Widya Hapsari - Tugas Besar Bangunan Air
Widya Hapsari - Tugas Besar Bangunan Air
Widya Hapsari - Tugas Besar Bangunan Air
Dosen :
Dr. Ir. Sri Legowo Wignyo Darsono
Asisten :
Rahmat Aditya E. 15011028
Khilda Husain Al Anamy 15011076
Resky Aranda 15011098
Disusun oleh :
Widya Hapsari
15012101
Disusun Oleh :
Widya Hapsari
15012101
Asisten
Asisten
Resky Aranda
NIM : 15011098
Mengetahui,
Dosen
2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha
Esa karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan tugas besar ini
dengan sebaik-baiknya. Laporan tugas besar SI-4231 Bangunan Air ini dibuat sebagai
syarat kelulusan mata kuliah SI-4231 Bangunan Air, Program Studi Teknik Sipil, Fakultas
Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung. Laporan tugas besar ini
merupakan laporan yang berisi proses dan hasil aplikasi dari mata kuliah SI-4231
Bangunan Air yang telah dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015
oleh mahasiswa Program Studi Teknik Sipil angkatan 2012.
Proses penyelesaian laporan tugas besar ini tidak terlepas dari berbagai kendala.
Kesibukan penulis dalam berbagai kegiatan akademik dan non-akademik merupakan
salah satu kendala yang utama. Akan tetapi, dengan semangat dan selalu memberikan
usaha yang terbaik, penulis dapat mengatasi berbagai kendala-kendala tersebut.
Penyelesaian laporan tugas besar ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang
senantiasa membantu, mendukung, serta memberikan kritik dan saran kepada penulis
dalam berbagai bentuk. Sehingga, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orangtua yang selalu mendoakan serta memberikan dukungannya dalam
proses penyelesaian laporan tugas besar ini.
2. Dosen mata kuliah SI-4231 Bangunan Air, yaitu Bapak Dr. Ir. Sri Legowo
Wignyo Darsono, M.Sc. dan Prof. Ir. Indratmo Sukarno, M.Sc., Ph.D. yang
telah memberikan bantuan kepada penulis dalam pembuatan laporan
tugas besar ini.
3. Asisten tugas besar mata kuliah SI-4231 Bangunan Air.
4. Teman-teman penulis yang selalu memberi bantuan dan semangat
kepada penulis selama proses pembuatan laporan tugas besar ini.
Penulis menyadari bahwa laporan tugas besar ini masih belum sempurna, baik dari
segi isi dan metode penulisan. Oleh karena itu, penulis tetap mengharapkan kritik dan
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
2015
saran dari pembaca sekalian apabila memang masih terdapat kesalahan dalam
penulisan laporan tugas besar SI-4231 Bangunan Air ini. Terakhir, penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pembaca dan semoga laporan tugas besar
ini bermanfaat.
Bandung, April 2015
Penulis
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
ii
2015
DAFTAR ISI
1.2
Tujuan .................................................................................................................... 1
1.3
1.4
1.5
BAB II................................................................................................................................. 5
ANALISIS DATA.................................................................................................................. 5
2.1
3.2
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
iii
2015
BAB IV ............................................................................................................................. 66
ANALISIS PERHITUNGAN BENDUNG ............................................................................... 66
4.1
4.2
4.2.1
4.2.2
iv
2015
Kesimpulan .......................................................................................................... 98
5.2
Saran .................................................................................................................... 99
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
2015
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Data Hujan Stasiun Pengukuran Nambo (9) ................................................................. 5
Tabel 2. 2 Data Hujan Stasiun Pengukuran Bantarkawung (26) ................................................... 6
Tabel 2. 3 Data Hujan Stasiun PengukuranSokogelap (32) ........................................................... 6
Tabel 2. 4 Data Curah Hujan Stasiun Nambo yang Telah Dilengkapi............................................ 8
Tabel 2. 5 Data Curah Hujan Stasiun Bantarkawungyang Telah Dilengkapi ................................. 9
Tabel 2. 6 Data Curah Hujan Stasiun Sokogelep yang Telah Dilengkapi ....................................... 9
Tabel 2. 7 Curah Hujan Rerata dengan Metode Aritmatika........................................................ 13
Tabel 2. 8 Hasil Pengecekan Error pada Metode Aritmatika ...................................................... 13
Tabel 2. 9 Curah Hujan Rerata dengan Metode Thiessen .......................................................... 14
Tabel 2. 10 Hasil Pengecekan Error pada Metode Poligon Thiessen .......................................... 14
Tabel 2. 11 Curah Hujan Maksimum ........................................................................................... 16
Tabel 2. 12 Perhitungan RT dengan Metode Gumbel................................................................. 18
Tabel 2. 13 Perhitungan RT dengan Metode Log Pearson III ...................................................... 21
Tabel 2. 14 Perhitungan Galat (koreksi)...................................................................................... 23
Tabel 2. 15 Tabel t vs Q ............................................................................................................... 29
Tabel 2. 16 Tabel t vs Q dengan Selang Waktu 1 Jam ................................................................. 31
Tabel 2. 17 Tabel Perhitungan Debit untuk Periode Ulang 100 Tahun....................................... 33
vi
2015
2015
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
viii
2015
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Sungai Ciujung .......................................................................................................... 3
Gambar 1. 2 Lokasi Bendung ........................................................................................................ 3
37
Gambar 3. 2 Grafik C0
44
45
Gambar 3. 4 Grafik C1
45
Gambar 3. 5 Grafik C2
46
52
53
57
58
59
60
ix
2015
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh seluruh makhluk hidup.
Tanaman menggunakan air untuk bertahan hidup, seperti halnya manusia. Indonesia memiliki
tanah yang subur serta iklim yang mempunyai pola basah-kering menjadikannya sangat tepat
untuk ditanami berbagai jenis tanaman pangan. Diperlukan lahan khusus seperti persawahan
agar tanaman-tanaman pangan tersebut dapat tumbuh dengan baik. Maka diperlukan suatu
bentuk rekayasa yang baik sehingga seperti apapun lahan yang tersedia, produksi pangan tetap
dapat dilakukan dengan kualitas yang tinggi.
Irigasi adalah faktor yang sangat menentukan dalam merekayasa lahan pertanian. Pada
mulanya kegiatan irigasi hanya sebatas mengairi lahan dengan air saja tanpa mempedulikan
berapa air yang sebenarnya dibutuhkan oleh lahan dan tanaman. Oleh karena itu, dibutuhkan
sistem pengaturan air irigasi yang baik dan tepat guna. Dalam perencanaan sistem pengaturan
air irigasi dibutuhkan perencanaan struktur bangunan air. Bangunan yang akan dirancang dalam
laporan ini adalah bendung. Bangunan tersebut berfungsi untuk meninggikan muka air agar
dapat mengalirkan air menuju jaringan saluran irigasi agar dapat dipakai guna keperluan irigasi,
kebutuhan air minum dan pembangkit listrik tenaga air.
1.2
Tujuan
Perencanaan bangunan air memiliki beberapa tujuan yaitu:
1. Mendesain konstruksi bendung beserta bangunan pendukungnya pada wilayah aliran
Sungai Ciujung, Kabupaten Serang, Banten.
2. Menganalisis stabilitas bendung untuk proses perencanaan bangunan air.
3. Menggambar rencana bendung beserta bangunan pendukungnya untuk merancang
suatu bangunan air di suatu daerah.
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
2015
1.3
Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang digunakan dalam pembahasan laporan ini adalah Konsep Bangunan
1.4
Lokasi Studi
Perencanaan bangunan air dikhususkan untuk mengalirkan air dari Sungai Ciujung.
Daerah tempat perencanaan sistem irigasi yang dilakukan dalam pengerjaan tugas ini adalah di
DAS Sungai Ciujung. Sungai Ciujung terletak di daerah Serang, Banten. Sungai Ciujung merupakan
sungai terbesar di Provinsi Banten, melewati 2 kabupaten yaitu Kabupaten Lebak dan Kabupaten
Serang. Luas Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Ciujung 1850 km2 terdiri dari tiga anak sungai
utama yaitu Sungai Cisimeut luas Sub DAS 458 km2, Sungai Ciberang luas Sub DAS 304 km2, Sungai
Ciujung Hulu luas Sub DAS 594 km2 dan anak sungai lainnya yang lebih kecil berada disebelah hilir
kota Rangkasbitung yaitu Sungai Cikambuy, Sungai Cisangu, Sungai Ciasem, Sungai Cibongor dan
Sungai Ciyapah. Berikut ini adalah peta dari Sungai Ciujung:
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
2015
Pada perencanaan daerah irigasi, DAS yang dimaksud bukan DAS Sungai Ciujung secara
keseluruhan, melainkan hanya DAS yang tercakupi dalam wilayah irigasi Sungai Ciujung tersebut.
Titik outlet dari DAS tersebut adalah titik lokasi dimana bendung akan dibangun. Berikut ini
adalah DAS wilayah irigasi Sungai Ciujung:
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
1.5
2015
Sistematika Penulisan
Penulisan tugas besar ini terbagi menjadi lima bab. Masing-masing bab dibagi-bagi
kembali menjadi beberapa sub-bab. Berikut ini adalah sistematika penulisan dari tugas besar SISI-4231 Bangunan Air.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, lokasi studi, dan
sistematika penulisan.
BAB II ANALISIS DATA
Bab kedua merupakan perhitungan debit bajir rencana. Bab ini mencakup pemahaman
tentang data-data hidrologi dan hidrometri yang berasal dari perencanaan sistem irigasi
Sungai Ciujung, menganalisis hidrologi, dan perhitungan debit banjir rencana dan pemilihan
debit banjir rencana.
BAB III
Bab ketiga berisi tentang perencanaan dan perhitungan konstruksi bendung. Bab ini
mencakup tentang data-data perencanaan dan perhitungan
perencanaan hidrolis
bendung.
BAB IV
Bab keempat membahas tentang perhitungan perencanaan stabilitas bendung. Bab ini
berisi tentang perhitungan gaya berat tubuh bendung, gaya gempa, gaya hidrostatis, gaya
tekanan lumpur, dan gaya angkat serta resume perhitungan stabilitas bendung dan
perhitungan kontrol stabilitas.
BAB V
Bab kelima berisi tentang kesimpulan dan saran. Bab ini berisi tentang kesimpulan dari
laporan ini dan saran dari penulis dalam menyusun laporan ini.
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
2015
BAB II
ANALISIS DATA
2.1
dari 3 stasiun pengukuran hujan. Ketiga stasiun pengukuran hujan tersebut adalah:
1. Stasiun no. 26, Bantarkawung, ketinggian 61 m
2. Stasiun no. 32, Sokogelap, ketinggian 250 m
3. Stasiun no. 9, Nambo, ketinggian 46 m
Berikut ini adalah data hujan dari keempat buah stasiun pengukuran hujan tersebut selama
10 tahun dari tahun 1974 hingga 1983:
Tabel 2. 1 Data Hujan Stasiun Pengukuran Nambo (9)
Stasiun
Nomor
Curah Hujan (mm)
Tahun
1973
1974
1975
1976
1977
1978
1979
1980
1981
1982
9
Nambo
Jan
424
262
553
456
470
618
84
147
221
Feb
143
399
277
135
485
871
778
512
1,205
Ketinggian
Mar
185
361
785
713
742
193
539
456
143
572
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
Apr
254
321
413
75
230
34
471
437
42
122
46 meter
Mei
155
183
21
18
204
620
67
267
10
Bulan
Jun
Jul
160
7
101
229
93
91
62
9
356
0
82
278
29
0
13
13
118
39
23
0
Agt
171
176
45
13
0
42
6
37
37
20
Sep
230
106
107
0
0
19
29
26
211
Okt
175
225
Nov
Des
191
437
145
20
194
121
27
65
250
171
63
106
168
40
95
378
235
622
447
436
707
320
Total
1,749
2,963
2,547
1,801
2,713
3,072
3,764
2,276
3,021
1,383
2015
26
Bantarkawung
Jan
518
191
309
417
332
338
409
654
375
570
Feb
291
376
401
605
496
344
1,039
342
619
539
Ketinggian
Mar
423
356
338
458
534
420
416
434
736
636
Apr
344
246
494
103
241
290
550
468
355
288
61 meter
Bulan
Jun
Jul
169
34
18
106
97
24
38
5
200
6
299
208
77
11
57
75
249
150
5
2
Mei
252
74
160
63
127
157
640
318
293
0
Agt
152
236
82
14
0
190
27
222
115
0
Sep
396
361
341
16
0
136
32
71
216
0
Okt
127
188
712
189
66
145
113
118
328
28
Nov
149
222
244
251
203
306
616
476
710
Des
277
447
407
146
354
369
425
713
877
156
Okt
515
698
781
298
0
980
68
350
335
0
Nov
684
777
886
624
394
499
575
1040
500
20
Des
391
425
959
556
489
636
594
1105
506
415
Total
3,132
2,821
3,609
2,305
2,559
3,202
4,355
3,948
5,023
2,224
Stasiun
Nomor
Curah Hujan (mm)
Tahun
1973
1974
1975
1976
1977
1978
1979
1980
1981
1982
Jan
614
322
748
680
892
489
854
1016
635
1372
Feb
499
263
396
491
467
401
752
943
471
966
Ketinggian
Mar
474
356
639
722
506
893
762
884
597
1333
Apr
641
558
438
722
578
665
753
902
586
1186
250 meter
Mei
581
331
571
2
16
1063
891
71
327
68
Bulan
Jun
Jul
457
80
36
49
12
0
0
0
262
0
831
877
421
17
16
0
185
93
0
Agt
117
162
0
0
0
330
154
21
71
0
Sep
249
107
366
0
0
561
56
0
122
0
Total
5,302
4,084
5,796
4,095
3,604
8,225
5,897
6,348
4,428
5,360
( 1 2 + 1 3 + )
2
3
1 =
Dimana,
R1
2 ,
1 ,
3 ,
R2, R3, Rn
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
2015
Contoh perhitungan data hujan yang hilang pada tahun 1980 di Nambo pada bulan
Januari sebagai berikut.
( 1 2 + 1 3 + )
2
3
1 =
R1
1 ,
2 ,
3
Sokogelep
R2, R3,
= Jumlah stasiun, 2
Contoh Perhitungan
Menentukan data yang hilang dengan Metode Reciprocal pada Stasiun Nambo bulan
Mei tahun 1973.
Rumus:
1
1
1
(
Ra +
Rb +
Rc)
2
2
(da)
(db)
(dc)2
Rx =
1
1
1
+
+
2
2
(da)
(db)
(dc)2
Jawab:
Berdasarkan skala yang diperoleh, diperoleh jarak masing-masing stasiun, yaitu:
skala kuadrat
skala
4.58
2.14
Stasiun
26-32
32-9
26-9
Jarak Antarstasiun
2.4107
3.3628
4.7703
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
km2
km
Jarak Asli
5.16
7.20
10.21
Satuan
km
km
km
2015
Nilai skala diperoleh dengan cara mengukur luas area peta dengan AutoCAD 2013.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memasukkan file gambar peta dari WMS 8.1 ke
dalam AutoCAD 2013. Setelah itu dengan menggunakan tools line, buat jiplakan yang sesuai
dengan gambar peta tersebut. Hitung luas area dengan tools measure. Setelah didapat nilai luas
area, kalikan dengan luas asli DAS sehingga didapatkan skala kuadrat. Akarkan nilai tersebut
untuk menentukan nilai skala.
= = 2,4107 2,14 = 7,20
1
1
1
1
(
Ra +
Rb) (
252 +
581)
2
2
2
(da)
(db)
(10,21)
(7,20)2
Rx =
=
= 472
1
1
1
1
+
+
(da)2 (db)2
(10,21)2 (7,20)2
Maka hasil perhitungan data hujan yang hilang pada tabel berikut:
Stasiun
Nomor
Curah Hujan (mm)
Tahun
1973
1974
1975
1976
1977
1978
1979
1980
1981
1982
9
Nambo
Jan
424
262
553
593
456
470
618
84
147
221
Feb
143
399
277
135
485
871
778
512
1,205
824
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
Ketinggian
Mar
185
361
785
713
742
193
539
456
143
572
Apr
254
321
413
75
230
34
471
437
42
122
46 meter
Mei
472
155
183
21
18
204
620
67
267
10
Bulan
Jun
Jul
160
7
101
229
93
91
62
9
356
0
82
278
29
0
13
13
118
39
23
0
Agt
171
176
45
13
0
42
6
37
37
20
Sep
230
106
107
0
0
19
29
26
211
0
Okt
175
225
758
145
20
194
121
27
65
9
Nov
506
191
673
250
171
63
106
168
40
95
Des
353
437
776
378
235
622
447
436
707
320
2015
Stasiun
Nomor
Curah Hujan (mm)
Tahun
1973
1974
1975
1976
1977
1978
1979
1980
1981
1982
26
Bantarkawung
Jan
518
191
309
417
332
338
409
654
375
570
Feb
291
376
401
605
496
344
1,039
342
619
539
Ketinggian
Mar
423
356
338
458
534
420
416
434
736
636
Apr
344
246
494
103
241
290
550
468
355
288
61 meter
Mei
252
74
160
63
127
157
640
318
293
0
Bulan
Jun
Jul
169
34
18
106
97
24
38
5
200
6
299
208
77
11
57
75
249
150
5
2
Agt
152
236
82
14
0
190
27
222
115
0
Sep
396
361
341
16
0
136
32
71
216
0
Okt
127
188
712
189
66
145
113
118
328
28
Nov
149
222
244
251
203
306
616
476
710
35
Des
277
447
407
146
354
369
425
713
877
156
Okt
515
698
781
298
0
980
68
350
335
0
Nov
684
777
886
624
394
499
575
1040
500
20
Des
391
425
959
556
489
636
594
1105
506
415
Stasiun
Nomor
Curah Hujan (mm)
Tahun
1973
1974
1975
1976
1977
1978
1979
1980
1981
1982
32
Sokogelap
Jan
614
322
748
680
892
489
854
1016
635
1372
Feb
499
263
396
491
467
401
752
943
471
966
Ketinggian
Mar
474
356
639
722
506
893
762
884
597
1333
Apr
641
558
438
722
578
665
753
902
586
1186
250 meter
Mei
581
331
571
2
16
1063
891
71
327
68
Bulan
Jun
Jul
457
80
36
49
12
0
0
0
262
0
831
877
421
17
16
0
185
93
11
0
Agt
117
162
0
0
0
330
154
21
71
0
Sep
249
107
366
0
0
561
56
0
122
0
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
2015
2.2
Analisa Hidrologi
2.2.1 Hujan Rata-Rata Wilayah
a. Metode Aritmatika
Metode perhitungan rata-rata Aritmatik (arithmatic mean) adalah cara yang paling
sederhana. Metode ini bisanya digunakan untuk daerah yang datar, dengan jumlah pos curah
hujan yang cukup banyak dan dengan anggapan bahwa curah hujan di daerah tersebut
cenderung bersifat seragam (uniform distribution). Curah hujan daerah metode rata-rata aljabar
dihitung dengan persamaan berikut.
1 + 2 + 3 + +
=
=
=1
Dimana,
d
d1dn
b. Metode Thiessen
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
10
2015
Metode ini dilakukan dengan menganggap bahwa setiap stasiun hujan dalam suatu
daerah mempunyai luas pengaruh tertentu dan luas tersebut merupakan faktor koreksi bagi
hujan stasiun menjadi hujan daerah yang bersangkutan. Caranya adalah dengan memplot letak
stasiun-stasiun curah hujan ke dalam gambar DAS yang bersangkutan. Kemudian dibuat garis
penghubung di antara masing-masing stasiun dan ditarik garis sumbu tegak lurus.
Cara ini merupakan cara terbaik dan paling banyak digunakan walau masih memiliki
kekurangan karena tidak memasukkan pengaruh topografi. Metode ini dapat digunakan apabila
pos hujan tidak banyak. Curah hujan daerah metode poligon Thiessen dihitung dengan
persamaan berikut.
1 1 + 2 2 + 3 3 + +
=
=
1 +2 + 3 + +
=1
Dimana,
d
A1-An
d1-dn
c. Metode Isohyet
Isohyet adalah garis lengkung yang menghubungkan tempat-tempat kedudukan yang
mempunyai curah hujan yang sama. Isohyet diperoleh dengan cara menggambar kontur tinggi
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
11
2015
hujan yang sama, lalu luas area antara garis ishoyet yang berdekatan diukur dan dihitung nilai
rata-ratanya. Curah hujan daerah metode Isohyet dihitung dengan persamaan berikut.
0 + 1
+
+
1 +
1 + 1 2 2 2 + + 12
2
2
=
=
1 +2 + +
=1
Dimana,
d
A1An
= Luas daerah untuk ketinggian curah hujan Isohyet yang berdekatan (km 2)
d1dn
Perhitungan curah hujan rata-rata Sungai Ciujung menggunakan 2 metode yaitu Metode
Aritmatik dan Metode Thiessen, contoh perhitungan pada tahun 1973 pada bulan Januari sebagai
berikut.
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
12
2015
Metode Aritmatik
Tabel 2. 7 Curah Hujan Rerata dengan Metode Aritmatika
Jan
518.67
258.33
536.67
563.23
560.00
432.33
627.00
584.67
385.73
721.00
Feb
311.00
346.00
358.00
410.33
482.67
538.67
856.33
599.00
764.91
776.42
Mar
360.67
357.67
587.33
631.00
594.00
502.00
572.33
591.33
492.06
847.00
Apr
413.00
375.00
448.33
300.00
349.67
329.67
591.33
602.33
327.58
532.00
Mei
434.93
186.67
304.67
28.67
53.67
474.67
717.00
152.00
295.58
26.00
Bulan
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nov
Des
262.00 40.33 146.67 291.67 272.33 446.46 340.38
51.67 128.00 191.33 191.33 370.33 396.67 436.33
67.33 38.33 42.33 271.33 750.36 600.96 713.92
33.33
4.67
9.00
5.33 210.67 375.00 360.00
272.67 2.00
0.00
0.00
28.67 256.00 359.33
404.00 454.33 187.33 238.67 439.67 289.33 542.33
175.67 9.33
62.33 39.00 100.67 432.33 488.67
28.67 29.33 93.33 32.33 165.00 561.33 751.33
184.00 94.00 74.42 182.91 242.82 416.64 696.79
13.04
0.67
6.67
0.00
12.43 50.09 297.00
Jan
0.13
0.19
0.35
0.19
0.43
0.16
0.27
2.16
0.68
1.00
Feb
0.54
0.18
0.17
0.84
0.02
0.43
0.14
0.43
0.41
0.23
Mar
0.45
0.01
0.36
0.21
0.16
0.74
0.23
0.33
0.98
0.39
Apr
0.39
0.34
0.07
1.83
0.46
3.11
0.18
0.33
2.44
1.59
Mei
0.35
0.72
0.68
4.75
1.64
1.30
0.16
0.98
0.07
0.00
Bulan
Jun
Jul
0.54
1.81
0.93
0.75
1.73
0.00
0.00
0.00
0.21
0.00
1.60
0.77
2.31
0.00
0.83
0.00
0.28
0.60
0.74
0.00
Agt
0.14
0.15
0.00
0.00
0.00
1.30
3.76
1.85
0.47
0.00
Sep
0.23
0.69
0.67
0.00
0.00
4.30
0.29
0.00
0.26
0.00
Okt
0.72
0.70
0.03
0.29
0.00
1.28
0.25
2.01
1.09
0.00
Nov
Des
0.82
0.13
0.78
0.02
0.63
0.36
0.46
0.62
0.37
0.27
1.36
0.25
1.21
0.14
0.99
0.37
3.33
0.20
0.80
0.42
Total Galat
Rata-Rata
0.52
0.45
0.42
0.77
0.30
1.38
0.74
0.86
0.90
0.43
6.78
Contoh Perhitungan
Perhitungan curah hujan bulanan rata-rata dengan metode aritmatika pada bulan
Januari tahun 1973.
Rh =
1
1
(Ha + Hb + Hc) = (424 + 518 + 614) = 518,67
3
3
Perhitungan galat
|R R1| | 2| | 3|
+ 2 + 3
d = 1
3
|518,67 424| |518,67 518| |518,67 614|
+
+
424
614
518
=
= 0,13
3
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
13
2015
Metode Thiessen
Tabel 2. 9 Curah Hujan Rerata dengan Metode Thiessen
Jan
528.95
250.75
510.59
544.40
547.05
418.15
604.72
646.83
410.70
759.58
Feb
327.24
343.40
371.45
461.22
483.83
481.54
884.39
581.09
701.20
745.85
Mar
386.53
357.12
539.10
603.57
571.41
527.05
559.30
589.35
556.27
854.57
Apr
423.03
367.14
457.07
303.59
351.16
357.78
600.09
606.08
361.74
550.81
Mei
411.38
178.11
302.54
33.17
65.39
470.38
719.39
179.01
298.43
24.98
Bulan
Jun
Jul
263.23 43.30
42.68 114.60
67.69 31.04
30.70
4.23
255.80 2.65
428.02 447.34
181.18 10.53
33.40 35.99
198.16 105.99
11.09
0.88
Agt
144.57
197.78
46.27
9.10
0.00
203.52
64.73
113.23
82.85
4.50
Sep
309.55
218.77
296.74
7.05
0.00
251.74
39.35
37.15
183.37
0.00
Okt
267.47
366.77
745.43
215.54
33.60
435.10
99.76
175.08
271.36
14.44
Nov
408.17
400.53
555.00
375.44
259.64
315.87
487.63
595.25
489.14
43.59
Des
332.22
437.40
674.40
335.20
372.36
515.12
486.43
781.74
714.90
279.44
Jan
0.14
0.19
0.35
0.20
0.41
0.16
0.26
2.36
0.75
1.07
Feb
0.59
0.18
0.16
0.90
0.02
0.35
0.15
0.41
0.35
0.24
Mar
0.45
0.01
0.35
0.21
0.14
0.80
0.22
0.33
1.07
0.40
Apr
0.41
0.33
0.08
1.86
0.46
3.41
0.19
0.34
2.67
1.65
Mei
0.35
0.67
0.67
5.55
2.07
1.29
0.16
1.21
0.07
0.00
Bulan
Jun
Jul
0.54
1.97
0.71
0.64
1.74
0.00
0.00
0.00
0.19
0.00
1.71
0.75
2.39
0.00
1.02
0.00
0.32
0.72
0.58
0.00
Agt
0.15
0.17
0.00
0.00
0.00
1.43
3.92
2.31
0.56
0.00
Sep
0.27
0.83
0.70
0.00
0.00
4.55
0.29
0.00
0.26
0.00
Okt
0.71
0.69
0.04
0.30
0.00
1.27
0.25
2.16
1.18
0.00
Nov
Des
0.78
0.14
0.80
0.02
0.61
0.36
0.47
0.60
0.38
0.29
1.47
0.25
1.32
0.14
1.07
0.39
3.85
0.20
0.65
0.41
Total Galat
Rata-Rata
0.54
0.44
0.42
0.84
0.33
1.45
0.77
0.97
1.00
0.42
6.15
Contoh Perhitungan
Perhitungan curah hujan bulanan rata-rata dengan metode thiesen pada bulan Januari
tahun 1973.
1. Menghitung luas masing-masing daerah
Penentuan skala dilakukan dengan cara yang sama pada subbab 2.3.
skala kuadrat 4.5815623
skala
2.14045843
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
km2
km
14
Daerah
Nambo
Bantarkawung
Sekogelap
Luas
2.06
4.04
3.06
Luas Total
9.15
9.15
9.15
2015
41,93 2
=
= 2,06
= 9,43 2
9,15
2. Perhitungan metode poligon thiesen
Rh =
Perhitungan galat
|R R1| | 2| | 3|
+ 2 + 3
d = 1
3
|528,95 424| |528,95 518| |528,95 614|
+
+
424
614
518
=
= 0,14
3
Nilai galat yang diperoleh dari kedua metode tersebut adalah:
a. Metode Aritmatika
: 6.78
: 6,15
Nilai galat pada Metode Aritmatika lebih kecil dibandingkan nilai galat pada Metode Poligon
Thiesen. Sehingga, nilai curah hujan rata-rata regional yang digunakan adalah nilai yang
diperoleh dengan menggunakan Metode Aritmatika.
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
15
2015
Tahun ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
Rmax 1
120
87
109
132
199
162
199
188
193
113
Rmax 2
90
126
140
200
114
115
145
141
123
131
Rmax 3
114
136
105
115
132
152
142
95
127
162
Rmax rerata
104.77
120.57
121.33
156.30
139.13
137.93
156.14
136.19
140.08
137.31
16
2015
a. Metode Gumbel
Distribusi Gumbel umumnya digunakan untuk analisis data ekstrem, misalnya untuk
analisis frekuensi banjir. Formulasi Weibull biasa digunakan untuk probabilitas terlampaui, p,
sebagai berikut.
m
N 1
Dimana,
m = posisi dalam ranking (besar ke kecil)
N = jumlah data
Hubungan periode ulang dan probabilitas terlampaui dinyatakan dengan persamaan
berikut.
p Pr X X T
1
Tr
Dimana,
p
= probabilitas terlampaui
XT
Dimana,
y
x 0.5772
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
17
2015
KT
Tr
6
0.5772 ln ln
Tr 1
R
N
i 1
Rmax( data)
max( teori)
N 1
Maka didapat hasil perhitungan dari Distribusi Gumbel dalam tabel berikut.
Tabel 2. 12 Perhitungan RT dengan Metode Gumbel
Tahun ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah
R
SR
Rmax rerata
155.01
146.76
141.84
141.39
140.16
139.59
129.86
122.35
117.44
107.31
1341.73
134.17
14.63899
P
0.09
0.18
0.27
0.36
0.45
0.55
0.64
0.73
0.82
0.91
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
Tr
11.00
5.50
3.67
2.75
2.20
1.83
1.57
1.38
1.22
1.10
(Rmax-R)2
434.33
158.43
58.85
52.13
35.86
29.36
18.62
139.70
279.82
721.61
1928.7008
KT
1.38
0.80
0.44
0.17
-0.06
-0.26
-0.46
-0.65
-0.87
-1.13
RT
175.25
158.50
148.31
143.87
139.29
135.72
123.14
112.78
104.77
90.75
18
2015
Contoh Perhitungan:
Perhitungan dilakukan untuk data ke-1
1. Menentukan rata-rata () dan standar deviasi (S)
=
=1
= 134,17
( ) 2
= =1
= 14,639
2. Peluang
=
1
=
= 0,09
( + 1)
11
Keterangan:
M
: Data ke-1
: Jumlah data, 10
1
1
=
= 11
0,09
4. KT
=
6
11
(0,5772 + ln ( (
))) =
(0,5772 + ln ( (
))) = 1,38
11 1
5. Persamaan umum
= + ( ) = 134,17 + (1,38 14,639) = 175,25
m
N 1
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
19
2015
Dimana,
m = posisi dalam ranking (besar ke kecil)
N = jumlah data
Hubungan periode ulang dan probabilitas terlampaui dinyatakan dengan persamaan:
p Pr X X T
Dimana,
1
Tr
= probabilitas terlampaui
XT
1 x n 2
1
f x
exp
2
2 n
dimana: 2
n = rata-rata untuk y = log x
n = standar deviasi untuk y = log x
Persamaan diatas dapat disederhanakan dalam bentuk persamaan:
log xT log x KT S log x
Untuk mendapatkan model distribusi utk penentuan harga variabel dapat dilakukan
dengan langkah2 yang sama dengan Log Pearson Type III, dengan koefisien asimetri, C s = 0.
Penentuan harga KT pada distribusi log normal dapat menggunakan persamaan KT pada distribusi
normal.
Faktor frekuensi, KT pada persamaan di atas dapat dinyatakan sebagai
KT
xT
z
,dimana z = variabel standar normal
Nilai KT berkenaan dengan probabilitas terlampaui p (p=1/T) yang dapat dihitung dengan
menentukan nilai tengah variabel w sebagai berikut.
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
20
1
w ln 2
p
1/ 2
2015
0 p 0.5 , w ln 1 2
1 p
1/ 2
0.5 p 1
= +
( 2
( 3 6) 2
5
2
3
4
1) +
( 1) + +
3
3
R
N
i 1
Rmax( data)
max( teori)
N 1
Tabel 2. 13 Perhitungan RT dengan Metode Log Pearson III
Tahun ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rmax rerata
P
155.01
0.09
146.76
0.18
141.84
0.27
141.39
0.36
140.16
0.45
139.59
0.55
129.86
0.64
122.35
0.73
117.44
0.82
107.31
0.91
Jumlah
log R
S log R
Cs
k
Tr
11.00
5.50
3.67
2.75
2.20
1.83
1.57
1.38
1.22
1.10
Log Rmax
2.19
2.17
2.15
2.15
2.15
2.14
2.11
2.09
2.07
2.03
21.25
2.13
0.05
-0.79
-0.13
w
2.19
1.85
1.61
1.42
1.26
1.26
1.42
1.61
1.85
2.19
z
1.34
0.91
0.60
0.35
0.11
-0.11
-0.35
-0.60
-0.91
-1.34
KT
1.20
0.90
0.67
0.45
0.24
0.02
-0.22
-0.50
-0.86
-1.40
Log RT
2.18
2.17
2.16
2.15
2.14
2.13
2.11
2.10
2.08
2.06
RT
152.86
147.79
143.87
140.39
137.05
133.68
130.09
126.04
121.07
113.83
Contoh Perhitungan:
Perhitungan dilakukan untuk data ke-1
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
21
2015
1. Menentukan rata-rata (), standar deviasi (S), dan skewness coefficient (Cs)
=1
log
= 2,13
log =
( log log ) 2
=1
= 0,05
=0(log log ) 3
( 1) ( 2) (log )3
= 0,79
2. Peluang
=
1
=
= 0,09
( + 1)
(10 + 1)
Keterangan:
M
: Data ke-1
: Jumlah data, 10
1
1
=
= 11
0,09
4. W
0 < p < 0,5, p: 0,09
= (ln (
1
))
2
1
2
1
= (ln (
))
0,092
1
2
= 2,19
5. z
=
= 1,34
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
22
2015
6. K
=
0,79
=
= 0,13
6
6
7. KT
= +
( 2
( 3 6) 2
5
2
3
4
1) +
( 1) + +
3
3
= 1,34 +
(1,342
(0,01)5
= 1,20
3
8. Persamaan umum
= + ( log ) = 2,13 + (1,20 0,05) = 2,18
9. Menentukan nilai RT
= 10 = 102,18 = 152,86
155.01
146.76
141.84
141.39
140.16
139.59
129.86
122.35
117.44
107.31
Tr
0.09
0.18
0.27
0.36
0.45
0.55
0.64
0.73
0.82
0.91
11.00
5.50
3.67
2.75
2.20
1.83
1.57
1.38
1.22
1.10
Rmax Teori
Log Pearson
152.86
147.79
143.87
140.39
137.05
133.68
130.09
126.04
121.07
113.83
Gumbel
175.25
158.50
148.31
143.87
139.29
135.72
123.14
112.78
104.77
90.75
jumlah
koreksi
Contoh Perhitungan:
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
23
2015
Perhitugan dilakukan untuk data ke-1 metode Log Pearson tipe III
1. Persamaan umum
(max() () ) 2
=1
2. Perhitungan
(152,86 155,01)2 + (147,79 146,76)2 + )2
=
= 3,72
10 1
Dari hasil perhitungan didapat bahwa metode yang lebih sesuai adalah metode Log Pearson tipe
III, dimana memberikan nilai rata-rata error relatif terkecil yaitu 3,72 < 11,46 (Gumbel).
Dipilihlah Distribusi Log Pearson Type III sebagai distribusi untuk menentukan curah hujan
maksimum rencana.
d. Curah Hujan Rencana
Dengan distribusi Log Pearson III, curah hujan banjir periode ulang 100 tahun dapat
ditentukan dengan rumus berikut.
Log Rt = Log R + Slog x Kt
Keterangan :
Log Rt = Curah hujan banjir dalam bentuk logaritma
Log R = Curah hujan rata-rata dalam bentuk logaritma
S log = Standar deviasi dalam bentuk logaritma
Kt = Sebuah konstanta yang bergantung pada koefisien Skewness dan tahun rencana
Berikut ini adalah tabel perhitungan curah hujan rencana dengan periode ulang 100
tahun.
Tabel 2.28 Curah Hujan Rencana dengan Periode Ulang 100 Tahun
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
24
Tahun ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rmax rerata
P
155.01
0.01
146.76
0.01
141.84
0.01
141.39
0.01
140.16
0.01
139.59
0.01
129.86
0.01
122.35
0.01
117.44
0.01
107.31
0.01
Jumlah
log R
S log R
Cs
k
Tr
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
Log Rmax
2.19
2.17
2.15
2.15
2.15
2.14
2.11
2.09
2.07
2.03
21.25
2.13
0.05
-0.79
-0.13
w
3.03
3.03
3.03
3.03
3.03
3.03
3.03
3.03
3.03
3.03
2015
z
2.33
2.33
2.33
2.33
2.33
2.33
2.33
2.33
2.33
2.33
KT
1.75
1.75
1.75
1.75
1.75
1.75
1.75
1.75
1.75
1.75
Log RT
2.21
2.21
2.21
2.21
2.21
2.21
2.21
2.21
2.21
2.21
RT
162.63
162.63
162.63
162.63
162.63
162.63
162.63
162.63
162.63
162.63
1. Menentukan rata-rata (), standar deviasi (S), dan skewness coefficient (Cs)
=1
log
= 2,13
log =
( log log ) 2
=1
= 0,03
=0(log log ) 3
( 1) ( 2) (log )3
= 0,79
2. Peluang
=
1
1
=
= 0,01
100
1
= 100
0,01
4. W
0 < p < 0,5, p: 0,04
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
25
= (ln (
1
))
2
1
2
2015
1
= (ln (
))
0,012
1
2
= 3,03
5. z
=
6. K
=
0,79
=
= 0,13
6
6
7. KT
= +
( 2
( 3 6) 2
5
2
3
4
1) +
( 1) + +
3
3
= 3,09 +
(3,092
(3,092
1)(0,13) + 3,09
(0,13)4
(0,13)5
+
= 1,75
3
8. Persamaan umum
= + ( log ) = 2,13 + (1,75 0,05) = 2,21
9. Menentukan nilai RT
= 10 = 102,21 = 162,63
2.3
dengan Snyder. Hidrograf satuan didefinisikan sebagai direct run off hydrograph (DRH) yang
dihasilkan dari satu unit kedalaman (1 cm) dari rainfall excess yang tersebar merata sepanjang
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
26
2015
DAS dalam durasi tertentu. Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Sherman pada tahun
1932.
Untuk mendapatkan hidrograf satuan pada suatu DAS, informasi detail mengenai hujan
dan hasil hidrograf banjir dibutuhkan. Akan tetapi, informasi tersebut tidak tersedia pada semua
lokasi. Untuk membuat hidrograf pada suatu DAS yang tidak tersedia data hujan dan hidrograf
banjirnya, persamaan empiris dapat digunakan berdasarkan karakteristik DAS di lokasi terkait.
Hidrograf yang didapat dari hasil perhitungan tersebut adalah hidrograf satuan sintetik. Menurut
definisi hidrograf satuan sintetis adalah hidrograf limpasan langsung (tanpa aliran dasar) yang
tercatat di ujung hilir DAS yang ditimbulkan oleh hujan efektif sebesar satu satuan (1 mm, 1 cm,
atau 1 inchi) yang terjadi secara merata di seluruh DAS dengan intensitas tetap dalam suatu
satuan waktu (misal 1 jam) tertentu (Subramanya, 1984; Ramrez, 2000, Triatmojo, 2008).
Beberapa asumsi dalam penggunaan hidrograf satuan adalah sebagai berikut:
1. Hujan efektif mempunyai intensitas konstan selama durasi hujan efektif. Untuk
memenuhi anggapan ini maka hujan deras untuk analisis adalah hujan dengan durasi
singkat.
2. Hujan efektif terdistribusi secara merata pada seluruh DAS. Dengan anggapan ini maka
hidrograf satuan tidak berlaku untuk DAS yang sangat luas, karena sulit untuk
mendapatkan hujan merata di seluruh DAS.
Perhitungan HSS (hidrograf satuan sintetis) pada Tugas Besar ini dilakukan dengan
Metode Snyder.
Input:
L
: 22,0557 km
Lc
: 7,3574 km
: 348,81 km2
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
27
2015
Output:
Hidrograf satuan untuk hujan dengan durasi 1 jam (tR) dan kedalaman run-off 1 cm. Berikut
adalah langkah perhitungan yang harus dilakukan untuk mendapatkan hidrograf satuan tersebut.
1. Menentukan time lag (tL)
= ( ) 0,3 = 0,75 2,2 (22,0557 7,3574) 0,3 = 7,60
Keterangan:
CI
: 0,75
Ct
: 1,8-2,2
=
(214 190)
= 0,00092
26170
Dari elevasi titik outlet sebesar 190 m dan elevasi pada titik akhir sungai sebesar
214 m, diperoleh slope sebesar 0,00092. Karena nilai slope yang diperoleh adalah
sebesar 0,00092, dipilih nilai Ct sebesar 2,2.
2. Menghitung durasi hujan secara teori
=
7,60
=
= 1,38
5,5
5,5
7,50
2
Keterangan:
C2
: 2,75
CP
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
28
2015
6. Menghitung time-base
=
3 5,56
=
= 25,27
0,22
Keterangan:
C3
: 5,56
2,14
=
= 10,98
1.08
0,221.08
75 =
1,22
=
= 6,26
1.08
0,221.08
Keterangan:
CW,50
: 2,14
CW,75
: 1,22
t (jam)
0
4.34
5.91
8.00
12.17
15.32
25.27
Q (m3/s)
0
38.37
57.55
76.74
57.55
38.37
0.00
Berdasarkan tabel 2.15 diatas, diperoleh kurva hidrograf satuan sintetis dibawah ini.
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
29
2015
Selanjutnya kurva hidrograf satuan sintetis di atas diregresikan agar bisa tentukan besar
debit tiap jam. Pada gambar dibawah ini terlihat kurva hidrograf satuan sintetis yang telah
diregresikan.
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
30
2015
Kurva hidrograf satuan sintetis yang telah diregresikan di atas digunakan untuk
menghitung besar debit yang terjadi dalam kurung waktu selama time-base dengan selang waktu
1 jam. Berikut ini adalah hasil perhitungan nilai debit yang terjadi dalam selang waktu 1 jam.
Tabel 2. 16 Tabel t vs Q dengan Selang Waktu 1 Jam
t
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Q
0.00
8.84
17.68
26.52
35.36
46.41
58.35
67.54
76.73
72.14
67.54
62.94
58.61
52.51
46.42
40.32
35.748
31.893
28.039
24.184
20.329
16.474
12.619
8.765
4.910
1.055
31
2015
:
= = (10 ) = (162,63
3,64 4
) 0,9 = 145,82
24
4
Besar if sesuai dengan perhitungan yang telah dilakukan pada Tugas Besar Rekayasa
Hidrologi, yaitu sebesar 0,9.
Berdasarkan perhitungan yang telah diketahui di atas, diperoleh nilai P efektif sebesar:
= 162,63 0,606 145,82 = 13,17 /4
2. Membuat hidrograf dengan curah hujan rencana berdasarkan periode ulang 100 tahun
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
32
2015
t
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
Q
0.00
8.84
17.68
26.52
35.36
46.41
58.35
67.54
76.73
72.14
67.54
62.94
58.61
52.51
46.42
40.32
35.75
31.89
28.04
24.18
20.33
16.47
12.62
8.76
4.91
1.05
Q total
0.00
19.41
77.63
174.67
291.12
412.43
545.38
685.90
823.12
919.97
950.26
919.99
860.01
797.31
728.04
651.60
574.64
505.95
447.09
394.74
343.96
293.18
242.40
191.62
140.84
90.07
45.43
15.41
2.32
0.00
0.00
0.00
0.00
Tabel di atas apabila disajikan dalam bentuk kurva hidrograf akan tampak seperti gambar
di bawah ini.
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
33
2015
Berdasakan hasil perhitungan di atas, maka dapat diketahui bahwa berdasarkan periode ulang
100 tahun diperoleh debit puncak sebesar 950,26 m3/s
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
34
2015
BAB III
PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN KONSTRUKSI BENDUNG
3.1
Data Perencanaan
Dalam perencanaan teknis yang akan dilakukan sangat dibutuhkan adanya data-data yang
mendukung. Ketersediaan data ini mutlak diperlukan untuk mendapatkan hasil perhitungan yang
memuaskan. Data yang dibutuhkan dapat diperoleh dengan cara survey atau mencari data dari
sumber-sumber yang memiliki data yang dimaksudkan. Pencarian data sendiri (survey) adalah
langkah yang terbaik dilakukan, karena data yang diperoleh adalah data yang terbaru dan
merupakan data yang benar-benar berasal dari lokasi yang bersangkutan (detail). Namun bila
terdapat kendala yang sulit untuk diatasi, maka beberapa sumber yang memiliki data yang
diinginkan dapat dihubungi. Sumber yang dimaksud di sini misalnya Badan Koordinasi Survey dan
Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) untuk mendapatkan data topografi.
Data yang dibutuhkan untuk melaksanakan perencanaan teknis ini adalah :
Data Hidrologi
Meliputi data curah hujan bulanan maksimum yang diolah dengan pendekatan
analitis untuk menentukan debit rencana. Kemudian menentukan data debit banjir
melalui metode Hidrograf Satuan Sintetis (HSS) dan diambil debit banjir 100 tahunan.
Data Topografi
Topografi detail sungai di sekitar lokasi di mana bendung akan dibangun dapat
diperoleh dari peta topografi dengan skala 1:50.000 atau 1:20.000 Namun survey
detail yang dilakukan sangat akan membantu, karena dalam survey detail tersebut
dapat diketahui pula kontur dasar sungai yang ada, kemiringan lereng sungai,
kelokan dan sebagainya.
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
35
2015
Lebar Sungai
: 0,0009171
Diketahui:
L sungai
= 26170 m
= 214 m
= 190 m
= =
(214 190)
= 0,0009171
26170
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
36
2015
298,74
=
= 3,82
78,199
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
37
2015
706,613
69,617
4,291
298,740
78,199
3,820
40,000
707,299
1,001
Kesimpulan:
=
= 75 4,291 = 70,7088
Perhitungan Dasar Sungai di Hilir Bendung
Asumsi:
Panjang Bendung
= 10 m
Kesimpulan:
= ( )
= 70,788 (10 0,0009171) = 70,6996
Tabel 3. 2 Data Topografi
Data Topografi
Elevasi Sawah Tertinggi
73
Elevasi Lokasi Bendung
75
Elevasi Dasar Sungai di Hulu Bendung
70,7088
L bendung
10
Elevasi Dasar Sungai di Hilir Bendung
70,6996
m
m
m
m
m
: 16,2 kN/m3
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
38
3.2
: 18 kN/m3
: 5 KPa
: 30 deg
cu
: 5 KPa
eo
: 0,5
Cv
:5 mm2/menit
Cc
:0,3
Cr
:0,05
2015
tebal pilar, dan lebar efektif bendung. Pada perencanaan tugas besar ini, tipe bendung yang
dipilih adalah mercu bendung bulat dari beton
3.2.1 Elevasi dan Tinggi Bendung
Elevasi Mercu Bendung
Elevasi mercu bendung merupakan salah satu bagian dari perencanaan bendung.
Penentuan elevasi untuk bangunan bendung didasarkan pada peta kontur DAS sungai ciujung.
Beberapa hal yang menyebabkan penentuan letak lokasi bendungan menurut KP-02, yaitu :
Pemilihan lokasi bendung yaitu pada lembah yang sempit dan tidak terlalu dalam
ataupun dangkal.
Dipilih pada bagian sungai yang lurus. Jika bagian sungai tidak lurus maka bisa
pada belokan sungai dengan syarat bangunan intake harus terletak pada tikungan
luar dan terdapat bagian sungai yang lurus di hulu bendung.
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
39
2015
Untuk menentukan tinggi mercu suatu bendungan, harus diketahui data-data berupa
tinggi muka air yang dibutuhkan pada pintu intake, kebutuhan air di area irigasi, lebar sungai
yaitu ketika dalam keadaan banjir, tinggi mercu yang akan direncanakan, serta debit yang akan
diperkirakan bakal melewati mercu bendung. Debit yang digunakan adalah debit banjir pada 100
tahun (Q100) karena perencanaan mengenai umur bendung tidak lebih dari 100 tahun. Dalam
menghitung elevasi mercu bendung dapat dilakukan dengan penjumlahan beberapa elevasi yang
telah diketahui dan perkiraan kehilangan tinggi muka air selama perjalanan ke areal persawahan
di saluran. Data-data yang diperoleh untuk menentukan elevasi puncak mercu bendung adalah
sebagai berikut:
Tabel 3. 3 Perhitungan Elevasi Mercu Bendung
No
Komponen
1
Elevasi sawah tertinggi
2
Tinggi muka air di sawah
3
Kehilangan tekanan dari tertier ke sawah
4 Kehilangan tekanan dari sekunder ke saluran tertier
5 Kehilangan tekanan dari primer ke saluran sekunder
6
Kehilangan tekanan dari sungai ke saluran primer
7
Kehilangan tekanan karena kemiringan saluran
8
Kehilangan tekanan di alat-alat ukur
9
Persediaan tekanan karena eksploitasi
10
Persediaan untuk bangunan-bangunan lain
Elevasi mercu bendung = (1) + (2) ++ (10)
h (m)
73
0,1
0,1
0,1
0,1
0,2
0,15
0,4
0,1
0,25
74,5
*Catatan :
Data-data yang telah diperoleh diatas seperti data kehilangan tinggi muka air di saluran
merupakan data standar dalam penetuan kehilangan tinggi muka air di saluran (dapat dilihat
dalam buku Standar Perencanaan Irigasi yang diterbitkan oleh Dirjen PU Pengairan).
Tinggi Bendung
Penentuan tinggi bendung direncanakan berdasarkan tinggi mercu yang dibutuhkan dan
elevasi dasar sungai. Elevasi dasar sungai di hulu dapat diasumsikan sebagai elevasi lantai muka
bendung.
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
40
2015
No
Komponen
h (m)
1
Elevasi muka bendung / mercu
74,5
2Elevasi dasar lantai muka (el. dasar sungai di hulu bendung)70,7088
Tinggi Bendung (P) =(1)-(2)
3,7912
Lebar pintu
: 2m (maks. 2,5m)
=
8,354
=
= 5
2
Pilar
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
41
2015
Pilar-pilar yang ada pada bendung digunakan untuk jembatan dan pintu bilas. Lebar bilas
tergantung pada ada atau tidaknya pengambilan lewat bendung dan tergantung pada lebar pintu
bilas serta tinggi pilar itu sendiri. Tebal pilar untuk jembatan tergantung pada beban pada
jembatan. Perkiraan biasa diambil antara 0,5 m-1,5 m untuk pilar beton. Pada tugas besar ini
akan dipakai lebar pilar sebesar 0,5 m dengan jumlah pilar 3 buah. Sehingga:
= ( + 1) = 5 + 1 = 6
= = 6 0,5 = 3
Tinggi Under Sluice
Tinggi Under Sluice
:2m
3.2.4 Lebar Efektif Bendung (Beff), Tinggi Energi di Atas Mercu Bendung, dan Jari-Jari
Kelengkungan Mercu
Lebar efektif bendung merupakan bagian dari lebar bendung yang berfungsi untuk
mengalirkan debit, yaitu lebar bendung dikurangi pilar-pilar dan pengurangan kemampuan
pengaliran lewat pintu bilas.
= () 2 ( + )1
Keterangan :
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
42
Beff
2015
ka
= koefisien konstruksi pangkal bendung = 0.1 untuk bentuk pangkal tembok 90o
ke arah aliran dengan 0,5H1> r > 0,15 H1
kp
H1
= tinggi energi
Perhitungan
A. Menghitung nilai H1
Tinggi air yang melewati bendung dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
2
2
= 11,5 ( )
3
3
dengan :
Cd
= C0 x C1 x C2
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
43
be
2015
Nilai H1 harus diubah-ubah sedemikian rupa agar besarnya Q sama dengan besarnya Q100.
Berikut ini adalah langkah perhitungan untuk menentukan besarnya H 1.
Asumsi:
H1
= 3,06 m
1. Menghitung C0
Bendung mempunyai slope sebesar 0,33, oleh karena itu dapat ditentukan besar H1/r,
yaitu:
0,48 1 =
= 2,083
1
slope z
r1
0
1
2
0,333333
2
1,873
1,939
1,936
2
1,776
1,81
1,836
0,5 Hd
0,45 Hd
0,68 Hd
0,48 Hd
Gambar 3. 2 Grafik C0
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
44
2015
2. Menghitung C1
Nilai C1 dicari dengan menggunakan grafik berikut.
Gambar 3. 4 Grafik C1
4,06393
=
= 1,3259 , 1 = 0,98
1
3,065
3. Menghitung C2
Nilai C2 dicari dengan menggunakan grafik berikut.
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
45
2015
Gambar 3. 5 Grafik C2
4,06393
=
= 1,3259 , 2 = 1,005
1
3,065
4. Pengecekan nilai Cd
Setelah Co, C1, dan C2 diperoleh, bandingkan nilai Cd dengan Cd. Apabila nilai Cd dan
Cd sudah mendekati, maka nilai Cd dan H1 yang diiterasi dapat dipergunakan untuk
menghitung besarnya b efektif.
= 0 1 2 = 1,326 0,98 1,005 = 1,30598
=
2
2
2
2
11,5 = 1,30598 (
79,56 3,0651,5 = 950,54
3
3
3
3 9,81
950,54
=
= 1, !
100 950,2595
B. Menghitung B Efektif
Berdasarkan data yang diperoleh dari perhitungan poin (A), yaitu:
Cd = 1,30598
H1 = 3,065 m
Dapat ditentukan besarnya B efektif, yaitu sebesar:
= () 2 ( + )1
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
46
2015
Perhitungan pada poin (A) dan poin (B) bersifat iteratif, besar H1 harus diubah-ubah
sedemikian rupa agar besar debit Q100 sama dengan Q.
: 79,56 m
: 3,065 m
: 1,47 m
No
Komponen
Perhitungan
1
2
3
4
5
80,5403
6,0000
0,0100
0,1000
3,0650
79,5595
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
47
2015
Komponen
Perhitungan
Keterangan
Q100 aktual
H1
P/H1
H1/r
r
C0
C1
C2
Cd
Be
g
950,2595
3,0650
1,3259
2,083333333
1,471200
1,326000
0,980000
1,005
1,30598
79,55954
9,81
m3/s
Iterasi
m
H1/r = 2
asumsi 1:0,33
m
m2/s
Q
Q100 / Q
950,54187
m3/s
1,00
Keterangan :
Q
Ef
Perhitungan:
Tabel 3. 9 Perhitungan Q pada Saluran Pengambilan
Komponen
Koefisien Pengaliran ( c)
Kebutuhan Air untuk Irigasi (a)
Luas Areal yang Akan Dialiri (A)
Efisiensi Saluran (Ef)
Debit yang diperlukan (Q)
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
Perhitungan Satuan
0,85
1,93
L/s/Ha
2400
Ha
0,648
6,076
m3/s
48
2015
*Catatan:
Besar nilai c sudah ditentukan, yaitu sebesar 0,85. Besar a dan (A) diperoleh dari hasil
perhitungan Tugas Besar Irigasi dan Drainase.
=
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
49
2015
=7
() = 1.0 1,5
= 0,7 /
= 42,5 /
= 0,75
Perhitungan:
Maka akan dicoba dengan rumus Strickler, dengan langkah perhitungan sebagai berikut :
1. Mengasumsikan kecepatan yang terjadi. Nilai asumsi ini akan dipakai dalam
perhitungan selanjutnya. Satuan yang dipergunakan adalah m/det.
6,076
=
= 8,6799 2
0.70
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
50
2015
8,6799
= 1,2562
4 + 1,5
4. Menghitung kembali luas penampang basah saluran dengan nilai kedalaman aliran
yang telah diperoleh dengan nilai lebar dasar saluran (b) diganti dengan nilai
perbandingan yang ada.
= 4 1,2562 5
() = [5 + (1.5 1,2562)] 1,2562 = 8,6485 2
*Catatan:
Pembulatan dilakukan untuk mempermudah pengerjaan di lapangan.
5. Memeriksa apakah kecepatan yang terjadi sama dengan nilai asumsi awal yang telah
diambil, dengan cara menghitung kecepatan menggunakan nilai penampang basah
saluran yang baru (langkah 4).
=
6,076
=
= 0.70 2 /
8,6485
Keterangan :
Q = debit yang dibutuhkan daerah irigasi yang akan diairi (m3/det)
A = luas penampang basah yang diperoleh dari langkah 4
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
8,6485
=
= 0,9076
9,5295
51
2015
=(
) =
2/3
0,70
42,5
2
0,90763
= 0,00024
Kesimpulan:
b
=5m
= 1,3 m
= 0,00024
freeboard
= 0,75 m
2
x 0,8 = 0,5 m
3
52
2015
V02
k=
dianggap 0
2g
Untuk endapan dibawah sungai berupa batu-batuan dan kerikil, maka jarak minimal
antara tinggi dasar pintu pengambilan dan dasar pintu penguras = 1,5 m.
b=
6,076
0,385 x 0,85 x (0,8 + 0)x2 x g x (0,5 + 0)
= 7,1745 m
:3
b=
7,1745
= 2,39 m
3
Komponen
Miu (koef pengaliran)
Debit yang diperlukan (Q)
Kedalaman air di hulu pintu (di depan pintu) (h)
Kedalaman air di hilir pintu (di belakang pintu)
k
lebar pintu pemasukan (b)
Jumlah Pintu
lebar pintu pemasukan (b)
Perhitungan
0,85
6,076
0,8
0,5333
0
7,1745
3
2,3915
Keterangan
ditentukan
asumsi
dianggap 0
jumlah 2-3
buah
m
53
2015
Perhitungan ini dilakukan dengan cara coba-coba sehingga diperoleh harga debit saluran
(Q) untuk beberapa nilai kedalaman saluran (h). Dengan interpolasi dapat ditentukan harga h
untuk menghitung tinggi muka air di semua bagian.
Perhitungan:
1. Menetukan elevasi dasar sungai di bagian hilir, kemiringan dasar sungai rata-rata (i),
lebar sungai rata-rata (b) serta talud (1:m)
Elevasi dasar sungai di hilir
: 70,6996 m
: 0,0009171
: 69,617 m
Talud
: 1:1,5
: 1 m (asumsi)
3. Menghitung luas penampang basah (A) dengan nilai kedalaman saluran yang telah
diambil pada langkah 2 dan lebar dasar saluran pada langkah 1 .
A = (b + m x h)x h = (69,617 + 1.5 x 1) x1 = 71,117 m
A 71,11695
=
= 0.971 m
P
73,223
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
54
2015
87
87
=
= 33,949
1,54
1+ B 1+
R
0.9712445
7. Menghitung debit yang ada. Debit hasil perhitungan ini harus sama atau mendekati
dengan debit bajir yang telah direncanakan sebelumnya (Bab 2.4).
Q = A V = 71,11695 1,0132 = 72,057
m3
s
950,26 m3 /s
Karena debit yang diperoleh tidak sama maka perlu diulang langkah 2-7 dengan
mengganti harga h terlebih dahulu (langkah 2). Nilai debit konvergen dengan debit
100 tahun ketika nilai h yang digunakan adalah sebesar 4,311 m. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa 4,311 m adalah kedalaman sungai di hilir bendung yang
sebenarnya.
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
55
2015
Komponen
Perhitungan
Satuan
70,700
0,001
69,617
1,5
1,54
m
m
-
4,3110
327,9967
85,1605
3,8515
48,7476
2,8972
m2
m
m
m/s
Debit Banjir
Cek
Elevasi Muka Air Hilir Max
950,2595
0,0000
75,0106
m3/s
m
Diketahui
Elevasi dasar sungai di bagian hilir
Kemiringan dasar sungai rata-rata (i)
Lebar sungai rata-rata (b)
Talud (1:m)
Koefisien Bazin
Perhitungan
h
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
56
2015
Perhitungan:
Perhitungan dilakukan berdasarkan petunjuk dari Buku KP-02 halaman 73 dst:
Diketahui:
Debit satuan (Q100)
= 950,26 m3/s
B efektif
= 79,5595 m
Elevasi MA di hulu
= 77,5650 m
Elevasi MA di hilir
= 75,016 m
Langkah Perhitungan:
q=
950,26
3
=
= 11,944
79,5595
3 11,9442
3 2
= =
= 2,4409
9,8
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
57
2015
= 1,55
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
58
2015
= 1,9
=4m
= 0,4 m (0,1 R)
= 5,4826 m
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
59
2015
= 5,647 m
Pada saat air dibendung, maka akan terjadi perbedaan tinggi energi air di belakang dengan di
depan bendung yang menimbulkan perbedaan tekanan. Efek dari perbedaan tekanan ini akan
mengakibatkan aliran dibawah bendung akan menekan butir-butir tanah. Bila tekanan ini cukup
besar untuk mendesak butir-butir tanah tersebut lama-kelamaan akan menimbulkan
penggerusan terutama di ujung belakang bendung.
Pada waktu pengaliran, di bawah bendung akan terjadi hambatan-hambatan karena
adanya gesekan. Hambatan-hambatan yang paling kecil yaitu pada bidang kontak antara
bangunan tanah atau Creep Line. Makin pendek creep line, makin kecil hambatannya dan makin
besar tekanan yang ditimbulkan di ujung belakangan bendung. Demikian pula sebaliknya, agar
tekanan kecil, maka diusahakan creep line diperpanjang antara lain dengan memberi lantai
muka.
Teori Bligh digunakan untuk mencari panjangnya lantai muka. Bligh berpendapat bahwa
besarnya perbedaan tekanan di jalur pengaliran adalah sebanding dengan panjangnya jalan air
dan dinyatakan sebagai:
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
60
2015
keterangan:
H
= creep ratio
atau
Diasumsikan jenis tanah di bawah bendung adalah pasir kasar, sehingga berdasarkan
Teori Lane, nilai C yang digunakan adalah 5.
Tabel 3. 16 Weighted Creep Ratio
61
2015
=
= +
*Bandingkan nilai Lmin dan L, untuk kebutuhan panjang lantai muka.
Teori Lane memberikan koreksi terhadap teori Bligh dengan menyatakan bahwa energi
yang dibutuhkan oleh air untuk melewati jalan vertikal lebih besar daripada jalan yang horizontal,
dengan perbandingan 3:1. Sehingga dianggap bahwa LV = 3LH untuk suatu panjang yang sama,
sehingga rumus menurut Bligh diubah menjadi:
1
+ 3
Dimana untuk bidang-bidang yang bersudut dengan horizontal 45 atau lebih dianggap
sebagai bidang vertikal. Dan untuk bidang-bidang yang bersudut kurang dari 45 dianggap
sebagai bidang horizontal.
Perhitungan :
= 2,5544 5 = 12,77 = 13
Dari perhitungan sub bab sebelumnya diketahui:
a
= 0,4 m
Asumsi:
Panjang bendung
= 6,757 m
= 5,647 m
Lv
=7m
8,739 + 5,647 + 0,4 = 12,804 12
13 =
1
(12 + ) + 8
3
6 3 = 12 +
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
62
2015
= 6
Karena ada 4 buah Lmk, maka panjang tiap Lmk adalah 1,5 m.
Tabel 3. 17 Perhitungan Rembesan
Titik
Garis
Panjang Rembesan
H
1/3 H
A
AB
Lx
0
1,5
1,5
BC
1,5
0,5
2
CD
0,5
2,5
DE
1,5
0,5
3
EF
0,5
3,5
FG
1,5
0,5
4
GH
0,5
4,5
HI
1,5
0,5
5
IJ
7
JK
12,804
4,268
11,268
KL
2,991
L
TOTAL
Lv +1/3 Lh
14,259
7,991
14,259
18,804
6,268
Pengecekan panjang lantai muka rencana dengan syarat dari Lane, (LV+1/3LH)= 14,259 m
> 13 m, maka OK.
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
63
2015
Kesimpulan:
Mercu memiliki dimensi dan elevasi sebagai berikut:
Lebar bendung
=83,54 m
Radius
= 1,47 m
= +74,5 m
Kemiringan
= 0.00024
=5m
= 1,3 m
= 4,311 m
Luas penampang
= 8,6485 m2
Keliling basah
= 9,5295 m
Freeboard
= 0,75 m
Lebar pembilas
= 8,354 m
Jumlah pintu
= 5 buah
Lebar pintu
=2m
Lebar pilar
= 0,5 m
Radius kelengkungan
= 4 m (desain)
Panjang bangunan
= 5,647 m (desain)
Penguras:
Kolam olak:
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
64
2015
MA Hulu
MA Hilir
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
65
2015
BAB IV
ANALISIS PERHITUNGAN BENDUNG
4.1
tanah
= 18 kN/m3
= 5 KPa
C lane
=5
= 30 deg
= 2/3 = 20 deg
Asumsi:
Syarat-syarat:
Bendung dinyatakan layak untuk digunakan apabila telah memenuhi faktor keaman yang
diizinkan. Berikut ini adalah daftar faktor keamanan yang harus dipenuhi oleh bendung
hasil desain.
B = Lebar bendung
Tegangan tanah 1,2 > ult
2
SF guling =
SF geser =
1,5
SF daya dukung =
<
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
66
2015
1,2 =
.
(1
)
Analisis Gaya
Sedangkan beban hidup adalah beban yang tidak akan bekerja terus-menerus pada konstruksi.
Kedua hal ini sebaiknya diperhitungkan ketika dalam proses desain. Namun, apabila struktur
sangat masif, maka pengaruh beban hidup dapat diabaikan karena beban akibat dari berat
tubuhnya sendiri sudah sangat besar sehingga tidak akan berpengaruh apabilaada tambahan
sedikit.
Gaya berat tubuh bendung adalah gaya yang ditimbulkan karena berat sendiri yang
dimiliki oleh konstruksi bangunan tersebut. Berat bengunan bergantung pada bahan yang dipakai
untuk membuat bangunan itu. Berat jenis bendung yang digunakan untuk tugas besar ini adalah
2.400 kg/m3 = 24 kN/m3 yang terbuat dari beton bertulan.
Gaya berat bendung ini bekerja pada arah vertikal pada titik berat konstruksi. Berat
bendung ini juga akan menghasilkan momen terhadap titik O. Letak titik O pada ujung pondasi di
hilir bendung untuk peredam energi tipe bak tenggelam/bucket.
Cara menghitung berat tubuh bendung adalah dilakukan dengan software AutoCAD 2014.
Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Ketik region dan pilih semua garis yang membentuk bendung
2. Ketik mass prop dan klik enter
3. Selanjutnya akan keluar tampilan yang menyatakan area, perimeter, bounding box,
centroid, moments of inertia, product of inertia, jari-jari girasi, dan momen
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
67
2015
4. Tampilan:
---------------- REGIONS ---------------Area:
104027729.4474
Perimeter:
107152.2524
Bounding box:
X: 0.0000 -- 18804.2842
Y: 0.0000 -- 6791.1253
Centroid:
X: 9928.5340
Y: 2348.8872
Product of inertia:
XY: 1206248631613547
Radii of gyration:
X: 2835.6164
Y: 10819.2502
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
68
2015
Perhitungan:
Segmen
104.03
2496.67
= = 104,03 2 24
8.88
-22160.40
= 2496,67 /
3
= = 2496,67
8,8
= 22.160,40 ( )
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
69
2015
Faktor-faktor beban akibat gempa yang akan digunakan dalam perencanaan bangunanbangunan pengairan diberikan dalam bentuk peta yang diterbitkan oleh DPMA dalam tahun 1981
dengan judul Peta Zona Seismik untuk Perencanaan Bangunan Air Tahan Gempa". Namun, peta
tersebut sudah tidak berlaku lagi. Aturan yang sekarang digunakan adalah peraturan berdasarkan
SNI 03-1726-2002 menegnai Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung.
Pada peta tersebut, pulau-pulau di Indonesia dibagi menjadi 6 daerah seperti pada gambar 4.2
di bawah
Koefisien gempa dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
= ( )
=
Dimana :
= percepatan gempa dasar = 160 cm/s2 (untuk periode ulang 100 tahun)
= faktor yang bergantung kepada letak geografis (Koefisien Zona lihat Gambar 4.2).
Tabel 4. 2 Koefisien Jenis Tanah
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
70
2015
*sumber: KP-06
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
71
2015
Perhitungan:
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
72
2015
142,82
=
= 0,146
981
Komponen
n
m
ac
z
Nilai Keterangan
1.560
0.890
160
cm/s^2
1
-
ad
142.821
cm/s2
g
E
K
Lk
Mk
981
0.146
363.482
2.349
853.778
cm/s2
kN/m
m
kN
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
73
2015
Elevasi Hulu
Elevasi Hilir
MAN
74,5
MAN
71,199
MAB
77,565
MAB
75,106
Dasar Hulu 70,7088 Dasar Hilir 70,699
= 74,5-70,7088 = 3,79 m
= 0,5 m
Tinggi Bendung
= 3,79 m
=3m
= 2,991 m
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
74
2015
= 10 kN/m3
= 0 /2
= = 10
= = 10
3,79 = 37,912 /2
3
(3,79 + 3) = 67,912 /2
3
= = 10
= = 10
(0,5) = 5 /2
3
Sehingga gaya hidrostatis yang bekerja dapat dihitung sebagai berikut ini:
1 =
+
37,912
=
3,79 = 71,87 /
2
2
Gaya hidrostatis FH1 harus diproyeksikan karena bekerja pada miring (19o), sehingga:
1 = 1 cos(19) = 67,951 /
1 = 1 sin(19) = 23,397 /
2 = = 37,912 3 = 113,736 /
3 =
4 =
67,912 37,912
=
3 = 45 /
2
2
+
5 + 34,91
=
2,991 = 59,685 /
2
2
Berikut ini adalah ilustrasi gaya hidrostatis yang terjadi beserta lengan gayanya masingmasing:
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
75
2015
*perhitungan titik berat pada FH1x dan FH4 meggunakan tools massprop dari AutoCAD 2014
2. Menghitung Berat Sendiri
Pada perhitungan berat air pada saat keadaan normal digunakan alat bantu berupa
tools massprop pada software AutoCAD 2010. Berikut ini adalah hasil perhitungan
area dan titik berat dari muka air normal di atas bendung
8075444.1949
Perimeter:
36248.4422
Bounding box:
X: 0.0000 -- 12804.2842
Y: -1171.5069 -- 3831.1253
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
76
Centroid:
2015
X: 5447.8040
Y: 1155.5805
XY: 5.5097E+12
Radii of gyration:
X: 1982.4291
Y: 6864.3535
Jenis Gaya
FH 1x
FH 1y
FH 2
FH 3
FH4
Berat Air
TOTAL
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
77
2015
= 77,565-70,7088
= 6,856 m
= 75,106-70,699
= 4,407 m
Tinggi Bendung
= 3,79 m
=3m
= 2,991 m
= 10 kN/m3
Perhitungan:
1. Menghitung Gaya Hidrostatis
= ( ) = (6,856 3,79) 10 = 30,65 /2
= = 10
= = 10
(6,852 + 3) = 98,562 /2
3
= = 10
= = 10
6,852 = 68,52 /2
3
(4,407) = 44,07 /2
3
Sehingga gaya hidrostatis yang bekerja dapat dihitung sebagai berikut ini:
1 =
+
(30,65 + 68,562)
=
3,79 = 188,07 /
2
2
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
78
2015
Gaya hidrostatis FH1 harus diproyeksikan karena bekerja pada miring (19o), sehingga:
1 = 1 cos(19) = 177,82 /
1 = 1 sin(19) = 61,23 /
2 = = 68,562 3 = 205,686 /
3 =
4 =
98,562 68,562
=
3 = 45 /
2
2
+
44,07 + 73,98
=
2,991 = 176,543 /
2
2
Berikut ini adalah ilustrasi gaya hidrostatis yang terjadi beserta lengan gayanya masingmasing:
*perhitungan titik berat pada FH1x dan FH4 meggunakan tools massprop dari AutoCAD 2014
2. Menghitung Berat Sendiri
Pada perhitungan berat air pada saat keadaan normal digunakan alat bantu berupa
tools massprop pada software AutoCAD 2010. Berikut ini adalah hasil perhitungan
area dan titik berat dari muka air normal di atas bendung
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
79
2015
127394205.9518
Perimeter:
97088.4067
Bounding box:
X: 0.0000 -- 12804.2842
Y: -1171.5069 -- 6856.0455
Centroid:
X: 6529.9831
Y: 2813.1063
XY: 6.9911E+14
Radii of gyration:
X: 3453.1408
Y: 7554.6181
80
2015
Jenis Gaya
FH 1x
FH 1y
FH 2
FH 3
FH 4
Berat Air
TOTAL
Tahan
-746,0679
-241,1588
-7992,712
-8979,939
Ep
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
81
Ka
Kp
H1
H2
= kohesi = 5 kN/m2
2015
Tabel 4. 7 Harga Koefisien Tegangan Aktif (Ka) untuk dinding miring kasar
Tabel 4. 8 Harga Koefisien Tegangan Pasif (Ka) untuk dinding miring kasar
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
82
2015
Perhitungan:
Penentuan nilai Ka dan Kp akan dihitung berdasarkan rumus yang berada pada buku
Principles of Geotechnical Engineering, 5th Edition oleh Braja M. Das. Berikut ini adalah
rumus untuk menghitung nilai Ka dan Kp:
30
1
= tan (45 ) = tan2 (45 ) =
2
2
3
2
= tan2 (45 +
30
) = tan2 (45 + ) = 3
2
2
=
=
1
0,33 18 32 2 5 30,33 = 9,496 /
2
1
3 18 2,9912 2 5 2,9913 = 293,35 /
2
Dengan lengan momen sebesar 1m (1/3 dari tinggi bendung yang tertanam di tanah),
maka nilai momen aktif dan momen pasif dapat ditentukan sebagai berikut:
= 9,496 1 = 9,496
= 293,35 0,997 = 292,47
83
2015
bahwa bidang horizontal memiliki daya tahan terhadap aliran (rembesan) 3 kali lebih lemah
dibandingkan dengan bidang vertikal. Ini dapat dipekai untuk menghitung gaya tekan ke atas di
bawah bangunan dengan cara membagi beda tinggi energi pada bangunan sesuai dengan
panjang relatif di sepanjang pondasi.Dalam bentuk rumus, ini berarti bahwa gaya angkat pada
titik x di sepanjang dasar bangunan dapat dirumuskan sebagai berikut:
=
Dimana:
Wu
Lx
Hx
L, Lx
= Jarak relatif yang dihitung menurut cara Lane, bergantung kepada arah bidang
tersebut.
*Bidang yang membentuk sudut 45 atau lebih terhadap bidang horisontal, dianggap
vertikal.
Berdasarkan catatan perkuliahan, rumus tersebut disimplifikasi menjadi:
=
Dimana:
Hx
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
84
2015
= 10 kN/m3
C lane
=5
= 3,79 m
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
85
2015
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
86
2015
Panjang Rembesan
H=
V
H 1/3 H Lx Lx/C*
A
0
0
AB
1,5
B
1,5
3
BC
1,5 0,5
C
2
4
CD
0,5
D
2,5
5
DE
1,5 0,5
E
3
6
EF
0,5
F
3,5
7
FG
1,5 0,5
G
4
8
GH 0,5
H
4,5
9
HI
1,5 0,5
I
5
10
IJ
2
J
7
14
JK
12,8 4,268
K
11,27 22,536
KL 2,991
L
14,26 28,518
TOTAL
7,991 18,8 6,268
Lv +1/3 Lh
14,26
Titik
Garis
H (kN/m2)
P= H-H
H'
H
3,7912 37,912 37,912
5,2912 52,912
49,912
5,2912 52,912
48,912
4,7912 47,912
42,912
4,7912 47,912
41,912
5,2912 52,912
45,912
5,2912 52,912
44,912
4,7912 47,912
38,912
4,7912 47,912
37,912
6,7912 67,912
53,912
6,7912 67,912
45,376
3,8002 38,002
9,484
Segmen
W1
W2
W3
W4
W5
P kiri
49,912
42,912
45,912
38,912
53,912
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
P kanan
48,912
41,912
44,912
37,912
45,376
L (m)
1,5
1,5
1,5
1,5
12,804
TOTAL
Uplift Lengan
74,118
18,054
63,618
16,554
68,118
15,054
57,618
13,554
635,6418 6,402
899,1138
Momen/m
1338,12637
1053,13237
1025,44837
780,954372
4069,37865
8267,04014
87
2015
Perhitungan:
Titik B berada pada kedalaman 1,5 m di bawah permukaan bendung. Sehingga dapat
diketahui bahwa Lx di titik B adalah 1,5.
1
Lx = Lv + H
3
H =
Lx
1,5
kN 3
w =
10
m = 3 kN/m
C
5
m
= 1,5 m
UW1 =
L MomenBC
Pb + Pc
49,912 + 48,912
L =
1,5 = 74,118 kN/m
2
2
= 17,304 m
MW1 = UW1 L = 74,118 18,054 = 1338,126 kN
= 10 kN/m3
C lane
=5
= 6,86 m
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
88
2015
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
89
2015
Titik
Garis
P= HDelta H
68,562
80,562
79,562
73,562
72,562
76,562
75,562
69,562
68,562
84,562
76,026
40,134
Segmen
W1
W2
W3
W4
W5
P kiri
80,562
73,562
76,562
69,562
84,562
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
P kanan
79,562
72,562
75,562
68,562
76,026
L (m)
1,5
1,5
1,5
1,5
12,804
TOTAL
Uplift Lengan
120,093 18,054
109,593 16,554
114,093 15,054
103,593 13,554
1028,084 6,402
1475,456
Momen/m
2168,15902
1814,20252
1717,55602
1404,09952
6581,79618
13685,8133
90
2015
Perhitungan:
Titik B berada pada kedalaman 1,5 m di bawah permukaan bendung. Sehingga dapat
diketahui bahwa Lx di titik B adalah 1,5.
1
Lx = Lv + H
3
H =
Lx
1,5
kN 3
w =
10
m = 3 kN/m
C
5
m
= 1,5 m
UW1 =
L MomenBC
Pb + Pc
80,562 + 79,562
L=
1,5 = 120,093 kN/m
2
2
= 17,304 m
MW1 = UW1 L = 120,093 18,054 = 2168,159 kN
4.3
Analisis Stabilitas
Untuk menghitung besarya faktor keamanan (safety factor) untuk menganalisis stabilitas
bendung, terlebih dahulu harus dilakukan rekapitulasi gaya-gaya yang terjadi sesuai dengan perhitungan
yang dilakukan pada sub bab 4.2. Berikut ini adalah resume gaya-gaya yang terjadi untuk kondisi muka air
normal dan muka air banjir.
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
91
2015
SF guling =
Mt
2
Mg
23402,29
= 2,43 > 2 AMAN!
9644,697
Kondisi Banjir
Berdasarkan hasil perhitungan pada sub bab 4.2 diketahui:
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
92
2015
SF guling =
Mt
2
Mg
31432,81
= 2,01 > 2 AMAN!
15752,06
= 1701,7 kN/m
= 0,4
SF geser =
SF geser = 0,4 (
Ht
1,5
Hg
1701,7
) = 2,76 !
246,63
Kondisi Banjir
Berdasarkan hasil perhitungan pada sub bab 4.2 diketahui:
Total Gaya Horizontal = 331,5907 kN/m
Total Gaya Vertikal
= 2356,38 kN/m
= 0,4
SF geser =
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
Ht
1,5
Hg
93
2015
2356,38
SF geser = 0,4 (
) = 2,84 !
331,5907
= 1701,7 kN/m
SF daya dukung =
ult
3
V
94
Nc
= 37,2
Nq
=22,5
= 18,7
tanah
= 18 kN/m3
h bendung
= 3m
B bendung
= 12,804 m
= 59 kPa
2015
1
1
= + + = 5(37,2) + (18 10)(3) + (18 10)(12,3)(18,7)
2
2
= 1683,74 /2
= = 1683,74 12,804 = 21558,59
SF daya dukung =
21558,59
= 12,7 > 3 !
1701
Kondisi Banjir
Total Gaya Vertikal
= 2356,38 kN/m
21558,59
= 9,15 > 3 !
2356,38
= 12,804 m
95
2015
= 1701,7 kN/m
Perhitungan:
Eksentrisitas
e<
B 12,804
=
= 2,123
6
6
V
6. e
(1
)
B
B
1 =
V
6. e
1701,7
6(1,68)
(1
)=
(1 +
) = 238 /2
B
B
12,804
12,804
2 =
V
6. e
1701,7
6(1,68)
(1
)=
(1
) = 28,1 /2
B
B
12,804
12,804
Kondisi Banjir
Diketahui:
B
= 12,804 m
= 2356,38 kN/m
Perhitungan:
Eksentrisitas
e<
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
B 12,804
=
= 2,123
6
6
96
2015
V
6. e
(1
)
B
B
1 =
V
6. e
2356,38
6(0,25)
(1
)=
(1 +
) = 206 /2
B
B
12,804
12,804
2 =
V
6. e
2356,38
6(0,25)
(1
)=
(1
) = 162 /2
B
B
12,804
12,804
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
97
2015
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
BAB IV
Mercu memiliki dimensi dan elevasi sebagai berikut:
Lebar bendung
=83,54 m
Radius
= 1,47 m
= +74,5 m
Kemiringan
= 0.00024
=5m
= 1,3 m
= 4,311 m
Luas penampang
= 8,6485 m2
Keliling basah
= 9,5295 m
Freeboard
= 0,75 m
Lebar pembilas
= 8,354 m
Jumlah pintu
= 5 buah
Lebar pintu
=2m
Lebar pilar
= 0,5 m
Penguras:
Kolam olak:
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
98
Radius kelengkungan
= 4 m (desain)
Panjang bangunan
= 5,647 m (desain)
2015
MA Hulu
MA Hilir
BAB V
Keadaan Normal
SF Guling
= 2,43
SF Geser
= 2,76
SF Daya Dukung
= 12,7
Eksentrisitas
= 1,68
Keadaan Banjir
5.2
SF Guling
= 2,01
SF Geser
= 2,84
SF Daya Dukung
= 9,15
Eksentrisitas
= 0,25
Saran
Saran untuk Tugas Besar Bangunan Air selanjutnya adalah:
1. Sebaiknya perencanaan bendung dapat dibuat lebih efisien dan efektif agar tidak
boros, meninjau nilai SF yang sangat besar.
2. Data hujan dan klimatologi yang didapat adalah data yang diambil 40 tahun yang lalu.
Sehingga, perencanaan bendung pada tugas besar ini tidak sesuai dengan kondisi
aktual sekarang.
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
99
2015
3. Sebaiknya data tugas besar hidrologi dan data tugas besar irigasi dibuat saling
berkesinambungan sehingga pada pengerjaan tugas besar bangunan air data yang
dipakai adalah data yang sesuai dengan perhitungan keduanya, bukan hanya salah
satu saja.
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
100
2015
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pekerjaan Umum. 1986. Standar Perencanaan Irigasi, Parameter Bangunan, KP06. Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum. 1986. Standar Perencanaan Irigasi, Kriteria Perencanaan Bagian
Bangunan Utama, KP-02. Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum. 1986. Standar Perencanaan Irigasi, Kriteria Perencanaan Bagian
Perencanaan Jaringan Irigasi, KP-01. Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum. 1986. Standar Perencanaan Irigasi, Bagian Penunjang
|Confidential
WIDYA HAPSARI | 15012101
xi