Teknologi Nano Dalam Industri Pangan
Teknologi Nano Dalam Industri Pangan
Teknologi Nano Dalam Industri Pangan
Oleh:
Kelompok 1A
Subhan Aristiadi
240210110021
Fitri Astutiningsih
240210120001
Michelle Cynthia
240210120002
Mila Syafaah
240210120003
Rismi Andiani Jabar
240210120004
Gemma Zulhaida
240210120005
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
JATINANGOR
2015
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Seiring perkembangan zaman, teknologi pun terus berkembang. Banyak
Serikat pada tahun 2010. Pasar terbesar tahun 2010 berada di wilayah Asia dengan
China menduduki peringkat pertama karena penduduknya yang besar. (El Amin,
2006 dalam Sudibyo dan Djumarman, 2008).
Nanoteknologi merupakan salah satu kunci teknologi untuk masa
mendatang dan mempunyai potensi besar untuk memunculkan produk-porduk
baru dengan berbagai keunggulan dan manfaatnya (Siegrist et al, 2007 dalam
Sudibyo dan Djumarman, 2008). Di sisi lain, informasi yang berkaitan dengan
risiko penanganan bahan atau material nano masih terbatas dan beberapa laporan
serta diskusi ilmiah bahkan mengindikasikan adanya kemungkinan partikel nano
berpotensi menimbulkan risiko keamanan dan kesehatan (ETC Group, 2005
dalam Sudibyo dan Djumarman, 2008).
Sukirno (2014) juga menyatakan bahwa dampak nanoteknologi pada
industri pangan sudah semakin jelas terlihat. Secara umum penerapan
nanoteknologi di industri pangan dapat ditemui pada berbagai sektor, diantaranya
pada pengolahan produk, pemantauan kualitas, dan pengemasan. Beberapa
industri pangan besar dunia sudah mulai melakukan pengembangan untuk lebih
menggali potensi penggunaan nanoteknologi pada pangan dan pengemasannya.
Menurut Chau et al. (2007) dalam Sudibyo dan Djumarman (2008),
kemajuan yang dicapai dan penemuan baru dalam nanoteknologi telah mulai
dirasakan dampaknya terhadap industri pangan dan industri terkaitnya. Hal ini
menimbulkan dampak terhadap isu keamanan pangan dan produk pangan baru
hasil sintesis molekuler dan ingrediennya yang mengandung nano, terutama
produk pangan fungsional yang digunakan untuk mengantarkan senyawa bioaktif
dalam pangan fungsional tersebut.
I.2
Tujuan
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengetahui serta mempelajari
II.
PEMBAHASAN
2.1
sistem pada tingkat molekular. Teknologi ini mengacu pada manipulasi atau
perakitan diri dari atom, molekul atau kelompok molekul menjadi material atau
alat dengan sifat-sifat baru (Riwayati, 2007). Satu nanometer adalah seper satu
milyar meter (10-9m), yang berarti sekitar 10000 kali lebih kecil dari diameter
rambut manusia yang berukuran sekitar 100.000 nm. Pada skala yang sangat kecil,
material memiliki sifat fisika dan kimia yang sama sekali berbeda dibandingkan
dengan material pada ukuran lazim (konvensional) sehingga sifat unik ini
digunakan dalam industri untuk menciptakan produk-produk baru.
Nano berasal dari kata Yunani yang berarti kerdil, kemudian diturunkan
menjadi kata nanometer. Jadi nanoteknologi adalah teknologi pada skala
nanometer. Nano merupakan satuan panjang sebesar 1/miliyar meter (1nm=109m).
Sebagai gambaran perbandingan skala meter dan nanometer adalah seperti
perbandingan luas bumi dan bola pimpong. Ukuran partikel yang sangat kecil
tersebut dimanfaatkan untuk mendesain, menyusun atau memanipulasi material
sehingga dihasilkan material dengan sifat dan fungsi baru. Dari waktu ke waktu
pemanfaatan nanoteknologi semakin pesat. Teknologi terbaru tersebut sudah
merambah ke berbagai sektor kehidupan, seperti tekstil, pangan, komestik,
kesehatan, kemasan pangan, dan berbagai produk konsumen lainnya (Riwayati,
2007).
Institute of Science and Technologi atau IFST (2006) dalam Sudibyo dan
Djumarman (2008) mendefinisikan nanoteknologi sebagai suatu design produksi
dan penerapan dari struktur, peralatan, dan sistem melalui pengendalian bentuk
dan ukuran material pada skala nano (109 m) atau kreasi dan penggunaan material,
peralatan, dan sistem yang mengeksploitasi peningkatan karakteristik dari struktur
dan sifat-sifat bahan pada rentang ukuran nanometer, yaitu dalam ukuran antara 1
sampai dengan 100 nanometer. Sementara itu ilmu nanoteknologi oleh IFST
(2006) dalam Sudibyo dan Djumarman (2008) mendefiniskan sebagai studi
fenomena dan manipulasi material pada tingkat skala atom, molekuler, dan
Sintesis Nanomaterial
Nanopartikel dapat terjadi secara alamiah ataupun melalui
umum,
besar
ini
sintesis
nanopartikel
dapat
dilakukan
partikel
disebut
berukuran
pendekatan
nanometer.
top-down.
membutuhkan sebuah oven yang dapat beroperasi pada suhu pemanasan di atas
suhu dekomposisi polimer. Suhu operasi di atas 500 oC sudah cukup untuk
mendekomposisi sejumlah polimer. Secara sederhana, prinsip kerja metode ini
adalah mencampurkan larutan logam nitrat di dalam air antara larutan polimer
dengan berat molekul tinggi (high molecular weight polymer, HMWP). Kedua
larutan dicampur dan diaduk secara merata disertai pemanasan sehingga
kandungan air hampir habis dan diperoleh larutan kental polimer. Di dalam
larutan tersebut diperkirakan ion-ion logam menempel secara merata pada rantai
polimer. Larutan polimer kemudian ditempatkan dalam krusibel alumina dan
dipanaskan pada suhu di atas suhu dekomposisi polimer. Suhu pemanasan
dinaikkan secara perlahan-lahan. Keberadaan polimer menghindari pertemuan
antar partikel yang terbentuk melalui proses nukleasi sehingga tidak terjadi
agglomerasi. Ketika polimer telah terdekomposisi akan didapatkan partikelpartikel yang hampir terpisah satu dengan lainnya. Secara sederhana diagram alir
pembuatan partikel dengan metode tersebut tampak pada Gambar 2.2 berikut ini.
orang.
Namun,
ketertarikan
pada
nanoteknologi
memaksa
yang
banyak
dilakukan
adalah
menggunakan
c. Metode Spray
Spray adalah pembangkitan droplet-droplet kecil dari
medium fase cair. Ukuran droplet yang dihasilkan bergantung
pada
berbagai
faktor
seperti
viskositas
cairan,
tegangan
Gambar 2.4 Skema Pembentukan Nanopartikel dengan Metode Salt assited spray
pyrolisis
(Sumber: Abdullah, dkk., 2008)
II.3
pangan
fungsional
serta
produk
kemasan
pangan
yang
memanfaatkan bahan alami dari ampas buah dan sayuran (Henny, 2013).
Nanofood adalah makanan yang diproduksi, diproses atau dikemas dengan
menggunakan teknik atau alat nanoteknologi atau ditambahkan nanomaterial
(Joseph dan Morrison, 2006).
ukuran partikel emulsi sampai dengan ukuran nano. Partikel emulsi ini akan
memberi tekstur yang baik pada ice cream.
2. Peningkatan cita rasa (flavor and colour improvement)
Cita rasa adalah salah satu indikator kualitas dari suatu produk makanan.
Dalam hal ini konsumen sangat memegang peranan penting. Teknologi nano
memberikan pengembangan makanan interactive yang memberikan kebebasan
konsumen untuk memilih rasa dan warna dari makanan yang akan dimakan.
Pembuatan nanocapsule yang berisi warna dan rasa makanan memberikan peluang
pada konsumen untuk memilih rasa dan warna yang diinginkan. Nanocapsule ini
akan bersifat inert sampai dengan makanan dikunyah dalam mulut .
3. Pengawetan (preservation)
Makanan merupakan komoditas dengan karakteristik mudah rusak dan
tidak tahan lama. Untuk mempertahankan kualitas agar sama dengan pada saat
diproduksi, maka produk makanan harus melalui proses pengawetan baik secara
fisik maupun kimia. Teknologi nano memberikan cara baru dalam proses tersebut,
diantaranya adalah:
-
Selain cup dari ampas jagung dan tapioka, dia juga telah menghasilkan
pembungkus pangan dengan bahan baku ampas buah-buahan. Produk semacam
plastik ini diharapkan dapat digunakan untuk mengemas buah-buahan segar atau
makanan olahan seperti dodol, sehingga lebih awet atau tahan lama masa
kadaluwarsanya (Henny, 2013).
III.
KESIMPULAN
Adapun dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Nanoteknologi merupakan salah satu kunci teknologi untuk masa
mendatang dan mempunyai potensi besar untuk memunculkan produkporduk baru dengan berbagai keunggulan dan manfaatnya.
2. Penerapan teknologi nano dalam industri pangan meliputi beberapa bidang
yaitu bidang proses, pengawetan, peningkatan cita rasa, keamanan serta
pengemasan.
3. Teknologi nano yang diterapkan pada industri pengolahan pangan secara
umum bertujuan untuk meningkatkan kualitas dari suatu produk pangan
yang dihasilkan sehingga dapat memenuhi keinginan konsumen.
4. Penggunaan teknologi nano pada industri pangan terus dikembangkan
sampai saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M., Yudistira, V., Nirmin dan Khairurijal. 2008. Sintesis Nanomaterial.
Jurnal Nanosains & Nanoteknologi Vol. 1 No.2.
Hariyadi, P. 2013. Teknologi Nano (Nanotechnology) di Bidang Pangan. Available
at : http://phariyadi.staff.ipb.ac.id/ (Diakses pada tanggal 24 November
2015)
Henny. A. 2013. Nanoteknologi Bidang Pangan Indonesia Bisa Leading. Majalah
Sains Indonesia. PT. Sarana Komunikasi Utama. Bogor.
Joseph T. and M. Morrison. 2006. Nanotechnology in Agriculture and Food. A
Nanoforum report. European Nanotechnolgy Gateaway. 13 p.
Riwayati. 2007. Penerapan Teknologi Nano di Dalam Industri Pengolahan Bahan
Makanan. Available at: http://download.portalgaruda.org (Diakses pada
tanggal 24 November 2015)
Sudibyo, A. Dan Djumarman. 2008. Penerapan Nanoteknologi dalam Industri
Pangan
dan
Pengembangan
Regulasinya.
Available
at
http://ejournal.kemenperin.go.id. (Diakses pada tanggal 24 November
2015).
Sukirno. 2014. Penerapan Nanoteknologi pada Teknologi Hasil Pertanian Pasca
Panen. Available at https://coretantanganikhwan.wordpress.com. (Diakses
pada tanggal 24 November 2015).