Tugas Qira'at 5

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH

STUDI AL QUR’AN

ILMU QIRA’AT AL QUR’AN

DOSEN PENGAMPU : NURUL AINI

Nama Kelompok :

1.Faizin Azhari

2. Josianto

3.Siti Aisyah

FAKULTAS TARBIYAH

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM HAMZANWADI PANCOR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayahNya, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah “STUDI AL-QUR’AN” bisa selesai secara tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Al-quran. Selain itu, makalah
ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang studi alqur’an. Dan tidak lupa saya
mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan / sahabat serta teman-teman yang telah membantu
untuk menyelesaikan masalah ini.

Untuk itu kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
bersifat membangun senantiasa kami terima dengan terbuka. karena kami pelaku pembuat
makalah menyadari jika makalah ini jauh dari kata sempurna,dan semoga makalah ini bermanfaat
untuk pembacanya.

i
DAFTAR ISI

COVER ....................................................................................................................................

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1

1. Latar belakang ........................................................................................................... 1

2. Rumusan masalah .................................................................................................... 1

3. Tujuan pembelajaran ................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 2

1. Pengertian ilmu qira’at ............................................................................................. 2

2 .Sejarah perkembangan ilmu qira’at ........................................................................... 3

3.Kriteria qira’at yang diterima dan ditolak .................................................................. 6

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 8

1. Kesimpulan ................................................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Qiraat merupakan salah satu cabang ilmu dalam ‘Ulum al-Qur’an, namun tidak banyak orang
yang tertarik kepadanya, kecuali orang-orang tertentu saja, biasanya kalangan akademik. Banyak
faktor yang menyebabkan hal itu, di antaranya adalah, ilmu ini tidak berhubungan langsung dengan
kehidupan dan muamalah manusia sehari-hari; tidak seperti ilmu fiqih, hadis, dan tafsir
misalnya,yang dapat dikatakan berhubungan langsung dengan kehidupan manusia. Hal ini
dikarenakan ilmu qira’at tidak mempelajari masalah-masalah yang berkaitan secara langsung
dengan halal-haram atau hukum-hukum tertentu dalam kehidupan manusia.
Selain itu, ilmu ini juga cukup rumit untuk dipelajari, banyak hal yang harus diketahui oleh
peminat ilmu qira’at ini, yang terpenting adalah pengenalan al-Qur’an secara mendalam dalam
banyak seginya, bahkan hafal sebagian besar dari ayat-ayat al-Qur’an merupakan salah satu kunci
memasuki gerbang ilmu ini; pengetahuan bahasa Arab yang mendalam dan luas dalam berbagai
seginya, juga merupakan alat pokok dalam menggeluti ilmu ini, pengenalan berbagai macam qiraat
dan para perawinya adalah hal yang mutlak bagi pengkaji ilmu ini. Hal-hal inilah barangkali yang
menjadikan ilmu ini tidak begitu populer.
Meskipun demikian keadaannya, ilmu ini telah sangat berjasa dalam menggali, menjaga dan
mengajarkan berbagai “cara membaca” al-Qur’an yang benar sesuai dengan yang telah diajarkan
Rasulullah SAW. Para ahli qiraat telah mencurahkan segala kemampuannya demi
mengembangkan ilmu ini. Ketelitian dan kehati-hatian mereka telah menjadikan al-Qur’an terjaga
dari adanya kemungkinan penyelewengan dan masuknya unsur-unsur asing yang dapat merusak
kemurnian al-Qur’an. Tulisan singkat ini akan memaparkan secara global tentang ilmu Qira’at al-
Qur’an, dapat dikatakan sebagai pengenalan awal terhadap Ilmu Qira’at al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu ilmu qira’at?
2. Bagaimana sejarah perkembangan ilmu qira’at?
3. Bagaimana kreteria qira’at yang diterima dan ditolak?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui ap aitu ilmu qira’at


2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan ilmu qira’at
3. Untuk mengetahui kreteria qira’at yang ditola
1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Qira’at

Menurut bahasa, qira’at adalah bentuk jamak dari qira’ah yang merupakan isim masdar dari
qaraa , yang artinya : bacaan, Sedangkan menurut istilah “Qira’ah adalah perbedaan lafadzh-lafadzh
wahyu yang disebutkan (Al-Qur’an) dalam penulisan huruf, atau cara mengucapkan lafadzh Al-
Qur’an seperti ringan dan berat serta lainnya.

Sementara itu, Ali ash-Shabuni mendefinisikan qira’ah dengan: “Qira’at adalah salah satu
madzhab dari beberapa madzhab artikulasi (kosa kata) Al-Qur’an yang dipilih oleh salah seorang
Imam Qira’at yang berbeda dengan madzhab lainnya serta berdasarkan pada sanad yang
bersambung hingga Rasulullah SAW.”1

Sedangkan yang dimaksud dengan al-muqri’ adalah orang yang alim dengan qira‟ah yang
meriwayatkannya secara musyafahah (lisan) melalui jalan talaqqi (berguru langsung) dari orang
yang ahli di bidang qira’ah, demikian sampai silsilah qira’ah tersebut bersambung hingga kepada
Rasulullah SAW. 2

Dan juga beberapa pendapat yang di kemukakan oleh beberapa ulama,di antaranya:

1) al-Zarkasyi

menurutnya qiraat merupakan perbedaan lafal-lafal al-Qur'an, baik menyangkut huruf-hurufnya


maupun cara pengucapan huruf-huruf tersebut, sepeti takhfif, tasydid dan lain-lain.

2) Al-Zarqani

Menurutnya qira’at sebagai : “Suatu mazhab yang dianut oleh seorang imam dari para imam qurra’
yang berbeda dengan yang lainnya dalam pengucapan al-Qur’an al-Karim dengan kesesuaian
riwayat dan thuruq darinya. Baik itu perbedaan dalam pengucapan huruf-huruf ataupun pengucapan
bentuknya.”

3) Shihabuddin al-Qusthalani

1 Anshori, Ulumul Qur’an; Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan (Jakarta: Rajawali Press, 2014), 143-144.
2 Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu, 2013), 340-341.
2
Qira’at yaitu suatu ilmu untuk mengetahui kesepakatan serta perbedaan para ahli Qira’at (tentang
cara mengucapkan lapal-lapal Al-Quran) seperti yang menyangkut aspek kebahasaan, I’rob, hazf,
isbat, fashl, washl, yang di peroleh dengan cara periwayatan.

Jadi dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa pengertian ilmu qiro’at yaitu suatu ilmu
pengetahuan yang membahas atau mempelajari cara bacaan alquran yang berbeda-beda penyebutan
lafal-lafal Alquran, tetapi disertai sepakat riwayat-riwayat dan jalurnya, namun walaupun berbeda
penyampaiannya atau penyebutannya karena banyaknya cara melafalkannya, Alquran tetap berasal
dari satu sumber yaitu Muhammad SAW.

Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan macam- macam bacaan al Qur’an yaitu qiraah ,riwayat
dan thariqah.

Qira’ah adalah bacaan yang disandarkan kepada salah seorang imam dari qurra’ yang
tujuh, sepuluh atau empat belas.

Riwayat adalah bacaan yang disandarkan kepada salah seorang perawi dari para qurra’ yang
tujuh, sepuluh atau empat belas

Thariqah adalah bacaan yang di sandarkan pada orang yang mengambil qiraat dari
periwayat qurra’ yang tujuh,sepuluh atau empat belas

B. Sejarah Perkembangan Ilmu Qira’at

Pada periode awal kaum muslimin memperoleh ayat-ayat al-Qur’an langsung dari nabi saw,
kepada para sahabat dan dari sahabat ini kemudian kepada para tabi’in serta para imam-imam qiraat
pada masa selanjutnya. Pada masa Nabi saw, ayat-ayat ini diperoleh dari nabi dengan cara
mendengarkan, membaca lalu beberapa sahabat menghafalkannya. Sehingga pada periode ini al-
Qur’an belum dibukukan, pedoman dasar bacaan dan pelajarannya langsung bersumber dari Nabi
saw, serta para sahabat yang hafal al-Qur’an. Hal ini berlangsung hingga masa para sahabat yang
pada perkembangannya al-Qur’an dibukukan atas dasar iktiar dari khalifah Abu Bakar dan inisiatif
Umar bin Khattab.

Pada perkembangan berikutnya, al-Qur’an justru tertata lebih rapi karena khalifah Usman
berinisiatif untuk menyalin mushaf dan dicetak lebih banyak untuk kemudian disebarkan kepada
kaum muslimin di berbagai kawasan. Langkah ini ditempuh oleh Utsman bin Affan karena pada
waktu itu terjadi perselisihan diantara sesama kaum muslimin tentang perbedaan bacaan yang
mereka terima, maka dengan dasar inilah diketahui sejarah awal terjadinya perbedaat Qira’at yang
3
kemudian dipadankan oleh Utsman bin Affan dengan cara menyalin mushaf itu menjadi satu bentuk
yang sama dan mengirimnya ke berbagai daerah. Dengan cara seperti ini maka tidak aka nada lagi
perbedaan, karena seluruh mushaf yang ada di daerah-daerah kaum muslimin semuanya sama, yaitu
mushaf yang berasal dari khalifah Utsman bin Affan.

Setelah masa itu, maka muncullah para qurra’ (para ahli dalam membaca al-Qur’an),
merekalah yang menjadi panutan di daerahnya masing-masing dan dari bacaan mereka dijadikan
pedoman serta cara-cara membaca al-Qur’an.

Perkembangan selanjutnya ditandai dengan munculnya masa pembukuan qira’at. Para ahli
sejarah menyebutkan bahwa orang yang pertama kali menuliskan ilmu qira’at adalah Imam Abu
Ubaid al-Qasim bin Salam yang wafat pada tahun 224 H. Ia menulis kitab yang diberi nama al-
Qira’at yang menghimpun qiraat dari 25 orang perawi. Pendapat lain menyatakan bahwa orang
yang pertama kali menuliskan ilmu qiraat adalah Husain bin Usman bin Tsabit al-Baghdadi al-
Dharir yang wafat pada tahun 378 H. Dengan demikian mulai saat itu qira’at menjadi ilmu
tersendiri dalam ‘Ulum al-Qur’an.

Menurut Sya’ban Muhammad Ismail, kedua pendapat itu dapat dikompromikan. Orang
yang pertama kali menulis masalah qiraat dalam bentuk prosa adalah al-Qasim bin Salam, dan
orang yang pertama kali menullis tentang qira’at sab’ah dalam bentuk puisi adalah Husain bin
Usman al-Baghdadi.

Pada penghujung Abad ke III Hijriyah, Ibn Mujahid menyusun qira’at Sab’ah dalam
kitabnya Kitab al-Sab’ah. Dia hanya memasukkan para imam qiraat yang terkenal siqat dan amanah
serta panjang pengabdiannya dalam mengajarkan al-Qur’an, yang berjumlah tujuh orang. Tentunya
masih banyak imam qira’at yanng lain yang dapat dimasukkan dalam kitabnya.3

Ibn Mujahid menamakan kitabnya dengan Kitab al-Sab’ah hanyalah secara kebetulan, tanpa
ada maksud tertentu. Setelah munculnya kitab ini, orang-orang awam menyangka bahwa yang
dimaksud dengan ahruf sab’ah adalah qira’at sab’ah oleh Ibn Mujahid ini. Padahal masih banyak
lagi imam qira’at lain yang kadar kemampuannya setara dengan tujuh imam qira’at dalam kitab
Ibn Mujahid

Abu al-Abbas bin Ammar mengecam Ibn Mujahid karena telah mengumpulkan qira’at
sab’ah. Menurutnya Ibn Mujahid telah melakukan hal yang tidak selayaknya dilakukan, yang
mengaburkan pengertian orang awam bahwa Qiraat Sab’ah itu adalah ahruf sab’ah seperti dalam

3 Anshori, Ulumul Qur’an; Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan, 148.


4
hadis Nabi itu. Dia juga menyatakan, tentunya akan lebih baik jika Ibn Mujahid mau mengurangi
atau menambah jumlahnya dari tujuh, agar tidak terjadi syubhat.4

Banyak sekali kitab-kitab qiraat yang ditulis para ulama setelah Kitab Sab’ah ini. Yang
paling terkenal diantaranya adalah : al-Taysir fi al-Qiraat al-Sab’i yang diisusun oleh Abu Amr al-
Dani, Matan al-Syatibiyah fi Qira’at al-Sab’i karya Imam al-Syatibi, al-Nasyr fi Qira’at al-‘Asyr
karya Ibn al-Jazari dan Itaf Fudala’ al-Basyar fi al-Qira’at al-Arba’ah ‘Asyara karya Imam al-
Dimyati al-Banna. Masih banyak lagi kitab-kitab lain tentang qira’at yang membahas qiraat dari
berbagai segi secara luas, hingga saat ini.

Macam macam Qira’at:

a.Macam-macam Qira’at di tinjau dari segi kuantitas yaitu :

1. Qira’ah saba’ah (Qira’at tujuh) yaitu : nafi’, ibnu katsir, abu amr al- bashri,Abdullah bin
amr, ashim, hamzah, al kisa’i
2. Qira’ah Asyarah (Qira’ah sepuluh) yaitu Qira’at tujuh di tambah dengan tiga qira’at
lagi.yaitu :abu ja’far al madani,ya’qub al-bashri dan khalaf al asyr.

Qiraat yang di luar dari qiraat sepuluh ini di anggap sebagai qiraat yang syadz.meskipun demikian
bukan berarrti tidak ada satupun dari qiraat sepuluh dan bahkan qiraat tujuh yang masyhur itu
terlepas dari syadz,sebab di dalam sepuluh qiraat tersebut masih terdapat juga beberapa yang
syadz sekalipun hanya sedikit.

b. macam-macam Qira’at dari segi kualitas yaitu :

1. Qira’at mutawatir yakni qira’ah yang di sampaikan sekelompok orang mulai dari awal
sampai akhir sanad,yakni tidak mungkin bersepakat untuk berbuat dusta.
2. Qiraah masyhur, yakni yang memiliki sanad sahih, tetapi tidak sampai pada kulitas
mutawatir, sesuai kaidah bahasa arab dan tulisan mushaf utsmani, masyhur di
dikalangan qurra; di baca sebagaimana ketentuan yang tela ditetapaka Al-jazari, dan tidak
termasuk Qira’ah yang keliru dan meyimpang.
3. Qira’ah ahad, yakni yang memiliki sanad sahih,tetapi meyalahi tulisan mushaf,utsmani dan
kaidah bahasa arab, tidak memiliki kemashuran dan tidak di baca sebagiamana ketentuan
yang telah di tetapkan Al-jazari
4. Qira’ah ayadz(meyimpang) Yakni sanadnya tidak sahih.
5. Qira’ah maudhu’ yakni qiraat yang palsu

4 Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu, 2013), 345-346.


5
6. Qira’ah yang meyerupai hadits mudraj(sisipan)yakni adanya peyisipan pada bacaan denga
tujuan penafsiran

C. Kriteria Qira’ah yang diterima dan yang ditolak

Untuk mencegah penyelewengan Qira’at yang sudah mulai muncul, para ulama membuat
persyaratan-persyaratan bagi Qira’at yang dapat diterima. diantaranya :

1) Qira’at itu sesuai dengan bahasa arab , sekalipun menurut satu jalan.

2) Qira’at iu sesuai dengan salah satu mushaf-mushaf Utsmani sekalipun secara potensial.

3) Shahih sanad nya ,baik diriwayatkan dari Imam qira’at yang tujuh dan yang sepuluh ,maupun
dari imam-imam qira’at yang diterima selain mereka.

Adapula Qira’at yang tidak sesuai dengan syarat – syarat diatas maka tidak dapat di terima
sebagai qira’at yang dapat digunakan .

Yang dimaksud dengan “sesuai dengan salah satu kaidah bahasa Arab“ ialah: tidak
menyalahi salah satu segi dari segi-segi qawa’id bahasa Arab, baik bahasa Arab yang paling fasih
ataupun sekedar fasih, atau berbeda sedikit tetapi tidak mempengaruhi maknanya. Yang lebih
dijadikan pegangan adalah qiraat yang telah tersebar secara luas dan diterima para imam dengan
sanad yang shahih.

Sementara yang dimaksud dengan “sesuai dengan salah satu tulisan pada mushaf Usmani”
adalah sesuainya qiraat itu dengan tulisan pada salah satu mushaf yang ditulis oleh panitia yang
dibentuk oleh Usman bin ‘Affan dan dikirimkannya ke kota-kota besar Islam pada masa itu.

Mengenai maksud dari “shahih sanadnya” ini ulama berbeda pendapat. Sebagian
menganggap cukup dengan shahih saja, sebagian yang lain mensyaratkan harus mutawatir.

Adanya bermacam-macam qiraat seperti telah disebutkan di atas, mempunyai berbagai


manfaat, yaitu :

1. Meringankan umat Islam dan mudahkan mereka untuk membaca al-Qur’an.

2. Menunjukkan betapa terjaganya dan terpeliharanya al-Qur’an dari perubahan dan


penyimpangan, padahal kitab ini mempunyai banyak segi bacaan yang berbeda-beda.5

5 Manna‟ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an (Bogor: Litera Antar Nusa, 2016), 256-257.
6
3. Dapat menjelaskan hal-hal mungkin masih global atau samar dalam qiraat yang lain, baik
qira’at itu Mutawatir, Masyhur ataupun Syadz. Misalnya qira’at Syadz yang menyalahi rasam
mushaf Usmani dalam lafaz dan makna tetapi dapat membantu penafsiran,6

4. menunjukkan suatu hukum syara’ tertentu tanpa perlu adanya pengulangan lafaz.

5. Meluruskan aqidah sebagian orang yang salah, misalnya dalam penafsiran tentang sifat-sifat
surga dan penghuninya

6. Menunjukkan keutamaan dan kemuliaan umat Muhammad SAW atas umat-umat


pendahulunya, karena kitab-kitab yang terdahulu hanya turun dengan satu segi dan satu qiraat saja,
berbeda dengan al-Qur’an yang turun dengan beberapa qiraat.7

6 Ainul Yaqin, Ulumul Qur’an (Pamekasan: Duta Media, 2016), 98.


7 Athaillah, Sejarah Al-Qur’an; Verifikasi tentang Otentisitas Al-Qur’an, 357
7
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

• Secara etimologis , lafal qira’at ( ‫ ) قراءة‬merupakan bentuk mashdar dari (‫ ) قرأ‬, yang artinya
adalah bacaan. Sedangkan secara terminologis , terdapat berbagai ungkapan atau redaksi
yang di kemukakan oleh para ulama sehubungan dengan pengertian qira’at ini , salah
satunya :
• Imam al-Zarkasyi, mengemukakan sebagai berikut : “Qira’at yaitu : perbedaan lafal-lafal
al-Qur’an , baik menyangkut huruf-huruf nya maupun cara pengucapan huruf-
huruf tersebut , seperti takhfif , tasydid , dan lain-lain .
• Macam-macam Qira’ah:
1. Qira’ah sab’ah
2. Qira’ah ‘Asyarah
3. Qira’ah Arba’a ‘Asyrah
4. Qir’ah Syazzat
• Pada periode awal kaum muslimin memperoleh ayat-ayat al-Qur’an langsung dari nabi saw,
kepada para sahabat dan dari sahabat ini kemudian kepada para tabi’in serta para imam-
imam qiraat pada masa selanjutnya. Pada masa Nabi saw, ayat-ayat ini diperoleh dari nabi
dengan cara mendengarkan, membaca lalu beberapa sahabat menghafalkannya. Sehingga
pada periode ini al-Qur’an belum dibukukan, kemudian dipadankan oleh Utsman bin Affan
dengan cara menyalin mushaf itu menjadi satu bentuk yang sama dan mengirimnya ke
berbagai daerah.
Setelah masa itu, maka muncullah para qurra’ (para ahli dalam membaca al-Qur’an),
merekalah yang menjadi panutan di daerahnya masing-masing dan dari bacaan mereka
dijadikan pedoman serta cara-cara membaca al-Qur’an.

• Kriteria Qira’ah yang diterima dan yang ditolak


1. Qira’at itu sesuai dengan bahas Arab , sekalipun menurut satu jalan.
2. Qira’at iu sesuai dengan salah satu mushaf-mushaf Utsmani sekalipun secara
potensial.
3. Shahih sanad nya ,baik diriwayatkan dari Imam qira’at yang tujuh dan yang sepluh
,maupun dari imam-imam qira’at yang diterima selain mereka.

8
Adapula qira’at yang tidak sesuai dengan syarat – syarat diatas maka tidak dapat di terima
sebagai qira’at yang dapat digunakan .

9
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qattan, Manna‟ Khalil. Studi Ilmu-ilmu Qur’an. Bogor: Litera Antar Nusa,

2016.

Anshori. Ulumul Qur’an; Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan. Jakarta:

Rajawali Press, 2014.

Anwar, Rosihun. Ulum Al-Qur’an. Bandung: Pustaka Setia, 2013.

Ash-Shaabuuniy Muhammad Ali. Studi Ilmu Al-Qur’an. Bandung: Pustaka Setia,

1998.

Athaillah. Sejarah Al-Qur’an; Verifikasi tentang Otentisitas Al-Qur’an.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Djalal, Abdul. Ulumul Qur’an. Surabaya: Dunia Ilmu, 2013.

Yaqin, Ainul. Ulumul Qur’an. Pamekasan: Duta Media, 2016.

10

Anda mungkin juga menyukai