60% menganggap dokumen ini bermanfaat (5 suara)
7K tayangan21 halaman

Konsep Dasar Teori Pencahayaan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 21

2.

1 Pengertian Cahaya
Cahaya merupakan satu bagian berbagai jenis gelombang elektromagnetis yang terbang
ke angkasa dimana gelombang tersebut memiliki panjang dan frekuensi tertentu yang nilainya
dapat dibedakan dari energy cahaya lainnya dalam spectrum elektromagnetisnya (Suhadri, 2008).
Cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh cahaya mata dan dapat
memungkinkan untuk membeda-bedakan warnawarni (Haryanto, 2007).
Menurut Kepmenkes no. 1405 tahun 2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Perkantoran dan Industri, pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja
yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.
Intensitas penerangan merupakan suatu aspek lingkungan fisik yang penting untuk
keselamatan kerja. Ditempat kerja memerlukan intensitas penerangan yang cukup untuk dapat
melihat dengan baik dan teliti. Intensitas penerangan yang baik ditentukan oleh sifat dan jenis
pekerjaan dimana pekerjaan yang teliti memerlukan intensitas penerangan yang lebih besar
(Sumamur , 1993:48).
Menurut sumbernya, pencahayaan dapat dibagi menjadi :
A. Pencahayaan alami
Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari. Sinar
alami mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi listrik juga dapat membunuh
kuman. Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang diperlukan jendela-jendela
yang besar ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas lantai.
Sumber penerangan alami adalah sumber dari penerangan yamg didapat dari sinar alami pada
waktu siang hari untuk keadaan selama 12 jam dalam sehari, untuk mendapatkan cahaya
matahari harus memperhatikan letak jendela dan lebar jendela. Luas jendela untuk penerangan
alami sekitar 20% luas lantai ruangan. Penerangan alami dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain : musim, waktu, jam, jauh dekatnya gedung yang bersebelahan, dan luas jalan masuk
penerangan alami
Sumber pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibanding dengan penggunaan
pencahayaan buatan, selain karena intensitas cahaya yang tidak tetap, sumber alami
menghasilkan panas terutama saat siang hari. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar
penggunaan sinar alami mendapat keuntungan, yaitu:
Variasi intensitas cahaya matahari
Distribusi dari terangnya cahaya
Efek dari lokasi, pemantulan cahaya, jarak antar bangunan
Letak geografis dan kegunaan bangunan gedung

Sedangkan menurut Satwiko (2005: 88), cahaya alami adalah cahaya yang
bersumber dari alam, misalnya matahari, lahar panas, fosfor di pohon-pohon,
kilat, kunang-kunang, dan bulan yang merupakan sumber cahaya alami
skunder, karena sebenarnya bulan hanya memantulkan cahaya matahari.
Berikut ini adalah beberapa keuntungan dan kelemahan dari penggunaan
cahaya alami :
Keuntungan pencahayaan alam :
1. Bersifat alami, tersedia melimpah dan terbaharui,
2. Tidak memerlukan biaya dalam penggunaannya,
3.

Cahaya alam sangat baik dilihat dari sudut kesehatan karena memiliki daya
panas dan kimiawi yang diperlukan bagi makluk hidup di bumi,

4.

Cahaya alam dapat memberikan kesan lingkungan yang berbeda, bahkan


kadang-kadang sangat memuaskan.
Kelemahan pencahayaan alam :

1.

Cahaya

alam

sulit

dikendalikan,

kondisinya

selalu

berubah

karena

dipengaruhi oleh waktu dan cuaca,


2. Cahaya alam pada malam hari tidak tersedia,
3. Sinar ultra violet dari cahaya alam mudah merusak benda-benda di dalam
ruang.
4. Perlengkapan untuk melindungi dari panas dan silau membutuhkan biaya
tambahan yang cukup tinggi.

B. Pencahayaan buatan
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain
cahaya alami. Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila posisi ruangan sulit dicapai oleh
pencahayaan alami atau saat pencahayaan alami tidak mencukupi. Fungsi pokok pencahayaan

buatan baik yang diterapkan secara tersendiri maupun yang dikombinasikan dengan pencahayaan
alami
Pencahayaan buatan (artificial light) adalah segala bentuk cahaya yang
bersumber dari alat yang diciptakan oleh manusia, seperti: lampu pijar, lilin,
lampu minyak tanah. Pecahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan
dari usaha manusia seperti lampu pijar. (Lasa, 2005: 170).
Sumber penerangan buatan adalah sumber penerangan yang berasal dari lampu buatan seperti
listrik, gas, atau minyak. Pencahayaan buatan dari suatu tempat kerja bertujuan menunjang dan
melengkapi pencahayaan alami, juga dimaksudkan agar suatu ruangan kerja tercipta suasana
yang menyenangkan dan terasa nyaman untuk mata kita. Untuk itu dalam pemilihan atau
pengadaan lampu perlu di perhatikan tentang efek dari penerangan buatan terhadap obyek yang
di amati, tugas visual tertentu memerlukan penerangan buatan yang lebih baik.
Sistem pencahayaan buatan yang sering dipergunakan secara umum dapat dibedakan atas
3 macam yakni:
1. Sistem Pencahayaan Merata
Pada sistem ini intensitas cahaya tersebar secara merata pada seluruh ruangan. Sistem ini
cocok diterapkan pada ruangan yang tidak digunakan untuk melakukan tugas visual khusus. Pada
sistem ini sejumlah armatur ditempatkan secara teratur di seluruh langi-langit.
2. Sistem Pencahayaan Terarah
Pada sistem ini seluruh ruangan memperoleh pencahayaan dari salah satu arah. Sistem ini
biasanya digunakan dalam pameran dengan tujuan untuk menonjolkan suatu objek agar terlihat
lebih jelas. Selain itu, system pencahayaan ini juga berperan sebagai sumber cahaya sekunder
untuk ruangan sekitar, yakni dengan cara pemantulan cahaya. Sistem ini dapat juga digabungkan
dengan sistem pencahayaan merata yang secara psikologis dapat mengurangi efek menjemukan
yang mungkin ditimbulkan oleh pencahayaan merata.
3. Sistem Pencahayaan Setempat
Pada sistem ini cahaya difokuskan pada suatu objek tertentu misalnya tempat kerja yang
memerlukan ketelitian tinggi. Pencahayaan setempat diperoleh dengan memasang sumber
pencahayaan di langit-langit yang spektrum cahaya terlokalisir (localized lighting) atau dengan
memasang sumber cahaya langsung ditempat kerja (local lighting)
Sistem pencahayaan ini sangat bermanfaat untuk:
memperlancar pekerjaan yang memerlukan ketelitian tinggi
mengamati bentuk dan susunan benda yang memerlukan cahaya dari arah tertentu.
melengkapi pencahayaan umum yang terhalang untuk mencapai ruangan khusus yang ingin
diterangi
membantu pekerja yang telah mengalami penurunan daya penglihatan.
menunjang pekerjaan yang pada mulanya tidak direncanakan untuk dikerjakan diruangan
tersebut.

Keuntungan menggunakan pencahayaan buatan:


1. Cahaya buatan dapat dikendalikan, dalam arti bahwa kekuatan pencahayaan
yang dihasilkan dari lampu dapat diatur sesuai dengan kebutuhan,
2. Cahaya buatan tidak dipengaruhi oleh kondisi alam,
3.

Arah jatuhnya cahaya dapat diatur, sehingga tidak menimbulkan silau bagi
pekerja.
Kelemahan penggunaan pencahayaan buatan:

1. Cahaya buatan memerlukan biaya yang relatif besar karena dipengaruhi oleh
sumber tenaga listrik,
2. Cahaya buatan kurang baik bagi kesehatan manusia jika digunakan terus
menerus di ruang tertutup tanpa dukungan cahaya alami.

2. 2 Sistem Pencahayaan
Menurut Prabu dalam Firmansyah (2010), ada 5 sistem pencahayaan di ruangan, yaitu:
1. Sistem pencahayaan langsung (direct lighting)
Pada sistem ini 90%-100% cahaya diarahkan secara langsung ke objek yang perlu diterangi. Sistem
ini dinilai paling efektif dalam mengatur pencahayaan karena sebagian besar, tetapi ada
kelemahannya karena dapat menimbulkan bahaya serta kesilauan yang mengganggu, baik karena
penyinaran langsung maupun karena pantulan cahaya. Untuk efek yang optimal, disarankan langilangit, dinding serta benda yang ada di dalam ruangan perlu diberi warna cerah agar tampak
menyegarkan dan menghasilkan penerangan

2. Pencahayaan semi langsung (semi direct lighting)


Pada sistem ini 60%-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu diterangi, sedangkan
sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dengan sistem ini kelemahan sistem pencahayaan
langsung dapat dikurangi. Diketahui bahwa langit-langit dan dinding yang diplester putih memiliki
pemantulan 90%, apabila dicat putih pemantulan antara 5%-90%.

3. Sistem pencahayaan difus (general diffuse lighting)


Pada sistem ini setengah cahaya 40%-60% diarahkan pada benda yang perlu disinari, sedangkan
sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dalam pencahayaan sistem ini termasuk
sistem direct-indirect yakni memancarkan setengah cahaya ke bawah dan sisanya keatas. Pada sistem
ini masalah bayangan dan kesilauan masih ditemui.

4. Sistem pencahayaan semi tidak langsung (semi indirect lighting)

Pada sistem ini 60%-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas, sedangkan
sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil yang optimal disarankan langit-langit perlu
diberikan perhatian serta dirawat dengan baik. Pada sistem ini masalah bayangan praktis tidak ada
serta kesilauan dapat dikurangi.

5. Sistem pencahayaan tidak langsung (indirect lighting)


Pada sistem ini 90%-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas kemudian
dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Agar seluruh langit-langit dapat menjadi sumber
cahaya, perlu diberikan perhatian dan pemeliharaan yang baik. Keuntungan sistem ini adalah tidak
menimbulkan bayangan dan kesilauan sedangkan kerugiannya mengurangi effisien cahaya total yang
jatuh pada permukaan kerja.

2.2 Kualitas Pencahayaan


Lighting quality dikategorikan ke dalam beberapa jenis, yaitu
a. Brightness Distribution
Menunjukkan jangkauan dari luminasi dalam daerah penglihatan. Suatu rasio kontras yang tinggi
diinginkan untuk penerimaan detil, tapi variasi yang berlebihan dari luminansi dapat
menyebabkan timbulnya masalah. Mata menerima cahaya utama yang sangat terang, sehingga
mata menjadi sulit untuk memeriksa dengan cermat objek-objek yang lebih gelap dalam suatu
daerah yang terang.
Perbandingan terang cahaya dalam daerah kerja utama, difokuskan sebaiknya tidak lebih dari 3
sampai 1. untuk membantu memelihara pada daerah pusat ini, cahaya terang rata-rata tersebut
seharusnya sekitar 10 kali lebih besar dari latar belakang.
b. Glare atau Silau
Cahaya yang menyilaukan dapat terjadi apabila cahaya yang berlebihan mengenai mata. Cahaya
yang menyilaukan dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu :
1. Cahaya menyilaukan yang tidak menyenangkan (Discamfort Glare)

Cahaya ini mengganggu, tetapi tidak menyebabkan gangguan yang terlalu fatal terhadap
penglihatan, akan tetapi cahaya ini akan meyebabkan meningkatnya tingkat kelelahan dan dapat
menyebabkan rasa sakit pada bagian kepala.
Kesilauan ini sering menimbulkan rasa ketidaknyamanan pada mata, terutama bila keadaan ini
berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Kesilauan ini sering dialami oleh mereka yang
bekerja pada siang hari dan menghadap ke jendela atau pada saat seseorang menatap lampu
secara langsung pada malam hari. Efek kesilauan ini pada mata tergantung dari lamanya
seseorang terpapar oleh kesilauan tersebut.

2. Cahaya menyilaukan yang mengganggu (Disability Glare)


Penyebab kesilauan ini adalah terlalu banyaknya cahaya secara langsung masuk ke dalam mata
dari penglihatan. Cahaya ini masuk secara berkala mengganggu penglihatan dengan adanya
penghamburan cahaya dalam lensa mata sehingga membuat seseorang tidak dapat meliha secara
jelas. Salah satu contohnya ialah seseorang yang mengendarai mobil pada malam hari dimana
lampu dari mobil yang berada dihadapannya terlalu terang.
Sumber-sumber glare adalah sebagai berikut :
1. Lampu-lampu tanpa pelindung yang dipasang terlalu rendah.
2. Jendela-jendela besar yang terdapat tepat di depan mata.
3. Lampu atau cahaya dengan tingkat keterangan yang terlalu berlebihan.
4. Pantulan yang berasal dari permukaan yang terang.
Metode-metode reduksi yang dapat dipakai untuk mereduksi silau :
1. Reduksi luminansi sumber cahaya.
2. Jauhkan sumber cahaya dari garis pandang.
3. Posisikan jendela pada jarak yang sama dari aktivitas bekerja.
4. Gunakan peralatan dengan permukaan yang dapat mendistribusikan cahaya.
5. Posisikan kembali area kerja dan sumber cahaya untuk meminimasi refleksi cahaya.
6. Gunakan level menengah untuk di luminansi secara umum.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang sistem pencahayaan :

1. Menghindari penempatan sumber cahaya lansung pada pandang pekerja.


2. Hindari penggunaan cat/warna yang mematulkan cahaya pada mesin, meja kerja.
3. Gunakan pencahayaan visi untuk memberikan atmosfir kerja yang baik.
4. Gunakan semakin banyak lampu, masing-masing dengan daya yang rendah dibandingkan
menggunakan sedikit lampu dengan daya yang tinggi.
5. Hindari sumber cahaya yang tidak stabil.
3) Reflected
Reflected glare adalah kesilauan yang disebabkan oleh pantulan cahaya yang mengenai mata
kita, dan pantulan cahaya ini berasal darisemua permukaan benda yang mengkilap (langit-langit,
kaca, dinding, meja kerja, mesin-mesin, dan lain-lain) yang berada dalam lapangan penglihatan
(visual field). Reflected kadang-kadang lebih menganggu daripada disability glare karena terlalu
dekatnya letak sumber kesilauan dan garis penglihatan (Sumamur, 1996).
c.

Shadows (Bayang-bayang)

Bayang-bayang yang tajam (sharp shadows) adalah akibat dari sumber cahaya buatan (artificial)
yang kecil atau dari cahaya yang langsung berasal dari cahaya matahari. Kedua sumber tersebut
dapat menyebabkan rasio terang yang berlebihan dalam jangkauan penglihatan, detil-detil
penting yang tidak terlalu jelas.
Sumber-sumber yang lebih besar atau lampu-lampu yang berpendar dan bayangan yang lebih
besar. Secara umum, bayangan digunakan untuk kerja pemeriksaan, seperti menunjukkan cacat
pada permukaan.
d.

Background (Latar Belakang)

Latar belakang sampai pada daerah kerja utama, seharusnya dibuat sesederhana mungkin. Latar
belakang yang kacau atau latar belakang yang mempunyai banyak perpindahan sedapat mungkin
dihindari,

dengan

menggunakan

sekat-sekat.

Badru Munir (2007) menjelaskan, bahwa ada 4 jenis pencahayaan yang di gunakan di kantor,
antara lain:
1. Ambient lighting, yang digunakan untuk memberikan pencahayaan keseluruh ruangan dan
biasanya dipasang pada langit-langit ruang kantor. Biasanya lampu jenis ini merupakan satusatunya pencahayaan di ruangan tersebut.

2. Task lighting, yang digunakan untuk menerangi area kerja seorang pegawai, misalnya meja
kerja. Meskipun menawarkan lebih banyak kontrol bagi pegawai, namun jenis cahaya ini jarng
digunakan pada kaentor-kantor di Indonesia karena alas an kepraktisan. Agar pencahayaan baik
maka disarankan agar jenis ini dapat dikombinasikan dengn ambient lighting, sehingga pekerjaan
yang tidak terlalau membutuhkan tinggat penerangan tinggi cukup menggunakannya; sedangkan
pekerjaa yang mmbutuhkan tingkat ketelitian tinggi akan menggunakan task lighting.
Karena penggunaan jenis pencahayaan ini akan meningkat pada masa yang akan datan,
berikut ini beberapa tips sebelum perusahaan memutuskan untuk menggunakan system
pencahayaan task lighting, antara lain:
Pekerjaan yang dibebankan pada pegawai
Ukuran pekerjaan yang dibebankan kepada pegawai
Tingkat kepantingan, kecepatan, dan ketepatan yang diharapkan dari pekrjaan yag dimaksud
Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan
Jumlah dan jenis pekerjaan
Karakteristik pegawai secara individual dalam menyelesaikan pekerjaan, seperti usia
pegawai. Oegawai yang berumur 60 membutuhkan tingkat pencahayaan 2,5 klai lebaih banyak
dibandingkan pegawai yang berumurr 25-an
Karakteristik fisik dari lingkungan kerja, seperti kantor terdpat di daerah yang rindang atau
kebanyakan dikelilingi gedung perkantoran yang lain
Karakteristik ambient lighting yang telah digunakan
3. Accent lighting, yang digunakan untuk memberikan cahaya pada area yang dituju. Biasanya
jenis lampu ini dirancang pada lorong sebuah kantor atau area lain yang membutuhkan
penerangan sehingga pegawai atau pengunjung tidak tersesat.
4. Natural lighting, biasanya beerasal dari jendela, pintu kaca, dinding, serta cahaya lanit. Jenis
cahaya ini akan memberikan dampak positif bagi pebagawai, namun cahaya ini tidak selalu
tersedia apabila langit dalam keadaan mendug atau gelap. Untuk itu, perusahaan perlu
menggunakan system pentimpanan cahaya materi (solar energy saving system) cahaya ijinis
cahaya ini tetap dapat digunakan. Cahaya ini juga tidak mampu menjangkau ke area kerja, dan
pada hari sangat terang, intensitas cahaya alami dapat mengakibatkan cahaya harus dikontrol.
pegawai, yang area kerjanya menggunakan cahaya alami, harus berada pada kondisi dimana
cahaya datang dari bahu kirinya jika ia menggunakan tangan kanan dan dari bahu kanan jika
menggunakan tangan kidal. Seharusnya karyawan tidak menghadap jendela ppada posisi kerja
normal. Apabila cahaya alami digunakan untuk menerangi area kerja, perlu dipertimbangkan
dampak penggunaan temparatur udara terhadap ruangan kerja. Karena cahaya alami
menghasilkan panas, pendingin udara harus digunakan-khususnya pada musim panas-untuk
mengurangi efek panas tersebut.

Sementara itu, Quible (2001) menyelakan ada 4 jenis cahaya yang dpat digunakan di kantor,
yaitu:
1. Cahaya alami, yang berasal dari sinar matahari

2. Cahaya Incandescent, dengan menggunakan tabung filament, cahaya ini paling sering
digunakan di rumah. Cahaya ini juga dapat digunakan secara efektif di perkantoran, meskipun
fluorescent lebih efisien. Cahaya incandescent kadang kala digunakan untuk membuat panel
cahaya tidak monoton dan digunakan untuk menarik perhatian pada beberapa area. Cahaya ini
paling tidak efektif jika dibandingkan dengan energy yang dikonsumsi, meskipun biaya
pemasangannya lebih murah dibandingkan dengan cahaya fluorescent. Kelemahan yang lain
adalah tidak tahan lama, warna yang dihasilkan tidak alami, memer;ikan banyak listrik, dan
menghasilakn banyak bayangan serta silau. Pada beberapa perusahaan, panas yang digunakan
sebagai sumber pemanas.
3. Cahaya Fluorescent, menjadi jenis cahaya yang laim digunakan pada ruangan perkantoran
dengan tingkat terang yagn mirip dengan cahaya alami. Meskipun pemasangan lebih mahal
dibandingkan dengan incandescent, cahaya ini mempunyai beberapa kelebihan:
Memproduksi lebih sedikit padas dan silau
Tabung fluorescent tahan sepuluh kali lebih lama daibandingkan dengan incandescent
Mengkonsumsi lebih sedikit listrik
Keterangan yang diberikan lebih tersebar
Cahaya fluorescent kira-kira lima kali lebih efisien dibandingkan dengan cahaya
incandescent.
4. High Intensity discharge lamp, penggunaan cahaya ini pada perkantoran adalah sesuatu yang
baru. Lampu ini biasanya digunakan pada jalan raya dan stadion olah raga, yang memberikan
pencahayaan yang sangat efisien. Kekurangannya adalah efeknya yang menyuilitkan untuk
membedakan beberapa warna.

2. 3 Jenis-Jenis Sistem Pencahayaan


Beberapa jenis dan komponen sistem pencahayaan adalah (Suhadri, 2008):
1. Lampu pijar (GLS)
Lampu pijar bertindak sebagai badan abu-abu yang secara selektif memancarkan radiasi,
dan hampir seluruhnya terjadi pada daerah nampak. Bola lampu terdiri dari hampa udara atau
berisi gas, yang dapat menghentikan oksidasi dari kawat pijar tungsten, namun tidak akan
menghentikan penguapan. Warna gelap bola lampu dikarenakan tungsten yang teruapkan
mengembun pada permukaan lampu yang relatif dingin. Dengan adanya gas inert, akan menekan
terjadinya penguapan, dan semakin besar berat molekulnya akan makin mudah menekan
terjadinya penguapan. Untuk lampu biasa dengan harga yang murah, digunakan campuran argon
nitrogen dengan perbandingan 9/1. Kripton atau Xenon hanya digunakan dalam penerapan
khusus seperti lampu sepeda dimana bola lampunya berukuran kecil, untuk mengimbangi
kenaikan harga, dan jika penampilan merupakan hal yang penting. Gas yang terdapat dalam bola

pijar dapat menyalurkan panas dari kawat pijar, sehingga daya hantar yang rendah menjadi
penting. Lampu yang berisi gas biasanya memadukan sekering dalam kawat timah. Gangguan
kecil dapat menyebabkan pemutusan arus listrik, yang dapat menarik arus yang sangat tinggi.
Jika patahnya kawat pijar merupakan akhir dari umur lampu, tetapi untuk kerusakan sekering
tidak begitu halnya.
Ciri-cirinya adalah:
a.

Efficacy 12 lumens/watt

b.

indeks perubahan warna 1 A

c.

Suhu warna hangat (2500K 2700K)

d.

Umut lampu 750 2000 jam


Jenis lampu pijar dikatakan sebagai jenis lampu incandescent, yang artinya

menyala/berpijar disebabkan oleh panas. Jadi saat arus listrik mengalir pada filamen
dari lampu pijar, filamen akan memanas, karena adanya heating effect. Jika arus
yang mengalir cukup besar, maka filamen akan berpijar, menghasilkan cahaya.
Biasanya filament yang digunakan terbuat dari tungsten. Didalam bola lampu
tersebut terdapat campuran dari nitrogen dan sedikit gas inert seperti argon. Dengan

adanya gas inert, akan menekan terjadinya penguapan, dan semakin besar berat molekulnya akan
makin mudah menekan terjadinya penguapan dikarenakan Seiring dengan bertambahnya
waktu pakai lampu pijar, permukaan dalam lampu akan menghitam, yang
disebabkan oleh endapan bahan filamen . Hanya sekitar 6 sampai 12 % pancaran
energi lampu pijar berupa cahaya tampak, sebagian besar radiasi berada pada
daerah infra merah.
Lampu pijar sangat dipengaruhi oleh tegangan yang masuk. Misalnya jika dilakukan
pengurangan tegangan masuk pada lampu yang memiliki tegangan 110 volt
menjadi 104,5 volt dapat memperpanjang umur lampu pijar tesebut hingga dua kali
lipat. Sebaliknya jika tegangan masuk dinaikkan hingga 115,5 volt maka dapat
memperpendek umur lampu tersebut hingga setengahnya. Selain itu tegangan
yang masuk dapat mempengaruhi lumen, daya dan efficacy
Lampu pijar saat ini memiliki efisiensi sekitar 20 lumen per watt, dengan bola
lampu yang besar lebih efisien dibanding yang kecil.

2. Lampu tungsten halogen


Lampu halogen adalah sejenis lampu pijar. Lampu ini memiliki kawat pijar tungsten seperti
lampu pijar biasa yang digunakan di rumah, tetapi bola lampunya diisi dengan gas halogen.

Atom tungsten menguap dari kawat pijar panas dan bergerak naik ke dinding pendingin bola
lampu. Atom tungsten, oksigen dan halogen bergabung pada dinding bola lampu membentuk
molekul oksihalida tungsten. Suhu dinding bola lampu menjaga molekul oksihalida tungsten
dalam keadaan uap. Molekul bergerak kearah kawat pijar panas dimana suhu tinggi memecahnya
menjadi terpisah-pisah. Atom tungsten disimpan kembali pada daerah pendinginan dari kawat
pijar bukan ditempat yang sama dimana atom diuapkan. Pemecahan biasanya terjadi dekat
sambungan antara kawat pijar tungsten dan kawat timah molibdenum dimana suhu turun secara
tajam.
Ciri-cirinya adalah :
a.

Efficacy 18 lumesn/watt

b. Indeks perubahan warna 1 A


c.

Suhu warna hangat (3000K 3200K)

d. Umur lampu 4000 jam


Kelebihan dari lampu ini adalah:
a.

Lebih kompak

b. Umur lebih panjang


c.

Lebih banyak cahaya

d. Cahaya lebih putih (suhu warna lebih tinggi)


Kekurangan dari lampu ini adalah:
a.

Lebih mahal

b. IR meningkat
c.

UV meningkat

d. Masalah handling
3. Lampu neon
Lampu neon, 3 hingga 5 kali lebih efisien daripada lampu pijar standar dan dapat bertahan
10 hingga 20 kali lebih awet. Dengan melewatkan listrik melalui uap gas atau logam akan
menyebabkan radiasi elektromagnetik pada panjang gelombang tertentu sesuai dengan komposisi
kimia dan tekanan gasnya. Tabung neon memiliki uap merkuri bertekanan rendah, dan akan
memancarkan sejumlah kecil radiasi biru/ hijau, namun kebanyakan akan berupa UV pada
253,7nm dan 185nm.
Bagian dalam dinding kaca memiliki pelapis tipis fospor, hal ini dipilih untuk menyerap
radiasi UV dan meneruskannya ke daerah nampak. Proses ini memiliki efisiensi sekitar 50%.
Tabung neon merupakan lampu katode panas, sebab katode dipanaskan sebagai bagian dari

proses awal. Katodenya berupa kawat pijar tungsten dengan sebuah lapisan barium karbonat.
Jika dipanaskan, lapisan ini akan mengeluarkan electron tambahan untuk membantu pelepasan.
Lapisan ini tidak boleh diberi pemanasan berlebih sebab umur lampu akan berkurang. Lampu
menggunakan kaca soda kapur yang merupakan pemancar UV yang buruk. Jumlah merkurinya
sangat kecil, biasanya 12 mg. Lampu yang terbaru menggunakan amalgam merkuri, yang
kandungannya sekitar 5 mg. Hal ini menyebabkan tekanan merkuri optimum berada pada kisaran
suhu yang lebih luas. Lampu ini sangat berguna bagi pencahayaan luar ruangan karena
memiliki fitting yang kompak.
Lampu Fluorecent.
Lampu fluorescent mempunyai beberapa keunggulan, dibanding dengan
lampu pijar, antara lain:

Efisiensi lumen, dua sampai tiga kali lipat dibandingkan dengan lampu
pijar, hal ini berarti biaya untuk energi lebih hemat 50 % dari lampu pijar.

Panas yang dihasilkan per lumen lebih rendah.

Cahaya yang dihasilkan tidak terlalu silau dibanding cahaya lampu pijar.

Pada penggunaan yang umum, usia pakai

lebih dari 5 kali usia pakai

lampu pijar.
Beberapa kekurangan lampu fluorescent adalah:

Sangat sensitif untuk dioperasikan pada suhu rendah (<10 0C).

Diperlukan kotak pelindung, pada daerah yang lembab.

Usia pakai akan berkurang, dengan seringnya frequensi nyala dan matinya
lampu.

Biaya awal lebih mahal.


Tabel 2.2. Karakteristik Lampu Fluorescent
DAYA
(W)
20
30
40
90

LUMEN
(lm)
1270
2200
3150
6400

LLD
USIA PAKAI
(%)
(JAM)
85
9000
79
7500
82
20000
85
9000
IES. Hand Book, 1984.

Lampu HID.
Jenis lampu HID (High Intensity Discharge), adalah lampu yang mempunyai
efisiensi lumen per watt yang paling tinggi. Yang termasuk golongan lampu ini
adalah lampu merkuri (30-65 lm/watt), metal halide (60-80 lh/watt), dan high
pressure sodium (60-140 lm/watt).
Kekurangan dari jenis lampu ini adalah membutuhkan waktu yang cukup lama
sebelum cahaya optimum dihasilkan. diperlukan waktu start sekitar 10 menit, setiap
kali dinyalakan, dan biaya awal yang cukup tinggi.
Tabel 2.3. Karakteristik Lampu HID
DAYA
LUMEN
(W)
(lm)
Lampu Merkuri
40
1140
75
2800
100
4400
175
5800
250
11850
400
21000
High Pressure Sodium
50
3800
70
5800
100
8800
150
15000
250
27500
400
47500
Metal Halide
75
5000
150
11250
175
14000
250
19500
400
32000

LLD
(%)

USIA PAKAI
(JAM)

80
86
81
84
89
90

16000
24000
24000
24000
24000
24000

90
86
90
90
90
90

24000
24000
24000
24000
24000
24000

80
80
75
72
71
IES. Hand Book, 1984

15000
15000
10000
10000
20000

2. 4 Komponen Pencahayaan
Elemen yang paling penting dalam perlengkapan cahaya, selain dari lampu,
adalah reflector. Reflektor berdampak pada banyaknya cahaya lampu mencapai area yang

diterangi dan juga pola distribusi cahayanya.Reflektor biasanya menyebar (dilapisi cat atau
bubuk putih sebagai penutup) atau specular (dilapis atau seperti kaca). Tingkat pemantulan
bahanreflector dan

bentuk reflektor berpengaruh

langsung

terhadap

efektifitas

dan

efisiensi fitting. Tabel berikut menggambarkan reflektan sebagai persentase cahaya.

2. 5 Dampak Penerangan yang Tidak Baik


Penerangan yang tidak didesain dengan baik akan menimbulkan gangguan atau
kelelahan penglihatan selama kerja. Pengaruh dan penerangan yang kurang memenuhi syarat
akan mengakibatkan (Suhadri, 2008):
1. Kelelahan mata sehingga berkurangnya daya dan effisiensi kerja.
2. Kelelahan mental.
3. Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.
4. Kerusakan indra mata dan lain-lain.
Selanjutnya pengaruh kelelahan pada mata tersebut akan bermuara kepada penurunan
performansi kerja, termasuk (Suhadri, 2008):
1. Kehilangan produktivitas

2. Kualitas kerja rendah


3. Banyak terjadi kesalahan
4. Kecelakan kerja meningkat
2. 6 Merancang Sistem Pencahayaan
Menurut Suhadri (2008), setiap pekerjaan memerlukan tingkat pencahayaan pada
permukaannya. Pencahayaan yang baik menjadi penting untuk menampilkan tugas yang bersifat
visual. Pencahayaan yang lebih baik akan membuat orang bekerja lebih produktif. Membaca
buku dapat dilakukan dengan 100 sampai 200 lux. Hal ini merupakan pertanyaan awal perancang
sebelum memilih tingkat pencahayaan yang benar. CIE (Commission International de
lEclairage) dan IES (Illuminating Engineers Society) telah menerbitkan tingkat pencahayaan
yang direkomendasikan untuk berbagai pekerjaan. Nilai nilai yang direkomendasikan tersebut
telah dipakai sebagai standar nasional dan internasional bagi perancangan pencahayaan.
Pertanyaan kedua adalah mengenai kualitas cahaya. Dalam kebanyakan konteks, kualitas dibaca
sebagai perubahan warna. Tergantung pada jenis tugasnya, berbagai sumber cahaya dapat dipilih
berdasarkan indeks perubahan warna.

2. 7 Pendekatan Aplikasi Penerangan di Tempat Kerja


Menurut Suhadri (2008), aplikasi penerangan di tempat kerja, secara umum dapat
dilakukan melalui 4 (empat) pendekatan, yaitu:
1. Desain tempat kerja untuk menghindari masalah penerangan.
Kebutuhan intensitas penerangan bagi pekerja harus selalu dipertimbangkan pada waktu
mendesain bangunan, pemasangan mesin-mesin, alat dan sarana kerja. Desain instalasi
penerangan harus mampu mengontrol cahaya kesilauan, pantulan dan bayang-bayang serta untuk
tujuan kesehatan dan keselamatan kerja
2. Identifikasi dan penilaian problem dan kesulitan penerangan.
Agar masalah penerangan yang muncul dapat ditangani dengan baik, faktor-faktor yang harus
diperhitungkan adalah: sumber penerangan, pekerja dalam melakukan pekerjaannya, jenis
pekerjaan yang dilakukan dan lingkungan kerja secara keseluruhan.
3. Penggunaan pencahayaan alami siang hari
Manfaat dari pemakaian cahaya alami pada siang hari sudah dikenal dari pada cahaya listrik,
namun cenderung terjadi peningkatan pengabaian terutama pada ruang kantor modern yang
berpenyejuk dan perusahaan komersial seperti hotel, plaza perbelanjaan dan sebagainya.

Sebuah rancangan yang bagus yang memadukan kaca atap dengan bahan FRP bersamaan dengan
langit-langit transparan dan tembus cahaya dapat memberikan pencahayaan bagus bebas silau;
langit-langit juga akan memotong panas yang datang dari cahaya alami.
Pemakaian atrium dengan kubah FRP pada arsitektur dasar dapat menghilangkan penggunaan
cahaya listrik pada lintasan gedung-gedung tinggi.
Cahaya alam dari jendela harus juga digunakan. Walau begitu, hal ini harus dirancang dengan
baik untuk menghindari silau. Rak cahaya dapat digunakan untuk memberikan cahaya alami
tanpa silau.
Menurut Kepmenkes no. 1405 tahun 2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Perkantoran dan Industri, agar pencahayaan memenuhi persyaratan kesehatan, perlu
dilakukan tindakan sebagai berikut:
1. Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak menimbulkan kesilauan dan memiliki
intensitas sesuai dengan peruntukannya.
2. Kontras sesuai dengan kebutuhan, hindarkan terjadinya kesilauan atau bayangan.
3. Untuk ruang kerja yang menggunakan peralatan berputar dianjurkan untuk tidak menggunakan
lampu neon.
4. Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang optimum dan bola lampu sering
dibersihkan.
5. Bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik segera diganti.
2. 8 Pengukuran Intensitas Cahaya di Dalam Ruang Kerja
Menurut SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat
Kerja, pengukuran intensitas penerangan di tempat kerja menggunakan alat luxmeter. Alat ini
mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, kemudian energi listrik dalam bentuk arus
digunakan untuk menggerakkan jarum skala. Untuk alat digital, energy listrik diubah menjadi
angka yang dapat dibaca pada layar monitor.
Prosedur kerja pengukuran intensitas cahaya dalam ruang kerja menurut SNI 16-70622004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja adalah sebagai berikut:
1. Luxmeter dikalibrasi oleh laboratorium yang terakreditasi
2. Menentukan titik pengukuran, penerangan setempat atau penerangan umum
Penerangan setempat adalah penerangan yang mengenai obyek kerja, berupa meja kerja maupun
peralatan. Bila meja kerja yang digunakan oleh pekerja, maka pengukuran dapat dilakukan di
atas meja yang ada. Denah pengukuran intensitas penerangan setempat seperti berikut:

Penerangan umum adalah titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan pada setiap
jarak tertentu setinggi satu meter dari lantai. Jarak tertentu tersebut dibedakan luas ruangan
sebagai berikut:
a.

Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi: titik potong garis horizontal panjang dan lebar
ruangan adalah pada jarak setiap 1(satu) meter.

b. Luas ruangan antara 10 meter persegi sampai 100 meter persegi: titik potong garis horizontal
panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 3 (tiga) meter.
c.

Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi: titik potong horizontal panjang dan lebar ruangan
adalah pada jarak 6 meter. (selengkapnya bisa dilihat di SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran
Intensitas Penerangan di Tempat Kerja)

3. Syarat-syarat dalam pengukuran:


a.

Pintu ruangan dalam keadaan sesuai dengan kondisi tempat pekerjaan dilakukan

b. Lampu ruangan dalam keadaan dinyalakan sesuai dengan kondisi pekerjaan.


4. Penggunaan luxmeter:
a.

Hidupkan luxmeteryang telah dikalibrasi dengan membuka penutup sensor

b. Bawa alat ke tempat titik pengukuran yang telah ditentukan, baik pengukuran untuk intensitas
penerangan setempat atau umum.
c.

Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa saat sehingga didapat
nilai angka yang stabil.

d. Catat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan untuk intensitas penerangan setempat

I.

Tujuan Pencahayaan
Tujuan pencahayaan dalam ruangan :

a. Memberi kenyamanan dan efisiensi dalam melaksanakan pekerjaan.


Pencahayaan yang baik dapat memberikan rasa nyaman saat
bekerja, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat,
meningkatkan prestasi kerja dan efisien.
b. Memberi lingkungan kerja yang aman.
Dengan pencahayaan yang baik kita dapat melakukan aktivitas atau
pekerjaan kita dengan aman. Pencahayaan yang kurang memadai
merupakan beban tambahan bagi pekerja, sehingga dapat
menimbulkan gangguan penampilan kerja yang akhirnya dapat
memberikan pengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan kerja.
Keuntungan pencahayaan yang baik :
a.

Meningkatkan semangat kerja.

b.

Produktivitas.

c.

Mengurangi kesalahan.

d.

Meningkatkan housekeeping.

e.

Kenyamanan lingkungan kerja.

f.

Mengurangi kecelakaan kerja.

Penerangan yang buruk di lingkungan kerja akan menyebabkan hal-hal


sebagai berikut :
a.

Kelelahan dan ketidaknyamanan pada mata yang akan mengakibatkan


kurangnya daya efesiensi kerja.

b. Kelelahan mental yang akan berpengaruh pada kelelahan fisik.


c. Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.
d. Kerusakan alat penglihatan (mata).
e. Meningkatnya kecelakaan kerja.
Pencahayaan yang tidak dirancang dengan baik akan menimbulkan
gangguan atau kelelahan penglihatan selama kerja. Pencahayaan yang
kurang memenuhi syarat akan mengakibatkan :

1. Kelelahan mata sehingga berkurangnya daya dan efisiensi kerja.


Tingkat cahaya di tempat kerja tidak sesuai yang akan
mengakibatkan mengalami ketegangan pada mata, sehingga
mempengaruhi kondisi fisik.
2. Kelelahan mental.
3. Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.
Ini disebabkan karena cahaya yang kurang sehingga mata berusaha
untuk melihat objek secara terus-menerus sehingga dapat
membuat sakit kepala.
4. Stress pada penglihatan yang menyebabkan kelelahan pada saraf
5. Penglihatan ganda atau berbayang
6. Ketajaman penglihatan (visual acuity) berkurang, kepekaan kontras
(contras sensitivity) dan kecepatan persepsi (speed of perception).
Selanjutnya pengaruh kelelahan pada mata tersebut akan berlanjut
kepada penurunan performansi kerja, termasuk (Suhadri, 2008):
1. Kehilangan produktivitas
2. Kualitas kerja rendah
3. Banyak terjadi kesalahan
4. Kecelakan kerja meningkat
2.3 Cara Pengendalian Terhadap Penerangan
Pengendalian terhadap penerangan buruk dapat dilakukan dengan cara :
a.

Pengendalian secara teknis


Memperbesar ukuran obyek (sudut penglihatan) dengan menggunakan kaca
pembesar dan kaca pembesar dan layer monitor.

Memperbesar intensitas penerangan.


Menambah waktu yang diperlukan untuk melihat obyek.

Bila menggunakan penerangan alami, harus diperhatikan agar jalan


masuknya sinar tidak terhalang.

b.

Pengendalian secara administrative

Untuk pekerjaan malam atau yang membutuhkan ketelitian tinggi,


memperkerjakan tenaga kerja yang berusia relatif masih muda dan tidak
menggunakan kacamata adalah lebih baik.
Menjaga kebersihan dinding, langit-langit, lampu dan perangkatnya
penting untuk diperhatikan. Perawatan tersebut sebaiknya dilakukan minimal
2 kali dalam 1 tahun, karena kotoran atau debu yang ada ternyata dapat
mengurangi intensitas penerangan.

Anda mungkin juga menyukai