Keperawatan Gawat Darurat
Keperawatan Gawat Darurat
Keperawatan Gawat Darurat
Mempertahankan hidup
Memulihkan pasien agar dapat hidup, berguna pada saat pasien masuk ke UGD.
8. Lakukan pembebatan jika ada dugaan fraktur servikal dengan cedera kepala.
9. Melindungi luka dengan balutan
10. Periksa apakah pasien menggunakan kewaspadaan medik atau identitas
mengenai alergi dan masalah kesehatan lainnya.
11. Mulai mengisi lembar alur TTV dan status neurologik untuk mendapatkan
petunjuk dalam mengambil keputusan.
Triase Kedaruratan
1. Darurat : kondisi yang mengancam kehidupan dan memerlukan perhatian segera.
Contoh : henti jantung, oedema paru nyeri dada berasal dari jantung dan trauma
multi system.
2. Mendesak : tindakan segera
Kondisi yang merupakan masalah medik yang sifnifikan dan memerlukan
penatalaksanaan segera TTV stabil.
Contoh : laserasi sederhana, fraktur tungkai tanpa komplikasi nyeri signifikan dan
penyakit kronis seperti kanker.
3. Tidak mendesak : tindakan dapat ditunda beberapa jam bila perlu.
Contoh : cedera minor, sakit tenggorokan, nyeri penanggung bawah.
TRIAGE PRA RUMAH SAKIT
Meningkatkan kasus kecelakaan lalu lintas, luka bakar, tenggelam. Kondisi ini
mendorong beberapa tenaga medis untuk memberikan penyuluhan tentang resusitasi
di tempat-tempat yang rawan kecelakaan seperti di pantai.
Diperlukan pelayanan ambulans yang dilengkapi dengan fasilitas yang memadai.
Kemampuan untuk menolong di tempat kejadian dan di perjalanan
Masalah yang potensial dan aktual yang sangat bervariasi.
Kondisi pasien dapat berubah-ubah terus menerus, pengkajian dilakukan terus
menerus, diagnosa keperawatan sesuai kondisi.
Intervensi mandiri dan independent
Asuhan Keperawatan Gawat Darurat
1. Dasar Keperawatan di Gawat Darurat
Pasien / keluarga
Perawat harus memahami reaksi yang dapat timbul, antara lain :
a. Ketakutan
-
c. Kesedihan
-
kelemahan
d. Perawat
Pekerjaan di UGD
-
Mobilitas tinggi
Alat-alat khusus
4. Akurat / benar
-
Semua data yang ada / tindakan yang dilakukan harus benar, telah dikaji / telah
dilakukan sehingga evaluasi kondisi pasien setelah penanganan dapat optimal.
a. Primary assesment
Keluhan utama :
-
Faktor pencetus
Mekanisme trauma
Observasi
A, B, C
b. Sekundary assesment
Pengkajian
c. Tertiere assesment
Pengkajian
data fokus
Tak langsung : jatuh dari ketinggian dengan berdiri atau duduk sehingga
terjadi fraktur tulang belakang.
2. Patologis
Disebabkan karena infeksi seperti osteoporosis atau penyebaran kanker
3. Degenerasi
Terjadi karena proses kemunduran fungsi fisiologi tulang yang terjadi pada usia
lanjut.
PATOFISOLOGI YANG BERDAMPAK PADA KDM
Energi yang sangat kasar
Pendarahan
Hematom
Inflamasi
Masalah keperawatan :
-
Cemas
Traksi / gips/
Operasi
1. Pantau nadi dari fraktur setiap 1 jam dan 2 jam dan observasi warna, suhu dan
sensori
2. Kaji pengisian kapiler, bandingkan dengan sebelahnya
3. Pertahankan kesejajaran tubuh dan posisi yang dipesankan
4. Observasi terhadap tanda sindrom kompartemen
5. Pasang stocking antiemetik : lepaskan untuk setiap menginfeksi terhadap tekanan,
nyeri dan kemerahan.
B. ASKEP GAWAT DARURAT PADA KONDISI AMPUTASI
Amputasi adalah : pengangkatan / pemotongan sebagian anggota tubuh / anggota
gerak yang disebabkan oleh trauma, gangguan peredaran darah, osteomyetitis, kanker.
Pengkajian pasca operasi
Observasi / temuan
-
Posisi stump
Potensial komplikasi
-
Hemoragi
Infeksi luka
Nyeri
Kontraktur
Penatalaksanaan medik
1. Posisi stump pasca operasi
2. Tipe balutan / pemasangan prostese pasca operasi
3. Analgetik, antibiotik, antipiretik, sedatif
4. Latihan, terapi fisik
5. Diet, aktivitas, istirahat
Diagnosa keperawatan I :
1. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan kehilangan anggota tubuh
Tujuan :
Gangguan gambaran diri dapat diatasi
Intervensi :
a. Dorong klien untuk mengekspreikan perasaan cemas, rendah diri dan perasaan
kehilangan bagian tubuh.
b. Berikan support dan informasi pada pasien tentang kondisi tempat amputasi,
jenis protesa yang digunakan
c. Libatkan pasien dengan amputasi lainnya
d. Kerjasama dengan tim kesehatan lainnya :
-
Rujuk ke psikiater
Gejala sisa DM
Ganggren
Trauma
Deformitas kongenital
Tumor ganas
Menghilangkan gejala
Memperbaiki gejala
Penatalaksanaan :
Tingkatan amputasi
Amputasi dilakukan pada titik paling distal yang masih dapat mencapai penyembuhan
yang baik
Tempat amputasi didasarkan pada 2 faktor :
1. Peredaran darah pada bagian itu
2. Kegunaan fungsional : prostesis
Status peredaran darah ekstremitas dapat dievvaluasi melalui :
1. Perfusi otot dan kulit
2. Floemetri dopler
3. Penentuan TD sgemental dan tekanan parsial desigen perkutan
4. Angiografi
Fraktur disebabkan :
1. Pukulan langsung
2. Gaya meremuk
3. Gerakan puntir mendadak
4. Kontraksi otot ekstrem
Fraktur mempengaruhi jaringan di sekitar dan mengakibatkan :
1. Edema jaringan lunak
2. Pendarahan otot dan sendi
3. Dislokasi sendi
4. Ruptur tendo
5. Kerusakan saraf dan pembuluh darah
Jenis fraktur :
1. Fraktur komplet
Patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran
2. Fraktur tidak komplet
Patah hanya terjadi pada sebagian dan garis tulang
3. Fraktur tertutup
Tidak menyebabkan robeknya kulit
4. Fraktur terbuka
Dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke patah tulang
Fraktur terbuka degradasi menjadi :
a. Grade I, dengan luka bersih panjangnya kurang dari 1 cm
b. Grade II, luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstrensif
c. Grade III, sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak
ekstensif
paling berat
9. Avulsi
Tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendon pada perlekatannya
10. Epifisieal
Fraktur melalui epifis
11. Impaksi
Fraktur fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya
Manifestasi Klinis
1. Nyeri : terus menerus dan bertambah berat sampai fragmen tulang di inobilisasi
2. Hilangnya fungsi
3. Deformitas
4. Krepitus
5. Pemendekan ekstremitas
6. Pembengkakan lokal
7. Perubahan warna
Prinsip penanganan Fraktur
1. Reduksi fraktur
setting tulang
ke posisinya.
Traksi dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan immobilisasi
Reduksi terbuka
menggunakan alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, palat, atau
batangan logam.
2. Immobilisasi fraktur
Fiksasi interna : pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu
Fiksasi eksterna : impian logam
3. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
4. Faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur
KONTUSIO
Cedera
Ekimosis, memar
Kompres dingin
Istirahat
STRAIN
Tarikan otot akibat penggunaan yang berlebihan atau stress yang berlebihan. Strain
adalah robeknya mikroskopis tidak komplit dengan perdarahan ke dalam jaringan.
Nyeri mendadak dan nyeri tekan lokal pada pemakaian otot dan kontraksi
isometrik
SPRAIN
Cedera struktur ligamen di sekitar sendi akibat gerakan menjepit atau memutar.
Fungsi ligamen : menjaga stabilitas namun masih memungkinkan mobilitas.
Ligamen robek
Suatu keadaan dimana permukaan sendi tulang yang membentuk sendi tidak lagi
dalam hubungan anatomis, tulang lepas dari sendi.
Dislokasi disebabkan / didapat :
1. Kongenital
sejak lahir
trakeobronchial dan gejala sisa : iritasi residual dan edema bronchial. Jika benda asing
cepat dikeluarkan maka keadaan berjalan biasa.
Aspirasi benda asing yang mengandung lemak jenuh seperti kacang tanah dapat
menimbulkan iritasi dan radang pada jaringan mukosa.
Makin lama benda asing itu tersangkut makin meningkat edema, peradangan dan
ancaman infeksi.
INSIDEN
1. Paling sering pada anak usia 6 bulan, 6 tahun
2. Aspirasi : penyebab utama kematian akibat kecelakaan pada anak yang berusia
kurang dari 1 tahun
3. Kacang tanah dan kacang lain dari kasus aspirasi benda asing
MANIFESTASI KLINIK
1. Awalnya batuk / muntah dan tersedat
2. Batuk akut atau mengi
3. Batuk kronik atau mengi
4. Dispnea
5. Retraksi
6. Sianosis
7. Bunyi nafas menurun di atas area yang kena
8. Mungkin ada periode tenang atau periode tanpa gejala
9. Demam
10. Suara serak, stridor, afonia laring
11. Bunyi benda asing pada saat batuk, karena benda asing itu bergerak
KOMPLIKASI
1. Bronkospasme
2. Atelektasis
3. Bronkitis
4. Bronkistasis
5. Pneumonias
6. Abses paru
7. Fistula bronkopulmoner
8. Kematian
UJI LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK
1. Foto thoraks
2. Bronkoskopi
3. Fluoroskopi
4. Xeroradiografi
PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Manuver Heimlich : pukulan di atas punggung dapat dilakukan sebelum
hospitalisasi untuk obstruksi yang mengancam kehidupan
2. Tindakan diagnostik yang agresif seperti bronkoskopi
OBAT-OBATAN YANG DIGUNAKAN :
1. Bronkodilator inbalasi
2. Kortikosteroid : menghindari edema jalan nafas
3. Antibiotik sistemik
DIAGNOSA KEPERAWATAN :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Ansietas
3. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas
INTERVENSI KEPERAWATAN :
1. Pukul punggung beberapa kali diikuti sentakan pada dada : bayi 1 tahun
2. Lakukan manuver heimlich (sentakan abdomen pada anak di atas 1 tahun)
PERAWATAN PRA BEDAH
1. Lakukan pemantauan respiratori
2. Beri posisi yang nyaman
3. Puasakan sebelum pembedahan
4. Siapkan untuk bronkoskopi atau thoraks
5. Kurangi ansietas anak
PERAWATAN PASCA BEDAH
1. Kaji pernafasan untuk mendeteksi tanda-tanda gawat pernafasan
2. Kaji efek pemberian obat
ASKEP GAWAT DARURAT PADA ASMA
ASMA : penyakit paru dengan ciri khas yakni sakitan nafas sangat mudah bereaksi
terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan manifestasi berupa serangan
asma.
Kelainan yang didapat adalah :
1. Otot bronkus akan mengerut (penyempitan)
2. Selaput lendir bronkus edema
3. Produksi lendir banyak
Faktor pencetus :
1. Alergen
2. Infeksi : virus dan streptokokus serta jamur
3. Iritan : hair spray minyak wangi, asap rokok, bau tajam, polutan udara, dll.
4. Cuaca
5. Kegiatan jasmani : berat, misalnya berlari
6. Infeksi saluran nafas : virus pada sinus akut (kronik)
7. Faktor psikis
Gambaran klinik :
Ada berbagai pembagian asma pada anak :
1. Asma episodik yang jarang
Asma berat : jika gagal dengan bronkodilator oral, subkutan dan kortikosteroid
perlu teofilimum (teofilin) IV dan koreksi penyimpangan asam basa serta
elektrolit O2 dan pasien harus dirawat di Rumah Sakit.
b. Keperawatan
Serangan / tidak serangan
-
Tidak serangan
HE pada keluarga :
-
Tanda-tanda asma
Serangan : diperhatikan
1. Pasien menderita kesukaran bernafas
2. Gangguan rasa aman / nyaman
Kesukaran bernafas
-
Ruang yang cukup mengandung O2, jendela dibuka, jangan ditempatkan dekat
jendela
Jika terjadi serangan dan tidak ada obat maka anak dapat disuruh menghirup
uap air panas yang diberi garam dapur.
ASKEP GAWAT DARURAT PADA KONDISI
SUDDEN INFANT DEATH SYNDROME (SIDS)
Pria resiko 50 %
Multipara
Penyakit pernafasan
Familial :
-
Maternal :
-
Multipara
Anemia
Diagnosa keperawatan
1. Perubahan proses keluarga
Perinetal
Faktor genetik
Penyakit demam
Gangguan metabolisme
Klasifikasi Kejang
A. Kejang parsial (fokal, lokal)
1. Kejang parsial sederhana :
Kesadaran tidak terganggu mencakup :
a. Tanda-tanda motorik : kedutan pada wajah, tangan atau salah satu sisi tubuh
umumnya gerakan tiap kejang sama.
b. Tanda / gejala otonomik : muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil
Penatalaksanaan Medis
Obat anti konvulsan : mengurangi letupan neural, membantu aktivitas asam
amino penghambat atau mengurangi letupan lambat dari neuron thalamus.
1. Fenobarbital : kejang mioklonik, kejang tonik klonik, status epiletikus 15 40
mcg/ml
2. Feniton (dilantin) : kejang parsial tonik klonik, status epileptikus 10 20 mcg/ml
3. Karbomazepin (tegetrol) : kejang parsial, tonik-klonik 4 12 mcg/ml
4. Asam valproal : kejang absens atipik, mioklonik, tonik konik, atonik, kejang
campuran 40 100 mcg/ml
5. Frimidon : tonik klonik 4 12 mcg/ml
6. Zarontin : kejang absens
7. Klonopin : kejang absens, kejang tonik klonik spasme infantile
Diagnosa keperawatan :
1. Resiko tinggi cedera
2. Resiko tinggi koping keluarga dan koping individu yang tidak efektif
3. Gangguan citra tubuh
Intervensi keperawatan
Kejang
1. Lindungi anak dari cedera
a. Jangan mencoba untuk merestrein anak
b. Jaga anak supaya tidak jatuh
c. Jangan memasukkan benda ke dalam mulut
d. Longgarkan pakaian yang ketat
e. Jaga anak dari benda tajam
f. Miringkan anak untuk memfasilitasi, bersihkan jalan nafas dari sekret
2. Lakukan observasi secara teliti, catat aktivitas kejang untuk membantu diagnosis
atau pengkajian respons pengobatan.
a. Waktu awitan dan kejadian pemicu
b. Aura
c. Jenis kejang
d. Intervensi selama kejang
e. Fase postictal
f. TTV
Status epileptikus
1. Stabilnya kepatenan jalan nafas
2. Beri tambahan O2 100 % melalui masker
3. Siapkan jaker IV pemberian obat
4. Pantau TTV
Epidermis dan dermis, rusak mengenai jaringan lemak subkutan, fasia, obat dan
tulang
Misalnya : karena api
Manifestasi klinis
Untuk luka bakar sedang berat
1. Tachikardia
2. Tekanan darah turun
3. Ekstremitas dingin
4. Perubahan tingkat kesadaran
5. Dehidrasi
6. Peningkatan frekuensi nafas
Komplikasi
1. Gagal ginjal
2. Asidosis metabolik
3. Hiperkalemia
4. Hiponatremia
5. Hipokalsemia
6. Masalah paru :
-
Edema paru
Insufisiensi paru
Embolus paru
Pneumonia bakterial
7. Infeksi
8. Ulkus curling
Penatalaksanaan medis
1. Resusitasi cairan : kehilangan ccairan intravaskular
2. Pemberian O2 : masker
3. Luka bakar, ditutup dengan obat topikal dibiarkan terbuka dan terpajan di udara.
Udara ditutup kain kasa
4. Luka bakar berat
5. Analgetik : nyeri
6. Pemenuhan nutrisi TKTP
Diagnosa keperawatan :
1. Gangguan pertukaran gas
2. Kurang volume cairan
3. Nyeri
4. Resiko tinggi infeksi
5. Kerusakan integritas kulit
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
7. Ansietas
8. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan
9. Perubahan proses keluarga
Intervensi keperawatan darurat
1. Luka terkena air panas : bilas dengan air, buka pakaiannya
2. Luka bakar api : jatuhkan dan gulingkan badan anak untuk memadamkan api,
siram dengan air dingin
Buka pakaian yang tidak menempel
3. Bahan kimia : bilas, mata dan kulit selama 20 menit dengan air
4. Listrik : matikan sumber listrik, lakukan cesufitasi jantung paru
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA SISTEM ENDOKRIN
A. ASKEP GAWAT DARURAT KETOASIDOSIS DIABETES
MEKANISME KETOASIDOSIS
Defisiensi insulin
Berat
Katabolisme
Asam amino
Ambilan glukosa
Hiperglikemia
Diuresis osmotik
Kehilangan
hipotonik
Hiperosmolaritas
Koma
Glukoneogenesis
Kehilangan
elektrolit urine
Penipisan
volume
Syok
Protein
Kehilangan
nitrogen
Lipotisis
Gliserol
Asam lemak
bebas
Ketogenesis
Ketonemia
Ketonuria
Ketoasidosis
Asidesis
metabolik
glomerulus ginjal ke dalam tubulus ginjal dan sepanjang beban glukosa yang difiltrasi
relatif kecil maka semua glukosa ini diabsorbsi ke dalam aliran darah. Bila beban yang
difiltrasi melebihi tingkat tertentu seperti 180 mg/dl, glukosa mulai terlepas ke dalam
urine karena kapasitas reabsorbsi tubulus telah terlampaui. Seiring dengan makin
meningkatnya beban filtrasi. Kehilangan glukosa melalui urine meningkat dengan
cepat. Kemudian hampir semua glukosa ekstra yang terdapat dalam sirkulasi hilang
melalui urine.
Ketosis dan asidosis
Temuan yang mungkin :
-
Hiperglikemia
Glikosuria
Penipisan volume
Hiperosmolaritas
Latergi
kelelahan
koma
Hiperventilasi
Penurunan bikarbonat
Penurunan PH
Diuresis osmotis
Glukosa tertinggal dalam filtrat setelah tubulus renalis, semua dari glukosa yang
mampu dilakukannnya. Mendorong air untuk tetap berada dalam tubulus, filtrat
yang menandung glukosa ini tersapu keluar tubuh terbawa bersama air,
natrium,kalium, amoniat, fosfat dan garam-garam lain. Mengakibatkan aliran urine
yang cepat dan membantu kehilangan air dan elektrolit.
Penatalaksanaan
-
Mengatasi hiperglikemia
Mencegah hiperglikemia
Insulin
Efek insulin dalam pengobatan ketosidosis :
1. Cepat menghentikan suplai asam-asam lemak yang berasal dari jaringan
adipose dengan membatasi pembentukan keton dari sumbernya.
2. Insulin secara langsung menghambat glukoneogenesis hepatic, mencegah
tambahan. Glukosa lebih jauh yang sebelumnya sudah sangat berlebihan dalam
cairan ekstra seluler.
3. Insulin memulihkan sintesis protein seluler
Hipotensi
Dehidrasi berat
Tachikardi
HHNK pada orang tua : pemantauan ketat terhadap status volume dan elektrolit
untuk mencegah gagal jantung kongestif serta disritmia jantung.
Terapi cairan dimulai dengan pemberian larutan normal saline 0,9% sesuai dengan
natrium dan intensitas penurunan volume
Penambahan kalium ke dalam infus kalau haluaran urine memadai dan dipandu
dengan pemantauan EKC yang kontinu serta penguluran kalum yang sering.
Insulin biasanya diberikan melalui infus secara kontinu dengan kecepatan lambat
untuk mengatasi hiperglikemia dan dekstrosa ditambahkan ke dalam cairan infus
bila kadar glukosa menurun 250 300 mg/dl.
Bentuk
laboratorium
-
Hipoglikemia dapat terjadi setiap saat pada siang atau malam hari.
Gejala
Gejala dikelompokkan menjadi 2 yaitu gejala adrenergik dan gejala sistem saraf pusat
1. Hipoglikemia ringan
Kadar
glukosa
darah
menurun
sistem
saraf
sipatis
akan
terangsang
Patirasa di daerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak terkordinasi,
perubahan emosional.
3. Hipoglikemia berat
Gejala :
-
Penanganan :
Pemberian 10 15 gram gula yang bekerja cepat peroral
-
2 4 tablet glukosa
Pasien dan anggota keluarga harus diberitahu tentang berbagai gejala yang
potensial yang terdapat pada hipoglikemia.
ASKEP GAWAT DARURAT KRISIS TIROID
Krisis tiroid adalah kedaruratan medis yang disebabkan oleh eksaserbasi akut
dari gejala-gejala hipertiroidisme. Biasanya dicetuskan oleh kejadian stres seperti
operasi injeksi, trauma atau penyakit kardiovaskuler akut.
Pengkajian :
Neurologis :
-
Kegelisahan ekstrem
Kekacauan mental
Psikosis
Apatis
Koma
Mata :
-
Edema periorbital
Kardiovaskuler :
-
Diaforesis berat
Anoreksia
Muntah keras
Hepatomegali
Icterus
Penatalaksanaan medis
-
Kontrol hipertermia
Tindakan pendinginan
Glukokortikoid
Diagnosa keperawatan :
1. Perubahan proses berfikir berhubungan dengan peningkatan rangsangan sistem
saraf simpatis oleh tingginya kadar hormon tiroid.
Intervensi :
-
Kaji tingkat kesadaran, orientasi efek dan persepsi tiap 4 jam sampai 8 jam
2. Intoleransi aktivitas
-
Berikan jarak waktu antara prosedur untuk memungkinkan waktu istirahat yang
cukup
Rencanakan aktivitas setiap hari dan pola istirahat yang dapat memudahkan
peningkatan toleransi untuk perawatan diri