Ekstraksi Daun Sereh Wangi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

I.

PENDAHULUAN
Kebutuhan minyak atsiri dunia semakin tahun semakin meningkat seiring
dengan meningkatnya perkembangan industri modern seperti industri parfum,
kosmetik, makanan, aroma terapi dan obat-obatan. Minyak atsiri saat ini sudah
dikembangkan dan menjadi komoditas ekspor Indonesia yang meliputi minyak
atsiri dari nilam, akar wangi, pala, cengkeh, sereh wangi, kenanga, kayu putih,
cendana, lada, dan kayu manis.
Industri minyak atsiri di Indonesia sebagian besar baru mampu
menyediakan minyak atsiri kasar yang langsung diekspor, juga berupa industri
kosmetika, flavor dan fragrans sudah

berkembang dan menggunakan bahan-

bahan impor. Sampai saat ini yang belum berkembang

yaitu industri yang

menghasilkan barang setengah jadi. Dari sekian bahan atsiri yang ada, selama ini
mulai tidak dikembangkan adalah minyak atsiri dari sereh wangi, karena untuk
mendapatkan minyak atsiri tersebut menggunakan hydro distillation dan steam
distillation membutuhkan waktu yang relatif lama yaitu sekitar 4 7 jam.
Minyak sereh wangi adalah minyak atsiri yang diperoleh melalui distilasi
uap daun sereh wangi (Cymbopogon nardus). Sereh adalah salah satu jenis
rempah-rempah yang digolongan jenis rumput-rumputan yang dimanfaatkan
sebagai bumbu dapur dan juga bisa dimanfaatkan untuk tanaman obat herbal.
Tanaman sereh dibagi menjadi tiga jenis yaitu sereh wangi (Cymbopogon nardus),
sereh dapur (Cymbopogon flexuosus) dan rumput palmarosa (Cymbopogon
martini). Sereh wangi selama ini masih mendominasi dan lebih umum diambil
minyaknya dibanding golongan sereh lainnya.
Komposisi minyak sereh wangi ada yang terdiri dari beberapa
komponen, ada yang mempunyai 30-40 komponen, yang isinya antara lain,
alkohol, hidrokarbon, ester, alaehid, keton, oxida, lactone, terpene dan sebagainya.
Komponen kimia dalam minyak sereh wangi cukup komplek, namun komponen
yang terpenting adalah sitronellal dan geraniol. Kedua komponen tersebut
menentukan intensitas bau, harum, serta nilai harga minyak sereh wangi. Kadar
komponen kimia penyusun utama minyak sereh wangi tidak tetap, dan tergantung
pada beberapa faktor. Biasanya jika kadar geraniol tinggi maka kadar sitronellal
juga tinggi.

Sitronelal atau rhodinal atau 3,7-dimethyloct-6-en-1-al (C10H18O) adalah


monoterpenoid, komponen utama dalam campuran senyawa kimia terpenoid yang
memberikan minyak sereh wangi yang khas. Sedangkan geraniol adalah
monoterpenoid dan alkohol. Minyak atsiri sereh wangi selain untuk pewangi
sabun juga digunakan untuk desinfektan. Penyulingan menggunakan uap air dan
ekstraksi menggunakan pelarut merupakan dua cara terpenting memperoleh
minyak sereh (Harris, 1987).

II. TINJAUN PUSTAKA


A. Sereh Wangi (Cymbopogon nardus)
Sereh wangi dibudidayakan di pekarangan, tegalan, dan sela-sela
tumbuhan lain. Biasanya sereh wangi ditanam sebagai tanaman bumbu atau
tanaman obat (Gambar 1). Tanaman sereh dapat dibagi menjadi dua golongan
yaitu, Sereh Lemon atau Sereh Bumbu (Cymbopogon citratus) dan Sereh wangi
atau Sereh Sitronellal (Cymbopogon nardus) (Ketaren & B. Djatmiko, 1978).
Di Indonesia ada beberapa sebutan untuk tanaman ini yaitu Sereh (Sunda),
Sere (Jawa Tengah, Madura, Gayo dan Melayu), Sere mongthi (Aceh), Sanggesangge (Batak), Serai (Betawi, Minangkabau), Sarae (Lampung), Sare (Makasar,
Bugis), Serai (Ambon), dan Lauwariso (Seram). Klasifikasi lengkap dari tanaman
sereh wangi termasuk divisi Magnoliophyta dengan subdivisi Spermatophyta dan
kelas Liliopsida, ordo Cyperales, famili Poaceae, genus Cymbopogon, dan spesies
Cymbopogon nardus (Ketaren, 1985).
B. Proses Penyulingan Minyak Sereh Wangi
Minyak atsiri adalah zat cair yang mudah menguap bercampur dengan
persenyawaan padat yang berbeda dalam hal komposisi dan titik cairnya, larut
dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Berdasarkan sifat tersebut, maka
minyak atsiri dapat diekstrak dengan 4 macam cara, yaitu: Penyulingan
(Destilation), Pressing (Eks-pression), Ekstraksi dengan pelarut (Solvent
ekstraksion) dan Absorbsi oleh menguap lemak padat (Enfleurage). Cara yang
tepat untuk pengambilan minyak dari daun sereh adalah dengan cara penyulingan
(Destilation) (Ames dan Matthews, 1968).
Penyulingan adalah proses pemisahan komponen yang berupa cairan atau
padatan dari 2 macam campuran atau lebih berdasarkan perbedaan titik uapnya
dan proses ini dilakukan terhadap minyak atsiri yang tidak larut dalam air minyak
sereh wangi (Abimanyu et al., 2003).
Proses produksi minyak atsiri dapat ditempuh melalui 3 cara, yaitu: (1)
pengempaan (pressing), (2) ekstraksi menggunakan pelarut (solvent extraction),
dan (3) penyulingan (distillation). Penyulingan merupakan metode yang paling
banyak digunakan untuk mendapatkan minyak atsiri. Penyulingan dilakukan
dengan mendidihkan bahan baku di dalam ketel suling sehingga terdapat uap yang

diperlukan untuk memisahkan minyak atsiri dengan cara mengalirkan uap jenuh
dari ketel pendidih air (boiler) ke dalam ketel penyulingan (Harahap, 2012).
Jumlah minyak yang menguap bersama-sama uap air ditentukan oleh 3
faktor, yaitu: besarnya tekanan uap yang digunakan, berat molekul dari masingmasing komponen dalam minyak dan kecepatan minyak yang keluar dari bahan
(Satyadiwiria, 1979). Semakin cepat aliran uap air dalam ketel suling, maka
jumlah minyak yang dihasilkan per kg kondensat uap semakin rendah, sebaliknya
semakin lambat gerakan uap dalam ketel maka waktu penyulingan lebih lama dan
rendemen minyak per jam rendah (Sebayang, 2011).
Rendemen minyak yang dihasilkan dari daun sereh tergantung dari
bermacam-macam faktor antara lain: iklim, kesuburan tanah, umur tanaman dan
cara penyulingan. Rendemen dipengaruhi oleh musim rata 0,7 % dan musim
hujan 0,5 %. Menurut De Jong rendemen minyak dari daun segar sekitar 0,5 1,2%, dan rendemen minyak di musim kemarau lebih tinggi dari pada di musim
hujan. Daun sereh jenis lenabatu menghasilkan rendemen minyak 0,5 % (Anonim,
1970).
Untuk menghasilkan rendemen minyak yang maksimum, biasanya para
penyuling skala rakyat mengeringkan daun di bawah sinar matahari selama : 3 - 4
jam dan lama penyulingan diatur sedemikian rupa, sehingga komponen minyak
seluruhnya terekstraksi dan berkwalitas baik. Tetapi cara ini akan menghasilkan
mutu minyak sereh wangi yang rendah (Ketaren, 1985).
Penyulingan minyak sereh wangi di Indonesia biasanya dilakukan dengan
menggunakan uap air yaitu dengan dua cara, secara langsung dan secara tidak
langsung. Pada penyulingan secara langsung (gambar 2), bahan atau daun sereh
wangi yang akan diambil minyaknya dimasak dengan air, dengan demikian
penguapan air dan minyak berlangsung bersamaan. Kendati penyulingan langsung
seolah-olah memudahkan penanganan tetapi ternyata mengakibatkan kehilangan
hasil dan penurunan mutu. Penyulingan langsung dapat mengakibatkan
teroksidasi dan terhidrolisis, selain itu menyebabkan timbulnya hasil sampingan
yang tidak dikehendaki (Sebayang, 2011).
Pada penyulingan secara tidak langsung (gambar 3), yaitu dengan cara
memisahkan penguapan air dengan penguapan minyak. Bahan tumbuhan

diletakkan ditempat tersendiri yang dialiri uap air, atau secara lebih sederhana
bahan tumbuhan diletakkan di atas air mendidih (Harris, 1987)
Pada awal penyulingan, akan tersuling sejumlah besar geraniol dan
sitronellal, sedangkan pada penyulingan lebih lanjut, total geraniol dan sitronellal
yang dihasilkan semakin berkurang. Berdasarkan pengalaman pada penyulingan
4,5 jam akan menghasilkan minyak sereh wangi dengan kadar geraniol
maksimum 85 persen dan sixronellal 35 %. Dengan demikian penyulingan diatas
4,5 jam (5- 6) jam tidak akan menambah kadar kedua zat tersebut. Lama
penyulingan tergantung dari tekanan uap yang dipergunakan dan faktor kondisi
terutama kadar air daun sereh. Pada prinsipnya, tekanan yang dipergunakan tidak
boleh terlalu tinggi, karena pada tekanan yang terlalu tinggi minyak akan
terdekomposisi, terutama pada waktu penyulingan yang terlalu lama. Suatu hal
yang penting dalam penyulingan minyak sereh adalah agar suhu dan tekanan tetap
seragam dan tidak menurun secara tiba-tiba selama proses berlangsung (Cassel
dan Vargas, 2006).
Komposisi sitronellal, sitronellol dan geraniol dari hasil penyulingan daun
sereh wangi varietas G-2 selama 4 jam dapat dilihat pada tabel-1.
Tabel-1. Hasil Penyulingan Daun Sereh Wangi Varietas G-2
Dengan

Sistim

Penyulingan
Uap. Jam ke
Sitronellal
Pertama
63,43
Kedua
45,81
Ketiga
29,28
Keempat
15,75
Sumber: Ketaren, 1985.

Kadar (%)
Sitronellol
Geraniol
12,54
10,57
16,36
13,9
18,04
13,37
12,25
8,06

Pada pemisahan sitronelal dari minyak sereh wangi secara fisika,


dikarenakan sitronelal merupakan bahan dasar sintesis pembuatan fragrans seperti
sitronelol, isopulegol, mentol dan ester-ester lainnya yang mempunyai bau dan
wangi yang khas. Sitronelal mempunyai rumus molekul CIOHI80, berat molekul
154.25, titik didih 204-208 C dan tidak berwama (Agustian et al., 2005).
Menurut De Simon, et al (1977), campuran sitronelal dan sitronelol dapat
dipisahkan dengan cara raksionasi karena campuran tersebut mempunyai

perbedaan titik didih sekitar 25C, kondisi operasi dipakai suhu 86C pada
tekanan 1 mmHg dengan yield 130,5 g dari berat minyak sereh wangi, hasil yang
didapat 94% sitronelal, 4% geraniol/nerol, 1,2% dimethiloktanol, 0,2% sitronelol
dan 0,4% komponen bertitik didih rendah.
Distilasi bertingkat atau distilasi fraksionasi berguna untuk memisahkan
komponen utama berdasarkan perberdaan titik didih. Minyak atsiri urnumnya
tidak disuling pada tekanan atmosfir tetapi dalam keadaan vakum, karena pada
tekanan atmosfir dan suhu tinggi dapat menyebabkan dekomposisi (Agustian et
al., 2005).

III. PEMBAHASAN
A. Minyak Sereh Wangi

Minyak sereh diperoleh dari hasil penyulingan batang atau akar tumbuhan
sereh. Minyak sereh merupakan sumber geraniol dan sitronellal. Mutu minyak
sereh ditentukan oleh kandungan kedua komponen tersebut terutama sitronellal.
Sitronellal termasuk golongan alkanal. Sehingga dapat ditetapkan dengan Metode
Asidimetri, dimana sitronellal direaksikan dengan hidroksilamin-HCl akan
membebaskan HCl, lalu HCl direaksikan dengan KOH-alkohol berlebih, maka
kelebihan KOH-alkohol akan dititar oleh HCl. Dengan dilakukan blanko, maka
kadar sitronellal dapat diketahui (Ketaren, 1985).
Sereh wangi di Indonesia ada 2 jenis yaitu Mahapengiri dan Lenabatu.
Mahapengiri dapat dikenal dari bentuk daun yang lebih pendek dan lebih luas
dibandingkan Lenabatu. Jenis Mahapengiri memberikan hasil minyak atsiri yang
lebih tinggi dengan kualitas yang lebih baik, artinya kandungan geraniol dan
sitronellalnya lebih tinggi dari jenis Lenabatu. Selain itu jenis Mahapengiri
memerlukan tanah yang lebih subur, hujan yang lebih banyak dan pemeliharaan
yang lebih baik (Ketaren dan B. Djatmiko, 1978).
Catatan pertama di Eropa mengenai minyak sereh ditulis oleh Nicolaus
Grimm, yaitu seorang tabib tentara yang belajar obat-obatan di Colombo pada
akhir abad 17. Grimm menamakan rumput yang menghasilkan minyak tersebut
Arundo Indica Odorata. Pengiriman dari Olium Siree yang pertama sampai di
Eropa adalah pada awal abad 18, pada waktu itu minyak tersebut kelihatannya
hanya sedikit diekspor. Pada tahun 1851 dan 1855 sedikit contoh minyak sereh
diperlihatkan di "World Fairs" yang diadakan di London dan paris. Kemudian
minyak ini semakin dikenal Eropa, dan kegunaannya semakin berkembang yaitu
untuk wangi-wangian sabun dan sebagai bahan dasar dalam industri wangiwangian. Sejak tahun 1870 permintaan untuk minyak sereh naik, dan sejumlah
besar dihasilkan di Ceylon. Sampai tahun 1890 Ceylon tetap merupakan penghasil
yang terbesar di dunia, meskipun Jawa sudah mulai menghasilkan minyak sereh
dengan kwalitas yang lebih baik. Sekarang hasil minyak tipe Jawa telah jauh
melampaui tipe Ceylon. Walaupun demikian minyak Ceylon masih dapat
melawan persaingan dunia, karena harganya lebih murah (Ketaren, 1985).
B. Komposisi Kimia Minyak Sereh Wangi

Komponen kimia dalam minyak sereh wangi cukup komplek, namun


komponen yang terpenting adalah sitronellal dan garaniol. Kedua komponen
tersebut menentukan intensitas bau, harum, serta nilai harga minyak sereh wangi.
Kadar komponen kimia penyusun utama minyak sereh wangi tidak tetap, dan
tergantung pada beberapa faktor. Biasanya jika kadar geraniol tinggi maka kadar
sitronellal juga tinggi (Harris, 1987).
Komposisi minyak sereh wangi ada yang terdiri dari beberapa komponen,
ada yang mempunyai 30 - 40 komponen, yang isinya antara, lain alkohol,
hidrokarbon, ester, alaehid, keton, oxida, lactone, terpene dan sebagainya.
Menurut Guenther (1950), komponen utama penyusun minyak sereh wangi adalah
sebagai berikut,
1. Geraniol ( C

H 0)
10 18

Geraniol merupakan persenyawaan yang terdiri dari 2 molekul isoprene dan 1


molekul air, dengan rumus bangun adalah sebagai berikut :
CH - C = CH - CH --- CH - C = CH - CH OH
3
2
2
2
CH

CH

2. Sitronellol ( C

H 0)
10 20

Rumus bangunnya adalah sebagai berikut:


CH3 - C = CH - CH --- CH - CH - CH - CH - OH
2
2
2
2
CH

CH

3. Sitronellal (C10H16O)
Rumus bangunnya adalah sebagai berikut:
CH3 C = CH - CH2 --- CH2 - C = CH - C H
CH

CH3
Susunan kimia sereh

wangi yang ditanam di adalah seperti pada tabel-2.

Tabel-2. Susunan Kimia Minyak Sereh Wangi Yang Ditanam Di Taiwan


Senyawa Penyusunan
Sitronellal

32 45

Kadar (%)

Geraniol

12 18

Sitronellol

12 15

Geraniol Asetat

38

Sitronellil Asetat

24

L Limonene

25

Elemol & Seskwiterpene lain

25

Elemene & Cadinene


Sumber : Ketaren, 1985.

25

C. Syarat Mutu Minyak Sereh Wangi


Penyebab bau utama yang menyenangkan pada minyak sereh wangi adalah
sitronellal, yang merupakan bahan dasar untuk pembuatan parfum, oleh kerena itu
minyak sereh dengan kadar sitronellal yang tinggi akan lebih digemari. Jenis
minyak yang demikian akan diperoleh dari fraksi pertama penyulingan.
Khususnya di Indonesia, minyak sereh wangi yang diperdagangkan diperoleh
dengan cara penyulingan daun tanaman Cymbopogon nardus. Minyak sereh
wangi Indonesia digolongkan dalam satu jenis mutu utama dengan nama Java
Citronella Oil".
Standar mutu minyak sereh wangi untuk kwalitas ekspor dapat dianalisa
menurut kriteria fisik yaitu berdasarkan: warna, bobot jenis, indeks bias, ataupun
secara kimia, berdasarkan: total geranial, total sitronellal (Kapoor dan Krishan,
1977).
Minyak sereh wangi tidak memenuhi syarat ekspor apabila kadar geraniol
dan rendah atau mengandung bahan aging. Kadar geraniol dan sitronellal yang
rendah biasanya disebabkan oleh jenis tanaman sereh yang kurang baik, di
samping pemeliharaan tanaman yang kurang baik serta umur tanaman yang terlalu
tua. Bahan-bahan daging yang terdapat dalam minyak sereh wangi berupa lemak,
alkohol dan minyak tanah sering digunakan sebagai bahan pencampur. Bahan ini
terdapat dalam minyak sereh mungkin karena berasal dari bahan kemasan yang
sebelumnya mengandung zat tersebut (Ketaren den B. Djatmiko, 1978).

Anda mungkin juga menyukai