Ekstraksi Daun Sereh Wangi
Ekstraksi Daun Sereh Wangi
Ekstraksi Daun Sereh Wangi
PENDAHULUAN
Kebutuhan minyak atsiri dunia semakin tahun semakin meningkat seiring
dengan meningkatnya perkembangan industri modern seperti industri parfum,
kosmetik, makanan, aroma terapi dan obat-obatan. Minyak atsiri saat ini sudah
dikembangkan dan menjadi komoditas ekspor Indonesia yang meliputi minyak
atsiri dari nilam, akar wangi, pala, cengkeh, sereh wangi, kenanga, kayu putih,
cendana, lada, dan kayu manis.
Industri minyak atsiri di Indonesia sebagian besar baru mampu
menyediakan minyak atsiri kasar yang langsung diekspor, juga berupa industri
kosmetika, flavor dan fragrans sudah
menghasilkan barang setengah jadi. Dari sekian bahan atsiri yang ada, selama ini
mulai tidak dikembangkan adalah minyak atsiri dari sereh wangi, karena untuk
mendapatkan minyak atsiri tersebut menggunakan hydro distillation dan steam
distillation membutuhkan waktu yang relatif lama yaitu sekitar 4 7 jam.
Minyak sereh wangi adalah minyak atsiri yang diperoleh melalui distilasi
uap daun sereh wangi (Cymbopogon nardus). Sereh adalah salah satu jenis
rempah-rempah yang digolongan jenis rumput-rumputan yang dimanfaatkan
sebagai bumbu dapur dan juga bisa dimanfaatkan untuk tanaman obat herbal.
Tanaman sereh dibagi menjadi tiga jenis yaitu sereh wangi (Cymbopogon nardus),
sereh dapur (Cymbopogon flexuosus) dan rumput palmarosa (Cymbopogon
martini). Sereh wangi selama ini masih mendominasi dan lebih umum diambil
minyaknya dibanding golongan sereh lainnya.
Komposisi minyak sereh wangi ada yang terdiri dari beberapa
komponen, ada yang mempunyai 30-40 komponen, yang isinya antara lain,
alkohol, hidrokarbon, ester, alaehid, keton, oxida, lactone, terpene dan sebagainya.
Komponen kimia dalam minyak sereh wangi cukup komplek, namun komponen
yang terpenting adalah sitronellal dan geraniol. Kedua komponen tersebut
menentukan intensitas bau, harum, serta nilai harga minyak sereh wangi. Kadar
komponen kimia penyusun utama minyak sereh wangi tidak tetap, dan tergantung
pada beberapa faktor. Biasanya jika kadar geraniol tinggi maka kadar sitronellal
juga tinggi.
diperlukan untuk memisahkan minyak atsiri dengan cara mengalirkan uap jenuh
dari ketel pendidih air (boiler) ke dalam ketel penyulingan (Harahap, 2012).
Jumlah minyak yang menguap bersama-sama uap air ditentukan oleh 3
faktor, yaitu: besarnya tekanan uap yang digunakan, berat molekul dari masingmasing komponen dalam minyak dan kecepatan minyak yang keluar dari bahan
(Satyadiwiria, 1979). Semakin cepat aliran uap air dalam ketel suling, maka
jumlah minyak yang dihasilkan per kg kondensat uap semakin rendah, sebaliknya
semakin lambat gerakan uap dalam ketel maka waktu penyulingan lebih lama dan
rendemen minyak per jam rendah (Sebayang, 2011).
Rendemen minyak yang dihasilkan dari daun sereh tergantung dari
bermacam-macam faktor antara lain: iklim, kesuburan tanah, umur tanaman dan
cara penyulingan. Rendemen dipengaruhi oleh musim rata 0,7 % dan musim
hujan 0,5 %. Menurut De Jong rendemen minyak dari daun segar sekitar 0,5 1,2%, dan rendemen minyak di musim kemarau lebih tinggi dari pada di musim
hujan. Daun sereh jenis lenabatu menghasilkan rendemen minyak 0,5 % (Anonim,
1970).
Untuk menghasilkan rendemen minyak yang maksimum, biasanya para
penyuling skala rakyat mengeringkan daun di bawah sinar matahari selama : 3 - 4
jam dan lama penyulingan diatur sedemikian rupa, sehingga komponen minyak
seluruhnya terekstraksi dan berkwalitas baik. Tetapi cara ini akan menghasilkan
mutu minyak sereh wangi yang rendah (Ketaren, 1985).
Penyulingan minyak sereh wangi di Indonesia biasanya dilakukan dengan
menggunakan uap air yaitu dengan dua cara, secara langsung dan secara tidak
langsung. Pada penyulingan secara langsung (gambar 2), bahan atau daun sereh
wangi yang akan diambil minyaknya dimasak dengan air, dengan demikian
penguapan air dan minyak berlangsung bersamaan. Kendati penyulingan langsung
seolah-olah memudahkan penanganan tetapi ternyata mengakibatkan kehilangan
hasil dan penurunan mutu. Penyulingan langsung dapat mengakibatkan
teroksidasi dan terhidrolisis, selain itu menyebabkan timbulnya hasil sampingan
yang tidak dikehendaki (Sebayang, 2011).
Pada penyulingan secara tidak langsung (gambar 3), yaitu dengan cara
memisahkan penguapan air dengan penguapan minyak. Bahan tumbuhan
diletakkan ditempat tersendiri yang dialiri uap air, atau secara lebih sederhana
bahan tumbuhan diletakkan di atas air mendidih (Harris, 1987)
Pada awal penyulingan, akan tersuling sejumlah besar geraniol dan
sitronellal, sedangkan pada penyulingan lebih lanjut, total geraniol dan sitronellal
yang dihasilkan semakin berkurang. Berdasarkan pengalaman pada penyulingan
4,5 jam akan menghasilkan minyak sereh wangi dengan kadar geraniol
maksimum 85 persen dan sixronellal 35 %. Dengan demikian penyulingan diatas
4,5 jam (5- 6) jam tidak akan menambah kadar kedua zat tersebut. Lama
penyulingan tergantung dari tekanan uap yang dipergunakan dan faktor kondisi
terutama kadar air daun sereh. Pada prinsipnya, tekanan yang dipergunakan tidak
boleh terlalu tinggi, karena pada tekanan yang terlalu tinggi minyak akan
terdekomposisi, terutama pada waktu penyulingan yang terlalu lama. Suatu hal
yang penting dalam penyulingan minyak sereh adalah agar suhu dan tekanan tetap
seragam dan tidak menurun secara tiba-tiba selama proses berlangsung (Cassel
dan Vargas, 2006).
Komposisi sitronellal, sitronellol dan geraniol dari hasil penyulingan daun
sereh wangi varietas G-2 selama 4 jam dapat dilihat pada tabel-1.
Tabel-1. Hasil Penyulingan Daun Sereh Wangi Varietas G-2
Dengan
Sistim
Penyulingan
Uap. Jam ke
Sitronellal
Pertama
63,43
Kedua
45,81
Ketiga
29,28
Keempat
15,75
Sumber: Ketaren, 1985.
Kadar (%)
Sitronellol
Geraniol
12,54
10,57
16,36
13,9
18,04
13,37
12,25
8,06
perbedaan titik didih sekitar 25C, kondisi operasi dipakai suhu 86C pada
tekanan 1 mmHg dengan yield 130,5 g dari berat minyak sereh wangi, hasil yang
didapat 94% sitronelal, 4% geraniol/nerol, 1,2% dimethiloktanol, 0,2% sitronelol
dan 0,4% komponen bertitik didih rendah.
Distilasi bertingkat atau distilasi fraksionasi berguna untuk memisahkan
komponen utama berdasarkan perberdaan titik didih. Minyak atsiri urnumnya
tidak disuling pada tekanan atmosfir tetapi dalam keadaan vakum, karena pada
tekanan atmosfir dan suhu tinggi dapat menyebabkan dekomposisi (Agustian et
al., 2005).
III. PEMBAHASAN
A. Minyak Sereh Wangi
Minyak sereh diperoleh dari hasil penyulingan batang atau akar tumbuhan
sereh. Minyak sereh merupakan sumber geraniol dan sitronellal. Mutu minyak
sereh ditentukan oleh kandungan kedua komponen tersebut terutama sitronellal.
Sitronellal termasuk golongan alkanal. Sehingga dapat ditetapkan dengan Metode
Asidimetri, dimana sitronellal direaksikan dengan hidroksilamin-HCl akan
membebaskan HCl, lalu HCl direaksikan dengan KOH-alkohol berlebih, maka
kelebihan KOH-alkohol akan dititar oleh HCl. Dengan dilakukan blanko, maka
kadar sitronellal dapat diketahui (Ketaren, 1985).
Sereh wangi di Indonesia ada 2 jenis yaitu Mahapengiri dan Lenabatu.
Mahapengiri dapat dikenal dari bentuk daun yang lebih pendek dan lebih luas
dibandingkan Lenabatu. Jenis Mahapengiri memberikan hasil minyak atsiri yang
lebih tinggi dengan kualitas yang lebih baik, artinya kandungan geraniol dan
sitronellalnya lebih tinggi dari jenis Lenabatu. Selain itu jenis Mahapengiri
memerlukan tanah yang lebih subur, hujan yang lebih banyak dan pemeliharaan
yang lebih baik (Ketaren dan B. Djatmiko, 1978).
Catatan pertama di Eropa mengenai minyak sereh ditulis oleh Nicolaus
Grimm, yaitu seorang tabib tentara yang belajar obat-obatan di Colombo pada
akhir abad 17. Grimm menamakan rumput yang menghasilkan minyak tersebut
Arundo Indica Odorata. Pengiriman dari Olium Siree yang pertama sampai di
Eropa adalah pada awal abad 18, pada waktu itu minyak tersebut kelihatannya
hanya sedikit diekspor. Pada tahun 1851 dan 1855 sedikit contoh minyak sereh
diperlihatkan di "World Fairs" yang diadakan di London dan paris. Kemudian
minyak ini semakin dikenal Eropa, dan kegunaannya semakin berkembang yaitu
untuk wangi-wangian sabun dan sebagai bahan dasar dalam industri wangiwangian. Sejak tahun 1870 permintaan untuk minyak sereh naik, dan sejumlah
besar dihasilkan di Ceylon. Sampai tahun 1890 Ceylon tetap merupakan penghasil
yang terbesar di dunia, meskipun Jawa sudah mulai menghasilkan minyak sereh
dengan kwalitas yang lebih baik. Sekarang hasil minyak tipe Jawa telah jauh
melampaui tipe Ceylon. Walaupun demikian minyak Ceylon masih dapat
melawan persaingan dunia, karena harganya lebih murah (Ketaren, 1985).
B. Komposisi Kimia Minyak Sereh Wangi
H 0)
10 18
CH
2. Sitronellol ( C
H 0)
10 20
CH
3. Sitronellal (C10H16O)
Rumus bangunnya adalah sebagai berikut:
CH3 C = CH - CH2 --- CH2 - C = CH - C H
CH
CH3
Susunan kimia sereh
32 45
Kadar (%)
Geraniol
12 18
Sitronellol
12 15
Geraniol Asetat
38
Sitronellil Asetat
24
L Limonene
25
25
25