terhadap Streptococcus penumoniae. Jika pasien alergi ringan
terhadap amoksisilin, dapat diberikan sefalosporin seperti cefdinir. Second-line terapi
seperti amoksisilin-klavulanat efektif terhadap Haemophilus influenzae dan Moraxella
catarrhalis, termasuk Streptococcus penumoniae (Kerschner, 2007). Pneumococcal 7valent conjugate vaccine dapat dianjurkan untuk menurunkan prevalensi otitis media
(American Academic of Pediatric, 2004).

26

KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)

Pembedahan
Terdapat beberapa tindakan pembedahan yang dapat menangani OMA rekuren,
seperti miringotomi dengan insersi tuba timpanosintesis, dan adenoidektomi
(Buchman, 2003).
1. MiringotomiMiringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani,
supaya terjadi drainase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Syaratnya
adalah harus dilakukan secara dapat dilihat langsung, anak harus tenang sehingga
membran timpani dapat dilihat dengan baik. Lokasi miringotomi ialah di kuadran
posterior-inferior. Bila terapi yang diberikan sudah adekuat, miringotomi tidak perlu
dilakukan, kecuali jika terdapat pus di telinga tengah (Djaafar, 2007). Indikasi
miringostomi pada anak dengan OMA adalah nyeri berat, demam, komplikasi OMA
seperti paresis nervus fasialis, mastoiditis, labirinitis, dan infeksi sistem saraf pusat.
Miringotomi merupakan terapi third-line pada pasien yang mengalami kegagalan
terhadap dua kali terapi antibiotik pada satu episode OMA. Salah satu tindakan
miringotomi atau timpanosintesis dijalankan terhadap anak OMA yang respon kurang
memuaskan terhadap terapi second-line, untuk menidentifikasi mikroorganisme
melalui kultur (Kerschner, 2007).
2. TimpanosintesisMenurut Bluestone (1996) dalam Titisari (2005), timpanosintesis
merupakan pungsi pada membran timpani, dengan analgesia lokal supaya
mendapatkan sekret untuk tujuan pemeriksaan. Indikasi timpanosintesis adalah terapi
antibiotik tidak memuaskan, terdapat komplikasi supuratif, pada bayi baru lahir atau
pasien yang sistem imun tubuh rendah. Menurut Buchman (2003), pipa timpanostomi
dapat menurun morbiditas OMA seperti otalgia, efusi telinga tengah, gangguan
pendengaran secara signifikan dibanding dengan plasebo dalam tiga penelitian
prospertif, randomized trial yang telah dijalankan.
3. AdenoidektomiAdenoidektomi efektif dalam menurunkan risiko terjadi otitis media
dengan efusi dan OMA rekuren, pada anak yang pernah menjalankan miringotomi dan
insersi tuba timpanosintesis, tetapi hasil masih tidak memuaskan. Pada anak kecil
dengan OMA rekuren yang tidak pernah didahului dengan insersi tuba, tidak
dianjurkan adenoidektomi, kecuali jika terjadi obstruksi jalan napas dan rinosinusitis
rekuren (Kerschner, 2007).
Komplikasi
Sebelum adanya antibiotik, OMA dapat menimbulkan komplikasi, mulai dari abses
subperiosteal sampai abses otak dan meningitis. Sekarang semua jenis komplikasi
tersebut biasanya didapat pada otitis media supuratif kronik. Mengikut Shambough
(2003) dalam Djaafar (2005), komplikasi OMA terbagi kepada komplikasi intratemporal
(perforasi membran timpani, mastoiditis akut , paresis nervus fasialis, labirinitis,
petrositis), ekstratemporal (abses subperiosteal), dan intracranial (abses otak,
tromboflebitis).
Pencegahan

Berperillaku higienis seperti kebersihan tangan dengan sabun biasa atau


berbasis alkohol pembersih tangan dapat memiliki dampak positif pada
kesehatan keluarga dalam pengaturan nonmedis.

Pemberian ASI eksklusif sampai setidaknya tiga bulan usia mengurangi kejadian
AOM , dan efek ini berlangsung empat sampai 12 bulan setelah menyusui.
27

KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)

Penggunaan Pacifier pada anak-anak muda dari tiga tahun meningkatkan risiko
otitis media berulang hingga 25 % . Risiko tampaknya berhubungan dengan
frekuensi penggunaan

Membatasi paparan penitipan anak untuk mengurangi risiko infeksi saluran


pernapasan atas yang berkorelasi dengan jumlah kontak dengan anak-anak lain
daripada jumlah absolut anak yang terdaftar di tengah, dan risiko tertinggi pada
tahun pertama kehidupan

Mendorong penyedia penitipan anak untuk mengembangkan dan menerapkan


prosedur untuk kebersihan tangan , serta mainan dan pembersihan lingkungan .
Dalam sebuah studi yang melibatkan 60 pusat penitipan anak di mana
kebersihan tangan , pembersihan lingkungan , dan peningkatan mencuci
mainan dan linen ditekankan , ada penurunan 26 % pada infeksi saluran
pernapasan atas pada anak-anak muda dari tiga tahun .

Tidak merokok . Merokok ibu selama tahun pertama kehidupan merupakan


faktor risiko yang signifikan untuk otitis

media berulang , terutama pada bayi berat badan lahir rendah.

MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TATALAKSANA UNTUK KASUS SKENARIO


Vaksin

Penggunaan vaksin influenza sangat dianjurkan untuk anak-anak yang sehat


lebih tua dari usia enam bulan dan untuk orang tua dan pengasuh mereka.
Influenza memainkan peran penting dalam patogenesis AOM , dan vaksin
influenza yang tewas telah terbukti memberikan perlindungan terhadap AOM
pada balita. Meski belum banyak tersedia, vaksin hidup yang dilemahkan
intranasal menunjukkan kemanjuran tinggi ( 94 % sampai 98 % ) dalam
mencegah AOM influenza terkait pada anak-anak 15-71 usia bulan.

Vaksin pneumococcal conjugate merupakan bagian dari jadwal rutin untuk


semua anak-anak. Vaksin ini memiliki khasiat yang terbatas terhadap AOM
karena hanya tujuh serotipe pneumokokus yang terkandung dalam vaksin saat
ini , dan ada peningkatan bukti penyakit pengganti dengan serotipe non vaksin.
Studi awal vaksin pneumokokus mendatang terkonjugasi menunjukkan efek
yang lebih besar terhadap AOM . Mereka mengandung lebih banyak serotipe
pneumokokus dan beberapa konjugasi operator seperti protein D dari H
influenzae dan , dengan demikian , yang berkhasiat dalam mencegah AOM dari
pneumococci dan nontypeable H influenza

MEMAHAMI DAN MENJELASKAN MENJAGA KEBERSIHAN TELINGA MENURUT ISLAM


Ketahuilah mata kita, Allah ciptakan untuk dapat melihat kebenaran.
Telinga kita, Allah ciptakan untuk dapat mendengarkan kebenaran. Dan akal kita, Allah
ciptakan untuk memikirkan dan memahami penjelasan dari apa yang kita lihat
maupun kita dengar.
Apabila seseorang melihat kebenaran dengan matanya, mendengar kebenaran
dengan telinganya, kemudian ia tahu dan paham (dengan menggunakan akalnya)
bahwa hal tersebut adalah kebenaran, akan tetapi hatinya malah mendustakan. Maka
pantas kita sebut orang ini buta, tuli dan bodoh. Sekalipun matanya, telinganya dan
28

KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)


akalnya berfungsi tapi karena hatinya tidak membenarkan apa yang dipersaksikan
mata, telinga dan akalnya, maka sia-sialah fungsi dari ketiga hal tersebut.
Oleh karenanya, orang yang demikian lebih jelek dari pada binatang ternak.
Benar, binatang ternak punya mata, telinga, akal (yang sangat terbatas). Maka tidak
salah jika perbuatan mereka tidak dikontrol. Tapi manusia? mereka memiliki akal yang
sempurna
untuk
memikirkan,
hati
untuk
memutuskan,
mengapa
tidak
mempergunakannya?! benarlah firmannya:



Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka* itu mendengar atau
memahami. mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka
lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu). (al-furqaan: 44)
*yaitu orang kafir secara khusus dan orang sesat secara umum, Mengapa?
Allah berfirman:

Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
(kebenaran)


Dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat
(kebenaran, dan tanda-tanda kekuasaan allah lainnya),:

Dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan
(kebenaran).



Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka itulah
orang-orang yang lalai. (al-araaf: 179)
dalam ayat lain allah berfirman:


Dan kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati;
tetapi pendengaran, penglihatan dan hati mereka itu tidak berguna sedikit juapun bagi
mereka, karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat allah dan mereka telah diliputi
oleh siksa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokkannya. (al-ahqaf: 26)
Allah berfirman:




Dan allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur. (an-nahl: 78)
Allah berfirman:





Kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-nya dan
dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit
sekali bersyukur. (as sajdah: 9)
Allah berfirman:





katakanlah: Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati. (tetapi) amat sedikit kamu bersyukur. (al-mulk: 23)

29

KEYKO SEPTIYANTI WIDODO (1102010143)


Janganlah gunakan matamu dalam hal-hal yang baathil (seperti melihat aurat,
membaca buku yang penuh dengan kesesatan, kekufuran dan kebidahan), sehingga
menghalangimu untuk melihat kebenaran yang sedemikian terangnya.
Jangan gunakan juga telingamu dalam hal-hal yang baathil (seperti
mendengarkan ghibah, mendengarkan musik, mendengarkan ceramah-ceramah
kesesatan, kekufuran, kesyirikan maupun kebidahan). Sehingga menghalangimu
untuk mendengarkan kebenaran yang sedemikian jelasnya.
Jangan gunakan akalmu dalam perkara yang baathil, yang mana justru akan
menjadikannya tidak berfungsi lagi. Akan tetapi gunakanlah akalmu untuk memikirkan
dan memahami kebenaran. Janganlah engkau melebihkan akal dari kapasitasnya yaitu
mendahulukannya daripada syariat, sehingga engkau menjadikan akal sebagai hakim,
sehingga engkau lebih merasa puas dengan ketetapan akalmu, daripada ketetapan
allah dan rasulnya
Jangan pula jadikan hawa nafsumu menguasai hatimu, sehingga menjadikan
hatimu menolak kebenaran yang telah jelas bagimu, hingga menyebabkan dirimu pun
binasa. Beruntunglah mereka yang mempergunakan akal, telinga, mata dan hati
mereka.

30

Anda mungkin juga menyukai