Logika Matematika
Logika Matematika
Logika Matematika
Logika Matematika adalah cabang dari ilmu matematika yang mempelajari pernyataan,
pernyataan majemuk dan nilai kebenarannya berdasarkan aturan-aturan dasar dalam
logika matematika untuk penarikan suatu kesimpulan.
WARNING !
Kebenaran logika matematika berdasarkan aturan dasar yang berlaku dalam
matematika Jangan meninjau dari nilai kebenaran lainnya.
Dalam belajar Logika matematika berlainan dengan belajar kalimat dalam
Bahasa Indonesia atau bahasa lainnya.
Kalimat :
1. Pernyataan (Proposisi)
2. Pertanyaan (Terbuka)
3. Perintah
4. Permintaan
Jika p adalah pernyataan bernilai Benar maka Ingkaran p ditulis ~ p bernilai Salah, dan
sebaliknya.
Untuk membuat Ingkaran suatu pernyataan kita menggunakan kata : tidak benar p atau
bukan p atau dengan kata bukan, tidak, dll, pada pernyataan yg sesuai.
INGKARAN PERNYATAAN BERKUANTOR.
Jenis Kuantor :
1. Kuantor Universal ( Umum )
Menggunakan kata : Semua,
Untuk setiap, seluruhnya dll.
Catatan:
Ingkaran dari pernyataan berkuantor Universal menjadi pernyataan berkuantor
Eksistensial dan sebaliknya.
Disjungsi dua pernyataan p dan q adalah pernyataan majemuk yang dihubungkan dengan
kata hubung logika atau ditulis p ∨q dibaca p atau q
Misalkan ada 2 pernyataan p dan q, untuk menunjukkan atau membuktikan bahwa jika p
bernilai benar akan menjadikan q bernilai benar juga, diletakkan kata “JIKA” sebelum
pernyataan pertama lalu diletakkan kata “MAKA” sebelum pernyataan kedua sehingga
didapatkan suatu pernyataan majemuk yang disebut dengan
“IMPLIKASI/PERNYATAAN BERSYARAT/KONDISIONAL/ HYPOTHETICAL
dengan notasi “ ”.
⇒
Bi-Implikasi
Biimplikasi atau bikondosional adalah pernyataan majemuk dari dua pernyataan p dan q
yang dinyatakan dengan notasi “p ⇔ q” sehingga dapat dibaca “ p jika dan hanya jika q”
atau “p bila dan hanya bila q”.
Tabel Kebenaran
DEFINISI :
Misalkan p dan q adalah Proposisi.
(a) Konjungsi p q bernilai
benar jika p dan q keduanya benar, selain itu nilainya salah
(b) Disjungsi p q bernilai salah jika p dan q keduanya salah, selain itu nilainya benar
(c) Negasi p, yaitu ~p, bernilai benar jika p salah, sebaliknya bernilai salah jika p benar.
Jika p, q, dan r adalah proposisi. Bentuklah tabel kebenaran dari ekspresi logika
(p q) (~q r).
DEFINISI :
Misalkan p dan q adalah Proposisi.
(d) Implikasi p ⇒ q bernilai
salah jika p benar dan q salah, selain itu nilainya benar
(e) Bi-Implikasi p ⇔ q bernilai salah jika p dan q nilai kebenarannya berbeda, selain
itu nilainya benar
DEFINISI :
Sebuah proposisi majemuk disebut tautologi jika ia benar untuk semua kasus,
sebaliknya disebut kontradiksi jika ia salah untuk semua kasus.
Contoh :
1. p ~(p q).
2. (p q) ~(p q)
Untuk mengecek apakah suatu argumen merupakan kalimat yang valid, dapat dilakukan
langkah – langkah sebagai berikut :
Contoh :
Tentukan apakah argumen ini valid / invalid
a. p v ( q v r )
~r
----------------
pvq
1 T T T T T F T
2 T T F T T T T
3 T F T T T F T
4 T F F F T T T
5 F T T T T F T
6 F T F T T T T
7 F F T T T F F
8 F F F F F T F
b. p → ( q v ~ r )
q→(p^r)
------------------
p→r
Baris
P Q r ~ r qv~r P^r p→(qv~r) q→(p^q) P→r
ke
1 T T T F T T T T T
2 T T F T T F T F F
3 T F T F F T F T T
4 T F F T T F T T F
5 F T T F T F T F T
6 F T F T T F T F T
7 F F T F F F T T T
8 F F F T T F T T T
Tabel Kebenaran
DEFINISI :
Dua buah proposisi majemuk, P(p, q, ..) dan Q(p, q, ..) disebut ekivalen
secara logika, di lambangkan dengan
P(p, q, …) Q(p, q, …) jika keduanya mempunyai tabel kebenaran yang
identik.
dan
Tabel Kebenaran
DEFINISI :
Misalkan p dan q adalah proposisi. Exclusive or p dan q, dinyatakan dengan notasi
p ⊕ q, adalah proposisi yang bernilai benar bila hanya salah satu dari p dan q benar,
selain itu nilainya salah.
1. Modus Ponens:
p → q (premis 1 = benar)
p (premis 2 = benar)
∴ (konklusi benar)
q
Contoh:
2. Modus Tollens:
p → q (premis 1 = benar)
~q (premis 2 = benar)
∴ ~p (konklusi benar)
Contoh:
3. Silogisme Hipotesis:
p → q (premis 1 = benar)
q → r (premis 2 = benar)
∴ p → r (konklusi benar)
Contoh:
4. Penambahan Disjungsi
p q
------- -------
pvq pvq
5. Penyederhanaan Kojungsi
p^q p^q
------ ------
p q
6. Silogisme Disjungtif
pvq pvq
~p ~q
------- -------
q p
7. Dilema
pvq
p→r
q→r
---------
r
Pada suatu hari, anda hendak pergi ke kampus dan baru sadar bahwa anda tidak memakai
kacamata. Setelah mengingat-ingat, ada beberapa fakta yang anda pastikan
kebenarannya:
a. Jika kacamata ada di meja dapur, maka aku pasti sudah melihatnya ketika sarapan
pagi
b. Aku membaca koran di ruang tamu atau aku membacanya di dapur
c. Jika aku membaca koran di ruang tamu, maka pastilah kacamata kuletakkan di
meja tamu
d. Aku tidak melihat kacamataku pada waktu sarapan pagi
e. Jika aku membaca buku di ranjang, maka kacamata kuletakkan di meja samping
ranjang
f. Jika aku membaca korang di dapur, maka kacamataku ada di meja dapur
Berdasarkan fakta-fakta tersebut, tentukan di mana letak kacamata tersebut !
Penyelesaian :
Dengan simbol – simbol tersebut maka fakta – fakta di atas dapat di tulis sebagai berikut :
p→q
rvs
r→t
~q
u→w
s→p
1. p → q fakta (a)
~q fakta (d)
--------
~p dengan Modus Tollen
2. s → p fakta (f)
~p kesimpulan dari 1
---------
~s dengan Modus Tollen
3. r v sfakta (b)
~s kesimpulan 2
---------
r dengan Silogisme Disjungtif
4. r → t fakta (c)
r kesimpulan 3
---------
t dengan Modus Ponen
DEFINISI:
Apabila “p ⇒ q’Sebuah implikasi maka:
a. p ⇒ q =(~q ⇒ ~p)
b. (q ⇒ p) =(~p ⇒ ~q)
Teori Himpunan
Subset(bagian)
ACB . A C B
C={x/x E bilangan bulat}
C={...,-2,-1,0,1,2,3,...}
BCC
Himpunan Kosong
“ atau { }”
A ^ B ={ } atau A ^ B =
{ } Salah
A U B = { a,b,c,d,e,f,1,2,3,....}
B U C = C ={...,-2,-1,0,1,2,3,...}
B C ( B U C)
C C ( B U C)
Irisan ( n) (harus anggota yang sama)
A n B ={}
B n C =B = {1,2,3,...}
(BnC)< B
(BnC)Cc
Relesi biner
A X B = { (a,1),(b,1),(a,2),(b,2),(a,3),(b,3)}
Biner
1. refleksif
2. simetris
3. transitif
4. anti simetris
1) Refleksif
Definisi:
Misal R adalah relasi pada A (relasi dari A ke A) R dikatakan Refleksif jika untuk setiap
x E A,maka(x,x)E A
Contoh: Diketahui a={-3,-2,-1,0,,,,1,2,3}
Sebuah relasi R didefinisikan sbb:
R={(x,y)/x,y E A,x y>0}
Periksa apakah R refleksif atau tidak
Jawab:
R={(-3,-3),(-2,-2),(-1,,-1),(1,1),(2,2),(3,3)
R tidak refleksif karena OEA,tetapi(0,0)bukan anggota R
Contoh: B={1,2,3,4}
R={(x,y)/x,y E A,x y>0}
R={(1,1),(2,2),(3,3),(4,4)}
R refleksif
2) Simetris
Definisi: x R y A yRx
Contoh:A={-2,-1,0,1,2,}
R={(x,y) / x,y E A,x,y>0}
R={(-2,-1),(-2,-2),(-1,-1),(1,1),(2,2),(-1,-2),(1,2),(2,1)}
R simetris
3) Transitif
Definisi: x R y, y R z xRz
Contoh: A = {-1,0,1}
R ={(x,y)/x,y E A,x > y}
R ={(-1,-1),(0,0),(1,1),(0,-1),(1,0),(1,-1)}
0R1
yRz 0 R -1
-1 R -1
A={1,2,3,4}
R={(1,1),(1,2),(2,1),(2,2),(3,3),(3,4),(4,3),(4,4)}
2R1 2R1
1R2
4R3 4R3
3R3
4) Anti Simetris
Definisi : x R y & y R x,maka x=y
Contoh: A = {-2,-1,0,1,2}
R = { (x,y)/x,y E A,y=/x/}
R = {(-2,2),(-1,1),(0,0),(1,1),(2,2)}
Definisi: Himpunan P dengan relasi R pada P,dinamakan poset jika R memenuhi sifat
refleksif,anti simetris,dan transitf.
Contoh :
A={0,1,2,….} dan relasi < lebih kecil atau sama dengan 1 adalah sebuah relasi pada
A,tentukan apakah himpunan A dengan relasi < atau ( A, < ) poset atau bukan.
R= {(0,0),(1,1),(2,2)…,(0,1),(2,3),(4,10)…}
# Contoh #
1. Misal x ={2,3,6,12,24,36}relasi < didefinisikan sebagai x < y jika x membagi y
(x,y E x),gambarlah diagram Hasse untuk (x <)
2. Misalkan A adalah sebuah himpunan hingga & P(A) adalah himpunan kuasa nya
misalkan < merupakan relasi inklusi pada elemen – elemen dari P(A),<),jika
a) A ={a} b) A ={a,b} c) A ={a,b,c}
catatan: misal a,b E p,a < b,a F b dan tak ada anggota lain C sedemikian hingga a < b <
c,maka relasi a < b dinyatakan dengan rantai langsung dengan posisi b diatas a
Ob
Oa
1) Diagram hasse
36 24
12
2 3
2) O =himpunan kosong adalh bagian dari seluruh himpunan
a) A = {a}
O &a
Ab
a b
abc
bc ab ac
b c a
O
AJABAR BOOLE
1. DEFINISI DASAR
Himpunan dan proposisi mempunyai suatu sifat yang serupa yaitu:memenuhi hukum
identitas.hukum ini di gunakan untuk mendefinisikan suatu struktur matematika abstrak yang
disebut ALJABAR BOOLE.Nama tersebut di ambil dari nama seorang matematikawan bernama
GEORGE BOOLE(1813-1864).
Misalkan B adalah himpunan yang tidak kosong dengan operasi binar + dan *, operasi unar ‘dan
2 buah elemen yang berbeda 0 serta 1. Maka himpunan B tersebut dikatakan ALJABAR BOOLE
jika memenuhi aksioma di bawah ini,dengan a,b,c adalah sebarang elemen B.
[B1] Hukum komutatif ;
(1a) a+b = b+a (1b)a*b =b*a
[B2] Hukum Distributif;
(2a) a+(b*c) = (a+b) * (a+c) (2b)a*(b+c) = (a*b) + (a*c)
[B3] Hukum Identitas ;
(3a) a+0 = a (3b) a*1 = a
[B4] Hukum Komplemen ;
(4a) a+a’ = 1 (4b) a*a’ = 0
Contoh:
A+b*c berarti a+ (b*c) dan bukan (a+b)*c
A*b’berarti a*(b)’ dan bukan (a*b)’
Jelas jika a+b*c ditulis a+bc maka mwmpunyai arti yang jelas walaupun tidak diberi tanda kurung.
Contoh (6.1):
a.Misal B adalah himpunan dengan 2 buah elemen (0,1) dengan operasi binar + dan *,yang
didefinisikan sebagai berikut :
Dan operasi unar’ didefinisikan dengan 0’ = 1 dan 1 =0 B adalah suatu ALJABAR BOOLE.
b.Misal c adalah koleksi himpunan dengan operasi gabungan,irisan,dan komplemen.
c.Misal D70 = (1,2,5,7,10,14,35,70),himpunan pembagai dari 70.
Definisikan +, * dan ‘ pada D70 dengan a+b = Lem(a,b),*b = ged(a,b).
a’ = 70/a.Maka D70 adalah suatu ALJABAR BOOLE dengan 1 adalah elemen nol dan 70 adalah
elemen kesatuan.Disini 1 cm adalah lowest common multiple (kelipatan persekutuan terkecil)dan
ged adalah greated common divisor (pembagi persekutuan terbesar ).Misal c adalah
subhimpunan yang tidak kosong dari ALJABAR BOOLE B.C disebut suatu ALJABAR BOOLE
dari B jika C itu sendidri adalah aljabar boole (dengan operasi sesuai dengan B). Kita dapat
menyatakan :C adalah subaljabar jika dan hanya jika C tertutup atas 3 operasi pada B yaitu +, *
dan
Contoh :
(1,2,35,70) adalah subaljabar dari D70 pada contoh 5.1(C).
Dua buah Aljabar Boole B dan B ‘ dikatakan isimorfis jika terdapat fungsi berkorespondensi satu-
satu, f:B -> B’ untuk ke 3 operasi +,*dan jadi terpenuhi.F(a+b) = f(a) + f(b),f(a*b) = f(a) * f(b) dan
f(a) = f(a) untuk sebarang elemen a, b dalam B.
2. DUALITAS
Karena pentingnya prinsip dari dualitas dalam B tersebut dinyatakan dalam teorema sebagai
berikut :
Teorema
Misal a sebarang elemen dari suatu Aljabar Boolean
(i) Keunikan dari komplemen
(a’)’=
Menurut teorema 6.2. dan aksioma [B] setiap aljabar boolean B memenuhi hukum
Assosiatif,komutatif,dan absorpsi.
DEFINISI ALTERNATIF :
Suatu aljabar boolean B adalah Lattce yang terbatas distributuf dan berkomplemen.
Teorema
Keadaan berikut ini adalah ekivalen dalam suatu aljabar boolean :
(1) a+b = b, (2) a*b = a, (3) a’+b = 1, (4) a*’ = 0
Jadi dalam suatu aljabar boolean,kita dapat menulis a < = b apabila ke 4 syarat diatas
dipenuhi.
Contoh
a. Misal suatu Aljabar Boole dari himpunan –himpunan .Himpunan A mendahului himpunan
B jika A < B.
TEOREMA
Akan kita bahas tentang bentuk normal disfunctive dari sebuah contoh teori himpunan.
Jelas bahwa ke 3 himpunan tersebut membagi bujur sangkar (himpunan semesta)menjadi 8
himpunan yang dapat dinyatakan sebagai berikut:
Ada beberapa cara untuk menyajikan pernyataan boole E yang sama.E mungkin merupakan
rangkaian
Aklar yang dapat digambarkan dalam beberapa bentuk yang minimal.di sini kita akan definisikan
dan selidiki minimal dnf untuk E.
Contoh :
PETA KARNAUGH
Peta karnaugh adalah metode untuk menentukan prime Implikan dan minimal dnf untuk
pernyataan Boole yaang mengandung paling banyak 6 variabel.
Contoh :
Xyz’ + xyz ‘ =xz’ (y + y’) = xz’ (1) = xz’
x.yzt + x’yzt = x’yz (z+ z’) = x’yz (1) = x’yt.
Bujur sangkar yang adjaccent pada silinder akan mempunyai sisi yang sama sebagai
mana biasanya,pernyataan Boolean E (x,y,z)dalam full dnf dinyatakan pada peta
karnaugh dengan tanda pada Bujur Sangkar yang sesuai.
y Y y y'
y
x'y'
Misal :
Pernyataan Boolean E = E (x,y,z) dinyatakan dengan peta karnaugh.Prime IMplikan dari
E merupakan masimum banyaknya dasar persegi panjang dari E sehingga tidak dikandung
dalam dasar persegi panjang yang lebih besar.minimal dnf untuk E terdiri dari minimal penutup
dari E,yaitu minimal banyaknya maximal dasar persegi panjang yang meliputi semua dasar
persegi panjang dari E.
Contoh :
1. Misal E1 = xyz + xyz’ +x’yz’ + x’y’z
2. Misal E2 = xyz + xyz ‘+ xy’z+ x’yz +x’y’z
3. Misal E3 = xyz +xyz’ + x’y’z’ + x’yz’ +x’y’z
VARIABEL X,Y,Z,T
Dasar persegi panjang adalah sebuah bujur sangkar ,2buah bujur sangkar yang adjacent, 4 bujur
sangkar yang terbentuk dari bujur sangkar 2 x 4, di maja dikorespondensikan dengan perkalian
dasar masing-masing dengan 4, 3, 2,dan 1 literal.Maksimim banyaknya bujur sangkar dasar
adalah prime implikan untuk menentukan minimum dnf untuk pernyataan Boolean E(x, y, z,
t)sama dengan sebelumnya.
Contoh :
Misal 3 pernyataan Boolean E1, E2, E3 dengan variable x, y, z, t
1. Dasar persegi panjang 2 x 2 dinyatakan dengan y’ z karena y’ dan z muncul 4 bujur
sangkar. Pasangan hori zontal dari bujur sangkar yang adjacent dinyatakan dengan xyz’
dan bujur sangkar yang melewati edge atas dan bawah dinyatakan dengan yz’t’. Jadi E 1
= y’z + xyz’ + yz’t adalah minimal dnf untuk E1.
Hanya y’ muncul dalam 8 bujur sangkar 2 x 4 dan dinyatakan oleh pasangan dari bujur
sangkar yang adjacent adalah xzt’.Jadi E2=y’ + xzt’ adalah minumal dnf untuk E2.
2. Ke 4 sudut bujur sangkar membentuk dasar persegi panjang 2 x 2 yang dinyatakan
dengan yt,karena hanya y dan t muncul dalam 4 Bujur sangkar tersebut. Dasar persegi
panjang 4 x1 menyatakan x’y’ dan 2 bujur sangkar adjacent menyatakan y’zt’.
Jadi E3 = yt + y’y’ + y’zt’ adalah minimal dnf untuk E
Disusun Oleh :