Biokimia Protein
Biokimia Protein
Biokimia Protein
Biokimia Umum
Hari/tanggal
Waktu
PJP
Asisten
:
:
:
:
PROTEIN
Reaksi Uji Protein
Kelompok 15
Jannatul Ajilah
Kanti Rahmi Fauziyah
Devy Nur Priscaningtyas
Indira Septianawati
B04120124
B04120125
B04120128
B04120147
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DA N ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
Pendahuluan
Protein merupakan biopolimer yang terdiri atas banyak asam amino yang
berhubungan satu dengan yang lainnya lewat ikatan amida (peptida). Protein
mempunyai berbagai peran dalam sistem biologis. Beberapa protein merupakan
komponen utama dari jaringan struktur yaitu otot, kulit, kuku, dan rambut. Protein
juga bertindak sebagai katalis dalam reaksi biologis yang diperlukan untuk
mempertahankan hidup (Hart 2005).
Protein merupakan makromolekul karena memiliki bobot molekul yang
besar. Protein terdiri atas dua puluh macam asam amino yang membentuk suatu
rantai polipeptida. Struktur protein dapat dibagi menjadi empat yaitu primer,
sekunder, tersier, dan kuartener. Susunan linear asam amino dalam protein
merupakan struktur primer. Struktur primer merupakan penyusun utama struktur
sekunder dan tersier (Roswiem 2011). Protein yang terdapat dalam bahan pangan
mudah mengalami perubahan antara lain terdenaturasi dan terkoagulasi (Winarno
1992).
Pereaksi millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam
nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan
endapan yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Protein yang
mengandung tirosin akan menghasilkan hasil positif. Hal ini dikarenakan struktur
tirosin mengandung gugus hidroksil fenil (Lehninger 1982).
Uji Biuret menggunakan prinsip reaksi antara reagen dengan senyawa
CuSO4 pada suasana basa sehingga menghasilkan larutan berwarna violet .
Komposisi dari reagen ini adalah senyawa kompleks yang mengandung unsur
karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), dan nitrogen (N) dan merupakan hasil
reaksi antara dua senyawa urea (CO(NH 2)2) pada suhu tinggi (Page 1981). Fungsi
dari penambahan CuSO4 ke dalam reagen ini adalah untuk mendeteksi keberadaan
asam amino dalam suatu sampel uji dengan mengubah warna larutan menjadi
ungu apabila positif, kecuali asam amino histidin, serin, dan treonin tidak
memberikan reaksi positif (Ophart 2003).
Denaturasi protein adalah berubahnya bentuk dan lipatan molekul protein
tetapi tidak sampai memutuskan ikatan antar asam amino dalam struktur protein.
Hal itu dikarenakan denaturasi tidak cukup kuat untuk memutuskan ikatan.
Denaturasi terjadi karena adanya gangguan pada struktur sekunder dan tersier
protein. Denaturiasi yang umum ditemui adalah proses presipitasi dan koagulasi
protein (Ophart 2003). Denaturasi dapat terjadi karena beberapa hal yaitu karena
pengaruh pH, panas, pelarut, logam berat, garam, kekuatan ion, terlarut dan
radiasi. Denaturasi memiliki derajat yang bertingkat, dari yang ringan yaitu
bersifat revesible sampai yang berat yang bersifat irreversible (Page 1981).
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui sifat dan struktur asam amino
dan protein melalui uji-uji kualitatif dan mempelajari beberapa reaksi uji terhadap
asam amino dan protein.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan adalah tabung reaksi, gelas
piala, pipet mohr, pipet tetes, bulp hitam, batang pengaduk, corong plastik, kertas
saring, tissue, dan penangas air. Bahan yang digunakan antara lain larutan
albumin, pereaksi Millon, pereaksi Biuret, larutan HgCl2, larutan AgNO3, larutan
Pb-asetat, akuades, larutan CH3COOH, ethanol 95%, HCl 0,1M, NaOH 0,1M,
buffer asetat pH 4,7.
Prosedur Kerja
Pengendapan oleh logam. Tiga ml albumin dan 5 tetes larutan HgCl2 2%
ke dalam tabung reaksi. Percobaan tersebut diulang dengan menggati larutan
dengan larutan Pb-asetat 5% dan AgNO3 5%.
Pengendapan oleh garam. Sepuluh ml larutan albumin dan garam
(NH4)2SO4 dijenuhkan dengan garam tersebut hingga mencapai titik jenuh
kemudian disaring. Kelarutan diuji dengan air. Endapan diuji dengan pereaksi
Millon dan Biuret.
Uji Koagulasi. Dua tetes CH3COOH 1M dan 5 ml larutan albumin
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Tabung diletakkan dalam air mendidih
selama lima menit. Endapan diambil meggunakan batang pengaduk. Kelarutan
endapan diuji ke dalam 3 ml air. Endapan diuji dengan pereaksi Millon.
dibuat dengan tabung ke-1, 4.5 ml larutan albumin dan 0.5 ml HCl 0.1M. Tabung
ke-2, 4.5 ml larutan albumin dan 0.5 ml NaOH 0.1M. Tabung ke-3, 4.5 ml larutan
albumin dan 0.5 ml buffer asetat pH 4.7. ketiga tabung ditempatkan ke dalam air
mendidih selama 15 menit dan didinginkan pada temperatur kamar. Tabung 1 dan
2 ditambahkan 5 ml buffer asetat ph4.7 dan diamati hasilnya.
Hasil Pengamatan
Tabel 1. Pengendapan oleh logam
Larutan
HgCl2
AgNO3
Pb-asetat
Keterangan : +
sedikit endapan
++
banyak endapan
+++
sangat banyak endapan
tidak ada endapan
Hasil
++
+
+++
Hasil
Tidak larut
Merah (+)
Biru (-)
Hasil
Tidak larut
Merah (+)
Hasil pengamatan
+
++
++
+++
Hasil pengamatan
+
++
++
Pembahasan
Albumin merupakan protein pengangkut asam lemak dalam darah.
Albuimin di plasma manusia merupakan fraksi protein dengan berat molekul
66.300 sampai 69.000, terdiri dari asam amino, yang terutama adalah asam
aspartat dan glutamat dan sangat sedikit triptofan. Albumin merupakan hampir
50% dari protein plasma dan bertanggung jawab atas 75 80% dari tekanan
osmotikpada plasma manusia (Winarno 1992).
Larutan logam berat seperti AgNO3, HgCl2, dan Pb-asetat dapat
menggumpalkan larutan protein encer. Garam logam berat tersebut sangat
berbahaya bagi tubuh. Kadar logam berat yang masih bisa ditolelir oleh tubuh
mencapai 10-25 ug/100mg. Apabila kadar logam Ag, Pb, dan Hg berlebihan
logam tersebut akan mendenatruasikan protein dan mengendapkan protein dalam
sel-sel tubuh. Protein akan mengalami presipirasi bila bereaksi dengan ion logam.
Reaksi protein dengan logam berat dapat memutuskan jembatan garam. Jembatan
garam berfungsi untuk mempertahankan kenetralan medium elektrolit tempat
batang elektrode berada (Sumardjo 2006).
Berdasarkan percobaan didapatkan hasil endapan yang dibentuk oleh
penambahan AgNO3 lebih banyak daripada penambahan HgCl2 dan Pb-asetat. Hal
ini disebabkan ion Ag+ lebih mudah mengikat elektron daripada Pb-asetat dan
HgCl2 karena ion Ag+ cenderung lebih reaktif. Sedangkan HgCl2 lebih banyak
menghasilkan endapan karena larutan HgCl2 berasal dari asam kuat sedangkan Pbasetat berasal dari asam lemah (Sumardjo 2006).
Pengendapan protein dengan cara penambahan garam, cara tersebut
dilakukan berdasarkan pengaruh yang berbeda pada kelarutan beberapa protein
globular. Proses ini disebut salting-in dan dipengaruhi oleh sifat garam netral,
konsentrasi, dan jumlah muatan pada tiap larutan. Bila konsentrasi garam netral
ditambahkan maka kelarutan protein akan berkurang sehingga protein akan
mengendap (Roswiem 2011). Penambahan garam yang berlebihan mengakibatkan
terdenaturasinya protein sehingga protein tersebut akan mengendap (Winarno
1992).
Berdasarkan hasil percobaan larutan albumin yang diberi larutan garam,
endapan protein tersebut tidak larut dalam air. Hal tersebut disebabkan albumin
telah mencapai tingkat kejenuhan sehingga kelarutannya menurun (Page 1998).
Endapan
tersebut
kemudian
diuji
menggunakan
pereaksi
Millon
yang
dapat
merusak
protein
tersebut.
Selain
itu pemanasan
juga
dan akan negatif pada uji kelarutan air. Alkohol juga mempengaruhi pengendapan
protein karena adanya titik isolistrik maka suatu protein dapat mengendap di
dalam pH 4,7.
Daftar Pustaka
Hart H. 2003. Kimia Organik: Suatu Kuliah Singkat Edisi Kesebelas. Jakarta:
Erlangga.
Kurniawan D. 2008. Modifikasi Bentonit. Purifikasi karbonat hlm. 1. Depok:
FMIPA UI.
Ophart CE. 2003. Virtual Chembook. Elmhurst: Elmhurst College.
Page DS. 1998. Prinsip-prinsip Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Roswiem et al. 2011. Biokimia Umum Jilid 1. Bogor: Departemen Biokimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB.
Sumardjo D. 2006. Pengantar Kimia Kedokteran. Jakarta: Penerbit EGC.
Winarno FG. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.