100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
806 tayangan46 halaman

Laporan Akhir Praktikum Perancangan Pabrik

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 46

IV.

LOKASI DAN TATA LETAK

4.1.

Lokasi
Lokasi pabrik adalah suatu tempat di mana pabrik itu

melakukan kegiatan fisik. Dengan semakin tajamnya persaingan


serta banyaknya perusahaan yang saat ini bermunculan, maka
pemilihan letak pabrik ini sudah tidak mungkin dilakukan dengan
coba-coba (trial and error). Karena dengan cara itu pabrik akan
kalah dalam bersaing, disamping harus berpacu dengan waktu,
juga efisiensi di bidang biaya perlu mendapat perhatian. Oleh
karena itu itu pemiihan letak pabrik ini harus dilakukan dan
diputuskan melalui beberapa pertimbangan yang disertai fakta
yang kongkrit dan lengkap. Hal itu dapat dijalankan dengan
meninjau beberapa aspek yang mempengaruhi pemilihan letak
pabrik (Anonimc, 2013).
Pada praktikum kali ini, kami melakukan penentuan lokasi
pabrik berdasarkan beberapa kriteria yang digolongkan atas
faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer ini merupakan faktor
yang sangat berpengaruh terhadap berdirinya lokasi pabrik, contohnya kedekatan
dengan bahan baku, sumber air, konsumen, sumber energi, tenaga kerja, limbah
dan sikap manajemen. Sedangkan faktor sekunder, yaitu faktor yang tidak begitu
berpengaruh, contohnya harga tanah, dekat dengan pasar, jauh dari keramaian,
akses dan sarana jalan. Penentuan lokasi pabrik dapat dilakukan secara kualitatif
dan kuantitatif.
Dalam praktikum kali ini penentuan lokasi pabrik dilakukan secara
kualitatif. Dalam penentuan lokasi pabrik ini dipilih 3 daerah yaitu Sumedang,
Majalengka dan Kuningan. Kami memilih lokasi tersebut, karena lokasi tersebut
merupakan daerah penghasil ubi jalar terbesar di Jawa Barat, dimana produk yang
kami buat yaitu flakes ubi jalar. Berikut merupakan hasil dari penentuan lokasi
pabrik secara kualitatif.

45

46

Tabel 32. Hasil Penentuan Lokasi Pabrik Flakes Ubi Jalar


Majalengka Sumedang
Katego
%x
%x
Kriteria
%
N
N
ri
N
N
Kedekatan dengan
P
17 %
7
1,19
8
1,36
bahan baku
Jauh dari keramaian
S
2%
8
0,16
6
0,12
Akses
S
4%
5
0,20
9
0,36
Saranan jalan
S
4%
6
0,24
8
0,32
Harga tanah
S
7%
8
0,56
7
0,49
Dekat dengan pasar
S
6%
6
0,36
8
0,48
Sumber air
P
10 %
6
0,6
7
0,7
Konsumen
P
16 %
7
1,12
9
1,44
Sumber energi
P
8%
6
0,48
6
0,48
Tenaga kerja
P
10 %
6
0,6
8
0,8
Limbah
P
8%
7
0,56
7
0,56
Sikap management
P
8%
7
0,56
7
0,56
TOTAL
100 %
6,63
7,67
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015)

Kuningan
%x
N
N
5

0,85

7
6
6
7
7
6
7
6
6
7
7

0,14
0,24
0,24
0,49
0,42
0,5
1,56
0,48
0,6
0,56
0,56
6,64

Berdasarkan hasil diskusi kami, kami menggolongkan faktor primer yang


mempengaruhi penentuan lokasi pabrik flakes ubi jalar ini yaitu kedekatan dengan
bahan baku, sumber air, konsumen, sumber energi, tenaga kerja, limbah dan sikap
management.
a. Kedekatan dengan bahan baku
Kedekatan dengan bahan baku sangat penting dalam pemilihan lokasi
pabrik sehingga dikategorikan sebagai primer. Jika pabrik lebih dekat dengan
sentra-sentra produksi bahan baku, maka dapat memperoleh bahan baku lebih
mudah sehingga bahan baku tidak banyak mengalami kehilangan bobot/volume,
rusak dan berubah kualitas, serta resiko kekurangan bahan baku
tinggi. Selain itu juga, semakin dekat dengan bahan baku akan mengurangi biaya
transportasi.
Berdasarkan hasil diskusi, untuk kriteria kedekatan dengan bahan baku
kami memberi nilai 7 pada Majalengka karena Kecamatan Maja yang akan
dijadikan lokasi didirikannya pabrik memiliki ketersediian bahan baku yang
banyak dibandingkan dengan kuningan. Luas lahan Majalengka yang digunakan
untuk penanaman ubi jalar menurut BPS Jawa Barat yaitu 621 Ha.

47

pxn
=
100

17 x 8
= 1,19
100

Sedangkan pada Kuningan kami memberi nilai 5 karena Kecamatan


Jalaksana yang akan dijadikan lokasi didirikan pabrik memiliki ketersedian bahan
baku yang sedikit jika dibandingkan dengan Majalengka dan Sumedang
pxn
=
100

17 x 5
= 0,85
100

Sumedang kami memberi nilai 8 karena Kecamatan Pamulihan yang akan


dijadikan lokasi didirikannya pabrik memiliki ketersediian bahan baku yang
paling banyak jika dibandingkan dengan majalengka dan kuningan. Luas lahan
sumedang yang digunakan untuk penanaman ubi jalar menurut BPS Jawa Barat
yaitu 1437 Ha.
pxn
=
100

17 x 8
= 1,36
100

b. Sumber Air
Kebutuhan pabrik akan ketersedian air yang memadai untuk menutupi
kebutuhan operasional pabrik seperti untuk pembangkit tenaga listrik cadangan,
untuk melaksanakan proses produksi, ataupun untuk keperluan karyawan,
membuat setiap perusahaan harus memperhatikan ketersediaan air dalam
pemilihan lokasi pembangunan pabrik. Walaupun volume air yang dibutuhkan
setiap

perusahaan

berbeda-beda

namun

tetap

saja

perusahaan

harus

memperhatikan ketersediaan air dilokasi pembangunan pabrik perusahaan


tersebut.
Kelompok kami menggolongkan kriteria ini sebagai kriteria primer karena
tentunya air merupakan faktor yang akan terlibat langsung dalam pelaksanaan
produksi, sehingga tanpa adanya air dalam jumlah yang memadai akan
mengganggu sampai mungkin menghambat produktifitas suatu perusahaan.
Sehingga sumber air ini memiliki pengaruh sebesar 10% dari penentuan lokasi
pabrik.
Sumber air di daerah Sumedang, kami perkirakan yaitu kemungkinan sumber
air di daerah tersebut baik untuk digunakan pada produksi sesuai dengan
pertimbangan dari hasil analisa kami dilapangan bahwa sumber air di daerah
tersebut terdapat 331 sumber mata air, sehingga perusahaan kami bisa

48

menggunakan dari beberapa sumber mata air yang terdapat di daerah ini. Terlihat
pula berdasarkan hasil statistik BPS Sumedang (2010), daerah ini memiliki
ketinggian dari permukaan laut sekitar 500-1000 lebih dpl. Selain itu sumber mata
air tersebut belum banyak dipergunakan untuk pabrik, maka dari itu kami berikan
nilai 7, maka didapat perhitungan sebagai berikut.
pxn
=
100

10 x 7
= 0,7
100

Daerah Majalengka, kami perkirakan akan sedikit kesulitan sumber air


yang baik untuk digunakan pada produksi karena didaerah tersebut terdapat
sedikit sumber air hanya 15%-15% dari sumber mata air di Sumedang, dan
apalagi pada musim kemarau sering terjadi kekeringan. sehingga kami berikan
nilai 6, dan didapat perhitungan sebagai berikut.
pxn
=
100

10 x 6
= 0,6
100

Sedangkan untuk daerah Kuningan, kami perkirakan akan sedikit kesulitan


sumber air yang baik untuk digunakan pada produksi karena lokasi daerah
tersebut hanya memiliki 5 sumber daya air, selain itu masih mengalami masalah
krisis air ketika musim kemarau tiba. Sehingga mungkin air yang tersedia tidak
cocok untuk proses produksi, sehingga kami berikan nilai 6, maka didapat
perhitungan sebagai berikut.
pxn
=
100

10 x 6
= 0,6
100

c. Konsumen
Alasan yang mendasari pemilihan lokasi dekat dengan konsumen adalah
adanya kemudahan untuk mengetahui perubahan selera konsumen, mengurangi
resiko kerusakan dalam pengangkutan, apabila barang yang diproduksi tidak tahan
lama, biaya angkut mahal, khususnya untuk produksi pangan.
Kelompok kami menggolongkan kriteria ini sebagai kriteria sekunder
karena konsumen produk kami tidak terfokus pada satu golongan, namun semua
golongan dapat menjadi konsumen kami sehingga tidak begitu bergantung pada
lokasi pabrik. Kami perhitungkan bahwa konsumen merupakan faktor

49

yang memberikan andil sebesar 16% bagi penentuan lokasi


pabrik.
Untuk daerah Majalengka dan Kuningan kami memberikan
nilai 7, karena kedua daerah tersebut jauh lokasinya dengan
kota-kota besar (Bandung dan Jakarta) sehingga akan
mempermudah pendistribusian produk. Perhitungannya adalah.
pxn
=
100

16 x 7
= 1,12
100

Sementara itu daerah Sumedang, dalam segi


pendistribusian produk untuk konsumen lokasinya dekat dengan
kota besar, sehingga kami berikan nilai 9. Perhitungannya adalah
sebagai berikut.
pxn
=
100

16 x 9
= 1,44
100

d. Sumber Energi
Untuk menjalankan mesin dan peralatan produksi yang
berada

di

dalam

pabrik

dari

suatu

perusahaan

tertentu,

diperlukan adanya suatu pembangkit tenaga. Pada umumnya


tenaga yang diperlukan oleh pabrik ini adalah jumlah yang cukup
besar. Dengan demikian apabila pabrik yang didirikan ini tidak
mendapatkan sumber tenaga dalam jumlah daya yang cukup,
maka hal ini akan berarti pabrik yang didirikan tersebut tidak
dapat berorientasi dengan baik.
Untuk mendapatkan pembangkit tenaga dalam jumlah
yang cukup besar dapat dipergunakan dua macam jalan, yaitu
jasa Perusahaan Listrik Negara (PLN), sedangkan yang kedua
adalah

mengusahakan sumber

pembangkit

tenaga

sendiri.

Perusahaan akan dapat mengadakan perhitungan sesuai dengan


kebutuhan pabrik yang didirikan tersebut maka akan dapat

50

diketahui sumber tenaga mana yang paling ekonomis untuk


dipergunakan dalam pabrik tersebut.
Terjaminnya kelangsungan sumber tenaga ini akan berarti
terjaminnya pelaksanaan kegiatan produksi dalam perusahaan
yang bersangkutan. Sebaliknya, apabila pembangkit tenaga ini
seringkali mengalami kerusakan atau tersendat sendat, maka
pelaksanaan kegiatan produksi dalam perusahaan tersebut akan
menjadi tersendat sendat pula.
Kelompok kami menggolongkan kriteria ini sebagai kriteria
primer karena sumber listrik merupakan fasilitas yang sangat
penting dalam proses produksi. Kelompok kami memperkirakan
andil sumber listrik ini pada penentuan lokasi pabrik adalah
sebesar 8%.
Sumedang, Majalengka dan Kuningan tidak memiliki
kawasan industri terpadu. Karena tidak adanya kawasan industri
terpadu sehingga sedikit meragukan akan keberadaan sumber
listrik yang dapat menompang kegiatan industri. Sehingga
kelompok kami memberikan nilai 6 pada daerah Sumedang,
Majalengka dan Kuningan, maka perhitungannya adalah
pxn
=
100

8x 6
= 0,48
100

e. Tenaga Kerja
Sumber tenaga kerja, alternatif yang dipakai adalah
apakah tenaga kerja yang dibutuhkan unskill, dengan
pertimbangan tingkat upah rendah, budaya hidup sederhana,
mobilitas tinggi sehingga jumlah gaji dianggap sebagai daya
tarik, ataukah tenaga kerja skill, apabila pemsahalan
membutuhkan fasilitas yang lebih baik, adanya pemikiran masa
depan yang cerah, dibutuhkan keahlian, dan kemudahan untuk
mencari pekerjaan lain. Kami menggolongkan kriteria ini sebagai

51

kriteria sekunder karena proses produksi pada pabrik kami tidak


begitu membutuhkan tenaga kerja yang berketerampilan tinggi.
Kami perkirakan tenaga kerja memiliki andil pada penentuan
lokasi pabrik sebesar 10%.
Kami perkirakan akan mudah menjaring tenaga kerja di
Sumedang, Majalengka, dan Kuningan. Hal ini kami perkirakan
karena masih jarangnya pabrik di daerah ketiga daerah tersebut
sehingga masih banyaknya masyarakat yang membutuhkan
pekerjaan. Namun, di daerah Sumedang terdapat 4 perguruan
tinggi yang dapat membantu tingkat kualitas tenaga kerja.
Sehingga kami beri nilai untuk Sumedang sebesar 8.
pxn
=
100

10 x 8
= 0,8
100

Daerah Majalengka dan Kuningan masih kurang dari segi


tingkat pendidikannya untuk tenaga kerja, sehingga kamu beri
nilai 6.
pxn
=
100

10 x 6
= 0,6
100

f. Limbah
Proses pembuangan limbah industri merupakan salah satu hal yang perlu
dipkirkan dalam perencanaan dan penentuan lokasi pabrik. Masalah pengendalian
limbah industri juga merupakan salah satu paket yang harus dipikirkan bersamaan
dengan perancangan dan penentuan lokasi pabrik, sebab limbah dapat memberi
pengaruh yang signifikan terhadap alam sekitar dan keseimbangan lingkungan.
Lebih jauh lagi, masyarakat yang terdekat di sekitar pabrik harus diusahakan agar
tidak terkena atau mendapat dampak negatif dari limbah industri dari pabrik.
Pembuangan limbah industri dari pabrik yang akan kami bangun
direncanakan harus memiliki tempat pengolahan dan pembuangan limbah yang
berada pada lokasi cukup layak di mana kriterianya yaitu 1) pembuangan limbah
industri tidak boleh merusak alam sekitar, 2) keseimbangan lingkungan sekitar
tempat pembuangan industri tetap terjaga, dan 3) masyarakat terdekat di sekitar
pabrik tidak dirugikan dan tidak terkena dampak negatif dari pembuangan limbah

52

industri. Dari ketiga daerah Sumedang, Majalengka dan Kuningan kami menilai
dari segi kelayakan tempat pengolahan dan pembuangan limbah bahwa ketiganya
relatif tidak berbeda nilainya. Ketiga daerah tersebut dapat diciptakan suatu sistem
pengolahan dan pembuangan limbah yang cukup ramah lingkungan, tetap
menjaga alam sekitar dan masyarakat sekitar masih dapat mentolerir dampak dari
limbah industri kami, sehingga kami memberi nilai 7
pxn
=
100

8x 7
= 0,56
100

g. Sikap Management
Sikap management yang dimaksud dalam pembahasan ini yaitu terkait
dengan sikap masyarakat setempat di mana pabrik tersebut hendak didirikan.
Adanya sikap masyarakat tersebut menjadi dasar pertimbangan penting bagi
manajemen dalam perencanaan perancangan dan penentan lokasi pabrik.
Beberapa aspek penting seperti sosial kultural, adat istiadat, tradisi dan tingkat
pendidikan rata-rata anggota masyarakat merupakan aspek penting di dalam
penyelesaian masalah-masalah perburuhan, perselisihan dan lain-lain yang
menyangkut masalah hubungan industrial (Risnayadi, dkk., 2008).
Berdasarkan analisis kami terhadap ketiga daerah Sumedang, Majalengka
dan Kuningan mendapatkan perolehan nilai ketiganya sama, yaitu 7. Dasar
penilaian kami yaitu ketiga daerah tersebut memiliki kondisi demografi yang tidak
jauh berbeda di mana ketiganya berlokasi di Jawa Barat, budaya Sunda masih
sangat berpengaruh sehingga tidak jauh berbeda dari aspek sosial kultural, adat
istiadat dan tradisi. Selanjutnya karena kami memilih daerah yang agak pedesaan
dari ketiga daerah di atas, maka tingkat pendidikan rata-rata masyarakat juga tidak
jauh berbeda, yaitu standar masyarakat pedesaan (SD dan SMP).
pxn
=
100

8x 7
= 0,56
100

Sedangkan kami menggolongkan faktor sekunder yang mempengaruhi


lokasi pabrik flakes ubi jalar ini yaitu jauh dari keramaian, akses, sarana jalan,
harga tanah, dan dekat dengan pasar.

53

a. Jauh Dari Keramaian


Kriteria jauh dari keramaian cukup penting dalam pemilihan lokasi pabrik
sehingga dikategorikan sekunder karena umumnya pabrik menghasilkan polusi
udara, polusi suara, dan limbah yang dapat menimbulkan kerugian bagi
masyarakat. Selain itu juga, jika pabrik jauh dari keramaian kota maka kegiatan
transportasi pabrik tidak akan terganggu oleh transportasi masyarakat.
Berdasarkan hasil diskusi, untuk kriteria jauh dari keramaian kami
memberi nilai 8 pada Majalengka karena Kecamatan Maja yang akan dijadikan
lokasi didirikannya pabrik memiliki jarak yang paling jauh dari Kabupaten
Majalengka, yaitu sebesar 13,8 km sehingga jauh terhadap keramaian.
pxn
=
100

2x8
= 0,16
100

Sedangkan pada Kuningan kami memberi nilai 7 karena Kecamatan


Jalaksana yang akan dijadikan lokasi didirikan pabrik memiliki jarak tidak terlalu
jauh dari Kabupaten Kuningan, yaitu sebesar 10 km sehingga cukup jauh terhadap
keramaian.
pxn
=
100

2 x7
= 0,14
100

Sumedang kami beri nilai yang paling kecil yaitu 6 karena kecamatan
Pamulihan yang akan dijadikan lokasi didirikan pabrik memiliki jarak yang tidak
terlalu jauh dari Kabupaten Sumedang, yaitu sebesar 9 km sehingga cukup jauh
terhadap keramaian
pxn
=
100

2 x6
= 0,12
100

b. Akses
Akses yang dibutuhkan yaitu akses karyawan, akses jalan, dan akses
fasilitas pengangkutan. Akses karyawan berupa jarak tempuh antara pabrik
dengan tempat tinggal karyawan, akses jalan yaitu terdapatnya jalan-jalan
kendaraan ke pabrik tersebut, dan akses fasilitas pengangkutan yaitu dekat dengan
stasiun kereta api ataupun pelabuhan sehingga pabrik itu mudah dihubungi,
bahan-bahan mudah diangkut ke pabrik serta barang-barang hasil dapat mudah

54

diangkut ke pasar atau disampaikan kepada para pemesan. Oleh karena kriteria
akses ini cukup penting maka dikategorikan sebagai sekunder.
Berdasarkan hasil diskusi, untuk kriteria akses kami memberi nilai paling
tinggi yaitu 9 kepada Kabupaten Sumedang karena akses yang dibutuhkan lebih
banyak tersedia karena jarak ke Kabupaten Sumedang yang tidak terlalu jauh dan
sudah cukup besar kabupatennya.
pxn
=
100

4x9
= 0,36
100

Kuningan kami beri nilai 6 karena akses yang dibutuhkan cukup tersedia
karena jarak ke Kabupaten Kuningan yang tidak terlalu jauh.
pxn
=
100

4 x6
= 0,24
100

Majalengka kami beri nilai paling kecil, yaitu 5 karena akses yang
dibutuhkan agak sulit didapat karena jarak ke Kabupaten Majalengka sangat jauh
pxn
=
100

4 x5
= 0,20
100

c. Sarana Jalan
Sarana jalan dimasukan ke dalam kategori sekunder karena kriteria ini
cukup penting. Sarana jalan merupakan fasilitas jalan untuk mencapai pabrik
tersebut, seperti jalan yang sudah baik untuk dilewati transportasi pabrik.
Berdasarkan hasil diskusi, kami memberi nilai paling besar kepada
Sumedang, yaitu 8 karena sarana jalan yang dimiliki paling baik, jalan yang cukup
luas, sudah diperbaiki dan diaspal dengan hotmix sehingga kondisi jalan sudah
mulus
pxn
=
100

4x8
= 0,32
100

Sedangkan pada Kuningan dan Majalengka kami beri nilai 6 karena sarana
jalan yang dimiliki sudah cukup baik
pxn
=
100
d. Harga Tanah

4 x6
= 0,24
100

55

Harga tanah merupakan faktor sekunder, karena tidak terlalu berpengaruh


dalam pemilihan lokasi pabrik flakes ubi jalar ini. Harga tanah di 3 daerah yang
dipilih yaitu Sumedang, Majalengka dan Kuningan berbeda-beda. Berdasarkan
informasi yang diperoleh harga tanah di daerah Sumedang yaitu Rp 100.000/m2.
Sementara itu, harga tanah di daerah Majalengka jauh lebih murah yaitu Rp
60.000/m2. Harga tanah di daerah Kuningan juga tidak berbda jauh dengan
Majalengka yaitu Rp 70.000/m2 (Anonimb, 2013). Berdasarkan data tersebut,
maka lokasi yang dipilih adalah Majalengka karena harga tanahnya paling murah
dibandingkan dengan Sumedang dan Kuningan.
Selain itu, kami juga mempertimbangkan besarnya tarif pajak bumi dan
bangunan (PBB) di masing-masing daerah tersebut. Berdasarkan PERDA
Kabupaten Sumedang No.8 tahun 2010 tentang Pajak Daerah menyatakan bahwa
tarif pajak bumi dan bangunan (PBB) ditetapkan sebesar 0,15%. Adapun besarnya
tarif pajak bumi dan bangunan (PBB) di daerah Majalengka berdasarkan PERDA
Kabupaten Majalengka No.2 tahun 2012 ditetapkan sebesar 0,15%. Sedangkan
besarnya tarif PBB di daerah Kuningan lebih besar dari Majalengka dan
Sumedang yaitu sebesar 0,3%. Hal ini berdasarkan PERDA Kabupaten Kuningan
No.15 tahun 2010.
Berdasarkan hasil diskusi tersebut untuk kriteria harga tanah, kami
memberi nilai 7 untuk Kabupaten Sumedang karena meskipun PBB nya murah
namun harga tanahnya cukup mahal.
pxn
=
100

7x7
= 0,49
100

Dan untuk Kabupaten Majalengka kami memberi nilai 8,


karena harga tanahnya paling murah dan tarif PBB nya juga tidak
terlalu besar.
pxn
=
100

7x8
= 0,56
100

Sementara itu, untuk Kabupaten Kuningan kami memberi


nilai 7, karena meskipun harga tanahnya cukup murah namun
tarif PBB nya lebih besar dari Sumedang dan Majalengka.
pxn
=
100

7x7
= 0,49
100

56

e. Dekat dengan Pasar


Kedekatan lokasi pabrik dengan pasar merupakan faktor
sekunder, karena produk yang kami hasilkan merupakan produk
kering dan memiliki umur simpan yang cukup panjang sehingga
pemasaran produk dapat juga dilakukan ke wilayah yang jauh
dari lokasi pabrik. Kriteria kedekatan dengan pasar ini
berdasarkan beberapa data yaitu jumlah pasar tradisional dan
modern di setiap daerah, jarak lokasi ke pasar terdekat, dan jarak
lokasi ke ibu kota provinsi. Karena menurut kami kota Bandung
merupakan salah satu sasaran konsumen produk kami.
Berdasarkan data yang diperoleh, kabupaten Sumedang
memiliki 33 pasar tradisional dan 70 pasar modern dari 26
kecamatan yang ada. Pasar modern merupakan salah satu
sasaran pemasaran produk flakes ubi jalar ini. Pusat ubi jalar di
kabupaten Sumedang terdapat di desa Cilembu Kecamatan
Pamulihan. Di kecamatan tersebut tidak ada pasar baik itu
tradisional maupun modern. Sehingga untuk ke pasar terdekat
terdapat di daerah Tanjungsari yang berjarak 7 km dari lokasi
yang dimaksud. Adapun jarak daerah tersebut ke ibu kota
provinsi yaitu 30 km (Anonima, 2014). Sehingga kami memberi
nilai 8 untuk kabupaten Sumedang karena pasar modern yang
ada saat ini cukup banyak dan jarak ke ibu kota provinsi juga
tidak begitu jauh.
pxn
=
100

6x8
= 0,48
100

Sementara itu, kabupaten Majalengka memiliki 32 pasar


tradisional dan 10 pasar modern dari 26 kecamatan yang ada.
Pusat ubi jalar di kabupaten Majalengka terdapat di Kecamatan
Maja. Di kecamatan tersebut terdapat 2 pasar tradisional.
Sehingga pasar terdekat cukup dekat yang berjarak 0,3 km dari
lokasi yang dimaksud. Adapun jarak daerah tersebut ke ibu kota

57

provinsi yaitu 120 km. Sehingga kami memberi nilai 6 untuk


kabupaten Majalengka karena pasar modern yang ada saat ini
sedikit dan jarak ke ibu kota provinsi juga cukup jauh.
pxn
=
100

6x6
= 0,36
100

Kabupaten Kuningan memiliki 27 pasar tradisional dan 96


pasar modern dari 32 kecamatan yang ada. Pusat ubi jalar di
kabupaten Kuningan terdapat di Kecamatan Jalaksana. Di
kecamatan tersebut terdapat 1 pasar tradisional, yang berjarak
8 km dari lokasi yang dimaksud. Adapun jarak daerah tersebut ke
ibu kota provinsi yaitu 165 km. Sehingga kami memberi nilai 7
untuk kabupaten Kuningan karena pasar modern yang ada saat
ini sangat banyak namun jarak ke ibu kota provinsi sangat jauh.
pxn
=
100

6x7
= 0,42
100

Berdasarkan hasil perhitungan kriteria, nilai tertinggi berada pada


Sumedang dengan nilai 7,67. Oleh karena itu, lokasi pembangunan pabrik flakes
ubi jalar yang paling cocok yaitu pada Kabupaten Sumedang. Hal ini dikarenakan
Sumedang ketersediian bahan baku yang paling banyak, cukup jauh terhadap
keramaian, akses yang dibutuhkan lebih banyak tersedia, sarana jalan yang ada
sudah cukup luas dan kondisi jalan yang mulus, memiliki PBB yang murah
namun harga tanah cukup mahal, pasar modern sudah cukup banyak dan tidak
jauh, sumber mata air tersedia, segi pendistribusian produk untuk
konsumen lokasinya dekat dengan kota besar, tenaga kerja
mencukupi dan memiliki pendidikan cukup, pembuangan limbah
cukup ramah lingkungan, dan sikap masyarakat cukup terbuka
atas pendirian pabrik di Kabupaten Sumedang.
4.2.

Tata Letak
Salah satu prosedur dalam merancang tata letak yaitu dengan membuat

activity relations chart untuk menganalisa atau merancang tata letak berdasarkan
aliran proses yang berhubungan dengan tata letak seperti aktifitas pemindahan

58

material secara kuantitatif, kemudian Activity Relationship Chart yang


merupakan diagram lebih lanjut dari activity relation chart, lalu space
relationship chart yang merupakan pengembangan diagram activity realtionship
chart yang sudah menggunakan pertimbangan luas atau space tiap ruangan, serta
block plan yang merupakan diagram blok dengan skala tertentu yang
mempresentasikan bangunan (Apple, 1990). Berikut penjelasan lebih lanjut.

Gambar 37. Activity Relation Chart


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015)
Perancangan pabrik yang kelompok kami lakukan adalah perancangan
pabrik makaroni goreng. Untuk merancang pabrik tersebut menjadi skala yang
lebih besar maka dilakukan perencanaan tata letak pabrik yang terdiri dari
beberapa ruangan. Pabrik ini dirancang memiliki 8 departemen yaitu
departemenbahan baku, bahan jadi, produksi, supervisor, pengujian, kantor, utility,
dan limbah.
Activity relation chart yang kelompok kami rancang untuk pabrik flakes
ubi jalar ungu ini yaitu :
1. Departemen bahan baku yang penting keberadaannya dan dekat dengan
produksi agar pada saat proses produksi akan dilaksanakan bisa
mengefisiensi waktu karena jaraknya dekat. Selain itu ruangan ini juga
penting untuk dekat dengan supervisor dan pengujian untuk
mempermudah pengecekan bahan baku yang akan digunakan untuk
meminimalisir kontaminasi dan menjaga kualitas. Departemen bahan baku

59

juga harus jauh dari departemen limbah dan utility untuk menghindari
terjadinya kontaminasi silang dan kerusakan bahan baku. Selain itu,
departemen bahan baku juga tidak harus dekat atau jauh dengan kantor
karena tidak terlalu berpengaruh besar.
2. Deparetemen bahan jadi penting keberadaannya dan harus dekat dengan
departemen produksi untuk menjaga kualitas bahan yang sudah diproduksi
dan mempermudah alur kerja berdasarkan by process mulai dari
penyimpanan dan persiapan bahan baku, tempat pengolahan, serta tempat
penyimpanan bahan jadi sebelum didistribusikan. Departemen ini juga
harus jauh dari limbah untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang
pada bahan jadi.
3. Ruang produksi yang absolut atau mutlak sangat penting untuk berdekatan
dengan gudang penyimpanan bahan baku dan barang jadi. Hal ini
bertujuan untuk mempermudah alur kerja yang berdasarkan by process
mulai dari penyimpanan dan persiapan bahan baku, tempat pengolahan,
serta tempat penyimpanan barang jadi sebelum dilakukan distribusi.
4.

Ruang supervisor dirancang sebagai tempatuntuk bagian supervisor, QA,


dan QC beserta penyimpanan keperluan dokumentasinya. Ruang ini
mutlak penting untuk berdekatan dengan departemen produksi dan
departemen pengujian. Hal ini bertujuan untuk mempermudah akses
supervisor maupun bagian QC dan QA dalam bekerja untuk memantau
jalannya proses produksi. Dekatnya ruangan ini dengan bagian produksi
dan gudang bahan jadi juga bertujuan untuk mempermudah penelusuran
apabila terjadi penyimpangan bahan sehingga dapat langsung ditelurusi
berdasarkan batch/lot produksi yang sedang berlangsung dan langsung
diperbaiki.

5. Departemen kantor juga penting untuk berdekatan atau tidak berjauhan


dengan dengan ruang produksi dan ruang supervisor. Hal ini bertujuan
untuk mempermudah akses staff-staff dan top management yang
bersangkutan apabila ada informasi yang ingin dicek atau disampakian ke
bagian-bagian tersebut. Apabila kantor terlalu jauh dari tempat produksi

60

dan ruang supervisor, maka terdapat kemungkinan penyampaian informasi


tidak dapat berjalan dengan lancar dan efisien.
6. Departemen pengujian harus dan mutlak dekat dengan ruang produksi
untuk mempermudah akses pengecekan ketika proses produksi berjalan.
Selain itu, deparatemen ini juga harus dekat dengan departemen bahan
baku dan departemen bahan jadi untuk menjaga kualitas bahan yang akan
dipakai maupun yang sudah jadi dan juga mempermudah akses
pengangkutan dan pemidahan bahan.
7. Departemen limbah harus mutlak tidak boleh berdekatan dengan
departemen bahan jadi maupun bahan baku. Hal ini bertujuan agar tidak
terjadi kontaminasi silang dengan produk maupun bahan bakunya. Selain
itu untuk menjaga kualitas dari bahan baku juga produknya.
8. Departemen utility tidak harus berdekatan dengan produksi, tetapi harus
cukup dekat dengan departemen supervisor. Hal ini bertujuan agar alat-alat
utility tersebut bisa terkontrol pemeriksaannya dan mencega terjadinya
kecelakaan atau bahaya yang timbul dari alat utility. Selain itu untuk
menjaga kenyamaan karyawan juga dan jauh dari keramaian orang yang
berlalu lalang sehingga tercipta ketertiban dan kenyamanan karyawan di
pabrik (Apple, 1990).
Dengan kata lain, penentuan activity realtionship chart analisis bertujuan
untuk merencanakan layout sehingga proses atau aktifitas pemindahan material
dari satu fasilitas kerja ke fasilitas kerja lainnya dengan aspek kuantitatif sebagai
tolak ukut. Selain itu, untuk merancang layout atau aktifitas kerja berdasarakan
aspek kualitatif seperti tingkat kemudahan, efektifitas, serta efisiensi dapat lebih
jelas digambarkan dalam Activity Relationship Chart. Activity Realationship
Chart yang dirancang kelompok kami dapat dilihat pada Gambar 2.

61

Gambar 38. Diagram Activity Relationship Chart


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015)
Dalam Activity Relationship Chart dapat dilihat hubungan antara ruangan
yang digambarkan dengan menghubungkan garis-garis tertentu sesuai dengan
rating pada actvity relationship analysis. Keterangan garis-garis yang digunakan
pada Activity Relationship Chart dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 33. Keterangan Garis dan Rating Activity Relationship Chart
Keterangan
A. Rating (Absolut/Mutlak Penting)
E. Rating (Sangat Penting)
I. Rating (Penting)
O. Rating (Cukup Penting)
None
U. Rating (Tidak Penting)
X. Rating (Tidak Boleh Berdekatan)
(Sumber : Risnayadi, dkk., 2008)
Dapat dilihat pada Gambar 2 bahwa diagram hubungan antara berbagai
ruangan dapat lebih jelas tergambar. Selain diagram aliran material,hubungan
antara masing-masing aktivitas dan diagram hubungan aktifitas juga kemudian
penting untuk merancang relationship chart berdasarkan luas ruangan/space.
Langkah selanjutnya yaitu dengan membuat Block Plan yang merupakan diagram

62

blok yang mempresentasikan bangunan dan normalnya juga menunjukkan lokasi


dari dinding penyekat yang memisahkan blok satu dengan blok lainnya termasuk
pula lokasi dari kolom tiang penyangga gedung. Dari Block Plan ini kemudian
dapat ditentukan desain lay out yang lebih detail.

Gambar 39. Block Plan


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015)
Luas gudang barang jadi didesain luas karena ruangan terbagi menjadi
ruang penyimpanan bahan jadi dan ruang administrasi penggudangan. Selain itu
produ-produk recall, waste, dan jenis produk jadi lain dengan berbagai kondisi
dikondisikan terlebih dahulu sebelum dilakukan penanganan lebih lanjut seperti
distribusi ke retailer untuk produk jadi yang sudah tes kualitas, atau dibuang untuk
produk-produk reject dan recall dari konsumen atau retailer. Oleh karena itu,
diperlukan lahan gudang produk jadi yang cukup luas. Seperti halnya gudang
barang barang jadi, ruang produksi didesain paling luas. Hal ini disebabkan
karena ruang produksi terbagi dari beerapa tahapan produksi yang cukup panjang
sehingga kami rancang dengan luas yang cukup besar agar kegiatan produksi
lancar, aman dan berurutan.

V.

ASPEK-ASPEK DALAM STUDI KELAYAKAN PROYEK

5.1

Aspek Internal Proyek

5.1.1

Aspek Pemasaran
Aspek pemasaran merupakan aspek internal perusahaan. Aspek pemasaran

merupakan faktor strategis atau kunci dari keberhasilan perusahaan, jika


permintaan teerhadap produk yang dibuat kurang memadai seluruh kegiatan
aspek-aspek yang lain tidak akan teerwujud. Aspek ini bertanggung jawabdalam
menentukan ciri-ciri pasar yang akan dipilih. Perusahaan yang kami dirikan
bergerak di bidang pengolahan pangan yaitu industri flakes ubi jalar ungu. Dalam
aspek pemasaran, ada 3 hal yang perlu dikaji, yaitu:
1. Penentuan segmen target, posisi produk dan pasarnya
Segmentasi dari produk flakes ubi jalar kami ini adalah untuk kalangan
menengah ke atas, karena produk flakes kami ini harganya cukup mahal. Selain
itu, produk flakes ini merupakan makanan siap saji dan dapat digunakan sebagai
pengganti sarapan. Sarapan instan ini merupakan makanan cepat saji untuk orangorang yang sibuk dan tidak sempat membuat sarapan. Target pasarnya ialah mulai
dari anak-anak hingga dewasa. Tempat penjualnnya akan dilakukan di pasar-pasar
modern atau pasar swalayan seperti supermarket dan toko makanan .
2. Kajian untuk mengetahui hal-hal utama dari konsumen potensial seperti perihal
sikap, perilaku serta kepuasan mereka atas produk produk sejenis.
Produk yang sejenis dengan produk kami sudah banyak terdapat di
pasaran. Produk flakes yang sudah ada di pasaran saat ini sebagian besar terbuat
dari jagung atau yang lebih dikenal dengan nama corn flakes. Konsumen
banyak yang menyukai produk tersebut, namun karena harganya yang cukup
mahal, sehingga hanya terjangkau oleh kalangan menengah keatas. Dengan
menggunakan bahan baku lokal seperti ubi jalar ungu, maka produk flakes kami
nantinya akan mampu bersaing dengan produk sejenis lainnya, karena merupakan
suatu inovasi baru produk dengan mengangkat nilai guna pangan lokal.
3. Menentukan startegi, kebijakan dan program pemasaran.
Strategi yang akan kami kembangkan ialah dengan menggunakan bahan
pangan lokal yang memiliki nilai fungsional yaitu kadar antosianin yang tinggi

62

63

serta kadar protein tinggi yang berasal dari kacang-kacangan. Selain itu, flakes
juga dilengkapi dengan rasa yang berbeda. Pemasarannya pun akan ditempatkan
di tempat-tempat startegis yaitu di pasar-pasar modern atau swalayan di berbagai
daerah di Indonesia. Harga dari produk kami juga sudah sangat bersaing dengan
produk sejenis. Oleh karena itu, dengan adanya strategi ini akan membantu dalam
pemasaran dan penjualan produk kami sehingga dapat bersaing di pasaran.
5.1.2. Aspek Teknik dan Teknologi
Aspek teknik dan teknologi adalah aspek yang meneliti mengenai
perencanaan produk, strategi porduksi, penentuan teknologi produksi, kapasitas
dan jumlah produksi, lokasi pabrik, tata letak (layout pabrik), manajemen
persediaan bahan baku dan barang jadi sert pengawasan kualitas. Analisis aspek
teknis dan teknologi dalam analisis kelayakan pabrik meliputi :
a. Perencanaan produk dan strategi produk
Berdasarkan hasil pengembangan ide produk dan penelitian pasar dan
pemasaran maka ditentukan perencanaan produk dan strategi produk dengan
pembuatan prototype sehingga aspek-aspek teknis untuk memproduksi secara
massal (skala industri) terlihat jelas serta launching yang dilakukan guna
memperkenalkan produk.
b. Penentuan Teknologi Produksi
Proses produksi produk flakes ubi jalar ungu dilakukan dengan teknologi
produksi menggunakan mesin pada proses pencampuran hingga proses
pengemasan dengan mesin pengemas dan jalur alir produk. Kapasitas mesin yang
digunakan cukup besar namun dalam penggunaannya dilakukan sesuai dengan
kebutuhan produksi per hari. Jumlah produksi per hari adalah 42240 kemasan
yang dapat berubah sesuai dengan permintaan, kapasitas produksi, dan
ketersediaan bahan baku.
c. Lokasi Pabrik
Lokasi pabrik yaitu di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Pemilihan lokasi
pabrik tersebut disebabkan karena Kabupaten Sumedang paling dekat dengan
bahan baku, cukup jauh terhadap keramaian, akses yang dibutuhkan lebih banyak
tersedia, sarana jalan yang ada sudah cukup luas dan kondisi jalan yang mulus,
memiliki PBB yang murah namun harga tanah cukup mahal, pasar modern sudah

64

cukup banyak dan tidak jauh, sumber mata air tersedia, segi pendistribusian
produk untuk konsumen lokasinya dekat dengan kota besar,
tenaga kerja mencukupi dan memiliki pendidikan cukup,
pembuangan limbah cukup ramah lingkungan, dan sikap
masyarakat cukup terbuka atas pendirian pabrik di Kabupaten
Sumedang.
d. Tata Letak (Layout) Pabrik
Tata letak atau layout pabrik dipilih berdasarkan kegunaan setiap ruangan
di dalam pabrik dimana ruangan dalam kegiatan produksi berdekatan dan ruangan
dalam kegiatan produksi dan kegiatan kebersihan ditempatkan berjauhan.
e. Manajemen Persedian Bahan Baku dan Barang Jadi
Persediaan bahan baku dilakukan dengan adanya gudang penerimaan dan
penyimpanan bahan baku sehingga persediaan bahan baku dapat dikontrol.
Persediaan bahan jadi dilakukan dengan manajemen persediaan bahan baku.
Manajemen ketersediaan bahan baku dilakukan dengan metode studi kelayakan
model Operation Research (RO), dengan perencanaan material (material
sampling).
f. Pengawasan Kualitas Produk
Pengawasan kualitas produk dilakukan dengan cara metode QC dan QA
yaitu adanya ruang pengujian terhadap produk hasil produksi, pengawasan dan
pengujian ini dilakukan apabila kualitas produk menurun atau adanya kontaminasi
yang menyebabkan penurunan kualitas produk.
5.1.3

Aspek Manajemen
Aspek manajemen merupakan perencanaan, pengorganisasian,

penggerakan, pengendalikan manajemen, dan bagaimana cara mengakhiri proyek.


Aspek manajemen agak sukar untuk dianalisis, tetapi aspek ini dapat merupakan
kunci bagi keberhasilan suatu proyek atau dapat pula merupakan penyebab
gagalnya suatu proyek. Aspek ini menyangkut keahlian dari personalia dalam
proyek yang bersangkutan.

65

a. Perencanaan proyek
Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan
dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan
perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu.
Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan
dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan
untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting
dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak
dapat berjalan.
Dalam semua kegiatan yang bersifat manajerial untuk mendukung usahausaha pencapaian tujuan, fungsi perencanaan haruslah dilakukan terlebih dahulu
dari pada fungsi pengorganisasian, pengarahan, dan Pengawasan. Pada prinsipnya
perencanaan di tetapkan pada saat sekarang dan akan dilaksanakan atau
digunakan pada masa yang akan datang, sehingga perencanaan merupakan
fungsi utama dan dasar bagi seluruh fungsi-fungsi manajemen.
1. Pembuatan Rencana proyek
Rencana proyek dalam pabrik ini dilakukan dengan membuat tim
perencanaan yang membuat suatu visi misi tujuan perusahaan dan pabrik serta
mengakomodasi sumber daya manusia, fasilitas, serta produk dan sasaran
konsumen.
2. Fungsi perencanaan
Fungsi perencanaan adalah untuk menghasilkan pabrik yang mempunyai
produksi yang baik serta memenuhi kepuasan konsumen, mengikuti peraturan dan
kebijakan umum, serta melakukan kegiatan yang terorganisir.
3. Jangka waktu pelaksanaan
Proyek ini akan dilaksanakan dalam waktu 5 tahun kedepan dengan dapat
menghasilkan hasil produksi yang menjadi prioritas dan dapat menghasilkan
keuntungan serta memperdayakan sumber daya manusia dengan baik.
4. Tingkatan manajer
Tingkatan manajer dalam perusahaan dilakukan secara operasional yang
berfungsi untuk memperjelas strategi dalam program kerja yang akan dilakukan
dan kegiatan kedepannya.

66

5. Program kerja
Program kerja yang dilakukan dalam perusahaan yaitu dengan teknik
PERT (Program Evaluation and Review Technique). Tiga dasar yang penting yaitu
perencanaan dalam penjadwalan kerja, pengangaran dan penggunaan tenaga kerja,
pengorganisasian, dan pengendaliannya. PERT dibuat dengan dua langkah penting
yaitu pembuatan daftar kegiatan beserta urutan kerjanya.
6. Anggaran
Anggaran merupakan hasil perincian yang menulis atau mencatat biaya
produksi yaitu biaya pemasukan dan biaya pengeluaran yaitu menghitung
anggaran produksi, tenaga kerja, bahan baku, biaya pabrik, variabel, modal, kas,
dan lain-lain.
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu
kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian
mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang
yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut.
Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus
dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut
dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan
mana keputusan harus diambil.
Perusahaan melakuakan pengorganisasian dengan memilah organisasi
perusahaan menjadi bidang penggerak dan pengendalian yang dilakukan
berdasarkan pemilihan oleh pimpinan yang dilakukan oleh bawahan perusahaan
yang diawasi oleh bagian pengendalian.
Struktur organisasi PT. Heksa Forever dapat dilihat pada Gambar 4 yang
merupakan gambaran skematis tentang hubungan kerja sama antara orang-orang
yang terdapat di perusahaan ini. Struktur organisasi disusun berdasarkan
pertimbangan fungsi-fungsi yang diperlukan untuk menjalankan dan
mengembangkan perusahaan. Hal ini sangat berguna dalam terciptanya tujuan
bersama untuk meningkatkan kinerja dan prestasi perusahaan.

67

Product Manager

Gambar 40. Struktur Organisasi PT. Heksa Forever


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015)
Perusahaan ini dipimpin oleh seorang Managing Director yang
membawahi empat departemen lainnya yaitu Plant manager, Finance Manager,
Human Resources Dovelopment (HRD) Manager, dan Purchasing Manager.
Deskripsi tugas dari departemen-departemen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Managing Director bertugas sebagai penanggung jawab dari perusahaan,
mencari dan menandatangani segala bentuk perjanjian yang berhubungan
dengan perusahaan, serta mengawasi kepala bagian dalam mengerjaka
pekerjaan sehari-hari. Managing Director harus berkoordinasi dengan semua
departemen yang masing-masing dipimpin oleh seorang manager.
2. Plant Manager membawahi Product Manager, QA dan QC Manager,
Engineering Manager, Utility & Project Manager, dan

Supply Chain

Manager. Product Manager bertugas mengoordinasikan, serta mengawasi dan

68

bertanggung jawab atas kelancaran proses produksi sehingga dapat diperoleh


hasil produksi yang memenuhi persyaratan. QA dan QC Manager bertugas
untuk menjaga, memperbaiki dan peningkatan mutu produk mulai dari
penerimaan bahan baku, proses produksi, hingga produk sampai ketangan
konsumen, bagian ini membawahi bidang Laboratory & QC Line
Departement Head, Cell Executive Laboratory, QC Inspector, QC Lab
(Micro, Chemical, dan Sensory), Quality System Executive, Food Safety &
Hygienist Executive. Engineering Manager betanggung jawab penuh terhadap
kesiapan dan pemeliharaan mesin serta perlengkapan dan kelancaran proses
produksi, departemen ini membawahi bidang workshop serta operator.
3. Finance Manager bertugas membuat anggaran dan mencatat data-data
keuangan perusahaan baik penerimaan maupun pengeluaran.
4. HRD Manager bertanggung jawab atas pengelolaan dan peningkatan sumber
daya manusia (karyawan) di perusahaan, perekrutan karyawan baru, dan
pemberian pelatihan bagi karyawan.
5. Purchasing Manager bertugas dalam mangatur untuk masalah pembelian
yang meliputi order pembelian, pengawasan penerimaan bahan baku, serta
mengetahui posisi barang terhadap masing-masing supplier.
5.1.4. Aspek Sumber Daya Manusia
Studi pada aspek ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam
pembangunan dan implementasi proyek layak atau tidak dilihat dari ketersediaan
sumber daya manusia. Sehingga hal-hal yang perlu dikaji adalah jumlah karyawan
yang dibutuhkan, menentukan deskripsi pekerjaan, menentukan kebijakan
rekrutmen, seleksi dan orientasi, protivitas, program pelatihan dan pengembangan,
penentuan prestasi kerja dan kompensasi, perencanaan karier, kesehatan dan
keselamatan kerja, mekanisme PHK.
Perencanaan aspek sumber daya manusia, selain dikaji dari aspek-aspek
tersebut, terdapat aspek-aspek penting yang sangat menunjang bagi sebuah proyek
pabrik, yaitu analisis pekerjaan dan produktivitas kerja

1. Analisis Pekerjaan

69

Analisis Pekerjaan dapat diartikan sebagai suatu aktivitas untuk mengkaji,


mempelajari, mengumpulkan, mencatat, dan menganalisis ruang lingkup suatu
pekerjaan secara sistematis dan sistemik (Sastrohadiwiryo, 2002). Menurut
Dessler (2006), analisis pekerjaan merupakan prosedur yang dilalui untuk
menentukan tanggung jawab posisi-posisi yang harus dibuatkan stafnya , dan
karakteristik orang-orang yang bekerja untuk posisi-posisi tersebut. Analisis
pekerjaan memberikan informasi yang digunakan untuk membuat deskripsi
pekerjaan (daftar tentang pekerjaan tersebut), dan spesifikasi pekerjaan (jenis
orang yang harus dipekerjakan untuk pekerjaan tersebut). Oleh sebab itu, menurut
Dessler (2006), penyelia atau spesialis dalam sumber daya manusia biasanya
mengumpulkan beberapa informasi berikut melalui analisis pekerjaan,
1. aktivitas pekerjaan,
2. perilaku manusia,
3. mesin, perangkat, peralatan, dan bantuan pekerjaan,
4. standar prestasi,
5. konteks pekerjaan, dan
6. persyaratan manusia
Analisis pekerjaan penting dilakukan sebelum diadakan perekrutan tenaga
kerja. Ada beberapa manfaat yang diperoleh dengan mengadakan analisis
pekerjaan, yang juga merupakan tujuan dari dilakukannya analisis jabatan.
Adapun tujuan analisis pekerjaan yaitu:
1. Memperoleh tenaga kerja pada posisi yang tepat,
2. Memberikan kepuasan pada diri tenaga kerja,
3. Menciptakan iklim dan kondisi kerja yang kondusif (Sastrohadiwiryo).
2. Produktivitas Kerja
Produktivitas kerja adalah kemampuan menghasilkan suatu kerja yang
lebih banyak daripada ukuran biasa yang telah umum (The Liang Gie,1981).
Pengertian produktivitas pada dasarnya mencakup sikap mental yang selalu
mempunyai pandangan bahwa kehidupan di hari lebih baik dari hari kemarin dan
hari esok lebih baik dari baik dari hari ini (Sinungan, 2005). Secara teknis
produktivitas adalah suatu perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan
keseluruhan sumber daya yang diperlukan (input). Produktivitas mengandung
pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran tenaga kerja
persatuan waktu (Riyanto, 1986). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa produktivitas kerja adalah kemampuan karyawan dalam berproduksi

70

dibandingkan dengan input yang digunakan, seorang karyawan dapt dikatakan


produktif apabila mampu menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan
diharapkan dalam waktu yang singkat atau tepat.
Untuk mencapai produktivitas yang tinggi suatu perusahaan dalam proses
produksi, selain bahan baku dan tenaga kerja harus juga didukung oleh
pendidikan, keterampilan, sikap dan etika kerja, tingkat penghasilan, jaminan
sosial, tingkat sosial, iklim kerja, motivasi, gizi dan kesehatan, hubungan individu,
teknologi, dan produksi
5.1.5. Aspek Keuangan
Aspek keuangan bertujuan untuk mengetahui perkiraan pendanaan dan
aliran kas proyek pendirian pabrik PT. Heksa Forever sehingga dapat diketahui
layak atau tidaknya rencana proyek tersebut.
a). Asumsi
Skala usaha yang dijalankan pada pabrik flakes ubi jalar kami adalah skala
besar. Asumsi-asumsi yang menjadi dasar perhitungan dalam analisis Biaya
Produksi antara lain:
1

Analisis finansial ini dilakukan dengan biaya investasi untuk pendirian usaha
baru.

Umur ekonomi proyek ditetapkan selama 10 tahun, disesuaikan dengan umur


ekonomi rata-rata mesin dan peralatan.

Tingkat produksi untuk tahun pertama yaitu 20496 kemasan per hari.

1 kemasan beratnya adalah 250 gram dengan harga Rp.6.500,00/kemasan.

Jumlah hari produksi dalam 1 tahun adalah 300 hari atau 25 hari dalam 1
bulannya.

Kapasitas produksi sebesar 20496 kemasan = 5124 kg per hari

Kebutuhan bahan baku per hari adalah 10800 kg ubi jalar segar untuk
menghasilkan 4728 kg tepung ubi jalar per hari (asumsi rendemen 44%).

Bahan baku kacang hijau per hari adalah 1080 kg untuk menghasilkan
912 kg tepung kacang hijau per hari (asumsi rendemen 84%).

Gula per hari adalah 1000 kg

Garam per hari adalah 50 kg

71

Air per hari 3300 liter

Asumsi mengenai produksi adalah sebagai berikut :

Kebutuhan bahan baku (per hari)

: 10,8 ton ubi jalar segar dan 1,08 ton

kacang hijau
Kapasitas produksi (per hari)
Harga jual
Jumlah hari produksi (per bulan)
Jumlah jam kerja (per hari)
Umur ekonomi usaha (tahun)
Tingkat suku bunga

: 20496 kemasan
: Rp.6.500,00
: 25 hari
: 8 jam x 3 shift
: 10
: 5%

Tabel 34. Perhitungan Kebutuhan Bahan Baku Langsung dan Bahan


Pembantu (per Tahun)
variable cost kebut
biaya/hari
biaya/bulan
Biaya/tahun
uhan/ biaya/
(Rp)
(Rp)
(Rp)
Bahan baku
hari
unit
langsung
Ubi Jalar (kg) 10800
3000
32.400.000
Kacang Hijau
1080
20000
21.600.000
(kg)
gula (kg)
1000
12500
12.500.000
garam (kg)
50
5000
250.000
air (L)
3300
40
132.000
Kemasan dan
20496 512400
500
label (buah)
Bahan
pembantu
bensin mobil
10
6500
65.000
sub total
77.195.000
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015)

810.000.000

9.720.000.000

540.000.000

6.480.000.000

312.500.000
6.250.000
3.300.000

3.750.000.000
75.000.000
39.600.000

10.248.000

256.200.000

1.625.000
1.929.875.000

19.500.000
23.158.500.000

Tabel 35. Perhitungan Peralatan Penunjang


Peralatan
Penunjang

Kebu
tuhan

Biaya/unit

Total

Potato peeler
mesin pencuci
mesin perajang
Rotary Drum
dryer
Pin and Disc Mill
Rotary Bowl

1
1
2

6.000.000
4.200.000
10.000.000

6.000.000
4.200.000
20.000.000

Umur
Ekonom
i (tahun)
10
10
10

Nilai Sisa
15%

Penyusuta
n 9%

900.000
630.000
3.000.000

540.000
378.000
1.800.000

Pemeliha
raan
10%
54.000
37.800
180.000

100.000.000

200.000.000

10

30.000.000

18.000.000

1.800.000

2
2

4.400.000
14.000.000

8.800.000
28.000.000

10
10

1.320.000
4.200.000

792.000
2.520.000

79.200
252.000

72

Screen
Drum
2
Mesin Penyosoh
1
Ribbon Mixer
1
Planetary Mixer
1
Flaking Roller
1
Mill
Packaging
1
Machine
Sub total

1.000.000
2.500.000
7.250.000
9.800.000

2.000.000
2.500.000
7.250.000
9.800.000

10
10
10

300.000
375.000
1.087.500
1.470.000

180.000
225.000
652.500
882.000

18.000
22.500
65.250
88.200

50.000.000

50.000.000

10

7.500.000

4.500.000

450.000

35.000.000

35.000.000

10

5.250.000

3.150.000

315.000

43.282.500

25.969.500

2.596.950

288.550.000

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015)

Tabel 36. Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung dan Tidak Langsung
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Jumla Gaji/orang/bula
Jabatan
Gaji/bulan
Gaji/tahun
h
n
Staf produksi
20
Rp1.900.000
Rp38.000.000 Rp456.000.000
Operator
6
Rp1.900.000
Rp11.400.000 Rp136.800.000
Warehouse
Incoming
2
Rp1.900.000
Rp3.800.000
Rp45.600.000
Out going
2
Rp1.900.000
Rp3.800.000
Rp45.600.000
Marketing

73

salesman

Jabatan
Pimpinan
Perusahaan
(GM)
Sekretais
Umum (SGM)
Manager
Accounting
Manager
Personalia
Manager
Produksi
Manager
Warehouse
Manager
Marketing
Accounting
Personalia
Supervisor
produksi
Quality Control
RnD
Receptionist
Office Boy
Security
Supir
Total

Rp2.500.000

Rp10.000.000
Rp67.000.00
34
Rp10.100.000
0
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Jumla Gaji/orang/bula
Gaji/bulan
h
n

Rp120.000.000
Rp804.000.000

Gaji/Tahun

Rp8.000.000

Rp8.000.000

Rp96.000.000

Rp4.000.000

Rp4.000.000

Rp48.000.000

Rp5.000.000

Rp5.000.000

Rp60.000.000

Rp5.000.000

Rp5.000.000

Rp60.000.000

Rp5.000.000

Rp5.000.000

Rp60.000.000

Rp5.000.000

Rp5.000.000

Rp60.000.000

Rp5.000.000

Rp5.000.000

Rp60.000.000

1
2

Rp3.000.000
Rp3.000.000

Rp3.000.000
Rp6.000.000

Rp36.000.000
Rp72.000.000

Rp3.000.000

Rp6.000.000

Rp72.000.000

2
2
2
6
2
4

Rp2.000.000
Rp3.000.000
Rp2.000.000
Rp1.600.000
Rp1.900.000
Rp1.900.000

30

Rp58.400.000

Rp4.000.000
Rp6.000.000
Rp4.000.000
Rp9.600.000
Rp3.800.000
Rp7.600.000
Rp87.000.00
0

Rp48.000.000
Rp72.000.000
Rp48.000.000
Rp115.200.000
Rp45.600.000
Rp91.200.000
Rp1.044.000.00
0

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015)

Tabel 37. Perhitungan Total


Deskripsi
Listrik
Peralatan Produksi
Biaya Bahan Baku
Perizinan Dep Kes
Perizinan MUI

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

Biaya (Rp)
360.000.000
288.550.000
23.158.500.000
20.000.000
20.000.000

74

PBB
Rp
Sewa tempat
Rp
Asuransi
Rp
Peralatan Kantor
Rp
transportasi (Bensin)
Rp
Total
Rp
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015)

50.000.000
28.855.000
20.000.000
19.500.000
23.965.405.000

77

BEP (Break Even Point)/Titik impas


Break Even Point (BEP) dapat diketahui dengan memasukkan data anggaran
sebagai berikut :
a

Atas dasar keseluruhan :


Total

BEP (Rupiah)

Cost

Total variabel cost


1(
/Harga jual/unit)
Jumlah produksi /thn

Rp1.069 .969 .500


Rp26.469 .646 .950
1(
/6500)
6.148 .800

749.200 .000
19.983 .500.000
1(
)
36.000 .000.000
=
b

Rp 3.145.625.695,00

Atas dasar per unit produk


Total

BEP (pieces)

= Cost

Total variabel cost


Harga jual/unit(
)
Jumlah produksi / thn

Rp 1.069 .969.500
Rp 26.469.646 .950
6500(
)
6.148 .800

749.200 .000
15.0008638

= 482.167 kemasan yang harus terjual dalam 1 tahun


BEP (hari)

BEP ( pieces)
produksi per tahun

482.167
6.148 .800

x 365

x 365 = 29 hari

Rumus BEP keseluruhan akan menghasilkan perhitungan BEP dalam rupiah,


sedang analisa per unit akan menghasilkan BEP dalam jumlah hasil produk.
NPV, IRR, BCR
Tabel 42. Perhitungan NPV dan BCR dengan Suku Bunga 5%
P untuk Pengeluaran
Investasi awal
288.550.000
Biaya rutin per tahun
1.069.969.500
Suku bunga
0,05

78

Periode
10
Pendapatan per tahun
528.288.481.741
Ppengeluaran
8.550.533.488
Ppendapatan
4.079.285.169.463
Benefit Cash Ratio (BCR)
477,08
Net Present Value (NPV)
4.070.734.635.975
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015)
Dari tabel perhitungan dengan suku bunga 5% didapat nilai NPV dan BC Ratio
sebagai berikut:
NPV1 = Pincome- PCost
= Rp 4.070.734.635.975
NPV >1 maka alternatif tersebut layak dilakukan
Pada perhitungan NPV dengan tingkat suku bunga 5% menunjukkan nilai yang
positif (lebih besar dari nol) yaitu Rp 4.070.734.635.975. Hal tersebut
menandakan bahwa penggantian peralatan dengan umur ekonomis lebih lama
layak untuk dilaksanakan.
B/C ratio = Pincome /Pcost
= 477,08
Pada perhitungan BC Ratio dengan tingkat suku bunga 5% menunjukkan nilai
lebih besar dari satu yaitu 477,08. Hal tersebut menandakan bahwa setiap Rp 1
yang dikorbankan maka mendapat keuntungan Rp 477,08.
Tabel 43. Perhitungan NPV dan BCR dengan Suku Bunga 15%
P untuk Pengeluaran (Untuk
suku bunga yang lain)
Investasi awal
288.550.000
Biaya rutin per tahun
1.069.969.500
Suku bunga
0,15
Periode
10
Pendapatan per tahun
528.288.481.741
Ppengeluaran
5.658.512.927
Ppendapatan
2.651.374.232.164
Net Present Value (NPV)
2.645.715.719.237
Internal Rate of Return
33,56617964
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015)
Dari tabel perhitungan dengan suku bunga 15% didapat nilai NPV dan IRR
sebagai berikut:

79

NPV2 = Pincome- PCost


= Rp 2.645.715.719.237
(i 2i 1)
NPV 1 x
IRR =
( NPV 2NPV 1)
i1
=
Rp 4.070 .734 .635.975 x

( 155 )
( ( Rp 2.645.715 .719 .237Rp . 4.070 .734 .635 .975 ) )
5

= 33,5662%
Dari data diatas didapatkan nilai IRR lebih besar dari bunga bank (15%) sehingga
usaha ini termasuk baik.
Kesimpulan : Usaha layak dikembangkan bila dilihat dari NVP yang positif (Rp
4.070.734.635.975), BCR yang lebih dari 1 (477,08), dan IRR pada suku bunga
ekstrim 15% (33,5662%)
5.2.

Aspek Eksternal Proyek

5.2.1

Aspek Politik, Ekonomi dan Sosial

Setiap usaha yang dijalankan, tentunya akan memberikan dampak positif dan
negatif, yang mana dampak tersebut akan dapat dirasakan oleh berbagai pihak,
baik bagi pengusaha itu sendiri, pemerintah ataupun masyarakat luas. Berikut
merupakan tiga aspek yang merupakan aspek eksternal yaitu aspek politik,
ekonomi dan sosial.
Aspek Politik
Adanya isu/rumor/spekulasi yang timbul akibat kondisi politik yang
diciptakan pemerintah akan mempengaruhi permintaan dan penawaran
suatu produk, baik itu produk barang maupun jasa. Dalam menganalisis
kelayakan bisnis, hendaknya aspek politik saaat bisnis dibangun dan
diimplementasikan tidak akan sangat mengganggu sehingga kajiannya menjadi
layak. Situasi politik dapat diketahui melalui berita-berita melalui media massa.
1. Good news
Dapat dimaknai sebagai berita-berita yang dapat diterima pelaku pasar
tentang berbagai faktor atau kondisi suatu negara yang berhubungan dengan dunia
investasi, yang dinilai mendukung dan memiliki petensi mendatangkan

80

keuntungan bagi dunia in vestasi. Jadi, good news diharapkan oleh pasar, karena
dampaknya menguntungkan dunia investasi.
2. Bad news
Dapat dimaknai sebagai berita yang diterima pelaku pasar tentang berbagai
faktor atau kondisi suatu negara yang berhubungan dengandunia investasi yang
dinilai tidak mendukung dan memiliki potensimendatangkankerugian bagi dunia
investasi. Bad news dihindari pasar karenadampaknya merugikan dan mengancam
dunia investasi. Praktik penyelewengan dan penyalahgunaan kekuasaan yang
dilakukan oleh oknum pemerintah dalam menjalankan tugas mereka dinilai pasar
sebagai bad news, karena mengancam keamanan modal dan usaha mereka.
Kekacauan politik juga dapat mendorong lahirnya kondisi sosial yang tidak
aman.Jadi jelas bahwa aspek politik pemerintah secara langsung ataupun
tidak langsung berpengaruh kepada dunia bisnis. Makin kacau kondisi politik
suatu daerah atau negara akan berdampak makin kacau pula dunia bisnis didaerah
atau negara tersebut, begitu pula sebaliknya.
Aspek Ekonomi
Dalam aspek ekonomi dampak positif yang diberikan dengan adanya
investasi lebih ditekankan kepada masyarakat khususnya, dan pemerintah
umumnya. Bagi masyarakat, adanya investasi ditinjau dari aspek ekonomi adalah
akan memberikan peluang untuk meningkatkan pendapatannya. Sedangkan bagi
pemerintah dampak positif yang diperoleh dari aspek ekonomi adalah
memberikan pemasukan berupa pendapatan, baik bagi pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah (Kasmir dan Jakfar, 2003).
Secara garis besar dampak dari aspek politik, ekonomi dengan adanya
suatu usaha atau investasi, misalnya penmdirian suatu pabrik, antara lain:
1.

Dapat meningkatkan ekonomi rumah tangga masyarakat melalui :


a) Meningkatkan tingkat pendapatan keluarga.
b) Perubahan pola nafkah.
c) Adanya pola nafkah ganda.
d) Tersedianya jumlah dan ragam produk barang dan jasa di masyarakat,
sehingga masyarakat punya banyak pilihan untuk produk yang
diinginkannya.

81

e) Membuka kesempatan kerja bagi masyarakat sekaligus mengurangi


pengangguran.
f) Tersedianya sarana dan prasarana.
2.

Meningkatkan perekonomian pemerintah dapat melalui :


a)

Menambah peluang dan kesempatan kerja dan berusaha bagi

masyarakat.
b)

Memberikan nilai tambah proses manufaktur.

c)

Menambah jenis dan jumlah aktivitas ekonomi nonformal di

masyarakat.
d)

Pemerataan pendistribusian pendapatan.

e)

Menimbulkan efek ganda ekonomi.

f)

Meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

g)

Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

h)

Menambah pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di daerah tertentu.

i)

Menyediakan fasilitas umum yang sangat dibutuhkan masyarakat.

j)

Menghemat devisa apabila produk dan jasa yang dihasilkan dapat


mengurangi pemakaian impor barang dan jasa dari luar negeri.

k)

Memperoleh pendapatan berupa pajak dari sumber-sumber yang


dikelola oleh perusahaan, baik dari pendapatan penjualan maupu dari
pajak lainya.

4.

Pengembangan wilayah
a)

Meningkatkan pemerataan pembangunan (dengan prioritas


pembanguan di daerah tertentu).

b)

Meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa.

c)

Terbuka lingkungan pergaulan dengan adanya pembukaan suatu


wilayah.

d)

Mebuka isolasi wilayah dan cakrawala bagi penduduk.

Aspek Sosial
Dampak positif dari aspek sosial bagi masyarakat secara umum adalah
tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan, seperti pembangunan jalan,
jembatan, listrik, dan sarana lainnya. Dampak negatif bagi pemerintah dari aspek
sosial yaitu adanya perubahan demografi di suatu wilayah dan perubahan budaya.

82

Dampak negatif dari aspek sosial termasuk terjadinya perubahan gaya hidup,
budaya, adat istiadat, dan struktur sosial lainnya (Kasmir dan Jakfar, 2003).
Secara garis besar dampak dari aspek politik, ekonomi dengan adanya
suatu usaha atau investasi, misalnya penmdirian suatu pabrik, antara lain:
1.

Adanya perubahan demografi melalui terjadinya:


a)

Perubahan struktur penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin,


mata pencaharian, dan agama.

b)

Perubahan tingkat kepadatan penduduk.

c)

Pertumbuhan penduduk, tingkat kelahiran, tingkat kemtian bayi, dan


pola migrasi.

d)

Perubahan komposisi tenaga kerja baik tingkat partisipasi angkatan


kerja maupun tingkat pengangguran.

2.

Perubahan budaya yang meliputi terjadinya:


a)

Kemungkinan perubahan kebudayaan melalui perubahan adat istiadat,


nilai, dan norma budaya setempat.

b)

Terjadi proses sosial baik proses asosiatif/ kerjasama, proses disosiatif


konflik sosial, akulturasi, asimilasi, dan integrasi maupun sosial lain.

c)

Perubahan pranata sosial / kelembagaan masyarakat di bidang


ekonomi.

d)

Perubahan warisan budaya seperti perusakan situs perbakala maupun


cagar budaya.

e)

Perubahan pelapisan sosial berdasarkan pendidikan, ekonomi,


pekerjaan dan kekuasaan.

f)

Perubahan kekuasaan dan kewenangan melalui kepemimpinan formal


dan informal.

5.2.2. Aspek Lingkungan Industri


Aspek lingkungan industri lebih mengarah pada aspek persaingan dimana
bisnis perusahaan berada. Aspek lingkungan industri sangat penting untuk diteliti
dalam kelayakan suatu proyek pembangunan pabrik/industri karena merupakan
aspek lingkungan luar perusahaan yang paling dekat dimana bisnis perusahaan

83

berada. Penelitian aspek lingkungan industri adalah untuk menggambarkan


kelayakan proyek dalam persaingan yang semakin ketat.
Kabupaten Sumedanag adalah salah satu kabupaten yang berada di bawah
pemerintahan Propinsi Jawa Barat. Kabupaten Sumedang merupakan daerah
berbukit, dan gunung dengan ketinggian tempat 26 m - 100 m diatas permukaan
laut. Pertanian adalah mata pencaharian utama penduduk Kabupaten Sumedang.
Sebagian besar lahan digunakan untuk sawah dan perkebunan, sebesar 0,26%
lahan di Sumedang digunakan untuk industri. Berdasarkan Badan Pusat Statistik
Kabupaten Sumedang tahun 2006, jumlah industri yang ada di Sumedang
sebanyak 19.371. Dari jumlah industri yang ada di Kabupaten Sumedang,
sebagian besar masih usaha industri rumah tangga yaitu sebanyak 17.977, diikuti
industri kecil sebanyak 1.253, kemudian industri menengah sebanyak 109 dan
industri besar sebanyak 32. Kawasan industri terbesar di daerah Sumedang
terdapat di kecamatan Cimanggung, yang sebagian besar terdiri dari industri
tekstil, minuman dan makanan. Namun belum ada industri besar yang mengolah
ubi jalar. Sumedang juga merupakan daerah penghasil ubi jalar. Produksi ubi jalar
terbesar terdapat di kecamatan Pamulihan dan Rancakalong. Ubi jalar yang
dihasilkan pengolahannya masih terbatas dan produknya memiliki umur simpan
yang pendek. Selain itu, pengolahan ubi jalar juga masih dilakukan dalam industri
rumah tangga, kecil dan menengah. Berdasarkan hal tersebut, maka sangat
memungkinkan untuk mendirikan pabrik flakes ubi jalar di Kabupaten Sumedang.
Selain dekat dengan bahan baku, di daerah Sumedang juga belum ada pabrik atau
industri besar yang mengolah ubi jalar. Pabrik flakes ubi jalar PT. Heksa Forever
merupakan industri pengolahan ubi jalar yang mudah bersaing serta kemungkinan
ancaman adanya produk pengganti masih sangt kecil, karena umumnya industri
yang terdapat di Sumedang bergerak di bidang tekstil serta makanan olahan dari
terigu, bukan dari pangan lokal seperti ubi jalar.
5.2.3. Aspek Yuridis
Sebelum dilakukan impelementasi, suatu rencana proyek pembangunan
pabrik/industri pangan harus dinyatakan layak secara yuridis. Hal ini
dimaksudkan agar dalam implementasinya nanti, resiko dihentikan oleh pihak

84

berwajib atau di protes masyarakat dapat dihindari. Cakupan studi kelayakan pada
aspek yuridis yaitu:
1. Pelaksanaan bisnis/perusahaan
a Bentuk badan usaha
Bentuk bentuk badan usaha

di Indonesia adalah perusahaan

perseorangan firma, perseroan komanditer (CV), Perseroan terbatas (PT),


perusahaan Negara dan koperasi. Produk Keripik Nusatela ini berbentuk badan
Peseroan Terbatas (PT). Flakes Ubi Jalar Ungu yang diproduksi oleh PT. Heksa
Forever ini terletak di Sumedang, Jawa Barat.
b Identitas pelaksana bisnis
Dalam Studi Kelayakan Proyek (SKP) perlu diketahui kewarganegaraan,
informasi bank misalnya perusahaan ini bekerjasama dalam hal simpan pinjam
dengan salah satu Bank. Hal ini dilakukan agar adanya keterbukaan mengenai
analisis biaya antara kedua belah pihak sehingga diperlukan informasi bank dan
keterlibatan pidana/perdata dan hubungan keluarga pemilik proyek/ pengambil
keputusan perusahaan, dan terdaftarnya dalam Dinas KUKM dan Perindag
dimana Dinas tersebut melakukan kerjasama dalam pendirian pabrik ini, dan juga
Dinas Pertanian yang mendukung dan kerjasamanya dalam pendirian usaha ini.
2. Jenis proyek atau usaha apa yang akan dilaksanakan
Jenis proyek atau bidang usaha dalam SKP harus dijelaskan apakah sesuai
dengan anggaran dasar perusahaan, tidak dilarang secara hukum dan norma, dan
tidak mengganggu lingkungan.
PT. Heksa Forever ini memproduksi produk olahan ubi jalar ungu yaitu
flakes ubi jalar ungu dimana sebelum berdirinya perusahaan tersebut telah
memohon izin ke pemerintahan daerah sekitar dan pihak berwajib mengenai
berdirinya perusahaan ini dan mendapatkan respon yang cukup baik.
3. Pelaksanaan proyek
Sebelum usaha ini berdiri, pemilik perusahaan ini telah mengurus
beberapa surat surat perijinan usaha, pendaftaran pajak, dan dokumentasi
lainnya yang seharusnya dilakukan dalam hal perijinan pada waktu yang masih
berlaku. Tempat pelaksanaan proyek pada PT. Heksa Forever disesuaikan dengan
perencanaan wilayah dan status tanah yang akan dibangun dengan jelas.
Pengupahan karyawan diusahakan sesuai dengan standar pengupahan
pemerintahan setempat.

85

4. Peraturan dan perundang undangan yang berlaku


Setiap proyek pembangunan pabrik atau industri pangan perlu membuat
suatu review peraturan dan perundang-undangan yang berlaku agar rencana
proyek benar benar dapat dinyatakan layak secara yuridis.
5.2.4 Aspek Lingkungan Hidup
Telah disadari bahwa kemajuan industri dan teknologi yang mampu
meningkatkan kesejahteraan manusia itu ternyata juga menimbulkan pencemaran
terhadap lingkungan yang pada akhirnya juga berdampak pada manusia. Oleh
karena itu penerapan kemajuan industri dan teknologi tersebut harus ditinjau
kembali. Harus dipikirkan kembali agar penerapan kemajuan industri dan
teknologi tersebut dapat memberikan hasil dan manfaat yang lebih baik bagi
kelangsungan hidup manusia.
Perancangan pabrik ini menghasilkan beberapa limbah dari hasil produksi
pembuatan flakes. Hal-hal yang berkaitan antara proses produksi dengan produksi
diantaranya adalah limbah kulit ubi jalar ungu dan kacang hijau, serta air hasil
pencucian. Limbah-limbah tersebut tentunya memerlukan pengolahan lebih lanjut
agar aman dibuang ke lingkungan. Langkah-langkah perancangan pengolahan
limbah tentunya perlu dilakukan untuk menjaga lingkungan pabrik dan
lingkungan sekitar pabrik tetap terjaga dengan baik.
Oleh karena pentingnya aspek lingkungan dalam mempertahankan
keselamatan dan kelestarian, untuk itu ada beberapa hal penanggulangan. Menurut
Kusumastitu (2006), usaha untuk mengurangi dan menanggulangi pencemaran
lingkungan tersebut ada dua macam cara utama, yaitu :
1. Penanggulangan secara Non Teknis
Penanggulangan ini merupakan suatu usaha untuk mengurangi dan
menanggulangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan
perundangan yang dapat merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam
bentuk kegiatan industri dan teknologi sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
pencemaran lingkungan.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan adalah suatu studi mengenai
beberapa masalah yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang diusulkan. Dalam

86

hal ini studi yang dilakukan meliputi kemungkinan terjadinya berbagai macam
perubahan, baik perubahan sosial ekonomi maupun perubahan biofisik lingkungan
sebagai akibat adanya kegiatan yang diusulkan tersebut. AMDAL dapat juga
diartikan sebagai suatu hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan yang
direncanakan terhadap lingkungan hidup yang diperlukan sebagai bahan
pertimbangan pengambilan keputusan. Oleh karena itu AMDAL bertujuan untuk
menduga atau memperkirakan dampak yang mungkin timbul sebagai akibat suatu
kegiatan yang direncanakan.
Hal penting yang harus diketahui sebelum melakukan AMDAL adalah
rencana kegiatan yang ada serta keadaan lingkungan sebelum ada kegiatan.
Keadaan lingkungan sebelum ada kegiatan harus diketahui terlebih dahulu sebagai
patokan atau sebagai garis dasar untuk mengukur pencemaran yang terjadi.
Berdasarkan AMDAL yang dibuat untuk suatu kegiatan dapat dibandingkan
keadaan sebelum ada kegiatan dan sesudah ada kegiatan. Hasil yang ideal adalah
apabila tidak terjadi dampak pencemaran lingkungan. Kalaupun terjadi suatu
dampak, dampak tersebut hendaknya bersifat positif artinya kegiatan tersebut
memberikan peningkatan kualitas hidup masyarakat di sekitarnya.
2. Penanggulangan secara Teknis
Apabila berdasarkan kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) ternyata bisa diduga bahwa mungkin akan timbul pencemaran
lingkungan maka langkah berikutnya adalah memikirkan penanggulangan secara
teknis. Banyak macam dan cara yang dapat ditempuh dalam penanggulangan
secara teknis. Adapun kriteria yang digunakan dalam memilih dan menentukan
cara yang akan digunakan dalam penanggulangan secara teknis tergantung pada
faktor berikut:
a. Mengutamakan keselamatan lingkungan
b. Teknologinya telah dikuasai dengan baik
c. Secara teknis dan ekonomis dapat dipertanggungjawabkan

87

88

VI.

KESIMPULAN

1. Flakes ubi jalar ungu adalah makanan sarapan yang diproses dari tepung
ubi jalar ungu dan tepung kacang hijau untuk meningkatkan kandungan
proteinnya.
2. Flakes ubi jalar memiliki citarasa manis, berwarna ungu dengan sedikit
kecoklatan, memiliki tekstur yang renyah.
3. Alasan pemilihan produk flakes ubi jalar karena flakes merupakan sereal
siap saji, minat yang cukup pesat terhadap produk sarapan dan
ketersediaan bahan baku cukup melimpah di Indonesia.
4. Target pemasarannya adalah anak-anak, remaja, dan dewasa.
5. Proses pembuatan flakes ubi jalar terdiri dari beberapa tahapan yaitu
pembuatan tepung ubi jalar, tepung kacang hijau dan pembuatan flakes.
6. Peralatan yang dibutuhkan dalam pembuatan flakes diantaranya adalah
potato peeler, mesin pencuci, mesin perajang, rotary drum dryer, pin and
disc mill, rotart bowl screen, drum, mesin penyosoh, ribbon mixer,
planetary mixer, flaking roller mill dan mesin pengemas.
7. Faktor primer yang mempengaruhi penentuan lokasi pabrik flakes ubi jalar
yaitu kedekatan dengan bahan baku, sumber air, konsumen, sumber energi,
tenaga kerja, limbah dan sikap manajemen.
8. Faktor sekunder yang mempengaruhi lokasi pabrik flakes ubi jalar yaitu
jauh dari keramaian, akses, sarana jalan, harga tanah, dan dekat dengan
pasar.
9. Lokasi pembangunan pabrik flakes ubi jalar yang paling cocok yaitu pada
Kabupaten Sumedang dengan nilai tertinggi yaitu 7,67 karena paling dekat
dengan bahan baku, cukup jauh terhadap keramaian, akses yang
dibutuhkan lebih banyak tersedia, sarana jalan yang ada sudah cukup luas
dan kondisi jalan yang mulus, memiliki PBB yang murah namun harga
tanah cukup mahal, pasar modern sudah cukup banyak dan tidak jauh,
sumber mata air tersedia, segi pendistribusian produk untuk
konsumen lokasinya dekat dengan kota besar, tenaga kerja
mencukupi dan memiliki pendidikan cukup, pembuangan

89

limbah cukup ramah lingkungan, dan sikap masyarakat


cukup

terbuka

atas

pendirian

pabrik

di

Kabupaten

Sumedang.
10. Pabrik flakes ubi jalar dirancang memiliki 8 departemen,
yaitu departemen bahan baku, bahan jadi, produksi, supervisor, pengujian,
kantor, utility, dan limbah.
11. Ruang produksi yang absolut atau mutlak sangat penting untuk berdekatan
dengan gudang penyimpanan bahan baku dan barang jadi untuk
mempermudah alur kerja
12.
1 kemasan flakes ubi jalar beratnya adalah 250 gram dengan
harga Rp.6.500,00/kemasan
13.
BEP (Rupiah) sebesar Rp 3.145.625.695,00, BEP (pieces)
sebesar 482.167 kemasan yang harus terjual dalam 1 tahun, dan BEP (hari)
sebesar 29 hari.
14. Usaha ini layak dikembangkan karena memiliki nilai NVP yang positif

(Rp 4.070.734.635.975), BCR yang lebih dari 1 (477,08), dan IRR pada
suku bunga ekstrim 15% (33,5662%)

90

DAFTAR PUSTAKA
Anonima. 2014. Geografis dan Topografi Sumedang. Available at:
http://sumedangonline.com (Diakses pada tanggal 19 november 2015)
Anonimb. 2013. Badan Pusat Statistik Sumedang. Available at:
http://www.academia.edu (Diakses pada tanggal 19 November 2015)
Anonimc. 2013. Pemilihan Lokasi Pabrik. Available at:
http://heheoye.wordpress.com (Diakses pada 19 November 2015)
Apple, James M.1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. ITB. Bandung
Buhler. 2014. Flaking Roller Mill-The Allrounder. Available at :
http://buhlergroup.com (Diakses pada tanggal 10 Agustus 2015)
Dessler, G. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia Jilid I. PT. Indeks. Jakarta
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1995. Daftar Komposisi Bahan
Makanan. Bhatara Karya Aksara. Jakarta.
Hariyadi, P. 2011. Kemasan Untuk Breakfast Cereal. Available at :
http://foodreview.co.id (Diakses pada tanggal 27 Oktober 2015).
Harli, M. 2000. Ubi Jalar Kurangi Resiko Buta. Available at
http://www.kompas.com (di akses tanggal 27 Oktober 2015)
Heinnermen, J. 2003. Khasiat Kedelai Bagi Kesehatan Anda. Prestasi Pustaka.
Jakarta
Indarwati, TA. 2013.Faktor Penentuan Letak Lokasi Suatu Pabrik. Available at:
http://tiasaindarwati.blogspot.com (diakses pada 19 November 2015)
Jamriyanti, Ririn. 2007. Ubi Jalar Saatnya Menjadi Pilihan.
http://www.beritaiptek.com. Diakses tanggal 12 Oktober 2009
Juanda, D dan B. Cahyono. 2001. Ubi Jalar : Budidaya dan Analisis Usaha Tani.
Penerbit Kanisius. Jakarta
Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Kencana Prenada. Jakarta
Khasanah, U. 2003. Formulasi, Karakterisasi Fisiko-Kimia dan Organoleptik
Produk Makanan Sarapan Ubi Jalar (Sweet Potato Flakes). Skripsi.
Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kusumastuti, M. 2006. Studi Kelayakan Pembangunan Pabrik Air Minum dalam
Kemasan Gelas Oleh UD. Wijaya. Skripsi. Jurusan Teknik Industri.
Fakultas Teknik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta

91

Niken, S. 2010. Mempelajari Proses Pengolahan Tepung Ubi Jalar. Skripsi.


Universitas Padjadjaran. Bandung
Nurali, Lelemboto, dan Amu. 2010. Pemanfaatan Ubi Jalar sebagai Bahan Baku
Pembuatan Flakes dengan Substitusi Tepung Kedelai. Jurnal Teknologi
Pertanian Volume 5, Nomor 2.
Purwanto, A. 2009. Teknik Peningkatan Skala Produk Sereal Sarapan Sweet
Potato Flakes (SPF). Skipsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut
Pertanian Bogor. Bogor
Radjit, B. S., Prasetiaswati N., dan Didik. 2014. Adopsi Varietas Unggul Kacang
Hijau Di Sentra Produksi. Jurnal Iptek Tanaman Pangan Vol. 9 No.1.
Risnayadi, H., B. Nurhadi, dan E. Mardawati. 2008. Perancangan Pabrik
Pengolahan Pangan. Widya Padjadjaran. Bandung.
Riyanto, J. 1986. Produktivitas dan Tenaga Kerja.SIUP. Jakarta.
Sastrohadiwiryo, B.S. 2002. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan
Administrasi dan Operasional. Bumi Aksara. Jakarta
Simbolon, A. Indonesia Importir Sereal Terbesar di Asia. Available at :
http://jambi.trimbunnews.com (Diakses pada tanggal 27 Oktober 2015)
Sinungan, M., 2005. Produktivitas Apa dan Bagaimana. Bumi Aksara. Jakarta
Somantri, I. H., M. Hasanah, dkk. 2004. Mengenal Plasma Nutfah Tanaman
Pangan. Available at: http://www.indobiogen.or.id (diakses tanggal 1
Oktober 2015)
Suparman. 2000. Bercocok Tanam Ubi Jalar. Kanisius. Yogyakarta.
Syah, D. 2004. Pusat Studi Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor.
The Liang Gie. 1987. Ensiklopedia Administrasi. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Wahyono, Budi. 2012. Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi Pabrik.
Available at : http://www.pendidikanekonomi.com (Diakses pada 11
Desember 2015)
Wignjosoebroto, Sritomo. 2009 .Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan.
Penerbit GunaWidya. ITS. Surabaya
Winarno, F. G. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen. PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai