0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
60 tayangan12 halaman

Pencahyaan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 12

Pencahayaan

Posted on Januari 3, 2009 by Prabu


4 Votes

Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang

aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia. Pencahayaan yang baik

memungkinkan orang dapat melihat objek-objek yang dikerjakannya secara jelas dan cepat.

Menurut sumbernya, pencahayaan dapat dibagi menjadi :

A. Pencahayaan alami

Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari. Sinar alami

mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi listrik juga dapat membunuh kuman.

Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang diperlukan jendela-jendela yang besar

ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas lantai.

Sumber pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibanding dengan penggunaan

pencahayaan buatan, selain karena intensitas cahaya yang tidak tetap, sumber alami
menghasilkan panas terutama saat siang hari. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar

penggunaan sinar alami mendapat keuntungan, yaitu:

Variasi intensitas cahaya matahari

Distribusi dari terangnya cahaya

Efek dari lokasi, pemantulan cahaya, jarak antar bangunan

Letak geografis dan kegunaan bangunan gedung

B. Pencahayaan buatan

Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain cahaya

alami. Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila posisi ruangan sulit dicapai oleh

pencahayaan alami atau saat pencahayaan alami tidak mencukupi. Fungsi pokok pencahayaan

buatan baik yang diterapkan secara tersendiri maupun yang dikombinasikan dengan pencahayaan

alami adalah sebagai berikut:

1. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat secara detail serta

terlaksananya tugas serta kegiatan visual secara mudah dan tepat

2. Memungkinkan penghuni berjalan dan bergerak secara mudah dan aman

3. Tidak menimbukan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat kerja

4. Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara merata, tidak

berkedip, tidak menyilaukan, dan tidak menimbulkan bayang-bayang.


5. Meningkatkan lingkungan visual yang nyaman dan meningkatkan prestasi.

6. Disamping hal-hal tesebut di atas, dalam perencanaan penggunaan pencahayaan untuk

suatu lingkungan kerja maka perlu pula diperhatikan hal-hal berikut ini

Seberapa jauh pencahayaan buatan akan digunakan, baik untuk menunjang dan

melengkapi pencahayaan alami.

Tingkat pencahayaan yang diinginkan, baik untuk pencahayaan tempat kerja yang

memerlukan tugas visual tertentu atau hanya untuk pencahayaan umum

Distribusi dan variasi iluminasi yang diperlukan dalam keseluruhan interior, apakah

menyebar atau tefokus pada satu arah

Arah cahaya, apakah ada maksud untuk menonjolkan bentuk dan kepribadian

ruangan yang diterangi atau tidak

Warna yang akan dipergunakan dalam ruangan serta efek warna dari cahaya

Derajat kesilauan obyek ataupun lingkungan yang ingin diterangi, apakah tinggi

atau rendah.

Sistem pencahayaan buatan yang sering dipergunakan secara umum dapat dibedakan atas

3 macam yakni:

1. Sistem Pencahayaan Merata


Pada sistem ini iluminasi cahaya tersebar secara merata di seluruh ruangan. Sistem pencahayaan

ini cocok untuk ruangan yang tidak dipergunakan untuk melakukan tugas visual khusus. Pada

sistem ini sejumlah armatur ditempatkan secara teratur di seluruh langi-langit.

2. Sistem Pencahayaan Terarah

Pada sistem ini seluruh ruangan memperoleh pencahayaan dari salah satu arah tertentu. Sistem

ini cocok untuk pameran atau penonjolan suatu objek karena akan tampak lebih jelas. Lebih dari

itu, pencahayaan terarah yang menyoroti satu objek tersebut berperan sebagai sumber cahaya

sekunder untuk ruangan sekitar, yakni melalui mekanisme pemantulan cahaya. Sistem ini dapat

juga digabungkan dengan sistem pencahayaan merata karena bermanfaat mengurangi efek

menjemukan yang mungkin ditimbulkan oleh pencahayaan merata.

3. Sistem Pencahayaan Setempat

Pada sistem ini cahaya dikonsentrasikan pada suatu objek tertentu misalnya tempat kerja yang

memerlukan tugas visual. Sistem pencahayaan ini sangat bermanfaat untuk:

memperlancar tugas yang memerlukan visualisasi teliti

mengamati bentuk dan susunan benda yang memerlukan cahaya dari arah tertentu.

Melengkapi pencahayaan umum yang terhalang mencapai ruangan khusus yang

ingin diterangi

Membantu pekerja yang sudah tua atau telah berkurang daya penglihatannya.
Menunjang tugas visual yang pada mulanya tidak direncanakan untuk ruangan

tersebut.

PERENCANAAN PENCAHAYAAN BUATAN PADA


INTERIOR RUANG KELAS.
Oleh :
I DEWA GEDE AGUNG DIASANA PUTRA
Dosen Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana
Email: idgadp@yahoo.com
ABSTRAK
Hasil penelitian terhadap penggunaan energi, dalam hal ini listrik pada
bangunan gedung menunjukkan bahwa jumlah energi listrik yang dipergunakan
untuk keperluan pencahayaan ruangan menempati urutan terbesar kedua setelah
sistem tata udara. Dengan demikian perlu dilakukan perencanaan yang akurat untuk
mendapatkan tingkat pencahayaan yang dibutuhkan dengan memanfaatkan senergi
yang optimal
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah lampu dan jenis armature
yang diperlukan dalam sebuah ruang kelas. Untuk mecapai tujuan tersebut, penelitian
ini menggunakan metode studi literature dari berbagai sumber.
Jumlah lampu yang diperlukan pada sebuah ruang kelas dengan ukuran 8.9 m
x 10.9 m adalah 12 pasang lampu dengan penempatan yang disebar secara merata
diseluruh kelas dan tambahan sepasang lampu pada ruang sekitar papan tulis.
Kata Kunci: jumlah lampu, pencahayaan buatan.
.
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Hasil penelitian terhadap penggunaan energi, dalam hal ini listrik pada
bangunan gedung menunjukkan bahwa jumlah energi listrik yang
dipergunakan untuk keperluan pencahayaan ruangan menempati urutan
terbesar kedua setelah sistem tata udara. Sebagaimana diketahui bahwa
sumber daya alam untuk membangkitkan listrik adalah terbatas dan suatu
saat akan habis. Hal ini menyebabkan harga listrik akan semakin mahal. Oleh
karena itu sistem tata cahaya suatu bangunan harus direncanakan dengan
baik dengan memperhitungkan usaha-usaha konservasi energi yang dapat
dilakukan.
Cahaya merupakan hal yang sangat esensial bagi aktivitas manusia
sehari-hari. Fungsi utama dari sistem pencahayaan adalah : 1
Provide a safe visual environmental,
Make it impossible to easily see the task, and
To provide a comfortable and pleasant visual environment.
Melihat begitu pentingnya cahaya bagi manusia untuk beraktivitas, maka
tidaklah mengherankan jika perencanaan cahaya pada bangunan juga
memegang peranan penting bagi keberhasilan fungsi dari bangunan tersebut.
Seorang perencana dalam perencanaan bangunan, selalu
mempertimbangkan pencahayaan bagi bangunan yang dirancangnya baik itu
pencahayaan alamiah siang hari (sun lighting) maupun perencanaan
pencahayaan buatan (artificial lighting ). Pada pencahayaan alamiah siang
hari (PASH), sumber cahaya didapat dari sinar matahari sehingga
keberadaannya sangat tergantung dari keadaan alam serta posisi suatu
daerah di bumi. Sehingga pengendalian pencahayaan alamiah tidak sama
antara daerah yang satu dengan daerah lainnya.
Sementara itu pencahayaan buatan tidak terpengaruh oleh perbedaan
waktu, tempat, maupun musim. Hal mana tidak didapat pada pencahayaan
alamiah. Pada umumnya pencahayaan buatan ini dipergunakan pada saat
penerangan alamiah siang hari berada pada kekuatan minimum atau kurang
memenuhi syarat. Untuk memenuhi fungsi pencahayaan buatan yang pada
umumnya sebagai pencahayaan untuk menutupi kekurangan pencahayaan
alamiah siang hari, tentunya setiap perencanaan suatu pencahayaan buatan
sangat tergantung dari kondisi perencanaan alamiah siang hari yang ada
1Energy Programs and Fisheries Division, Department or Primery Industries and Energy,
Saving Energy Trough Lighting Management, Australian Government Publishing Service,
Canberra, 1994, hal 3
2
(walaupun ada beberapa fungsi bangunan yang memang menghindari
masuknya pencahayaan alamiah siang hari)
Dengan memperhatikan uraian di atas, perencanaan pencahayaan buatan
merupakan suatu usaha untuk mendapatkan suatu desain yang dapat
memenuhi kebutuhan cahaya yang sesuai dengan kebutuhan bagi aktivitas
manusia dalam suatu ruang sehingga aktivitas yang diwadahi dapat berjalan
sebagaimana yang diharapkan. Adapun tujuan lainnya dari perencanaan
pencahayaan ini adalah pemanfaatan energi yang dipergunakan sesuai
dengan kebutuhan sehingga desain pencahayaan yang dihasilkan
menghasilkan suatu pencahayaan yang hemat energi.
Usaha yang dilakukan agar pencahayaan hemat energi yaitu dengan
memanfaatkan cahaya alamiah seoptimal mungkin. Besarnya cahaya alamiah
yang mampu menerangi suatu ruang, waktu suatu cahaya dapat menerangi
suatu ruang, serta adanya suatu barang yang peka terhadap sinar matahari
merupakan beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam
perencanaan pencahayaan buatan yang berpedoman pada perencanaan
pencahayaan.
1.2. Permasalahan
Suatu ruang kelas merupakan suatu ruang dengan aktivitas yang terjadi
secara terus menerus tidak tergantung dari cuaca yang ada. Kegiatan yang
terjadi memerlukan suatu ketelitian dan kecermatan para civitasnya sehingga
diperlukan suatu kondisi yang sesuai dengan kebutuhan manusia dalam
melakukan aktivitasnya.
Memperhatikan kondisi di atas, perlu kiranya direncanakan suatu
pencahayaan yang baik sehingga aktivitas yang ada dapat berjalan dari waktu
ke waktu dengan baik tanpa terpengaruh keadaan luar. Cahaya matahari
tetap merupakan pertimbangan yang penting yang harus diperhatikan
sehingga mendapatkan suatu pencahayaan yang hemat energi.
Sebagai seorang perencana dituntut mampu untuk merencanakan suatu
pencahayaan buatan yang tepat dengan tetap memanfaatkan seoptimal
mungkin cahaya matahari dalam perencanaan pencahayaan ruang tersebut.
Dalam usaha perencanaan ini beberapa permasalahan yang dihadapi adalah:
Bagaimana rancangan secara umum dari pencahayaan ruang kelas
tersebut untuk memenuhi berbagai keperluan ruang yang ada dan asumsiasumsi
apa yang dipergunakan dalam perencanaan tersebut?
Berapa jumlah luminer yang diperlukan serta bagaimana penataan
lampunya?
3
1.3. Maksud dan Tujuan
Merencanakan suatu pencahayaan buatan dalam ruangan bagi suatu
ruang kelas yang mana berusaha mengoptimalkan pemanfaatan cahaya
matahari dalam usaha untuk penghematan pemanfaatan energi untuk
pencahayaan buatan ini.
II. PERENCANAAN PECAHAYAAN BUATAN
2.1. Kajian Teoritik
Perencanaan pencahayaan buatan perlu memenuhi fungsi pokok dari
pencahayaan penerangan buatan itu sendiri dalam kondisi pemakaian yang
normal dengan pemeliharaan yang wajar. Adapun fungsi pokok penerangan
(illuminasi) buatan di dalam gedung, baik diterapkan tersendiri maupun
dalam kombinasi dengan penerangan alami siang hari adalah:2
a. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni-penghuni
melihat detail-detail dari tugas dan kegiatan visual secara mudah
dan tepat.
b. Memungkinkan penghuni-penghuni berjalan dan bergerak secara
mudah dan aman.
c. Menciptaskan lingkungan visual yang nyaman dan berpengaruh
baik kepada prestasi
Secara sederhana, desain illuminasi menyangkut sejumlah fluks cahaya
(lumen) dari sumber cahaya ke suatu permukaan yang perlu diterangi.
Sementara itu lux adalah satuan fluks cahaya yang yang effektif mencapai tiap
meter persegi daripada permukaan itu yang tentu saja sebanding dengan
kekuatan radiasi daripada sumber cahayanya yang dinyatakan dengan
candles.
Untuk mendapatkan illuminasi yang diinginkan, selain besarnya fluks
cahaya minimal yang diperlukan, juga perlu diperhatikan distribusi
cahayanya sendiri. Karakter distribusi cahaya itu di tetapkan oleh lampu
beserta armatur (luminaire) yang dipakai, antara lain oleh reflektornya yang
2Departemen Pekerjaan Umum, Standard Penerangan Buatan di Dalam Gedung-gedung,
Penerbit Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung, 1985, hal 37
4
menghasilkan berkas cahaya yang sempit terarah ataupun berkas yang lebar
diffus. Pendistribusian cahaya ini digolongkan dalam 5 kelompok yaitu: 3
Sistem penerangan langsung,
Sistem penerangan semi langsung
Sistem penerangan diffus
Sistem penerangan semi tidak langsung,
Sistem penerangan tidak langsung.
Pada masing-masing armatur disediakan suatu tabel faktor utilisasi
sebagai fungsi dari indeks ruang dan pemantulan oleh langit-langit, dinding
dan permukaan yang perlu diterangi. Disamping itu kita juga perlu
memperhatikan depresi daripada lampu, reflektornya, permukaanpermukaan
yang memantulkan, karena defresi itu turut mengurangi taraf
illuminasi.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka fluks cahaya yang diperlukan
untuk menerangi suatu ruangan lazim dihitung dengan rumus: 4
Fluks cahaya = faktor utilitas xfaktor depresiasi
tingkat pencahayaan x luas ruangan
...
....
Sementara itu untuk mengetahui jumlah armatur perlu juga diketahui
fluks cahaya yang juga berarti jumlah lampu maka dipergunakan rumus:
Jumlah armatur = fluks per armatur
fluks yang diperlukan
..
..
Sementara itu didalam satu armatur dapat dipasang satu ataupun lebih
lampu-lampu, sehingga :
Fluks per armatur = jumlah lampu per armatur x fluks per lampu.
3 Ibid hal 20
4 Ibid hal 22
5
2.2. Gambaran Kasus
Data Umum
Fungsi Ruang : Ruang kelas C3 FT Universitas Udayana Jalan
Sudirman Denpasar
Karakter Ruang : Suatu ruang yang luas dan memiliki kedalam 8.9 m
dari bukaan jendela
Dimensi Ruang : Panjang keseluruhan adalah 10.9 meter dengan lebar
8.9 meter. Tinggi plafond ditentukan 3.5 meter dari
lantai atau 2,75 dari bidang kerja.
Pembagian Ruang : Ruang kelas hanya terdiri dari satu ruang, akan tetapi
karena keperluaan pencahayaan ruang audience
berbeda dengan ruang penceramah (dekat papan
tulis), maka ruang ini dalam perhitungan akan dibagi
dua. Yaitu ruang audience dan daerah sekitar papan
tulis
Desain Arsitektur : Dinding barat terdapat jendela kaca. Langit-langit dan
dinding berwarna putih .
Illuminasi yang direkomendasikan adalah 300 lux (audience) dan 500(daerah
sekitar papan tulis)
Desain interior dapat dilihat pada desain denah dibawah
6
Ruang
Kelas C3
FT Unud
Denpasar
Dinding dengan
jendela yang tidak
berfungsi untuk
memasukkan
cahaya
Cahaya
hanya masuk
dari jendela
sisi barat
2.3. Perhitungan Jumlah dan Pemilihan Jenis
Lampu
Perhitungan Ruang Kelas
Diketahui
a. Desain illuminasi untuk ruang kelas yang memerlukan ketelitian
adalah 300 lux (karena didalamnya terdapat papan tulis yang mana
dipersyaratkan disekitar papan tulis memiliki iluminasi yang
mencapai 500 lux 5, maka cara penghitungannya akan dibagi dua
yaitu perhitungan ruang secara keseluruhan dan perhitungan ruang
pada daerah papan tulis )
b. Panjang ruang (P) : 10.9 meter
c. Lebar ruang (L) : 8.9 meter
d. Tinggi Ruang kerja (Hc) : 2.75 meter (antara plafond dan
bidang kerja)
e. UF x LLF : 0.5 (penentapan ini dilakukan
karena nilai UF tidak diketahui
sehingga angka 0,5 diambil untuk
mempermudah melakukan
perhitungan )6
Perhitungan:
a. Pencahayaan Umum
Room Ratio = Hc.(P L)
PxL
= 2,75.(10,9 8,9)
10,9 8,9

x
= 54,45
97,01
= 1,7 « 2
Dengan Ketentuan:
1. Refleksi Plafond=0,7 (putih)
2. Refleksi dinding=0,7 (putih)
Dengan Rumus E= F (UF) (LLF)/ A lux,
dimana
E = tingkat pencahayaan pada bidang kerja yang direkomendasikan (lux)
F = Flux luminous (jumlah cahaya) yang diperlukan (lumen)
UF = Utilization factor
LLF = Light loss factor
A = luas ruang/bidang kerja (m2)
5 Departemen Pekerjaan Umum, Standard Penerangan Buatan di Dalam Gedung-gedung,
Departemen Pekerjaan Umum, Bandung, 1985, hal 52
6 R. Triyogo, Mdes.Sc(Illum), Ir, Dasar Perancangan Pencahayaan Buatan, Materi Kuliah
Kajian Teoritikdan Eksperimental Teknologi Bangunan, Teknik Arsitektur ITB, Bandung.
7
Dari rumus diatas dapat diuraikan menjadi:
F=
UF LLF
EA
.
.
= 0,5
97,01x300
= 58206 lumen
Dengan pertimbangan bahwa lampu yang diperlukan untuk ruang kelas
adalah yang mempunyai penyebaran cahaya yang merata ke seluruh ruang
dan juga yang mempunyai penyebaran cahaya yang cukup lebar maka
berdasarkan kurva distribusi intensitas cahaya armatur produksi PT Artolite
Indah Mediatama, dipilih jenis armatur Artolite V shape 2 x 36 .
Jenis lampu yang dipilih adalah 2 x philips jenis TL’D 36 W/54, nominal
lominous flux= @2500 lumen, jadi dengan kedua lampu ini nominal
lominousnya adalah 5000 lumen
Maka jumlah lampu (N)=
Fl
F
=
5000
58206,0
= 11,6 sehingga lampu yang
dipergunakan adalah 12 buah (masing-masing 2 lampu dalam satu armatur).
Sementara itu ruang sekitar papan tulis dipersyaratkan memiliki illuminansi
sebesar 500 lux sedangkan dalam perhitungan seluruh ruang baru mencapai
300 lux, maka perlu dilakukan perhitungan lagi khusus ruang di sekitar
papan tulis .
Perhitungan daerah sekitar papan tulis:
Luas daerah sekitar papan tulis ditetapkan adalah : lebar 2 meter dengan
panjang 6 meter sehingga luasnya adalah 12 m2. Sedangkan kekurangan
iluminassinya adalah 200 lux.
Dengan Rumus E= F (UF) (LLF)/ A lux,
dimana
E = tingkat pencahayaan pada bidang kerja yang direkomendasikan (lux)
F = Flux luminous (jumlah cahaya) yang diperlukan (lumen)
UF = Utilization factor
LLF = Light loss factor
A = luas ruang/bidang kerja (m2)
Dari rumus diatas dapat duraikan menjadi:
F=
UF LLF
EA
.
.
= 0,5
200x12
= 4800 lumen
8
Dengan menggunakan jenis lampu yang sama dengan ruang kelas di atas
maka tambahan jumlah lampu yang diperlukan adalah:
(N)=
Fl
F
=
5000
4800
= 0,96 sehingga tambahan lampu yang diperlukan adalah 1
buah yaitu dengan menggunakan 2 x philips TLD 36W/54.
2.4. Pengelompokan Lampu
1. Lampu dipasang secara membujur terhadap ruang sehingga panjang
lampu akan terpasang sejajar lebar ruangan. Hal ini dilakukan untuk
memberikan pencahayaan yang merata di seluruh ruangan. Disamping
untuk menghindari kerapatan perletakannya. Dilihat dari pemasangan
lampu maka ruang seolah terbagi dua yang masing-masing bagian
memiliki 6 lampu dan terletak berpasangan.
2. Ruang disekitar papan tulis akan mempunyai kelompok lampu yang
tersendiri dengan 3 buah lampu (adanya satu lampu tambahan untuk
memperbesar tingkat pencahayaannya) sementara daerah lainnya
dipasang lampu secara merata seperti diuraikan di atas
3. Dengan mempertimbangan pemakaian lampu siang hari dan
pertimbangan pemanfaat ruang yang ada, maka pengelompokan lampu
dibagi ke dalam 5 kelompok penghidupan sehingga pemanfaatannya
diupayakan seefisien mungkin, baik siang maupun malam dan dalam
berbagai kondisi.
III. SIMPULAN
Jenis armatur yang dipergunakan adalah Artolite V shape 2 x 36,
dimana dalam armature ini terdapat 2 buah lampu.
Jenis lampu yang dipilih adalah 2 x philips jenis TL’D 36 W/54,
nominal lominous flux= @2500 lumen, jadi dengan kedua lampu ini
nominal lominousnya adalah 5000 lumen
Jumlah lampu yang diperlukan adalah 12 pasang lampu dalam 12 buah
armature (masing-masing armature terdapat 2 buah lampu)
Tambahan lampu pada daerah sekitar armature adalah 1 pasang lampu
dengan 1 buah armature (dalam armature terdapat 2 buah lampu.
Lampu dipasang secara membujur terhadap ruang sehingga panjang
lampu akan terpasang sejajar lebar ruangan
Ruang disekitar papan tulis akan mempunyai kelompok lampu yang
tersendiri dengan 3 buah lampu (adanya satu lampu tambahan untuk
memperbesar tingkat pencahayaannya)
9
Dengan mempertimbangan pemakaian lampu siang hari dan
pertimbangan pemanfaat ruang yang ada, maka pengelompokan
lampu dibagi ke dalam 5 kelompok penghidupan sehingga
pemanfaatannya diupayakan seefisien mungkin, baik siang maupun
malam dan dalam berbagai kondisi.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pekerjaan Umum, Standard Penerangan Buatan di Dalam
Gedung-gedung, Penerbit Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah
Bangunan, Bandung, 1985
David Egan, Concepts in Thermal Confort, Prentice Hall Inc, New Jersey
Energy Programs and Fisheries Division, Department or Primery Industries
and Energy, Saving Energy Trough Lighting Management, Australian
Government Publishing Service, Canberra, 1994
Koenigsberger, Manual of Tropical Housing and Bulding, Longman Group
Limited, London, 1973
Prasasto Satwiko, Fisika Bangunan 1, Penerbit Andi Yogyakarta, Yogyakarta,
2004.
Pritchard, DC, Interior Lighting Design, Lighting Industrial Federation
Limited and The Electricity Council, London, 1986
Reznikoff, S.C., Interior Graphic and Design Standards, Whitney Library of
Design, New York, 1986
Setyo Soetiadji S, Anatomi Utilitas, Penerbit Djambatan, Jakarta, 1997
Triyogo, Ir, MdesSc (Illim), Materi Kuliah Teoritik dan Eksperimental
Teknologi Bangunan, Jurusan Arsitektur, Program Pasca sarjana ITB,
Bandung
Vaughn Brandshaw, Building Control Systems, John Wiley & Sons, New
York, 1985
William M.C.Lam, Perception and Lighting as Formgivers for Architecture,
McGraw-Hill Book Company, New York, 1977
10

Anda mungkin juga menyukai