LP Lupus Sle
LP Lupus Sle
LP Lupus Sle
1.2 Etiologi
Penyebab dari LES belum diketahui dengan pasti. Diduga diduga melibatkan
interaksi yang komplek daan multifaktorial antara bervariasi genetic dan faktor
lingkungan:
1. Faktor genetic
Kejadian LES yang lebih tinggi pada kembar monogizotik (25%) dibandingkan
dengan kembar digizotik (3%), peningaktan frekuensi LES pada keluarga
penderita LES dibandingkan dengan kontrol sehat dan peningkatan prevalensi
LES pada kelompok etnik tertentu, menguatkan dugaan bahwa faktor genetik
berperan dalam fathogenesis LES.
2. Faktor hormonal
LES merupakan penyakit yang lebih banyak menyerang perempuan. Serangan
pertama kali jarang terjadi pada usia prepubertas dan setelah manopause.
3. Autoantibody
Antibody ini ditunjukkan kepada self molekul yang terdapat pada nucleus,
sitoplasma, permukaan sel, dan juga dapat moleku terlarut seperti igG dan
faktor koagulasi.
4. Faktor lingkungan
Faktor fisik/kimia
- Amin aromatic
- Hydrazine
- Obat-obatan (prokainamid, hidralazin, klorpromazin, isoniazid,
fenitoin, penisilamin)
Faktor makanan
- Konsumsi lemak jenuh yang berlebihan
1
- L-canavanine (kuncup dari elfalfa)
Agen infeksi
- Retrovirus
- DNA bakteri/endotoksin
Hormon dan estrogen lingkungan (environmental oestrogen)
- Terapi sulih (HRT), pil kontrasepsi oral
- Paparan estrogen prenatal
Sumber: (Sudoyo Aru, hal: 2568)
2
8. Gastrointestinal: mual, muntah nyeri abdomen
9. Retikulo-endo organomegali
10. Hematologi: anemia, leucopenia, dan trombisitopenia
11. Neoropsikiatri: psikosis, kejang, sindrom otak organic, mielitis tranfersa,
neuropati cranial dan perifer
1.4 Patofisiologi
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan
peningkatan autoantibodi yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini
ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal dan lingkungan,
obatoobat tertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid, klorpomazine, dan
beberapa preparat antikonvulsan di smaping makanan seperti kecambah alfalfa turut
terlibat dalam penyakit SLE akibat senyawa kimia atau obat-obatan.
Pada SLE, peningkatan produksi autoantibodi diperkirakan terjadi akibat fungsi sel
T-supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan
kerusakan jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya
serangsang antibody tambahan dan siklus tersebut berulang kembali.
3
- Epedermis pada kulit yang terlibat dan yang tidak
1.6 Komplikasi
Otot dan kerangka tubuh
Sebagian besar penderita lupus akan mengalami nyeri persendian dan
kebanyakan diantara penderita lupus hingga mengalami arthritis. Pada jari
tangan, tangan, pergelangan tangan, dan lutut.
Kulit
Kulit merupakan bagian utama yang di serang oleh penyakit lupus karena
memiliki banyak kelenjar dan jaringan kulit yang mudah tersebar melalui aliran
darah. Hampir 50% penderita lupus akan menderita seperti wajah memerah
pada bagian tulang pipi hingga hidung dengan membentuk ruam merah seperti
sayap kupu-kupu. Ruam dan kulit yang memerah pada wajah akan semakin
melebar jika terpapar langsung oleh sinar matahari yang semakin
memperburuk keadaan.
Ginjal
Selain menyerang otot dan kulit , penyakit lupus juga akan menyerang organ
bagian dalam yang sangat penting yakni ginjal. Ini menyebabkan penimbunan
protein di dalam sel-sel ginjal, namun hanya 50% penderita lupus yang
mengalami komplikasi pada ginjal penyakit lupus yang menyerang ginjal di
sebut dengan nefritis lupus. Pada akhirnya ini akan mengalami gagal ginjal.
Sistem saraf
Bagian organ tubuh penting lainnya yakni sistem saraf yang berpusat di otak.
Sekitar 25% penderita lupus mengalami gangguan pada sistem saraf. Dari
kasus yang di temukan penderita lupus akan mengalami disfungsi mental yang
ringan.
Darah
Kompliksai penyakit lupus ini di akibatkan oleh kelainan darah, terbentuknya
bekuan darah di dalam vena maupun arteri yang dapat mengakibatkan stroke
dan emboli paru. Hal ini di sebabkan oleh jumlah trombosit yang berkurang
dan tubuh membentuk antibodi yang melawan faktor pembekuan darah
sehingga mengakibatkan perdarahan dan anemia akibat penyakit menahun.
Jantung
Penyakit lupus juga dapat menyebabkan peradangan di berbagai bagian jantung
seperti perikarditis, endokarditis , maupun miokarditis , nyeri dada dan aritmia.
Paru-paru
4
Dapat terjadi peradangan selaput paru dan penimbunan cairan antara paru dan
pembungkusnya. Akibat yang akan terjadi adalah sering timbul nyeri dada dan
sesak nafas.
1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksaan SLE harus mencakup obat, diet, aktivitas yang melibatkan bnyak
ahli. Alat pemantau pengonatan pasien LES adalah evaluasi klinis dan
laboratoris yang sering untuk menyesuaikan obat dan mengenali sertya
menangani aktivitas penyakit.
Lupus adalah penyakit seumur hidup, karenanya pemantauan harus dilakukan
selamanya.
Tujuan pengobatan LES adalah mengontrol manifestasi penyakit, sehingga
pasien dapat memilikmi kualitas hidup yang baik tanpa eksaserbasi berta,
sekaligus obat-obatan yang dibutuhkan antara lain:
1. Antiinflamasi non-steroid: untuk pengobatan simptomatik artralgia nyeri
sendi.
2. Antimalaria: diberikan untuk lupus diskoid. Pemakain jangka panjang
memerlukan evaluasi retina setiap 6 bulan.
3. Kortikosteroid: dosis rendah untuk mengatasi gejala klinis seperti deman,
dermatitis, efusi pleura. Diberikan selama 4 minggu minimal sebelum
dilakukan penyapihan.dosis tinggi untuk mengatasi krisis lupus, gejala
nefritis SPP, dan anemia hemlitik.
4. Obat imunosupresan/sitostatika: diberikan pada SLE dengan keterlibatan
SPP.
5. Obat antihipertensi: atasi hipertensi pada nefritis lupus dengan agresif.
6. Diet: diet yang diperbolehkan adalah yang mengandung cukup kalsium,
rendah lemak, dan rendah garam. Disarankan juga pasien untuk berhati-hati
dengan suplemen makanan dan obat-obatan tradisional.
7. Aktivitas: pasien lupus sebaiknya tetap beraktivitas normal.olahraga
diperlukan untuk mempertahankan densitas tulang dan berat badan normal.
Tetapi tidak boleh berlebihan karena lelah dan stress sering dihubungkan
dengan kekambuhan. Pasien dsarankan untuk menghindari sinar matahari,
bila terpaksa harus terpapar sinar matahari pasien harus menggunakan krim
pelindung matahari atau sunblock.
8. Kalsium: semua pasien LES yang mengalami narthritis serta mendapat terapi
prednison berisiko untuk mengalami osteoponia, karenanya memerlukan
suplementasi kalsium.
9. Penatalaksaan infeksi: pengobatan segera bila ada infeksi terutam infeksi
bakteri. Setip kelainan urin harus dipikirkan kemungkinan pielonefritis.
5
1.8 Pathway
Genetik,kuman/virus
Kerusakan perfusi Pembentukan lupus ,sinar ultraviolet,obat-
jaringan perifer
obatan tertentu
Sendi
Leucopenia Anemia,
Terjadi artritis trombositopeni
Resiko infeksi
Keletihan
6
II. Rencanaasuhan keperawatan
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
a. Keluhan utama
Pasien mengeluhkan mudah lelah, lemah, nyeri, kaku, demam/panas
anoreksia dan dan efek gejala tersebut terhadap gaya hidup serta citra diri
pasien.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien biasanya mengeluh sama dengan keluhan utamanya, tetapi respon
tiap orang berbeda terhadap tanda dan gejala SLE tergantung imunitas
masing – masing.
c. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya akan didapatkan adanya keluhan mudah lelah, nyeri, kaku,
anoreksia dan penurunan berat badan secara signifikan.
d. Riwayat penyakit keluarga
Kecenderungan untuk terkena penyakit ini, lebih kurang 5-12% lebih besar
di banding orang normal.
2.1.2 Pemeriksaan fisik
Status kesehatan umum
Tingkat kesadaran pasien
Pengukuran tinggi badan dan beran badan
Sistem pernapasan : pleuritis atau efusi pleura
Sistem kardiovaskuler : friction rub perikardium yang menyertai
miokarditis dan efusi pleura.
Sistem persyarafan : depresi dan psikosis , juga kejang- kejang
Sistem pencernaan : menurunnya eliminasi BAB, mual ,muntah,
terdengar suara bising usus.
Sistem integumen : lesi pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk
kupu – kupu yang melintang pangkal hidung serta pipi.
Sistem muskuluskeletal : pembengkakan sendi, nyeri tekan ketika
bergerak dan kaku pada pagi hari.
2.1.3 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaandarah
Leukopeni/limfopeni, anemia, trombositopenia, LED meningkat
2. Imunologi
- ANA(antibodi anti nuklear)
- Anti bodi DNA untai ganda (ds DNA) meningkat
- Kadar komlemen C3 dan C4 menurun
7
- Tes CRP (C-reative protein) positif
3. Fungsi ginjal
- Creatinin serum meningkat
- Penurunan GFR
- Protein uri (>0,5 gram per 24 jam)
- Ditemukan sel darah merah dan atau sedimen granular
4. Kelina pembekuan yang berhubungan dengan antikoagulan lupus
- APTT memanjang yang tidak membaik pada pemberian plasma normal
5. Serologi VDRL (sifilis)
- Memberikan hasil positif palsu
6. Tes vital lupus
- Adanya pita Fg 6 yang khas dan atau deposit lh M pada persambungan
dermo
- Epedermis pada kulit yang terlibat dan yang tidak
8
Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar
instrument nyeri.
Laporan tentang prilaku nyeri/ perubahan aktivitas
Mengekspresikan prilaku
Prilaku distraksi
Perubahan pada parameter fisiologis
Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
Perubahan seleramakan
Putus asa
Sikap melindungi area nyeri
Sikap tubuh melindungi
2.2.3 Faktor yang berhubungan
Agen cedera biologs ( misalnya : infeksi, iskemia, neoplasma)
Agen cederafsik (misanya: abses, amputasi, luka bakar, terpotong,
mengangkat berat, prosuder bedah, trauma, olahraga berlebihan)
9
2.2.3 Faktor yang berhubungan
Ansietas
Cedera medulla spinalis
Deformitas dinding dada
Deformitas tulang
Disfungsi neuromuscular
Gangguan musculoskeletal
Gangguan neurolugis ( misalnya : elektroensefalogran [EEG] positif,
trauma kepala, gangguan kejang)
Hipervrntilasi
Imaturitas neurologis
Keletihan
Keletihan otot pernafasan
Nyeri
Obesitas
Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
Sindrom hipoventilasi
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1 : Nyeri akut ( 00132)
2.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil (Noc)
Pengendalian nyeri
Tingkat nyeri
2.3.2 Intervensi keperawatan
Lakukan pengkajian nyeri yang meliputilokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan ntensitas nyeri.
Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebabnyeri, berapalama nyeri
dirasakan, dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosuder
Kendalikan faktor lingkungan (misalnya suhu ruangan, pecahayaan, dan
suara)
Hindarkan faktor-faktor yang meningkatkan nyeri ) misalnya : ketakutan,
kelelahan)
Ajarkan tekhnik non farmakologis (misalnya : tekhnik distraksi relaksasi
Kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian analgetik
10
Diagnosa 1: Pola nafas tidak efektif (0032)
2.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil (Noc)
Respon penyapihan ventilasi mekanik
Status pernafasan
Status pernafasan : ventilasi
2.3.2 Intervensi keperawatan dan
Manajemen jalan nafas
Terapi oksigen
Monitor pernafasan
Monitor tanda-tanda vital
11
III. Daftar pustaka
Sudoyo Aru, dkk 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1,2,3, edisi keempat.
Internal Publishing,jakarta
(…………………………….) (…………………………………)
12