Hadits Mutawatir Dan Ahad

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 27

HADITS DITINJAU DARI KUANTITAS

(MUTAWATIR DAN AHAD)


OLEH
REDHA AL KHAUSAR

BAB I
PENDAHULUAN
Hadits atau yang disebut dengan sunnah, adalah segala
sesuatu yang bersumber atau disandarkan kepada Nabi
Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam, baik berupa perkataan,
perbuatan atau taqrirnya. Sebagai sumber ajaran Islam setelah
Al-Qur'an, sejarah perjalanan Hadits tidak terpisahkan dari
sejarah perjalanan Islam itu sendiri. Akan tetapi, dalam beberapa
hal terdapat ciri-ciri tertentu yang spesifik, sehingga dalam
mempelajarinya diperlukan pendekatan khusus. Hadis dapat
disebut sumber hukum Islam ke-dua setelah Al-Quran karena,
hadis diriwayatkan oleh para perawi dengan sangat hati-hati dan
teliti, sebagaimana sabda Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam



Barang siapa berdusta atas namaku dengan sengaja, maka
tempatnya dalam neraka disediakan(SHOHIH. Diriwayatkan oleh
Bukhari I/434 no.1229, dan Muslim I/10 no.3).
Tidak seperti Al-Qur'an, dalam penerimaan Hadits dari Nabi
Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam banyak mengandalkan
hafalan para sahabatnya, dan hanya sebagian saja yang ditulis
oleh mereka. Penulisan itupun hanya bersifat dan untuk

kepentingan pribadi. Dengan demikian, Hadits-hadits yang ada


pada para sahabat, yang kemudian diterima oleh para tabi'in,
memungkinkan ditemukan adanya redaksi yang berbeda-beda.
Sebab ada yang meriwayatkannya sesuai atau sama benar
dengan lafadz yang diterima dari Shalallahu Alaihi Wasallam, dan
ada yang hanya sesuai makna atau maksudnya saja, sedangkan
redaksinya tidak sama.
Atas dasar itulah, maka dalam menerima suatu Hadits,
langkah yang harus dilakukan adalah dengan meneliti siapa
pembawa Hadits itu (disandarkan kepada siapa Hadits itu), untuk
mengetahui apakah Hadits itu patut kita ikuti atau kita
tinggalkan. Oleh karena untuk memahami Hadits secara
universal, diantara beberapa jalan, salah satu diantaranya adalah
dengan melihat Hadits dari segi kuantitas atau jumlah banyaknya
pembawa Hadits (Sanad) itu.
Berangkat dari hal tersebut di atas, maka untuk memahami
Hadits ditinjau dari kuantitas sanad, maka dalam makalah ini
akan kami bahas mengenai Hadits ditinjau dari kuantitas
sanadnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hadits Mutawatir
a. Pengertian Hadits Mutawatir
Hadits mutawatir secara bahasa,merupakan isim fail,dari
at- tawatur yang berarti berturut turut1.Secara istilah hadits
mutawatir adalah hadits yang diriwayatkan oleh banyak orang
(rawi),yang menurut adat (kebiasaan) mustahil mereka sepakat

1 MannaAl Qathan, Studi Ilmu Hadits,cet.VIII,terj. Mifdhol


abdurrahman, (Jakarta : pustaka al kautsar, 2014), hlm. 110

untuk berdusta.2 Atau hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang


banyak pada setiap tingkatan sanadnya menurut akal tidak
mungkin para perawi tersebut sepakat untuk berdusta dan
memalsukan

hadits,

dan

mereka

bersandarkan

dalam

meriwayatkan pada sesuatu yang dapat diketahui dengan indera


seperti pendengarannya dan semacamnya.3

b. Syarat Hadits Mutawatir4


Suatu hadits bisa dikatakan mutawatir apabila memenuhi
tiga syarat :
1. Pewartaan yang disampaikan oleh rawi rawi tersebut harus
berdasarkan tanggapan panca indera.yakni warta yang
mereka sampaikan harus berdasarkan tanggapan hasil
pendengaran atau penglihatan.Kalau pewartaan itu hasil
pemikiran atau rangkuman dari suatu peristiwa atau hasil
istinbath dari satu dalil dengan dalil yang lain,maka bukan
berita mutawatir.


/samitu = aku telah mendengar


/saminaa = kami telah mendengar

= aku telah melihat


/roaitu
/roainaa
= kami telah melihat
2.

Jumlah rawi rawinya harus sesuai ketentuan yang tidak


mungkin mereka sepakat untuk berdusta. Adanya kesamaan
atau keseimbangan jumlah sanad pada tiap thabaqahnya. Jumlah sanad
Mutawatir antara satu thabaqah (tingkatan) dengan thabaqah lainnya harus

2 Mahmud thahan,Ilmu Hadits Praktis,cet.I,terj.Abu Fuad (Bogor :


Pustaka Thariqul Izzah,1985),hlm.20
3 Fatchur Rahman,Ikhtisar Musthalahul Hadits,cet...(Bandung : Pustaka
Al Maarif,1974),hlm.78
4 Ibid.hlm.79-80

seimbang. Misalnya, jika sanad pada thabaqah pertama 10 orang, maka


pada thabaqah-thabaqah berikutnya juga masing-masing harus 10, atau 9,
atau 11 orang. Dengan demikian, bila suatu Hadits diriwayatkan oleh 20
orang sahabat, kemudian diterima oleh sepuluh tabi'in dan selanjutnya
hanya diterima oleh empat tabi' at-tabi'in, tidak digolongkan Hadits
Mutawatir, sebab jumlah sanadnya tidak seimbang antara thabaqah
pertama dengan thabaqah-thabaqah berikutnya.
3. Jumlah rawi-rawinya harus mencapai suatu ketentuan yang tidak
memungkinkan mereka untuk bersepakat bohong (berdusta). Dalam hal ini
para ulama' berbeda pendapat tentang batasan jumlah untuk tidak
memungkinkan bersepakat dusta :
a) Abu at-Thayyib menentukan sekurang-kurangnnya 4 orang. Karena
diqiyaskan dengan banyaknya saksi yang diperlukan hakim untuk tidak
memberi vonis kepada terdakwa.
b) Ash-habu as-Syafi'i menentukan 5 orang, karena mengqiyaskan dengan
jumlah para nabi yang mendapat gelar Ulul Azmi
c) Sebagian ulama' menetapkan sekurang-kurangnya 20 orang, berdasarkan
ketentuan yang difirmankan oleh Allah dalam QS. Al-Anfal : 65 tentang
sugesti Allah kepada orang mukmin yang tahan uji, yang berjumlah 20
orang saja dapat mengalahkan 200 orang.

.........

........
jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya
mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh..(Qs.Al
Anfal ayat 65)
d) Ulama' yang lain menetapkan jumlah tersebut sekurang-kurangnya 40
orang. Karena mereka mengqiyaskan dengan firman Allah :


Hai Nabi, cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu dan
bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu.(Qs.Al Anfal ayat
64)
c. Contoh Contoh Hadits Mutawatir5
Contoh 1: Hadits Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam:

Barangsiapa yang berdusta atas namaku, maka hendaklah dia


mengambil

tempat

duduknya

dari

api

neraka.

(SHOHIH.

Diriwayatkan oleh Bukhari I/434 no.1229, dan Muslim I/10 no.3).


Hadits ini diriwayatkan oleh lebih dari 100 Shahabat
radhiyallahu anhu dan memiliki ratusan sanad. Lafazh-lafazhnya
hampir sama dan makna semuanya sama persis.
Contoh 2: Hadits Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam:


Barangsiapa membangun masjid karena Allah maka Allah akan
membangunkan

baginya

sebuah

rumah

di

dalam

Surga.

(SHOHIH. Diriwayatkan Muslim I/378 no.533, At-Tirmidzi II/135


no.319, dan Ahmad I/70 no.506, dan selainnya).
Contoh 3: Hadits Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam:

Islam pertama kali datang dalam keadaan asing, dan akan


kembali dalam keadaan asing pula sebagaimana awal mulanya.
5 .www.salwa.com/artikel Pembagian Hadits Ditinjau Dari Jalan
Periwayatannya Yang Sampai Kepada Kita oleh ust.muhammad
wasitho,Lc.,Ma,diakses tanggal 14 oktober 2015

(SHOHIH. Diriwayatkan oleh Muslim I/131 no.146, Ahmad I/398


no.3784, dan selainnya).
d. Pembagian Hadits Mutawatir
Hadits mutawatir terbagi dua Yaitu Mutawatir Lafdzi dan
Mutawatir

Ma'nawi6.Adapun

yang

dimaksud

dengan

Hadits

Mutawatir Lafdzi adalah :

Hadits Mutawatir Lafdzi adalah Hadits yang Mutawatir lafadz dan


maknanya
Contoh dari Hadits Mutawatir Lafdzi yaitu :


()
Barang siapa yang sengaja berdusta atas namaku, maka
hendaklah ia menduduki
tempat di neraka. (HR. Bukhori)
Menurut Abu Bakar al-Bazzar, Hadits tersebut diriwayatkan
oleh 40 orang sahabat, dan sebagian ulama' mengatakan bahwa
Hadits tersebut diriwayatkan oleh 62 orang sahabat dengan
lafadz dan makna yang sama. Hadits tersebut terdapat pada 10
kitab Hadits ; al-Bukhori, Muslim, al-Darimi, Abu Dawuf, Ibnu
6A. Qadir Hasan, Ilmu Mushthalah Hadits, ( Bandung: CV.Diponegoro,1990 )
hal.44.

7Mahmud at-Thahhan, Taisiiru Musthalahul Hadisi,(.....) hal.20.

Majah, al-Turmudzi, al-Thayalisi, Abu Hanifah, al-Tabrhani, alHikam.


Sedangkan hadits mutawatir manawi,adalah

Hadits Mutawatir Ma'nawi adalah Hadits yang Mutawatir


maknanya bukan lafadznya
Atau dengan kata lain adalah hadits yang rawi rawinya
berlainan dalam menyusun redaksi pemberitaan,tetapi berita
pemberitaan yang berlain lainan itu terdapat persesuaian pada
prinsipnya.9
Contoh hadits mutawatir manawi adalah tentang hadits
mengangkat tangan ketika bedoa

"Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam tidak mengangkat kedua


tangan beliau dalam doa-doanya selain dalam doa salat istiqa'
dan beliau mengangkat tangannya, sehingga nampak putih-putih
kedua ketiaknya." (HR. Bukhari Muslim)

Hadits yang semakna dengan yang semacam itu,tidak


kurang dari 30 buah dengan redaki yang berbeda beda.
Kendatipun hadits hadits tersebut berbeda beda redaksinya
namun karena mempunyai kadar mustarak (titik persamaan)
yang sama,yakni keadaan beliau mengangkat tangan di kala
berdoa,maka hadits tersebt disebut mutawatir maknawy.
8Ibid, hal : 21.
9 Fatchur Rahman,Ikhtisar Musthalahul,.....hlm.83.

e. Faidah Hadits Mutawatir


Hadits Mutawatir memberikan faedah ilmu dhoruri

) yaitu ilmu yang pasti (yakin) dan tidak boleh diingkari


kebenarannya. Mutawatir itu wajib diterima dengan yakin dan
wajib diamalkan. Hadis Mutawatir sama derajatnya dengan nash
Al-Quran.

Karenanya,

mengingkari

hadis

Mutawatir,

sama

dengan mengingkari Al-Quran, dihukum kafir. Atau paling sedikit


sebagai orang yang mulhid, yaitu orangyang mengakui akan
keesaan Allah dan mengaku sebagai orang Islam tetapi tidak
mengakui Muhammad sebagai Rasulullah.10
Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa penelitian
terhadap rawi-rawi hadits mutawatir tentang keadilan dan
kedlabitannya tidak diperlukan lagi, karena kuantitas/jumlah
rawi-rawinya mencapai ketentuan yang dapat menjamin untuk
tidak bersepakat dusta. Oleh karenanya wajiblah bagi setiap
muslim menerima dan mengamalkan semua hadits mutawatir.
Umat Islam telah sepakat tentang faedah hadits mutawatir
seperti tersebut di atas dan bahkan orang yang mengingkari
hasil ilmu daruri dari hadits mutawatir sama halnya dengan
mengingkari hasil ilmu daruri yang berdasarkan musyahailat
(penglibatan pancaindera).

f.

Kitab Rujukan Hadits Mutawatir


Para ulama telah memberikan perhatian yang sungguh

sungguh

dengan

mengumpulkan

hadits

hadits

mutawatir,lalu

menjadikannya sebagai kitab khusus (mushanaf) tersendiri,untuk

10 Hasbi As-Shiddieq, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis,


(Jakarta: Bulan Bintang,1993), hlm.100

memudahkan para penuntut ilmu merujuk kepadanya.Diantara kitab


kitab itu.
1) Al Azhar Al Mutanatsirah Fil Akbar Al Mutawatirah,Karya As
Suyuthi
2) Qathful Azhar,Karya As Suyuthi,Ringkasan Kitab di atas
3) Al Laali Al Mutanatsirah Fil Ahadits Al Mutawatirahm,Karya
Abu Abdillah Muhammad Bin Thulun Ad Dimasyqi
4) Nazhmul Mutanatsirah minal Hadits Al Mutawatirah,Karya
Muhammad bin Jafar Al Kittani.11

B. Hadits Ahad

Secara etimologi, kata "ahad" merupakan bentuk jama'


dari wahid yang berarti satu. Maka Khobar Ahad atau Khobar
Wahid adalah suatu berita yang disampaikan oleh satu orang.
Sedangkan secara terminologi, Hadits Ahad adalah :




.
Artinya : Hadis ahad adalah hadis yang para rawinya tidak
mencapai jumlah rawi hadis mutawatir, baik rawinya itu satu,
dua, tiga, empat, atau seterusnya. Tetapi jumlahnya tidak
memberi pengertian bahwa hadis dengan jumlah rawi tersebut
masuk dalam kelompok hadis mutawatir.
Ada juga yang memberikan tarif sebagai berikut
Hadits Ahad adalah Hadits yang tidak memenuhi syaratsyarat Hadits Mutawatir12
11 Mahmud thahan, studi ilmu....hlm.23
12Ibid, hal : 22.

Atau dengan kata lain, Hadits Ahad adalah suatu Hadits


yang jumlah pemberitaannya tidak mencapai jumlah pemberita
Hadits Mutawatir, baik pemberita itu seorang, dua orang, tiga
orang, empat orang, lima orang dan seterusnya, tetapi jumlah
tersebut tidak memberi pengertian bahwa Hadits tersebut masuk
ke dalam Hadits Mutawatir13
Dan Hadits Ahad itu dapat dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu Hadits Masyhur, Hadits 'Aziz dan Hadits Gharib.
a. Hadits Masyhur.
Secara etimologi hadits masyhur adalah, yang
diterangkan,yang ditunjukkan,yang masyhur.Sedangkan secara
istilah hadits masyhur adalah hadits yang diriwayatkan dengan
tiga sanad yang berlainan rawinya.14
Ditinjau dari segi kualitasnya, Hadits Masyhur ada yang
Shahih, ada yang Hasan dan ada yang Dho'if15. Hadits Masyhur
yang Shahih artinya Hadits Masyhur yang memenuhi syaratsyarat keshahihannya, Hadits Masyhur yang Hasan artinya Hadits
Masyhur yang kualitas perawinya di bawah kualitas perawi Hadits
Masyhur yang Shahih, sedangkan Hadits Masyhur yang Dho'if
artinya Hadits Masyhur yang tidak memiliki syarat-syarat atau
kurang salah satu syaratnya dari syarat Hadits Shahih.
Adapun contoh dari Hadits Masyhur adalah :

13 Muhammad Ahmad dan M. Mudzakir, Ulumul Hadits, (Bandung : Pustaka


Setia,2000) hal : 74.

14 A.Qadir Hasan,Ilmu Mushthalah ...hal.271


15

10



Artinya : Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda yang
dikatakan sebenar benar orang islam itu adalah orang yang
orang orang muslim lainnya selamat dari kejahatan lisan dan
tangannya.
Hadits tersebut diriwayatkan,oleh Bukhari,Muslim dan
Turmudzi dengan sanad yang berlainan.
Sanad Hadits :
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa sallam

1.Abdulllah bin Amr


2.As- Syabi
3.Abdullah bin Abis
Basfar
4.syubah
5.Adam

1.Abu Musa
2.Abu Burdah
3.Abu Burdah bin
Abdullah bin Abi
Burdah
4.Yahya
5.Said

1.Abu Hurairah
2.Abu Shalih
3.Al Qaqa
4.Ibnu Ajlan
5.Al Laits
6.Qutaibah

BUKHARI

TURMUDZI
MUSLIM

Cobalah perhatikan sanad yang dari jalan abdullah Bin amr


sampai Bukhari,yang dari jalan abu musa sampai muslim dan yang dari
jalan abu hurairah sampai jalan turmudzi kita akan melihat,tidak ada
seorang pun yang diantara rawi rawi tersebut yang bersamaan orang
nya.
Oleh

karena

itu,

hadits

itu

dikatakan

mashyur

mempunyai tiga sanad atau jalan periwayatan yang berbeda.

16 Ibid.hlm.272

11

16

karena

Contoh Hadits mashyur yang lain adalah :






Hadits ini diriwayatkan oleh bukhari muslim dengan sanad
sebagai berikut:17

Istilah Masyhur yang diterapkan pada suatu Hadits,


kadang-kadang bukan untuk memberikan sifat-sifat Hadits
menurut ketetapan di atas, yakni banyaknya rawi yang
meriwayatkan suatu Hadits, tetapi diterapkan juga untuk
memberikan sifat suatu Hadits yang mempunyai ketenaran di
17 http//ikabalangan.files.wordpress.com.2012/04/new picture.png
.diakses tanggal 13 oktober 2015.

12

kalangan para ahli ilmu tertentu atau di kalangan masyarakat


ramai. Dari sisi ini, maka Hadits Masyhur terbagi kepada :
Masyhur di kalangan para muhadditsin dan lainnya
(golongan ulama' ahli ilmu dan orang umum)
Masyhur di kalangan ahli-ahli ilmu tertentu, misalnya
hanya masyhur di kalangan ahli Hadits saja, atau ahli Fiqih
saja, atau ahli Tasawuf saja, atau ahli Nahwu saja dan lain
sebagainya.
Masyhur di kalangan orang-orang umum saja.
b. Hadits Aziz
Secara etimologi aziz artinya yang sedikit,yang gagah,atau
yang kuat.secara istilah ilmu hadits, hadits aziz adalah hadits
yang diriwayatkan dengan minimal dua sanad yang berlainan
rawinya.18 Atau dengan kata lain hadits aziz adalah hadits yang
diriwayatkan oleh dua orang,walaupun dua orang rawi tersebut
terdapat pada satu thabaqah saja,kemudian setelah itu,orang
orang pada meriwayatkannya.19
Dari definisi tersebut, kiranyanya dapat disimpulkan bahwa
suatu Hadits dikatakan 'Aziz bukan saja yang meriwayatkan oleh
dua orang rawi pada setiap thabaqat, yakni sejak dari thabaqat
pertama sampai thabaqat terakhir, tetapi sewaktu kedua
thabaqat didapati dua orang perawi, tetap dapat dikategorikan
sebagai Hadits 'Aziz. Dalam kaitannya dengan masalah ini, Ibnu
Hibban mengatakan bahwa Hadits 'Aziz yang hanya diriwayatkan
dari dan kepada dua orang perawi pada setiap thabaqat tidak

18 MannaAl Qathan, pengantar studi...hlm.114.


19 Mahmud thahan, studi ilmu....hlm.93

13

mungkin terjadi. Secara teori memang ada kemungkinan, tetapi


sulit untuk dibuktikan20
Dari pemahaman seperti ini, bisa saja terjadi suatu Hadits
yang pada mulanya tergolong sebagai Hadits 'Aziz, karena hanya
diriwayatkan oleh dua rawi, tetapi berubah menjadi Hadits
Masyhur, karena perawi pada thabaqat lainnya berjumlah
banyak.
Dalam Hadits 'Aziz terdapat Hadits 'Aziz yang Shahih, ada
yang Hasan dan ada pula yang Dha'if.Hadits 'Aziz yang Shahih,
Hasan dan Dha'if tergantung kepada terpenuhi atau tidaknya
ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan Hadits Shahih,
Hasan dan Dha'if.
Contoh Hadits 'Aziz.

Tidak sempurna iman salah seorang darimu sehingga aku lebih


dicintainya dari pada ia mencintai dirinya sendiri, orang tuanya,
anak-anaknya dan manusia seluruhnya (Muttafaqun 'Alaihi)
Hadits tersebut diriwayatkan oleh Bukahri dan Muslim dari
jalan Anas bin Malik.Dan diriwayatkan juga oleh bukhari dari
jalan Abu Hurairah.
Susunan sanad dari dua jalan (sanad) itu adalah : yang
meriwayatkan dari Anas : Qatadah dan Abdul Aziz bin
Shuhaib.Yang meriwayatkan dari Qatadah : Syubah dan

20 Munzier Suparta, Ilmu Hadits, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003)


,hal.116.

14

Said.Yang meriwayatkan dari Abdul Aziz : Ismail bin Illiyyah dan


Abdul Warits.

21

c. Hadits Gharib
Gharib secara bahasa artinya yang jauh dari
negerinya,yang asing,yang ajaib,yang luar biasa,yang jauh untuk
di pahami. Adapun menurut musthalahul hadits,hadits gharib
adalah suatu hadits yang diriwayatkan hanya dengan satu
sanad,dengan kata lain suatu hadits yang seorang rawi
bersendiri dalam meriwayatkannya,yaitu tidak ada orang lain
menceritakannya,melainkan dia.22
Hadits gharib ini ada yang Shahih,Hasan dan Dhaif,yang Shahih
contoh nya seperti yang terdapat dalam As Shahihain,yang Dhaif
inilah yang biasanya banyak terjadi dalam Gharib,sedangkan
yang Hasan banyak tedapat dalam JamiTirmidzi23
Adapun maksud dari penyendirian rawi yaitu penyendirian
rawi dalam meriwayatkan Hadits itu, dapat mengenai
personalianya, yakni tidak ada orang lain yang meriwayatkan
selain rawi itu sendiri. Juga dapat mengenai sifat atau keadaan si
rawi, artinya sifat atau keadaan si rawi itu berbeda dengan sifat
dan keadaan rawi-rawi lain yang juga meriwayatkan Hadits
tersebut.24
Contoh Hadits Gharib.

21 MannaAl Qathan, studi ilmu...hlm.115


22 A. Qadir Hasan, Ilmu Mushthalah ...hlm.278
23 Imam An Nawawi,Syarah Hadits Arbain Nawawiyah,cet.II terj.Abu
Ahmad Hasan dan Ummu Dzakiya.(Solo:Pustaka Barokah,2005) hlm.15
24 Fatchur Rahman,Ikhtisar Musthalahul,.....hlm.97

15

Iman Memiliki Lebih Dari Tujuh Puluh Atau Enam Puluh Cabang.
Cabang Yang Paling Tinggi Adalah Perkataan L Ilha Illallh,
Dan Yang Paling Rendah Adalah Menyingkirkan Duri (Gangguan)
Dari Jalan. Dan Malu Adalah Salah Satu Cabang Iman [ Shahh:
HR.al-Bukhri dalam al-Adbul Mufrad (no. 598), Muslim (no. 35),
Ab Dwud (no. 4676), an-Nas-i (VIII/110) dan Ibnu Mjah (no.
57), dari Shahabat Ab Hurairah. Lihat Shahhul Jmi ashShaghr (no. 2800).]
Kalau kita susun sanad maka gambarannya berupa begini :
Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam

1.Abu
Hurairah
2.Abu Shalih
3.Abdullah
bin Dinar
BUKHARI

1.Abu Hurairah
2.Abu Shalih
3.Abdullah bin
Dinar
4.Sulaiman bin
Bilal
5.Abu Amir
6.Abdun bin
Humaid

1.Abu
Hurairah
2.Abu Shalih
3.Abdullah bin
Dinar
4.Shuhail bin
Abi Shalih
5.Hammad
6.Musa bin
Ismail

1.Abu
Hurairah
2.Abu Shalih
3.Abdullah
bin Dinar
4. Sulaiman
bin Bilal
5. Abu Amir
6.Muhammad
bin Abdullah

ABU DAWUD

AN NASAI

MUSLIM

16

Ditinjau dari segi bentuk penyendirian rawi seperti tertera


di atas, maka Hadits Gharib ini terbagi menjadi dua macam, yaitu
Gharib Mutlaq dan Gharib Nisbi.
a) Gharib Mutlaq
Dikatakan Gharib Mutlaq, artinya penyendirian itu terjadi
berkaitan dengan keadaan jumlah personalianya, yakni tidak ada
orang lain yang meriwayatkan Hadits tersebut kecuali dirinya
sendiri.
Contoh :


( )
Iman itu bercabang-cabang menjadi 73 cabang, malu itu salah
satu cabang dari iman (Muttafaqun 'Alaihi)
Hadits tersebut diterima oleh Abu Hurairah dan Abu
Hurairah (sahabat) hanya diterima oleh Abu Shalih (tabi'in) dari
Abu Shalih hanya diterima oleh Abdullah Ibn Dinar (tabi'u altabi'in) yang darinya juga hanya diriwayatkan oleh Sulaiman ibn
Bilal, dan dari Sulaiman diterima oleh Abu Amir. Baru setelah dari
Abu Amir Hadits tersebut diriwayatkan oleh Ubaidillah Ibn Sa'id
dan Abdun Ibn Humaid yang dari keduanya, kemudian diterima
oleh Muslim.
Mengenai Gharib Mutlaq ini, para ulama' berbeda
pendapat, apakah penyendirian pada thabaqah sahabat juga
termasuk ke dalam kategori Hadits Gharib atau tidak. Dengan
kata lain, apakah kajian tentang keghariban Hadits itu juga
termasuk pada thabaqah sahabat atau tidak. Menurut sebagian
ulama', keghariban sahabat juga termasuk, sehingga apabila
suatu Hadits diterima dari Rasulullah hanya oleh seorang
sahabat (misalnya oleh Abu Hurairah sendiri atau oleh 'Aisyah

17

sendiri), Hadits tersebut juga disebut Gharib, meskipun pada


thabaqah-thabaqah berikutnya diterima oleh beberpa orang.
Menurut sebagian ulama' lainnya berpendapat bahwa,
penyendirian sahabat tidak termasuk ke dalam Hadits Gharib.
Keghariban Hadits menurut mereka hanya diukur pada thabaqah
tabi'in (misalnya pada Ibn Syihab az-Zuhri) dan thabaqahthabaqah berikutnya. Dengan demikian, suatu Hadits baru bisa
dikatagorikan ke dalam Hadits Gharib apabila terjadi
penyendirian pada thabaqah tabi'in atau thabaqah-thabaqah
berikutnya.
b) Hadits Gharib Nisbi
Disebut Hadits Gharib Nisbi, arti katanya Gharib adalah
yang relatif. Ini maksudnya, penyendirian itu bukan pada perawi
atau sanadnya, melainkan mengenai sifat atau keadaan tertentu
seorang rawi :
1. Penyendirian tentang sifat keadilan dan kedhabitan dan
ketsiqahan rawi. Contoh :




( )

Konon Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam pada hari raya


Qurban dan hari raya Idul Fitri membaca surat Qaaf dan surat alQamar (Akhrajahu Muslim)
2. Penyendirian tentang kota atau tempat tinggal tertentu,
yakni Hadits yang hanya diriwayatkan oleh para rawi dari
kota atau daerah tertentu saja, misalnya Basrah, Kufah
atau Madinah saja. Contoh :

18


( )

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam

memerintahkan kepada

kita agar membaca al-Fatihah dan surat mudah dari al-Qur'an


(HR. Abu Dawud)
Hadits ini diterima oleh Abu Dawud dari Abu Walid al-Thayalisi
dari Hamam dan Qatadah dari Abu Nasharah dan Sa'id yang
kesemuanya berasal dari Bashrah.
3. Penyendirian tentang meriwayatkannya dari rawi tertentu.
Contoh :

Sesungguhnya Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam mengadakan


walimah untuk Shafiyah dengan jamuan makanan yang terbuat
dari tepung gandum dan kurma
Hadits Ash habus Sunan (nomor I ) yang bersanadkan Ibnu
Uyainah,Wail,Bakar

bin

Wail,Az

Zuhry

dan

Anas

Radhiyallahuan,menurut Al Hafidh Ibnu Thahir hanya Wail


sendiri yang meriwayatkan dari anak nya,Bakar dan selain Ibnu
Uyainah tidak ada seorang rawi yang meriwayatkan daripadanya.
Al Tuzy meriwayatkan hadits tersebut (Nomor II) dari Ibnu
Uyainah dari Ziyyad bin Said dari Az Zuhry tanpa melalui
wail.Jamaah

Ahli

hadits

(Nomor

III)

meriwayatkan

dari

Uyainah,terus langsung dari Az Zuhry tanpa perantara.


Dengan demikian,Wail adalah menyendiri dengan perawi
lain dalam meriwayatkannya.Ia meriwayatkannya dari anaknya

19

sendiri,sedang rawi rawi lain tidak ada yang meriwayatkan


semisal itu.25
Penyendirian seorang perawi seperti di atas, bisa pada
keadilan dan kedhabitannya, atau pada tempat tinggal atau kota
tertentu. Misalnya, Hadits itu tidak diriwayatkan oleh perawi yang
tsiqah kecuali si fulan. Maka si fulan berarti gharib dalam
ketsiqahannya dari perawi lainnya. Atau misalnya, Hadits itu
tidak diriwayatkan oleh penduduk ahli Madinah kecuali si fulan.
Maka si fulan berarti gharib dalam meriwayatkan Hadits tersebut.
Dilihat dari sudut keghariban pada sanad dan pada matan,
Hadits Gharib terbagi kepada dua macam. Pertama, keghariban
pada sanad dan matan secara bersama-sama, dan kedua,
keghariban pada sanad saja26
Yang dimaksud dengan Gharib pada sanad dan matan
secara bersama-sama adalah Hadits Gharib yang hanya
diriwayatkan oleh satu silsilah sanad dengan satu matan
Haditsnya. Sedangkan yang dimaksud dengan Gharib pada
sanad saja adalah Hadits yang telah populer dan diriwayatkan
oleh banyak sahabat, tetapi ada seorang rawi yang
meriwayatkannya dari salah seorang sahabat yang lain yang
tidak populer. Periwayatan Haditsmelalui sahabat yang lain
seperti ini disebut sebagai Hadits Gharib pada sanad.
Dari pembahasan tentang Hadits Gharib tersebut, jelasnya
pada Hadits Gharib mempunyai beberapa hukum (nilai)
diantaranya :

25 Ibid.hlm.102
26Utang Ranuwijaya,Ilmu Hadits, (Jakarta : Gaya Media Pratama,2001) Hal :
149

20

1. Shahih, yaitu jika perawinya mencapai dhabith yang


sempurna dan tidak ditentang oleh perawi yang lebih kuat
dari padanya.
2. Hasan, yaitu jika dia mendekati derajat yang di atas dan
tidak ditentang oleh orang yang lebih rajah dari padanya.
3. Syad, yaitu jika ditentang oleh orang yang lebih kuat dari
padanya, sedang dia adalah orang kepercayaan.
4. Munkar, yaitu jika ditentang oleh orang yang lebih kuat dari
padanya, sedang diapun adalah orang yang lemah.
5. Matruk, yaitu jika dia tertuduh dusta walaupun tidak
ditentang oleh orang lain.
Oleh karena yang demikian, terbagilah Hadits Gharib
kepada tiga bagian, yaitu :
1. Gharib Shahih, yaitu segala Hadits Gharib yang terdapat
dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim
2. Gharib Hasan, yaitu kebanyakan Hadits Gharib yang
terdapat dalam sunan at-Turmudzi
3. Gharib Dha'if, yaitu kebanyakan Hadits Gharib yang
terdapat dalam sunan-sunan lain dan dalam musnadmusnad27
Untuk menetapkan suatu Hadits itu Gharib, hendaklah
diperiksa lebih dulu pada kitab-kitab Hadits, semisal kitab Jami'
27 www.Academi.edu.com/ makalah hadits ditinjau dari kuantitasnya
diakses tanggal 15 Oktober 2015 jam 10 : 56 wib

21

dan kitab Musnad, apakah Hadits tersebut mempunyai sanad lain


selain sanad yang dicari kegharibannya itu, atau tidak. Kalau ada
hilanglah kegharibannya.
Adapun Kitab yang banyak memuat Hadits Gharib
diantaranya adalah :
(1)Musnaad Al Bazaar
(2)Al-Mujam Al Ausath karya At Thabrany
Dan Kitab Kitab yang membahas Hadits Gharib adalah :
(1)Gharaibu Malik,Karya al-Daruquthniy
(2)Al-Afraad, Karya al-Daruquthniy
(3)Al-sunan Allatiy Tafarrada Bikulli Sunnatin Minha Ahlu
Baldah,Karya Abu Daud al Sajistaniy
C. Kedudukan Hadits Ahad
Hadits-hadits ahad memberi dua faedah:
1) Dzon, yaitu sangkaan kuat tentang sahnya penyandaran
penukilan hadits dari seseorang. Dan hal ini bertingkattingkat

sesuai

tingkatnya

masing-masing

yang

telah

disebutkan. Terkadang hadits ahad memberi faedah ilmu


jika ditemukan banyak indikator dan dikuatkan oleh ushul
(kaedah pokok dalam syariat).
Misalnya

dengan

indikator

(qorinah),

hadits

tersebut

diterima oleh seluruh umat. Tidak ada yang menolaknya misal


hadits innamal amalu biniyat. Ini termasuk hadits ghorib, akan
tetapi karena seluruh ulama menerimanya, maka ini adalah
qorinah yang menunjukkan bahwa hadits ini adalah benar-benar
dari Nabi shollallahu alaihi wa sallam. Atau hadits tersebut
didukung oleh ushul, yaitu didukung oleh kaedah pokok dalam
syariat. Ada banyak ayat yang menunjukkan. kebenaran maksud

22

dari hadits tersebut. Maka ini merupakan indikasi kuat bahwa


Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengucapkannya. Atau itu
adalah hadits yang muttafaqun alaih. Meskipun itu adalah hadits
ahad atau ghorib. Namun itu menjadi qorinah yang kuat. Ini
pendapat yang dirojihkan Syaikh Ibnu Utsaimin dalam masalah
ini yaitu hadits ahad itu memberi faidah dzon kecuali ada
qorinah. Jadi, hadits ahad itu memberi faidah ilmu (yakin) jika
ada indikator-indikator pendukungnya.
2) Mengamalkan kandungannya. Dengan mempercayainya
jika berupa berita dan mempraktekkannya jika berupa
tuntutan.
Baik tuntutan untuk mengerjakannya atau tuntutan untuk
meninggalkannya. Jadi hadits ahad memberi faedah amal. Jika
hadits itu berupa masalah aqidah berupa masalah khobar maka
tetap wajib menjadikannya sebagai aqidah dan mempercayainya.
Jadi ucapan ulama bahwa hadits ahad yang shahih itu memberi
makna sangkaan kuat, itu sama sekali tidak ada hubungannya
bahwa dalam masalah aqidah tidak diamalkan.Meskipun ada tiga
pendapat untuk masalah ini, meskipun ulama yang memilih dzon
secara mutlak sekalipun, namun mereka tetap beramal dengan
hadits ahad dalam masalah aqidah dalam masalah khobar
dengan mempercayai dan mengimaninya sebagai bagian dari
aqidah. Inilah curangnya Para penolak hadits ahad . Ketika
mereka

mengatakannya

bahwasannya

mereka

tidak

mau

menerima hadits ahad dalam masalah aqidah. Lalu mereka


mengatakan yang mendukung kami adalah ulama ini, disebutkan
satu dua tiga dst disebutkan. Padahal apa yang disebutkan oleh
ulama tersebut bahwa hadits ahad memberi makna (dzon)
sangkaan. Dan sangkaan yang dimaksudkan adalah sangkaan
23

yang kuat bukan sekedar sangkaan. Sama sekali mereka tidak


bermaksud dikarenakan itu memberi makna dzon kemudian tidak
dipakai dalam masalah aqidah. Namun Mereka curang. Mereka
katakan yang mendukung kami adalah ulama ini dan itu. Padahal
ulama tersebut membicarakan dari segi itu memberi makna dzon
atau tidak dan beliau merojihkan memberi makna dzon. Lalu
apakah beliau mengatakan itu tidak diterima sebagai dalil dalam
masalah aqidah? Tidak. Beliau tetap menerimanya sebagai dalil
dalam masalah aqidah. Hanya saja ulama tersebut memilih
memberi makna dzon. Karena mengamalkan hadits ahad dalam
masalah aqidah adalah ijma ulama salaf. Sebagaimana dinukil
oleh banyak ulama. Meskipun itu adalah hadits ahad, maka itu
adalah memberi faidah amal dengan dijadikannya sebagai
aqidah jika berisi masalah-masalah aqidah.
BAB III
PENUTUP
Sebagai akhir bahasan masalah ini, alangkah baiknya kita
saling ingat dan mengingatkan, bahwa:
1. Wajib bagi setiap muslim mengimani semua hadits yang
sudah shahih yang datang dari Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam, baik dalam masalah aqidah maupun
ahkam, baik yang mutawatir maupun hadits ahad yang
shahih. Semua wajib kita imani dan kita terima dengan
sepenuh hati.
2. Bahwa hak tasyri (membuat syariat) hanyalah milik Allah
Subhanahu wa Ta'ala semata, dan Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam yang akan menjelaskannya. Sedangkan
bila yang ditetapkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallaam tidak terdapat dalam Al-Qur-an berarti beliau telah
diizinkan Allah untuk menetapkan sya-riat itu. Dan bagi

24

seorang mukmin bila diseru untuk berhukum dengan


hukum Allah dan Rasul-Nya tiada pilihan lain baginya
kecuali wajib taat. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:




Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila dipanggil
kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili)
di antara mereka ialah ucapan, Kami mendengar, dan kami
patuh. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (AnNuur: 51)
3. Kita harus menjadi orang-orang yang senantiasa mengikuti
jejak

Rasulullah

Shallallahu

'alaihi

wa

sallam,

para

Shahabat Ridwanullah 'alaihim ajma'in, Tabi'in, dan Tabiut


Tabi'in. Karena tidak ada yang pantas untuk dijadikan
contoh, panutan, dan teladan, melainkan terpatri pada
sosok pribadi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
4. Kita tidak diperkenankan mengikuti tokoh-tokoh yang
dianggap sebagai orang terkenal, yang dalam aqidah dan
amal mereka menyimpang dari apa yang sudah digariskan
Allah dan Rasul-Nya.
5. Pemahaman, pengamalan, dan dakwah yang bersumber
dari Al-Qur-an dan As-Sunnah haruslah sebagaimana yang
difahami, diamalkan, dan didakwahkan oleh Rasulullah
Shallallahuu 'alaihi wa sallam, dan para Shahabatnya, tidak
boleh ada seorang pun yang menyalahi aturan dalam
perkara ini.

DAFTAR PUSTAKA

25

Bahan Dari Buku


Ahmad ,Muhammad dan Mudzakir, M. Ulumul Hadits, Bandung :
Pustaka
Setia,2000
Al Qathan ,Manna, Studi Ilmu Hadits,cet.VIII,terj. Mifdhol
abdurrahman,
Jakarta : pustaka al kautsar, 2014
An Nawawi,Imam,Syarah Hadits Arbain Nawawiyah,cet.II terj.Abu
Ahmad
Hasan dan Ummu Dzakiya.Solo:Pustaka Barokah,2005
As-Shiddieq,Hasbi Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis,
Jakarta: Bulan Bintang,1993
At-Thahhan Mahmud, Taisiiru Musthalahul Hadisi
At-Thahan ,Mahmud,Ilmu Hadits Praktis,cet.I,terj.Abu Fuad
Bogor : Pustaka
Thariqul Izzah,1985.
Hasan ,A. Qadir, Ilmu Mushthalah Hadits, Bandung:
CV.Diponegoro,1990
Rahman ,Fatchur,Ikhtisar Musthalahul Hadits,cet... Bandung :
Pustaka Al
Maarif,1974.
Ranuwijaya ,Utang,Ilmu Hadits, Jakarta : Gaya Media
Pratama,2001
Suparta, Munzier ,Ilmu Hadits, Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2003
Bahan Dari Internet.

26

www.Academi.edu.com/ makalah hadits ditinjau dari


kuantitasnya diakses tanggal
15 Oktober 2015 jam 10 : 56 wib
www.salwa.com/artikel Pembagian Hadits Ditinjau Dari Jalan
Periwayatannya
Yang Sampai Kepada Kita oleh Ust.Muhammad
Wasitho,Lc.,Ma,diakses
tanggal 14 oktober 2015
http//ikabalangan.files.wordpress.com.2012/04/new picture.png
.diakses tanggal
13 oktober 2015.

27

Anda mungkin juga menyukai