Makalah Psiko Baru
Makalah Psiko Baru
Makalah Psiko Baru
Disusun oleh: 1. Arisa Wahida 2. Devita Sulastri 3. Eka Nency Febriyan 4. Endah Sulistyowati 5. Febri Kurniawati Tingkat 1A
Dinas Kesehatan Republik Indonesia Akademi Kebidanan Wira Buana Metro T. A 2010/2011
Kata Pengantar
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga makalah yang berjudul WANITA SEBAGAI IBU dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Saya
menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Dan saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan menyelesaikan makalah ini. Semoga segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada saya mendapatkan imbalan dari Allah SWT dan semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun dan seluruh pembaca. Terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................ ................................ ............................ LEMBAR PENGESAHAN ................................ ................................ .................. KATA PENGANTAR ................................ ................................ .......................... DAFTAR ISI ................................ ................................ ................................ ........
i ii iii iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................ ................................ .......... B. Tujuan Penulisan ................................ ................................ ....... C. Manfaat ................................ ................................ ..................... 1 1 1
BAB II
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan ................................ ................................ ............... B. Saran ................................ ................................ ......................... 5 5
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Saat ini, peran wanita telah bergeser dari peran tradisional menjadi peran modern. Dari hanya memiliki peran tradisional untuk melahirkan anak (reproduksi) dan mengurus rumah tangga kini wanita memiliki peran sosial. Dimana dapat berkarir dalam bidang kesehatan, ekonomi, sosial, maupun politikdengan didukung pendidikan yang tinggi. Secara tradisional, peran wanita seolah dibatasi dan ditempatkna dalam posisi pasif yaitu wanita hanyalah pendukung karir suami. Peran wanita yang terbatas pada peran reproduksi dan mengurus rumah tangga membuat wanita identik dengan pengabdian kepada suami dan anak. Sementara wanita modern dituntut untuk berpendidikan tinggi, berperan aktif dan kritis (Health Woman, 2008). Menurut Triaryati (2003), peran ganda sebagai pekerja maupun ibu rumah tangga mengakibatkan tuntutan yang lebih dari biasanya terhadap wanita, karena terkadang para wanita menhabiskan waktu tiga kali lipat dalam mengurus rumah tangga dibandingkan dengan pasangannya yang bekerja pula. Penyeimbang tanggung jawab ini cenderung lebih memberikan tekanan hidup bagi wanita bekerja, karena selain menghabiskan banyak waktu dan energi, tanggung jawab ini memiliki tingkat kesulitan pengelolaan yang tinggi. Konsekuensinya, jika wanita kehabisan energi maka keseimbangan mentalnya terganggu sehingga dapat menimbulkan stress. Rini (2006), mengungkapkan bahwa para wanita yang bekerja dikabarkan sebagai pihak yang mengalami stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Masalahnya, wanita bekeja ini menhadapi konflik peran sebagi wanita karir sekaligus ibu rumah tangga. Stress yang dimaksud disini adalah stress yang menyebabkan ketegangan/penderitaan psikis sehingga menimbulkan kecemasan. B. TUJUAN PENULISAN Makalah ini dibuat dengan tujuan: 1. Agar kita dapat menambah pengetahuan tentang seberapa pentingnya wanita sebagai ibu dalam lingkungan masyarakat, khususnya dalam akademi kebidanan 2. Agar kita dapat menambah wawasan pola pikir dalam memberikan asuhan
A. Fungsi Keibuan 1. Wanita dan Keluarga Wanita adalah penerus generasi keluarga dan bangsa sehingga keberadaan wanita yang sehat secara jasmani dan rohani sera sosial sangat diperlukan. Kualitas manusia sangat ditentukan oleh keberadaan dan kondisi seorang ibu dalam keluarga. Keluarga merupakan organisasi paling penting dalam kelompok sosial. Keluarga merupakan lembaga paling utama dan paling pertama bertanggung jawab ditengah masyarakat dalam menjamin kesejahteraan sosial dan kelestarian biologis anak manusia karna ditengah keluargalah anak manusia dilahirkan serta mendidik hingga menjadi dewasa. 2. Beberapa Hal yang Mendorong Wanita menjadi Ibu a. Finansial Ibu berperan sebagai wanita karir, untuk membantu perekonomian keluarga. Tapi, ibu tidak melupakan statusnya sebagai seorang ibu yang harus mengurus rumah tangga dan anak serta suaminya. b. Relasi dengan suami Wanita cenderung memiliki wawasan yang luas, pola pikir yang terbuka, dan sikap yang dinamis. Hal ini dapat menunjang relasi yang sehat dan positif dengan suami. Sebagai istri, seorang wanita bekerja juga dijadikan partner bertukar pikiran untuk saling membagi harapan dan pandangan. Dengan demikian, suami tidak merasa sendirian dalam memikiul tanggung jawab sebagai kepala keluarga. c. Relasi dengan anak Masih terkait dengan kecenderungan wanita bekerja yang berwawasan luas, hal ini nantinya juga akan menjadi keuntungan ibu dalam membimbing perkembangan anak. Memasuki usia sekolah, tentu anak akan memiliki banyak pertanyaan yang menuntut wawasan luas ibu agar dapat memberi jawaban memuaskan. Sedangkan ketika menginjak usia remaja dan dewasa, anak akan lebih bisa menerima ibu yang memiliki pola pikir terbuka dan dinamis sehingga anak tidak takut membagi masalah kesehariannya dengan ibu.
d. Kebutuhan sosial Para ibu juga manusia biasa yang mempunyai kebutuhan untuk menjalani relasi sosial dengan orang lain. Dalam sunia bekerja, ibu akan memiliki banyak kesempatan untuk bertemu dengan rekan dan relasi sehingga akan banyak ula kesempatan untuk membina hubungan sosial. Ibu bisa saling berbagi perasaan, pandangan dan solusi mengenai berbagai hal. e. Harga diri dan identitas Bekerja memungkinkan wanita mengekspresikan dirinya dengn cara produktif dan kreatif. Dengan bekerja, wanita berusaha menemukan arti dan identitas dirinya melalui penyaluran potensi-potensi yang dimiliki. Disamping itu, wanita juga dituntut senantiasa meningkatkan keterampilan dan kompetensi yang ia miliki untuk bisa menyesuaikan diri dengan kebutuha pekerjaan. Pencapaian tersebut pada akhirnya akan mendatangkan rasa percaya diri dan kebahagiaan baik sebagai wanita, maupun sebagai karyawan.
3. Hal-hal yang Membantu Seorang Wanita sebagai Ibu 1. Jadikan suami sebagai partner Dalam kehidupan berumah tangga, dibutuhkan kerja sama yang baik antara suami dan istri. Ibaratnya, suami dan istri seperti kaki kanan dan kiri yang bekerja sama untuk saling memudahkan langkah maju kedepan. Begitu juga keputusan untuk menjadi ibu bekerja seperti yang sudah dibahas, menjadi ibu bekerja jelas dapat meningkatkan kualitas hidup keluarga. Oleh karena itu, sebagai bentuk pengahargaan terhadap usaha istri, sudah sepantasnya suami ikut membantu istri dalam menjalani peran gandanya. Komunikasikan baik-baik dengan suami mengenai hal-hal yang dapat ia lakukan untuk membantu anda. Mulai dari hal-hal teknis, seperti membagi jadwal begadang menemani si kecil tidur, menyiapkan sarapan atau makan malam, dan sebagainya. 2. Beri suami kesempatan Masih terkait dengan melibatkan suami sebagi partner. Terkadang para ibu memiliki penilaian bahwa suami tidak akan mampu mengurus hal-hal rumah tangga. Memang sulit untuk menghapus nilai yang sudah tertanam bahwa perempuan yang paling tahu urusan dapur. Apalagi jika menyangkut urusan sikecil. Tanpa sadar ibu terkadang menilai ayah tidak seterampil dirinya dalam emahami dan memenuhi kebutuhan bayi.
Se benarnya, ada banyak hal yang bisa ibu ajarkan kepada ayah sehingga ibu bisa tenang mendelegasikan tugas-tugasnya. 3. Realisti-cari bantuan Menjadi supermom sekali lagi bukan bukan berarti menjadi seorang ibu dengan kekuatan super, yang mampu mengerjakan smeua hal sendiri. Ibu bekerja harus realistis dan tidak bermimpi untuk menjadi wanita super. Karena pasti akan ada saatsaat dimana ibu membutuhkan bantuan pihak lain. Misalkan saja ketika anak memasuki usia sekolah. Mungkin ibu (dan ayah) akan kesulitan mengantar sikecil kesekolah setiap pagi karena pada saat bersamaan juga harus berangkat kekantor yang tidak searah dengan sekolah anak. Pada saat seperti ini, wajib hukumnya untuk meminta pihak lain. 4. Jangan merasa bersalah Sadari bahwa keputusan untuk bekerja adalah pilihan ang diputuskan sendiri. Bila terjadi sesuatu, jangan sesali keputusan yang telah dibuat. Itu hanya akan membuat ibu bekerja terperosok dalam kondisi emosi yang negatif. Pikirkan bahwa setiap keputusan memiliki keuntungan dan kerugiannya masing-masing. Walaupun menjadi ibu bekerja terkadang merepotkan, tapi tentu ada banyak keuntungan lain yang bisa dinikmati keluarga. Oleh karena itu, tidak ada gunanya merasa bersalah karena telah meninggalkan keluarga. Sebenarnya, langkah menjadi ibu untuk bekerja justru merupakan bentuk tanggung jawab kepada keluarga. 5. Waktu untuk SAYA Hal ini yang sering terlupakan oleh banyak ibu bekerja. Saking sibuknya membelah diri menjadi ibu rumah tangga dan wanita karir, sering kali para ibu mengesampingkan jauh-jauh beberapa hal yang sebnarnya penting bagi keseimbangan mentalnya. Begitu tenggelamnya ibu bekerja didalam kewajiban, sehingga ibu lupa bahwa ssungguhnya ibu juga mempunyai hak untuk melakukan relaksasi. Luangkan waktu melakukan hal-hal positif yang bisa kembali membuat anda merasa rileks. 6. Waktu untuk suami Meski sibuk bekerja dan mengurusi anak, jangan sampai suami terlupakan. Banyak riset tentang perceraian mengungkapkan bahwa perasaan ditinggalkan merupakan salah satu faktor penting yang mendorong suami-suami untuk bercerai dari istri. Jangan sampai suami berpikiran bahwa ia hanya duduk diurutan kesekian, setelah urusan karir dan anak. Suami anda adalah partner anda juga butuh perhatian. Ada beberapa aktivitas yang bisa anda lakukan dengan suami, misalnya nonto tv, makan
siang atau makan malam berdua. Anda juga bisa saling menelpon atau mengirim SMS saat bekerja.
B. Keibuan dan Sifat-sifat Keibuan Keibuan itu bersangkutan dengan relasi ibu dengan anknya, sebagai kesatuan fisiologis, psikis dan sosial. Relasi tersebut dimulai sejak si janin ada dalam kandungan ibunya dan dilanjutkan dengan proses-proses fisiologis berupa masa hamil, kelahiran, periode menyusui dan mengasuh bayi. C. Relasi Ibu dan Anak Masalah penting yang harus dihadapi wanita dalam melaksanakan fungsi reproduksi itu dimulai dengan kehamilan dan kelahiran bayi, sampai dengan pengasuhan terhadap anak. Maka tugas yang paling berat bagi seorang ibu dalam mengasuh anaknya ialah: 1. menciptakan kesatuan yang harmonis diantara dirinya dengan anaknya. Dengan kata lain ibu tersebut harus mampu mengidentifikasikan diri secara selaras dengan bayi atau anaknya. Jika ibu tersebut mengabdikan diri sepenuhnya pada tugas-tugas mengasuh anaknya secara eksklusif maka pasti dia akan kehilangan individualitasnya. Oleh karena itu, pada zaman kebudayaan modern sekarang, wanita lebih leluasa untuk mengadakan kerja sama diantara melaksanakan fungsi keibuannya dengan mengembangkan ego sendiri. Sehingga dia lebih bebas dalam memuaskan kebutuhankebutuhan bayinya serta lebih giat mengembangkan interest dan kepribadiannya sendiri. 2. Ibu harus mengabdikan dirinya dalam proses mengasuh atau merawat anaknya dengan mengikuti perkembangan anak. 3. Ibu ikut berperan serta dalam mendidik anaknya. Sebab disamping memelihara fisik , kini ia harus melibatkan diri dalam menjamin kesejahteraan psikis anaknya, agar anaknya bisa mengadakan adaptasi terhadap lingkungan sosial
D. Ibu Tiri dan Ibu Angkat 1. Ibu Tiri a. Visi Masyarakat mengenai kedudukan ibu tiri Macam-macam cerita dan legenda tentang ibu tiri yang ganas dan jahat kita jumpai hampir disetiap bangsa didunia. Cerita itu memberikan gambaran tentang penderitaan dan kesengsaraan yang dialami anak tiri. Bahkan tidak jarang ibu tiri itu berusaha dengan segala macam cara dan akal untuk menyingkirkan dan membunuh anak tirinya. Maka perumpamaan yang menyatakan bahwa ibu-ibu tiri itu suka menggodok anak tirinya dalam kuali panjang yang sangat populer ditengah masyarakat kita. Motif utama semua tingkat keganasan ibu tiri ini terutama ialah: iri hati dan dengki. Khususnya ibu tiri tersebut sama sekali tidak menghendaki suaminya memberikan kasih sayang kepada anaknya sendiri. Sebab ia ingin memonopoli suaminya. Kesimpulan kita ialah, apakah seorang wanita itu kelak menjadi seorang ibu tiri yang baik ataukah menjadi ibu tiri yang ganas, tidak hanya tergantung pada konstitusi psikis wanita itu sendiri, akan tetapi juga dipengaruhi oleh semua faktor lingkungan sosialnya. Karena itu ibu tiri bukan sat fenomena yang relasinya dengan lingkungan dan keluarganya; yaitu dengan ayah, nenek-kakek, ibu atau ibunya yang sudah meninggal, kakak-kakak, adik dan lain sebagainya. b. Motivasi menjadi Ibu Tiri Situasi ibu tiri itu seringkali juga (dipastikan terlebih dahulu) sejak mula pertama oleh pilihan wanita tersebut mengenai bakal-suaminya didorong oleh suara
bathinnya, ada wanita-wanita yang selalu berminat pada pria-pria saja yang sudah kawin saja, yaitu kaum pria yang sudah jadi atau sudah mapan. Ada pula wanitawanita yang didorong oleh motivasi-motivasi egoistis yang selalu cenderung untuk merebut suami orang lain guna menunjukkan kelebihan dirinya, misalnya dia merasa lebih cantik, lebih pintar, lebih pandai bermain seks dan lain-lain kepada dunia luar.
2. Ibu Angkat Perbedaan peranggapan dan perbedaan sosial psikologis antara kondisi ibu angkat dan ibu tiri memang ada. Yaitu ada pendapat tradisional dan prasangka yang menyatakan bahwa semua
ibu tiri itu pasti menyebabkan kesengsaraan, azab dan kepedihan pada anak-anak tirinya. Hal ini disebabkan karena ibu tiri selalu mengunakan pola tingkah laku tradisional, beratribut kejam, agresif, egoistis, iri, dengki, sadistis, ganas dan suka bermusuhan serta sifat buruk lainnya. Sedangkan ibu angkat pada umumnya bersifat lembut, perhatian, penuh kasih sayang, tidak egoistis, bersedia menggantikan kedudukan ibu kandung secara suka rela dan dibelaki dengan hati belas kasih.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Wanita adalah penerus generasi keluarga dan bangsa sehingga keberadaan wanita yang sehat secara jasmani dan rohani sera sosial sangat diperlukan. Kualitas manusia sangat ditentukan oleh keberadaan dan kondisi seorang ibu dalam keluarga. Keibuan itu bersangkutan dengan anaknya, sebagai kesatuan fisiologis, psikis dan sosial. Relasi tersebut dimulai sejak janin ada dalam kendungan ibunya dan dilanjutkan dengan proses-prosesfisiologis berupa masa hamil, kelahiran, periode menyusui dan mengasuh bayi. Pada dasarnya tugas seorang ibu mencakup mengasuh dan mendidik anak merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seorang ibu, selain itu tugas yang lain yang harus dijalankan oleh seorang wanita selain sebagai ibu juga sebagai istri yaitu melayani kebutuhan suami. Dalam masyarakat juga dikenal adanya ibu tiri, dimana sudah menjadi imej bahwa seorang ibu tiri itu merupakan sosok yang kejam, jahat dan bersikap tidak adil sehingga banyak anak-anak yang tidak menginginkan adanya ibu tiri. Selain dari ibu tiri ada juga yang disebut dengan ibu angkat, yaitu seorang wanita yang tidak bisa melahirkan seorang anak sehingga dia berkeinginan untuk mengangkat seorang anak dengan mengadopsi. Hal ini dilakukan untuk menghadirkan seorang anak yang dapat memberikan keceriaan dalam keluarga. B. Saran
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kesalahan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang membangun. Semoga makalah ini bemanfaat bagi penulis khususnya dan bermanfaat bagi kalangan pembaca pada umumnya.