A Dent

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 100

A.

GERAKAN PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH INTERNASIONAL SEJARAH LAHIRNYA GERAKAN Pada tanggal 24 Juni 1859 di kota Solferino, Italia Utara, pasukan Perancis dan Italia sedang bertempur melawan pasukan Austria dalam suatu peperangan yang mengerikan. Pada hari yang sama, seorang pemuda warganegara Swiss, Henry Dunant , berada di sana dalam rangka perjalanannya untuk menjumpai Kaisar Perancis, Napoleon III. Puluhan ribu tentara terluka, sementara bantuan medis militer tidak cukup untuk merawat 40.000 orang yang menjadi korban pertempuran tersebut. Tergetar oleh penderitaan tentara yang terluka, Henry Dunant bekerjasama dengan penduduk setempat, segera bertindak mengerahkan bantuan untuk menolong mereka. Beberapa waktu kemudian, setelah kembali ke Swiss, dia menuangkan kesan dan pengalaman tersebut kedalam sebuah buku berjudul Kenangan dari Solferino, yang menggemparkan seluruh Eropa. Dalam bukunya, Henry Dunant mengajukan dua gagasan; Pertama, membentuk organisasi kemanusiaan internasional , yang dapat dipersiapkan pendiriannya pada masa damai untuk menolong para prajurit yang cedera di medan perang. Kedua, mengadakan perjanjian internasional guna melindungi prajurit yang cedera di medan perang serta perlindungan sukarelawan dan organisasi tersebut pada waktu memberikan pertolongan pada saat perang. Pada tahun 1863, empat orang warga kota Jenewa bergabung dengan Henry Dunant untuk mengembangkan gagasan pertama tersebut. Mereka bersama-sama membentuk Komite Internasional untuk bantuan para tentara yang cedera, yang sekarang disebut Komite Internasional Palang Merah atau International Committee of the Red Cross (ICRC). Dalam perkembangannya kelak untuk melaksanakan kegiatan kemanusiaan di setiap negara maka didirikanlah organisasi sukarelawan yang bertugas untuk membantu bagian medis angkatan darat pada waktu perang. Organisasi tersebut yang sekarang disebut Perhimpunan Nasional Palang Merah atau Bulan Sabit Merah. Berdasarkan gagasan kedua, pada tahun 1864, atas prakarsa pemerintah federal Swiss diadakan Konferensi Internasional yang dihadiri beberapa negara untuk menyetujui adanya Konvensi perbaikan kondisi prajurit yang cedera di medan perang. Konvensi ini kemudian disempurnakan dan dikembangkan menjadi Konvensi Jenewa I, II, III dan IV tahun 1949 atau juga dikenal sebagai Konvensi Palang Merah . Konvensi ini merupakan salah satu komponen dari Hukum Perikemanusiaan Internasional (HPI) suatu ketentuan internasional yang mengatur perlindungan dan bantuan korban perang. PALANG MERAH INTERNASIONAL Komite Internasional Palang Merah / International Committee of the Red Cross (ICRC), yang dibentuk pada tahun 1863 dan bermarkas besar di Swiss. ICRC merupakan lembaga kemanusiaan yang bersifat mandiri, dan sebagai penengah yang netral. ICRC berdasarkan prakarsanya atau konvensi-konvensi Jenewa 1949 berkewajiban memberikan perlindungan dan bantuan kepada korban dalam pertikaian bersenjata internasional maupun kekacauan dalam negeri. Selain memberikan bantuan dan perlindungan untuk korban perang, ICRC juga bertugas untuk menjamin penghormatan terhadap Hukum Perikemanusiaan internasional.

Perhimpunan Nasional Palang Merah atau Bulan Sabit Merah, yang didirikan hampir di setiap negara di seluruh dunia, yang kini berjumlah 176 Perhimpunan Nasional, termasuk Palang Merah Indonesia. Kegiatan perhimpunan nasional beragam seperti bantuan darurat pada bencana, pelayanan kesehatan, bantuan sosial, pelatihan P3K dan pelayanan transfusi darah. Persyaratan pendirian suatu perhimpunan nasional diantaranya adalah : mendapat pengakuan dari pemerintah negara yang sudah menjadi peserta Konvensi Jenewa menjalankan Prinsip Dasar Gerakan Bila demikian ICRC akan memberi pengakuan keberadaan perhimpunan tersebut sebelum menjadi anggota Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah / International Federation of Red Cross and Red Crescent (IFRC), Pendirian Federasi diprakarsai oleh Henry Davidson warganegara Amerika yang disahkan pada suatu Konferensi Internasional Kesehatan pada tahun 1919 untuk mengkoordinir bantuan kemanusiaan, khususnya saat itu untuk menolong korban dampak paska perang dunia I dalam bidang kesehatan dan sosial. Federasi bermarkas besar di Swiss dan menjalankan tugas koordinasi anggota Perhimpunan Nasional dalam program bantuan kemanusiaan pada masa damai, dan memfasilitasi pendirian dan pengembangan organisasi palang merah nasional. PERTEMUAN ORGANISASI PALANG MERAH INTERNASIONAL Sesuai dengan Statuta dan Anggaran Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah menyebutkan empat tahun sekali diselenggarakan Konferensi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah ( Internasional Red Cross Conference) . Konferensi ini dihadiri oleh seluruh komponen Gerakan Palang Merah Internasional ( ICRC, perhimpunan nasional dan Federasi Internasional ) serta seluruh negara peserta Konvensi Jenewa. Konferensi ini merupakan badan tertinggi dalam Gerakan dan mempunyai mandat untuk membahas dan memutuskan semua ketentuan internasional yang berkaitan dengan kegiatan kemanusiaan kepalangmerahan yang akan menjadi komitmen semua peserta. Dua tahun sekali , Gerakan Palang Merah Internasional juga mengadakan pertemuan Dewan Delegasi (Council of Delegates) , yang anggotanya terdiri atas seluruh komponen Gerakan. Dewan Delegasi akan membahas permasalahan yang akan dibawa dalam konferensi internasional. Suatu tim yang dibentuk secara khusus untuk menyiapkan pertemuan selang antar konferensi internasional yaitu Komisi Kerja ( Standing Commission). Bersamaan dengan pertemuan tersebut khusus untuk Federasi Internasional dan anggota perhimpunan nasional juga mengadakan pertemuan Sidang Umum (General Assembly) sebagai forum untuk membahas program kepalangmerahan dan pengembangannya. KOMITMEN KEMANUSIAAN Berikut adalah garis besar program kemanusiaan kepalangmerahan yang terakomodasi antara lain dalam kesepakatan Federasi Internasional ( Strategi 2010) ; Komitmen Regional anggota Perhimpunan ( Deklarasi Hanoi ) dan kesepakatan Konferensi Internasional ( Plan of Action ). 1. STRATEGI 2010 Strategi 2010 (S-2010) adalah seperangkat strategi Federasi Internasional dalam menghadapi tantangan kemanusiaan pada dekade menantang. Dokumen yang diadopsi Sidang Umum pada

tahun 1999 ini menjabarkan misi Federasi yaitu: memperbaiki hajat hidup masyarakat rentan dengan memobilisasi kekuatan kemanusiaan. Tiga tujuan utama yang strategis adalah: Memperbaiki Hajat Hidup masyarakat Rentan Strategi ini terfokus melalui empat bidang inti, yaitu: + Promosi Prinsip-Prinsip dasar Gerakan dan nilai-nilai kemanusiaan; + Penanggulangan Bencana; + Kesiapsiagaan penanggulangan bencana; dan + Kesehatan dan perawatan di masyarakat. Keempat bidang ini adalah suatu paket yang integral dan saling terkait satu sama lain, yang memiliki dua dimensi yaitu pelayanan dan advokasi. Memobilisasi Kekuatan Kemanusiaan Pengerahan kapasitas organisasi untuk pelayanan ini akan terjadi bila perhimpunan nasional berfungsi dengan baik. Artinya ada mekanisme organisasi, pengembangan kapasitas, memobilisi sumber keuangan dengan mengembangkan kemitraan dan mengoptimalkan komunikasi dalam Perhimpunan Nasional. Bekerjasama Secara Efektif Adanya perhimpunan nasional yang kuat akan membentuk sebuah Federasi yang kuat , efektif dan efisien yaitu dengan mengembangkan kerjasama subregional dan mengimplementasikan strategi gerakan, kemitraan dengan organisasi internasional lain, memobilisasi publik dan advokasi penentu kebijakan serta mengkomunikasikan pesan-pesan dan misi Federasi Internasional. 2. DEKLARASI HANOI United for Action Dokumen ini disahkan melalui Konferensi Regional V di Hanoi, Vietnam pada tahun 1998, yang disepakati oleh 37 perhimpunan nasional se Asia Pasifik dan Timur Tengah yang bertekad , walau beragam budaya, geografis dan latar belakang lain, untuk bersatu demi suatu aksi kemanusiaan. Kecenderungan bencana alam serta krisis moneter secara global telah melanda wilayah regional dan berdampak pada permasalahan imigrasi penduduk karena menghendaki perbaikan hidup, krisis ekonomi yang menyebabkan angka pengangguran yang semakin meningkat serta berjangkitnya wabah penyakit. Hal ini menjadi tantangan bagi Palang Merah untuk membantu meringankan penderitaan umat manusia. Deklarasi Hanoi memfokuskan penanganan program pada isu-isu berikut: + Penanggulangan bencana + Penanganan wabah penyakit + Remaja dan Manula + Kemitraan dengan pemerintah + Organisasi dan Manajemen kapasitas sumber daya + Hubungan masyarakat dan promosi 3. PLAN OF ACTION 2000 2003 Plan of Action 2000 2003 merupakan keputusan Konferensi Internasional Palang Merah dan

Bulan Sabit Merah ke-27 di Jenewa pada tahun 1999 . Pemerintah Indonesia dan PMI sebagai peserta menyatakan ikrarnya di bidang kemanusiaan. Komitmen Pemerintah Indonesia Memenuhi komitmen untuk meratifikasi Protokol Tambahan I dan II dari Konvensi-Konvensi Jenewa 1949 Memperkuat Legislasi yang berkaitan dengan penggunaan Lambang Palang Merah Memperkuat aspek-aspek kelembagaan dalam perencanaan kesiapsiagaan penanggulangan bencana Mengintensifkan pendidikan dan diseminasi Hukum Humaniter Internasional dan karya-karya organisasi kemanusiaan kepada masyarakat sipil dan militer Memperkuat kemitraan dengan lembaga-lembaga nasional untuk membantu masyarakat rentan Komitmen Palang Merah Indonesia Program diseminasi nilai-nilai kemanusiaan kepada anggota dan kelompok sasaran tertentu serta mendorong pemerintah untuk menyusun peraturan nasional mengenai lambang dan perjanjian terkait. Mengintensifkan program kesiapsiagaan penanggulangan bencana di daerah-daerah yang rawan bencana melalui program community based dan meningkatkan kemampuan manajemen bencana dan pelatihan sukarelawan serta penyediaan peralatan standar operasional. Melaksanakan program sosial dan kesehatan dalam hal pelayanan darah, pendidikan remaja sebaya sebagai upaya pencegahan penyebaran HIV/AIDS atau kegiatan-kegiatan yang berorientasikan pada pelayanan P3K yang berbasis masyarakat, masalah air dan sanitasi, kesejahteraan kelompok masyarakat rentan di daerah tertinggal dan memperbaiki pelayanan ambulan dan pos P3K.
Sejarah PMI

Sejarah
Berdirinya Palang Merah di Indonesia sebetulnya sudah dimulai sebelum Perang Dunia II, tepatnya 12 Oktober 1873.Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Palang Merah di Indonesia dengan nama Nederlandsche Roode Kruis Afdeeling Indi (NERKAI) yang kemudian dibubarkan pada saat pendudukan Jepang. Perjuangan mendirikan Palang Merah Indonesia (PMI) diawali 1932. Kegiatan tersebut dipelopori Dr. R. C. L. Senduk dan Dr. Bahder Djohan dengan membuat rancangan pembentukan PMI. Rancangan tersebut mendapat dukungan luas terutama dari kalangan terpelajar Indonesia, dan diajukan ke dalam Sidang Konferensi Narkei pada 1940, akan tetapi ditolak mentah-mentah. Rancangan tersebut disimpan menunggu saat yang tepat. Seperti tak kenal menyerah pada saat pendudukan Jepang mereka kembali mencoba untuk membentuk Badan Palang Merah Nasional, namun sekali lagi upaya itu mendapat halangan dari Pemerintah Tentara Jepang sehingga untuk yang kedua kalinya rancangan tersebut kembali disimpan.

Proses pembentukan PMI dimulai 3 September 1945 saat itu Presiden Soekarno memerintahkan Dr. Boentaran (Menkes RI Kabinet I) agar membentuk suatu badan Palang Merah Nasional. Dibantu Panitia lima orang terdiri atas Dr. R. Mochtar sebagai Ketua, Dr. Bahder Djohan sebagai Penulis dan tiga anggota panitia yaitu Dr. R. M. Djoehana Wiradikarta, Dr. Marzuki, Dr. Sitanala, mempersiapkan terbentuknya Perhimpunan Palang Merah Indonesia. Tepat sebulan setelah kemerdekaan RI, 17 September 1945, PMI terbentuk. Peristiwa bersejarah tersebut hingga saat ini dikenal sebagai Hari PMI. Peran PMI adalah membantu pemerintah di bidang sosial kemanusiaan, terutama tugas kepalangmerahan sebagaimana dipersyaratkan dalam ketentuan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949 yang telah diratifikasi oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1958 melalui UU No 59. Sebagai perhimpunan nasional yang sah, PMI berdiri berdasarkan Keputusan Presiden No 25 tahun 1925 dan dikukuhkan kegiatannya sebagai satu-satunya organisasi perhimpunan nasional yang menjalankan tugas kepalangmerahan melalui Keputusan Presiden No 246 tahun 1963. ''''Teks tebal'

1.SEJARAH PALANG MERAH INTERNASIONAL SEJARAH PALANG MERAH

ARTI PALANG MERAH : Suatu perhimpunan yang anggotanya memberikan pertolongan secara sukarela kepada setiap manusia yang sedang menderita tanpa membeda bedakan bangsa, golongan, agama dan politik.

SEJARAH Berawal dengan pecahnya perang antara pasukan Perancis dan Italia melawanAustria pada tahun 1859 di Selferino (Italia Utara), Henry Dunant menyaksikan terjadinya perang tersebut dimana banyak korban perang yang tidak mendapat pertolongan, sehingga timbul ide atau gagasan untuk memberi pertolongan kepada korban perang tersebut. Pengalaman selama beberapa hari bergelut di medan

perang, ia tuangkan di dalam buku yang ditulisnya pada tahun 1962 bejudul A Memory of Solferino (Kenangan di Solferino). Buku tersebut berkisah tentang kondisi yang ditimbulkan oleh peperangan dan mengusulkan agar dibentuk satuan tenaga sukarela yang bernaung di bawah suatu lembaga yang memberikan pertolongan kepada orang yang terluka di medan perang.
1. KOMITE INTERNASIONAL PALANG MERAH ( KIPM ) (International Committee of the Red Cross)

Latar belakang berdirinya


Buku kenangan di Solferino (a memory of solferino) sangat menarik perhatian masyarakat diantaranya 4 orang penduduk Jenewa, yaitu : 1. General Dufour 3. Dr. Theodore Maunoir 2. Dr. Louis Appia 4. Gustave Moynier 4 orang tersebut bersama Henry Dunant membentuk Komite Lima (1963), mereka merintis terbentuknya KIPM yang kemudian menjadi Internasional Committee of the Red Cross (ICRC). Pada tanggal 22 agustus 1864 atas prakarsa ICRC, pemerintah Swiss menyelenggarakan suatu konferensi yang diikuti oleh 12 kepala negara yang menandatangani perjanjian Internasional yang dikenal dengan :

KONVENSI JENEWA I

Tentara yang terluka atau sakit harus diobati. Sebagai penghargaan terhadap negara Swiss, maka lambang perlindungan menggunakan tanda Palang Merah di atas dasar putih, yang terjadi dengan mempertukarkan warna warna federal. Lambang ini hendaknya dipakai untuk Rumah Sakit, Ambulance dan para petugas penolong dimedanperang/konflik bersenjata.

Karena tanda Palang Merah diasumsikan mempunyai arti khusus, maka pada tahun 1876 simbol bulan sabit merah disahkan untuk digunakan oleh Negara-negara Islam. Kedua symbol tersebut memiliki arti dan nilai yang sama.

Konferensi Internasional Palang Merah yang diselenggarakan 4 tahun sekali dan dihadiri oleh ICRC, Federasi, Perhimpunan Nasional dan Pemerintah peserta peratifikasi Konvensi Jenewa tahun 1949. Pertemuan itu membahas persoalan persoalan umum dan menampung usul usul serta resolusi di samping mengambil keputusan.Para

peserta konferensi memilih anggota Standing Commission (Komisi Tetap) yang bersidang pada waktu diantara dua konferensi Internasional.
2. FEDERASI INTERNASIONAL PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH (IFRC) (International Federation of The Red Cross)

Latar belakang berdirinya


Dengan berakhirnya Perang Dunia I, berbagai epidemi penyakit berjangkit bencana kelaparan menjalar. Melihat kenyataan itu, Henry P. Davidson warga negara Amerika, merasa perlu mendirikan suatu organisasi yang menangani masalah bantuan tersebut. Organisasi ini resmi didirikan pada tanggal 5 Mei 1919 dalam suatu Konferensi Kesehatan Internasional di Cannas Perancis. Palang Merah Indonesia

termasuk anggota ke 68.

Organisasi
BADAN TERTINGGI ORGANISASI : Badan tertinggi penentuan kebijaksanaan adalah disebut General Assembly Board of Gevernors. General Assembly atau sidang umum dihadiri oleh wakil-wakil dari semua anggota federasi dan bersidang tiap 2 tahun, Presiden Federasi dipilih tiap 4 tahun. Jika General Assembly tidak besidang, maka kebijakan tertinggi dilaksanakan oleh Executive yang aggotanya terdiri dari 16 Perhimpunan Nasional (dipilih berdasarkan letak goegrafis), Presiden dan Sekjen Federasi. 3. PRINSIP PRINSIP DASAR GERAKAN PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH INTERNASIONAL

Semua kegiatan kemanusiaan dilandasi oleh 7 prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. Ketujuh prinsip ini disahkan dalam Konferensi Internasional Palang Merah ke XX di Wina tahun 1965. Ketujuh prinsip ini juga disahkan dalam Munas XIV Palang Merah Indonesia di Jakarta pada tahun 1986.
1. KEMANUSIAAN ( Humanity )

Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional didirikan berdasarkan keinginan memberikan pertolongan tanpa membedakan korban terluka di dalam pertempuran, berupaya dalam kemampuan bangsa dan antar bangsa, mencegah dan mengatasi penderitaan sesama manusia. Palang Merah menumbuhkan saling pengertian, kerjasama dan perdamaian abadi bagi sesama manusia.
2. KESAMAAN ( Impartiality )

Gerakan ini tidak membuat perbedaan atas dasar kebangsaan, kesukuan, agama/kepercayaan tingkatan atau pandangan politik. Tujuannya semata mata mengurangi penderitaan manusia sesuai dengan kebutuhannya dan mendahulukan keadaan yang paling parah.
3. KENETRALAN ( Neutrality ) Agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua pihak, gerakan ini tidak boleh memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, kesukuan, agama atau idiologi. 4. KEMANDIRIAN (Independence

)
Gerakan ini bersifat mandiri. Perhimpunan Nasional disamping membantu Pemerintahannya dalam bidang kemanusiaan, juga harus mentaati peraturan negaranya, harus selalu menjaga otonominya sehingga dapat bertindak sesuai dengan prinsip prinsip gerakan ini. 5. KESUKARELAAN ( Voluntary Service ) Gerakan ini adalah gerakan pemberi bantuan sukarela, yang tidak didasari oleh keinginan untuk mencari keuntungan apapun. 1. KESATUAN ( Unity ) Didalam suatu negara hanya ada satu Perhimpunan Palang Merah atau Bulan Sabit Merah yang terbuka untuk semua orang dan melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh wilayah. 7. KESEMESTAAN ( Universality ) Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional adalah bersifat semesta. Setiap perhimpunan mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama dalam menolong sesama manusia.

KOMITE INTERNASIONAL PALANG MERAH (KIPM)

FEDERASI INTERNASIONAL PALANG PERHIMPUNAN PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH MARAH dan BULAN SABIT MERAH NASIONAL

Internasional Committee of the Red International Federation of the Red Perhimpunan Nasional harus

Cross (ICRC) Markas Besar di Jenewa, anggota dewan ekskutifnya maksimal 25 orang warga negara Swiss. TUJUAN : Menjadi perantara NETRAL mengenai hal kemanusiaan dalam pertikaian politik, perang saudara dan kerusuhan dalam negeri. TUGAS

Cross and Red Crescent society.

mendapat pengakuan dari KIPM, baru sah menjadi Markas Besar di Jenewa. anggota federasi. Juga harus Secretariat Federasi dipimpin oleh diakui oleh Pemerintahannya Sekjen mempunyai pegawai yang sebagai Perhimpunan terdiri dari bermacam macam penolong yang bersifat bangsa. sukarela dan turut membantu Pemerintah. Sampai tahun Tujuan : 1992 anggota federasi ada 153 negara, PMI termasuk Mencegah dan meringankan anggota ke-68.

Memberikan perlindungan kepada kebutuhan negara yang korban militer maupun sipil sebagai bersangkutan, antara lain : Tugas : akibat konflik bersenjata, gangguan dan ketegangan dalam negeri. 1. Menggiatkan PEMBENTUKAN dan 1. Memberikan bantuan darurat pengembangan PERHIMPUNAN Petugas KIPM mengunjungi tawanan NASIONAL di seluruh dunia. perang/tawanan politik 2. Pelayanan kesehatan Federasi juga bertindak sebagai untukberdialog tanpa saksi sehingga perantara, koordinator antara dapat diperoleh gambaran yang 3. Bantuan sosial bagi Perhimpunan Palang Merah nyata tentang kondisi penahanan perorangan maupun Internasional. juga membantu menyampaikan kelompok berita keluarga. Laporan tersebut 2. Memberikan saran dan bersifat rahasia. 4. Latihan P3K membantu Perhimpunan Nasional dalam meningkatkan, Memberikan bantuan (sandang, 5. Melatih tenaga perawat mengkoordinasi BANTUAN pangan medis dan sanitasi) kepada Internasional untuk KORBAN 6. Transfusi darah korban konflik bersenjata tersebut. BENCANA ALAM dan PARA PENGUNGSI di luar daerah 7. Pembinaan remaja Melakukan pencarian pada saat pertikaian, seringkali dengan terjadi konflik bersenjata maupun melancarkan permintaan bantuan 8. Di masa perang, membantu sesudahnya. Mencari berita sampai ke seluruh dunia. tawanan, pengungsi dan mempersatukan keluarga yang kaum interniran. terpisah akibat perang. 3. Mengembangkan pembentukan rencana KESIAPSIAGAAN NASIONAL Melakukan PENYEBARLUASAN HPI terhadaP BENCANA ALAM. dan prinsip prinsip dasar gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah 4. Menggiatkan dan

penderitaan manusia melalui kegiatan Palang Merah dan Tugas : Bulan Sabit Merah nasional yang merupakan sumbangan untuk Beraneka ragam tergantung perdamaian.

dengan tujuan menganjurkan penghormatan bagi kelompok nonkombatan (tentara yang luka, tawanan serta warga sipil). Disamping membatasi kekejaman, pengrusakan dan mempermudah bantuan yang segera, netral serta tidak memihak kepada para korban konflik bersenjata. Dana, sumbangan sukarela dari pemerintah dan Perhimpunan Nasional.

mengkoordinasi pertukaran gagasan kemanusiaan bagi pendidikan anak dan remaja diantara Perhimpunan Nasional demi membina hubungan baik antara remaja di seluruh dunia. 5. Membantu ICRC menyebarluaskan HPI dan PRINSIP PRINSIP DASAR GERAKAN PALANG MERAH dan BULAN SABIT MERAH. Dana, iuran tahunan dari anggota dan sumbangan sukarela untuk bantuan dan pengembangan.

HUKUM PERIKEMANUSIAAN INTERNASIONAL ( H P I ) ( Internasional Humaniterian Law ) Definisi : HPI adalah bagian dari hukum internasional yang memberikan perlindungan terhadap anggota angkatan perang yang luka, sakit, dan tidak dapat lagi ikut dalam peperangan serta penduduk sipil yang tidak ikut berperang. Selain itu juga mengatur metode perang. Maksud dan tujuan adanya HPI : Mengatur perang yang terjadi lebih manusiawi, bila perang itu tidak terhindarkan, menentukan orang orang yang tidak ikut dalam peperangan atau tidak dapat lagi ikut dalam peperangan hendaknya dianggap manusia biasa yang patut dihargai dan diperlakukan secara manusiawi. Sasaran penyerangan hanya boleh dilakukan terhadap obyek militer dan bukan obyek sipil. HPI sangat erat kaitannya dengan Palang Merah, dimulai dengan lahirnya Konvensi Jenewa 1864 ( pertama ). Konvensi Jenewa telah dilengkapi dan diperbaiki pada tahun 1906, 1928, 1949 dan 2 protokol ditambahkan pada konvensi tersebut ditahun 1977. 4 konvensi Jenewa 1949 : Konvensi I : Perlindungan terhadap korban angkatan perang di darat yang luka dan sakit, petugas kesehatan serta petugas dibidang agama.

Konvensi II : Perlindungan terhadap korban angkatan perang di laut, petugas kesehatan, petugas agama serta kapal perang yang kandas. Konvensi III : Perlindungan terhadap tawanan perang. Konvensi IV : Perlindungan terhadap orang orang sipil di masa perang.

Karena ke 4 Konvensi tersebut belum mencakup perlindungan terhadap semua penderita yang diakibatkan oleh pertikaian, maka pada tahun 1977 dikeluarkan 2 protokol :
Protokol I : diterapkan pada konflik bersenjata internasional. Protokol II : diterapkan pada konflik non internasional. Tiap negara di dunia ikut mengesahkan dan menyetujui konvensi tersebut. Sekarang lebih dari 160 negara telah ikut menjadi peserta Konvensi Jenewa tahun 1942. HPI perlu disebarluaskan :

Sesuai ketentuan, negara penandatanganan Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol I dan II 1977, mentaati dan menjamin, bahwa isi Konvensi tersebut diketahui dengan sebaik baiknya terutama oleh angkatan perang, Dinas Kesehatan dan Rohaniawan ( golongan ini mempunyai hak dan kewajiban dalam Konvensi Jenewa ). Masyarakat dan penduduk sipil juga harus memahami HPI ini, agar mereka juga mengetahui hak hak serta kewajiban dimasa pertikaian bersenjata. Kegiatan perikemanusian Palang Merah untuk menolong dan melindungi korban perang merupakan hak dan kewajiban dibawah ketentuan Konvensi Jenewa 1949. Kegiatan ini harus semata mata bertujuan menolong korban perang sebagai manusia, terlepas dari pertimbangan politik atau militer. Untuk itu PMI turut menyebar luaskan HPI, terutama untuk kalangan PMI, yang dilakukan bersama dengan penyebarluasan prinsip prinsip Palang Merah.

PALANG MERAH INDONESIA Seperti Palang Merah Internasional, lahirnya PMI juga berkaitan dengan kancah peperangan, diawali pada : A. MASA SEBELUM PERANG DUNIA II

1. 21 Oktober 1873 Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie ( NERKAI ) didirikan Belanda. 2. Tahun 1932 Dr. RCL Senduk dan Dr. Bahder Djohan merencanakan mendirikan badan PMI. 3. Tahun 1940 pada sidang konperensi NERKAI, rencana diatas ditolak karena menurut Pemerintah Belanda, rakyatIndonesia belum mampu mengatur Badan Palang Merah Nasional. B. MASA PENDUDUKAN JEPANG. Dr. RCL Senduk berusaha lagi untuk mendirikan Badan PMI namun gagal, ditolak Pemerintah Dai Nippon. C. MASA KEMERDEKAAN RI 1. 17 Agustus 1945 RI Merdeka. 2. 3 September 1945 Presiden Soekarno memerintahkan kepada Menteri Kesehatan Dr. Buntaran Martoatmodjo untuk membentuk Badan Palang Merah Nasional. Pembentukan PMI dimaksudkan juga untuk menunjukan pada dunia Internasional bahwa negaraIndonesia adalah suatu fakta yang nyata. 3. 5 September 1945 Menkes RI dalam Kabinet I ( Dr. Boentaran ) membentuk Panitia 5 : Ketua : Dr. R. Mochtar. Penulis : Bahder Djohan. Anggota : Dr. Djoehana. Dr. Marzuki. Dr. Sintanala. 4.

17 September 1945 tersusun Pengurus Besar PMI yang dilantik oleh Wakil Presiden RI Moch. Hatta yang sekaligus beliau sebagai Ketuanya. D. MASA PERANG KEMERDEKAAN. Pada masa itu peperangan terjadi dimana mana, dalam usia muda PMI menghadapi kesulitan, kurang pengalaman, kurang peralatan dan dana. Namun orang orang secara sukarela mengerahkan tenaganya, sehingga urusan Kepalangmerahan dapat diselenggarakan. Dari pertolongan dan bantuan seperti : Dapur Umum ( DU ). Pos PPPK ( P3K ). Pengangkutan dan perawatan korban pertempuran. Sampai penguburan jika ada yang meninggal. Dilakukan oleh laskar laskar Sukarela dibawah Panji Palang Merah yang tidak memandang golongan, agama dan politik. Pada waktu itu dibentuk Pasukan Penolong Pertama ( Mobile Colone ) oleh cabang cabang, anggotanya terdiri dari pelajar. E. BEBERAPA PERISTIWA SEJARAH PMI 1. Tanggal 16 Januari 1950. Dikeluarkan Keputusan Presiden RI No. 25 / 1950 tentang pengesahan berdirinya PMI. 2. Tanggal 15 Juni 1950. PMI diakui oleh ICRC. 3. Tanggal 16 Oktober 1950. PMI diterima menjadi anggota Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah dengan keanggotaan No. 68. F. NAMA NAMA TOKOH YANG PERNAH MENJADI KETUA PMI 1. Ketua PMI ke 1 ( 1945 1946 ) : Drs. Moch. Hatta.

2. Ketua PMI ke 2 ( 1945 1948 ) : Soetarjo Kartohadikoesoemo.

3. Ketua PMI ke 3 ( 1948 1952 ) : BPH Bintoro. 4. Ketua PMI ke 4 ( 1952 1954 ) : Prof. Dr. Bahder Djohan. 5. Ketua PMI ke 5 ( 1954 1966 ) : P. A. A. Paku Alam VIII. 6. Ketua PMI ke 6 ( 1966 1969 ) : Letjen Basuki Rachmat. 7. Ketua PMI ke 7 ( 1970 1982 ) : Prof. Dr. Satrio. 8. Ketua PMI ke 8 ( 1982 1986 ) : Dr. H. Soeyoso Soemodimedjo. 9. Ketua PMI ke 9 ( 1986 1992 ) : Dr. H. Ibnu Sutowo. 10. Ketua PMI ke 10 ( 1992 1998 ) : Hj. Siti Hardianti Rukmana. 11. Ketua PMI ke 11 ( 1998 2004 ) : Marie Muhammad. 12. Ketua PMI ke 12 (2004 sekarang : Marie Muhammad G. STRUKTUR ORGANISASI PMI MUNAS MUSDA MUSCAB MUSRAN PENGURUS PUSAT PENGURUS DAERAH PENGURUS CABANG PENGURUS RANTING

ANGGOTA KETERANGAN : GARIS KOORDINASI __________________ GARIS KOMANDO Musyawarah Nasional adalah pemegang kekuasaan tertinggi didalam perhimpunan PMI, dihadiri oleh utusan utusan Cabang, Daerah serta Pengurus Pusat. Diadakan tiap 4 tahun. Saat ini PMI memiliki 306 Cabang dari 31 Propinsi ( Daerah ). TUJUAN PMI : Meringankan penderitaan sesama manusia apapun sebabnya, dengan tidak membedakan golongan, bangsa, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. LAMBANG PMI : 1. PMI menggunakan lambang Palang Merah di atas dasar putih sebagai tanda PERLINDUNGAN sesuai dengan ketentuan Palang Merah Internasional, 2. Lambang PMI sebagai anggota Palang Merah Internasional adalah Palang Merah di atas dasar warna putih, 3. Lambang PMI sebagai Perhimpunan Nasional adalah Palang Merah di atas dasar putih dilingkari bunga berkelopaklima . KEANGGOTAAN PALANG MERAH INDONESIA Didalam Anggaran Dasar PMI pada Bab VII pasal 11 disebutkan : Organisaasi PMI mempunyai anggota yaitu : 1. Anggota Remaja. 2. Anggota Biasa. 3. Anggota Kehormatan. 1. ANGGOTA REMAJA. Wanita Pria usia di bawah 18 tahun Warga NegaraIndonesia .

Mendaftarkan diri secara sukarela di sekolah masing masing. Mendapat ijin atau persetujuan orang tua. KEWAJIBAN : A. Mengikuti pendidikan dan latihan dasar Kepalangmerahan. B. Bersedia membantu tugas tugas Kepalangmerahan dan tergabung dalam wadah / kegiatan Palang Merah Remaja. C. Menjaga nama baik organisasi serta mempererat persahabatan baik nasional maupun internasional. D. Mempertinggi ketrampilan dan kecakapan dalam tugas Kepalangmerahan. HAK : A. Dapat menjadi Anggota Biasa PMI jika telah mencapai usia 18 tahun. B. Mendapat kesempatan pendidikan Kepalangmerahan. C. Ikut aktif dalam Palang Merah Remaja. D. Dapat mengikuti kegiatan kegiatan sebagai Anggota Remaja baik di Dalam Negeri maupun di Luar Negeri.

PALANG MERAH REMAJA Palang Merah Remaja di bentuk oleh PMI pada bulan Maret 1950 yang merupakan perwujudan dari keputusan Liga Palang Merah ( League of the Red Cross and Red Crescent Societies ). Terbentuknya PMR di Indonesia ini dan juga PMR dibeberapa Palang Merah Nasional lainnya dilatarbelakangi oleh pecahnya Perang Dunia ke 1, dimana pada waktu itu Palang Merah Australia mengerahkan anak anak sekolah supaya turut membantu sesuai dengan kemampuannya. Kepada mereka diberikan tugas ringan, seperti mengumpulkan pakaian bekas, majalah majalah bekas dari dermawan, menggulung pembalut dan sebagainya. Anak anak ini dihimpun dalam sebuah organisasi yang dinamakan Palang Merah Remaja , kemudian prakarsa ini diikuti oleh negara negara lain.

Keanggotaan PMR dibagi dalam tiga tingkatan antara lain : PMR MULA : Setingkat usia murid SD, 7 12 tahun, Badge warna HIJAU. PMR MADYA : Setingkat usia murid SLTP, 13 16 tahun, Badge warna BIRU. PMR WIRA : Setingkat usia murid SLTA, 17 21 tahun, Badge warna KUNING. Walaupun PMR sesuai dengan tingkatnya, adakalanya diperbantukan pula dalam tugas tugas Kepalangmerahan, seperti turut membantu memberikan pertolongan P3K, dan lain lain, namun tugas kewajiban utama yang dibebankan kepada PMR adalah : 1. Berbakti kepada masyarakat. 2. Mempertinggi ketrampilan dan memelihara kebersihan dan kesehatan. 3. Mempererat persahabatan nasional dan internasional. 2. ANGGOTA BIASA PMI Wanita Pria usia di atas 19 tahun Warga NegaraIndonesia . Mendaftarkan diri secara sukarela atas nama pribadi. Mengetahui azas dan tujuan PMI dan bersedia mengikuti tata tertib organisasi PMI. KEWAJIBAN : A. Membayar iuran anggota. B. Menyumbangkan pikiran, tenaga dan dana untuk menolong sesama yang menderita sesuai dengan kemampuan. C. Menjaga nama baik organisasi. D. Memajukan organisasi. HAK : A. Hak suara dalam rapat organisasi. B. Hak memilih dan dipilih, menjadi Pengurus PMI. C. Mendapatkan informasi tentang organisasi.

D. Mendapatkan kesempatan pendidikan dan latihan Kepalangmerahan. E. Ikut aktif dalam Korps Sukarela. F. Mendapatkan kesempatan begotongroyong, dan saling menolong antara anggota PMI. G. Menikmati kepuasan batin sebagai insan yang memperhatikan nasib sesama. KETERANGAN : Anggota PMI adalah kekuatan inti organisasi. Anggota PMI adalah potensi sumberdaya dan dana organisasi. Anggota PMI pada suatu saat dapat menjadi Pengurus PMI dengan status keanggotaannya yang tetap. ANGGOTA BIASA DIHARAPKAN AKTIF DALAM TSR MAUPUN KSR SESUAI DENGAN MINAT DAN KONDISINYA.

TSR (TENAGA SUKARELA), KSR (KORPS SUKARELA) 1. Setiap anggota biasa perhimpunan PMI pada dasarnya adalah tenaga sukarela ( TSR ) yang menyumbangkan tenaga, waktu, pikiran dan dana, baik secara keseluruhan maupun bagian bagiannya untuk tugas kemanusiaan. 2. KSR adalah kesatuan atau unit didalam perhimpunan PMI yang beranggotakan pribadi anggota biasa perhimpunan PMI yang menyatakan diri menjadi KSR PMI. 3. Fungsi TSR dan KSR : A. Fungsi TSR PMI adalah sebagai tenaga pelaksana perhimpunan PMI dalam melaksanakan tugas kemanusiaan. B. Dalam menjalankan fungsinya, TSR PMI dan KSR PMI berstatus sebagai tenaga sukarela. C. Sebagai kesatuan maupun sebagai pribadi sukarelawan TSR PMI dan KSR PMI wajib mengikuti tata aturan dan ketentuan yang ditetapkan. 4. Tugas operasional :

A. Tugas TSR / KSR PMI adalah melaksanakan pertolongan / bantuan secara pribadi atau secara berkelompok yang terarah. B. Setiap KSR dapat bertugas membantu tugas KSR dalam bidang bidang tertentu. 3. ANGGOTA KEHORMATAN PMI. Wanita Pria tanpa batas usia. Telah berbuat jasa bagi PMI dan diusulkan oleh Pengurus untuk diangkat. Bersedia diangkat menjadi Anggota Kehormatan. KEWAJIBAN : A. Menjaga nama baik organisasi. B. Memberi perhatian terhadap PMI. HAK : A. Memilih dan dipilih menjadi Pengurus PMI. B. Mengikuti perkembangan organisasi. C. Ikut mengembangkan dan memajukan PMI dengan menyampaikan saran kepada Pengurus. KETERANGAN : Anggota Kehormatan PMI merupakan tanda Penghargaan bagi seseorang karena jasa jasanya dalam menyumbangkan pikiran, tenaga maupun dana yang luar biasa ( ekstra ordiner ). Pengurus Daerah dan Pengurus Cabang dapat mengusulkan seseorang untuk diangkat menjadi Anggota Kehormatan dengan alasan yang sangat kuat. Pengurus Pusat mengeluarkan Surat Keputusan Pengangkatan Anggota

2. SEJARAH PMI
SEJARAH PMI

Berdirinya Palang Merah di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak masa sebelum Perang Dunia Ke-II. Saat itu, tepatnya pada tanggal 21 Oktober 1873 Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Palang Merah di Indonesia dengan nama Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie (Nerkai), yang kemudian dibubarkan pada saat pendudukan Jepang. Perjuangan untuk mendirikan Palang Merah Indonesia sendiri diawali sekitar tahun 1932. Kegiatan tersebut dipelopori oleh Dr. RCL Senduk dan Dr Bahder Djohan. Rencana tersebut mendapat dukungan luas terutama dari kalangan terpelajar Indonesia. Mereka berusaha keras membawa rancangan tersebut ke dalam sidang Konferensi Nerkai pada tahun 1940 walaupun akhirnya ditolak mentah-mentah. Terpaksa rancangan itu disimpan untuk menunggu kesempatan yang tepat. Seperti tak kenal menyerah, saat pendudukan Jepang, mereka kembali mencoba untuk membentuk Badan Palang Merah Nasional, namun sekali lagi upaya itu mendapat halangan dari Pemerintah Tentara Jepang sehingga untuk kedua kalinya rancangan itu harus kembali disimpan. Tujuh belas hari setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, yaitu pada tanggal 3 September 1945, Presiden Soekarno mengeluarkan perintah untuk membentuk suatu badan Palang Merah Nasional. Atas perintah Presiden, maka Dr. Buntaran yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kesehatan Republik Indonesia Kabinet I, pada tanggal 5 September 1945 membentuk Panitia 5 yang terdiri dari: dr R. Mochtar (Ketua), dr. Bahder Djohan (Penulis), dan dr Djuhana; dr Marzuki; dr. Sitanala (anggota). Akhirnya Perhimpunan Palang Merah Indonesia berhasil dibentuk pada 17 September 1945 dan merintis kegiatannya melalui bantuan korban perang revolusi kemerdekaan Republik Indonesia dan pengembalian tawanan perang sekutu maupun Jepang. Oleh karena kinerja tersebut, PMI mendapat pengakuan secara Internasional pada tahun 1950 dengan menjadi anggota Palang Merah Internasional dan disahkan keberadaannya secara nasional melalui Keppres No.25 tahun 1959 dan kemudian diperkuat dengan Keppres No.246 tahun 1963. Kini jaringan kerja PMI tersebar di 30 Daerah Propinsi / Tk.I dan 323 cabang di daerah Tk.II serta dukungan operasional 165 unit Transfusi Darah di seluruh Indonesia. PERAN DAN TUGAS PMI Peran PMI adalah membantu pemerintah di bidang sosial kemanusiaan, terutama tugas kepalangmerahan sebagaimana dipersyaratkan dalam ketentuan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949 yang telah diratifikasi oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1958 melalui UU No 59. Tugas Pokok PMI : + Kesiapsiagaan bantuan dan penanggulangan bencana + Pelatihan pertolongan pertama untuk sukarelawan + Pelayanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat

+ Pelayanan transfusi darah ( sesuai dengan Peraturan Pemerintah no 18 tahun 1980) Dalam melaksanakan tugasnya PMI berlandaskan pada 7 (tujuh) prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, yaitu Kemanusiaan, Kesukarelaan, Kenetralan, Kesamaan, Kemandirian, Kesatuan dan Kesemestaan. SEKILAS KINERJA PMI DARI MASA KE MASA Dasawarsa I 1945 -1954 Pada masa perang kemerdekaan RI, peranan PMI yang menonjol adalah di bidang Pertolongan pertama, Pengungsian, Dapur Umum, pencarian dan pengurusan repatriasi, bekerjasama dengan ICRC dan Palang Merah Belanda untuk Romusha, Heiho , Tionghoa; anak-anak Indo Belanda dan 35.000 tawanan sipil Belanda dan para Hoakian yang kembali ke RRC. Sementara itu diadakan pula pendidikan untuk para juru rawat yang akan dikirim ke pos-pos P3K di daerah pertempuran. Saat itu sudah ada 40 cabang PMI di seluruh Indonesia dan setiap cabang memiliki dua buah Pos P3K sebagai Tim Mobil Collone. Rumah Sakit Umum Palang Merah di Bogor yang semula di bawah pengelolaan Nerkai, pada tahun 1948 disumbangkan kepada PMI Cabang Bogor dengan nama Rumah Sakit Kedunghalang dan sejak tahun 1951 dikelola menjadi Rumah Sakit Umum PMI hingga sekarang. PMI juga mulai menyelenggarakan kegiatan pelayanan sumbangan darah yang masih terbatas di Jakarta dan beberapa kota besar seperti Semarang, Medan, Surabaya dan Makasar dengan nama Dinas Dermawan Darah. Dalam peristiwa pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan), PMI bekerjasama dengan ICRC melaksanakan pelayanan kesehatan yang dipimpin oleh Dr. Bahder Djohan dan BPH Bintara berupa Rumah Sakit terapung di Ambon. Juga diadakan penyampaian berita keluarga yang hilang/ terpisah serta mengunjungi tawanan. PMI mulai mengembangkan kegiatn kepemudaan dengan 7.638 anggota remaja di 29 Cabang PMI. Bekerjasama dengan Yayasan Kesejahteraan Guru, murid dan anak-anak sepakat membentuk unit PMR di sekolah-sekolah, penerbitan majalah PMR, korespodensi, pertukaran album, lomba, pameran lukisan, serta penyelenggaraan sanatoria (perawatan paru-paru untuk anak-anak). DASAWARSA II 1955 1964 Akibat Pemberontakan PRRI di Sumatera Barat dan Permesta di Sulawesi Utara, Markas Besar PMI mengirimkan kapal-kapal PMI ke daerah tersebut untuk menjemput orang-orang asing di sana dan juga mengirimkan 4 tim medis ke Sumatera serta 6 tim ke Sulawesi Utara. Setelah Presiden Soekarno mencetuskan Tri Komando Rakyat (Trikora) untuk membebaskan Irian Barat pada tanggal 19 Desember 1961, Pengurus Besar PMI memanggil Kesatuan Sukarela seluruh Cabang untuk siap siaga. Kemudian terbentuklah Kesatuan Nasional yang terdiri dari 11 cabang yang telah diseleksi. Sukarelawan Palang Merah yang ditugaskan sebagai perawat berjumlah 259 orang dan 770 orang sebagai cadangan. Pada peristiwa Aru 15 Januari 1952, yaitu tenggelamnya Kapal Perang RI Macan Tutul, sebanyak 55 orang awak kapal perang tersebut menjadi tawanan Belanda sehingga atas

permintaan Menteri/KSAL, PMI menghubungi ICRC untuk menangani tawanan tersebut. Berkat usaha Sekjen PBB, pihak Belanda menyetujui penyerahan awak kapal di Singapura. Pada tahun 1963 ketika Gunung Agung di Bali meletus , PMI bersama Dinkes Angkatan Darat RI membantu penanggulangan para korban bencana tersebut. Ketika Tim Kesatuan Nasional PMI ke Kalimantan Barat dalam rangka Dwikora (Dwi Komando Rakyat), telah dikirimkan Tim Kesehatan Nasional untuk membantu Operasi TUMPAS di Sulawesi Selatan. DASA WARSA III 1965-1975 Penerbitan Surat Keputusan mengenai Peraturan menteri Kesehatan RI No.23 dan No.024 mengenai pengakuan Pemerintah RI untuk pertamakali terhadap keberadaan Usaha Transfusi Darah (UTD) PMI. Dalam peringatan HUT PMI ke-25 , 17 September 1970 , Pengurus Besar PMI mengeluarkan suatu medali khusus dan penghargaan kepada perintis-perintis PMI, seperti: Drs. Moh. Hatta dan Prof. Dr. bahder Johan dan Pengurus PMI Daerah/Cabang seluruh Indonesia. Setahun kemudian ,1971 diresmikan berdirinya suatu DAJR (Dinas Ambulance Jalan Raya) Jakarta Bandung sebanyak 7 pos yang dipusatkan di RSU-PMI Bogor. Ambilans yang digunakan adalah ambulance Falcon yang dilengkapi personil, alat-alat pertolongan pertama, dan telepon radio. DASAWARSA IV 1975 -1984 Kerjasama PMI-ICRC PMI mulai berperan di Timor Timur bulan Agustus 1975 sejak mengalirnya pengungsi Timor Timur ke perbatasan Timor Barat di Atambua. Operasi kemanusiaan di Dili dimulai bulan Desember 1975 atas permintaan PSTT (Pemerintah Sementara Timor Timur). Kemudian kelak pada bulan Oktober tahun 1979 PMI bekerja sama dengan ICRC mulai membuka pos bantuan relief di 7 Kecamatan terpencil di Timor Timur. Atas permintaan Pemerintah RI, PMI didukung UNHCR membentu pengungsi Vietnam di Pulau Galang dalam bidang kesehatan dan kesejahtraan social, antara lain dengan mendirikan RS Pulau Galang. PMI juga mengadakan Tracing and Mail Service bekerjasama dengan ICRC. Bencana Alam Ketika gempa bumi melanda Bali Juli 1976 yang melanda 3 dari 5 kabupaten PMI mengerahkan tenaga sukarela, membuka Dapur Umum dan membantu perbaikan 500 buah rumah. Bekerjasama dengan tim medis dari Angkatan Darat, memberikan pelayanan kesehatan makanan dan obat-obatan. Di tahun yang sama gempa bumi melanda Kecamayan Kurima dan Okbibab di Kabupaten Jayawijaya dengan kekuatan 6,8 Skala Richter. PMI juga turun langsung membantu korban bencana Galunggung tahun 1982 selama beberapa bulan Transfusi Darah Tahun 1978 Pengurus Pusat memberikan penghargaan Pin Emas untuk pertamakalinya kepada donor darah sukarela 75 kali.

Ketentuan tentang tugas dan peran PMI dalam pelayanan transfusi darah dikeluarkan oleh pemerintah melali Peraturan Pemerintah No.18 th 1980 DASAWARSA V 1984 1994 Setelah beberapa kali pindah dari Jl.Abdul Muis ke beberapa lokasi, akhirnya kantor pusat PMI menetap di Jl.Jendral Gatot Subroto Kav.96 yang diresmikan oleh Presiden Suharto pada tahun 1985. Tracing and Mailing RRC-RI Selain pelayanan Tracing and Mailing Service (TMS) untuk pengungsi di Pulau Galang, pada tahun 1987 TMS PMI mengurus kunjungan keluarga dari RRC ke Indonesia yang pertama kalinya sejak hubungan diplomatik kedua negara itu tahun 1967 terputus. Di Jakarta, PMI ikut membantu para korban musibah tabrakan kereta api Bintaro berupa pertolongan P3K, Transfusi Darah, TMS, serta pemberian pakaian pantas di sejumlah RS di Jakarta tempat korban dirawat. Bencana alam PMI mengerahkan 700 orang KSR/PMR dan 8 tenaga dokter untuk membantu korban banjir bandang di Semarang Jawa Tengah dan juga ikut membantu korban Letusan Gunung Kelud Jawa Timur tahun 1990 dengan bantuan pangan dan obat-obatan senilai Rp.8.583.400,Untuk turut menanggulangi bencana gempa bumi Tsunami di Flores 12 Desember 1992, PMI membentuk Satgas KSR Serbaguna yang disebut SATGAS MERPATI I. Perang Teluk tahun 1991 Dengan pecahnya Perang Teluk, Pemerintah Indonesia mempercayakan kepada PMI untuk memimpin pengiriman bantuan masyarakat Indonesia dengan pesawat khusus ke Jordania, untuk korban Perang Teluk sebanyak dua kali. Bantuan sandang, pangan, obat-obatan dan peralatan listrik yang diberikan senilai 249 juta rupiah. Uji Saring Darah HIV Penyebaran virus HIV yang semakin meningkat mendorong terbitnya Keputusan Menteri Kesehatan RI No.622/1992 tentang kewajiban pemeriksaan virus HIV pada donor darah. Sejalan dengan itu, Depkes RI memberikan bantuan reagensia untuk pemeriksaan virus HIV kepada PMI yang diperuntukkan bagi segenap UTDC-PMI. Temu Karya KSR Pada bulan Juli 1992 diadakan Temu karya dan Lomba KSR Tingkat Nasional di Lombok NTB diikuti pula oleh peserta dari Singapura, Malaysia, Thailand, Korea Selatan dan Jepang. DASAWARSA VI 1994 2004 Bencana Alam (Gempa Bumi) Kembali pada tahun 1994 ,Pengurus Pusat membentuk Tim SATGAS MERPATI II untuk membantu korban bencana Gempa Bumi di Liwa-Lampung Barat dan Tsunami di BanyuwangiJawa Timur. Juga pada tahun 1999, saat propinsi Bengkulu ditimpa gempa berkekuatan 7,9 skala richter, PMI dengan dukungan fasilitas Federasi Internasional dan Palang Merah Norwegia mendirikan rumah

sakit lapangan berkapasitas 150 bed menggantikan fungsi rumah sakit setempat yang rusak di kota itu selama 10 bulan. Gempa lainnya berskala 6,5 richter juga menimpa Banggai di Sulawesi Tengah pada bulan Mei 2002, dan beberapa bulan kemudian pada Juli 2000 gempa terjadi juga di 24 Kecamatan di Sukabumi dan Bogor. Banjir Akhir tahun 2000 banjir menimpa wilayah Aceh. Dengan bantuan ICRC di Lhoksumawe, Tim PMI ikut turun tangan membersihkan jalan-jalan dan fasilitas sosial lainnya dan memberikan bantuan 4000 paket bantuan alat kebersihan. Pada periode yang sama, banjir juga melanda Gorontalo Sulawesi Tengah yang mengakibatkan wilayah tersebut terutama di Kecamatan Ranoyapo terisolir banjir. Banjir Lumpur dikuti longsor juga melanda wilayah Jawa Barat selama beberapa hari pada bulan Pebruari. Banjir bandang terjadi pula di NTB. 1000 paket bantuan PMI dan 610 petromaks disumbangkan oleh Federasi Internasional melalui PMI. Awal Agustus 2001, banjir besar juga telah menghancurkan 8 Kecamatan di Kabupaten Nias Sumetera Utara. PMI telah mengirimkan obat-obatan dan bantuan paket keluarga berupa peralatan dapur, kelambu nyamuk, pakaian, selimut dan gula untuk memenuhi kebutuhan darurat sehari-hari di Nias. Penanggulangan Bencana Konflik Suatu konflik vertikal telah berlangsung di Aceh sejak Januari 2000, konflik horizontal di Poso Sulawesi Tengah pada 23 Mei 2000 dan kerusuhan hebat di Maluku Utara pada 17 Mei 2001. Di Aceh PMI bekerjasama dengan ICRC secara intensif melakukan kegiatan evakuasi korban luka dan mayat, membagikan bantuan pangan, pelayanan kesehatan darurat serta penyampaian berita keluarga. Sedangkan untuk Poso, PMI berkoordinasi dengan ICRC menyalurkan bantuan 4000 paket keluarga diikuti bantuan dari RCTI berupa tikar, sarung, handuk, jerigen, sabun mandi, sabun cuci dan pakaian yang diperuntukkan kepada 2000 orang. Sedang untuk konflik yang terjadi di Maluku Utara, kembali PMI bekerjasama dengan ICRC menyalurkan 5.655 paket bantuan keluarga kepada korban disamping pelayanan kesehatan di Tobelo dan Galela. Bantuan tambahan sebanyak 4500 paket dan 2000 unit peralatan sekolah dan seragam dari Kedutaan Besar Jepang. Di samping itu bantuan satu unit kendaraan juga telah dikirim ke Ternate dari Jakarta untuk membantu operasional teknis lapangan. CBFA- Tarakan dan Lampung Proyek pengembangan kesehatan berbasis masyarakat (CBFA) telah dimulai di Kalimantan Timur dan Tengah sejak Juni 2000. Bantuan disponsori oleh Palang Merah Belanda dengan Fasilitas Federasi Internasional bertujuan memperbaiki status kesehatan masyarakat di wilayah sasaran. PMI KINI Dalam rangka menghadapi perkembangan masyarakat Indonesia di masa depan yang semakin global dalam suasana yang semakin demokratis maka PMI harus mempersiapkan diri sebaikbaiknya sebagai stakeholder untuk ikut mengambil peran aktif di dalamnya.

Karena itu, PMI telah menetapkan misi dan visi dengan tetap berpegang teguh pada prinsipprinsip kepalangmerahan dan digariskan di dalam garis-Garis Kebijakan PMI 2000 2004 : A. Visi PMI diakui secara luas sebagai organisasi kemanusiaan yang mampu menyediakan pelayanan kepalangmerahan yang efektif dan tepat waktu, terutama kepada mereka yang paling membutuhkan, dalam semangat kenetralan dan kemandirian. B. Misi 1. Menyebarluaskan dan mengembangkan aplikasi prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan sabit Merah serta Hukum perikemanusiaan Internasional (HPI) dalam masyarakat Indonesia. 2. Melaksanakan pelayanan kepalangmerahan yang bermutu dan tepat waktu, mencakup: + Bantuan kemanusiaan dalam keadaan darurat + Pelayanan sosial dan kesehatan masyarakat + Usaha Kesehatan Transfusi Darah 3. Pembinaan Generasi Muda dalam kepalangmerahan, kesehatan dan kesejahteraan. 4. Melakukan konsolidasi organisasi, pembinaan potensi dan peningkatan potensi sumber daya manusia dan sumber dana untuk menuju PMI yang efektif dan efiesien. PROGRAM STRATEGIS PENGEMBANGAN ORGANISASI A. TUJUAN Menyempurnakan organisasi dan tata laksana PMI di semua tingkatan untuk persiapan peningkatan kemandirian dan kenetralan PMI dalam 5 tahun ke depan. B. PROGRAM 2002 1. Melanjutkan upaya akurasi data kapasitas organisasi daerah dan cabang dari hasil respon kuistioner yang diberikan Daerah dan Cabang dan Laporan Persemester atau Tahunan. 2. Menyusun pola standar Orientasi Kepalangmerahan dan implementasi manajemen PMI bagi pengurus. 3. Memberikan arahan kepada Daerah untuk mengaktifkan fungsinya melalui: Pengamatan aktif, advokasi dan membantu implementasi AD/ART, khususnya di dalam MUSDA dan MUKERDA. Lokakarya Manajemen dan Organisasi bagi daerah dan beberapa cabang terpilih. Orientasi kepalangmerahan dan manajemen organisasi untuk daerah dan cabangcabang yang dimiliki. Membina Rencana Strategis Pengembangan Organisasi melalui kinerja tim OD Lokakarya bagi pengembangan fungsi markas pusat bagi Kepala Unit Daerah (KAMADA) Melanjutkan pemberian bantuan kepada korban gempa bumi di Bengkulu, dengan pilot program OD di PMI Bengkulu, untuk mendukung implementasi program CBFA, water and sanitation in Bengkulu. 4. Memantapkan persiapan untuk MUKERNAS tahun 2002

5. Menerbitkan perangkat lunak bagi pengembangan manajemen dan organisasi seperti Petunjuk Bagi Pengurus PMI. Kapasitas Organisasi PMI per/ April 2002 Jumlah Daerah : 30 daerah Jumlah Cabang : 323 cabang Jumlah Ranting : 450 ranting Jumlah KSR : 28.554 orang Jumlah TSR : 22.347 orang Jumlah PMR : 670.127 orang

3. HENRY DUNANT
Henry Dunant
Langsung ke: navigasi, cari

Henry Dunant Jean Henri Dunant (1828-1910) adalah seorang warga negara Swiss yang dikenal sebagai Bapak Palang Merah Dunia adalah pemuda yang menyaksikan perang mengerikan antara pasukan Prancis dan Italia melawan pasukan Austria di Solferino, Italia Utara pada tanggal 24 Juni 1859. Tidak kurang 40.000 tentara terluka menjadi korban perang, sementara bantuan medis tidak cukup merawat korban sebanyak itu. Tergetar penderitaan tentara yang terluka, Henry Dunant bersama penduduk setempat mengerahkan bantuan menolong mereka. Setelah kembali ke Swiss,

Henry Dunant menuangkan kesan dan pengalamannya ke dalam buku berjudul Kenangan dari Solferino menggemparkan Eropa. Di buku itu Henry Dunant mengajukan dua gagasan. Pertama, membentuk organisasi kemanusiaan internasional yang dapat dipersiapkan pendiriannya pada masa damai untuk menolong prajurit yang terluka di medan perang. Kedua, mengadakan perjanjian internasional guna melindungi prajurit yang cedera dan sukarelawan serta organisasinya yang menolong saat terjadinya perang. Pada 1863 Henry Dunant bersama keempat kawannya merealisasi gagasan tersebut dengan mendirikan komite internasional untuk nantuan para tentara yang cedera, sekarang disebut Komite Internasional Palang Merah atau Committee of The Red Cross (ICRC) merupakan lembaga kemanusiaan bersifat mandiri, sebagai penengah dan netral. Dalam perkembangannya Palang Merah Internasional juga memiliki Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah atau International Federation of Red Cross dan Red Crescent (IFRC). Semangat Henry Dunant inilah yang mengilhami terbentuknya Perhimpunan Nasional Palang Merah Nasional dan Bulan Sabit Merah yang didirikan hampir di setiap negara di seluruh dunia berjumlah 176 perhimpunan nasional. Sedang gagasan kedua Henry Dunant direalisasi Pemerintah Swiss dengan mengadakan konferensi Jenewa dengan menghasilkan Konvensi Jenewa (1864) yang terus dikembangkan sehingga dikenal sebagai Konvensi Jenewa 1949.

4. MATERI PERTOLONGAN PERTAMA


DASAR PERTOLONGAN PERTAMA Pertolongan Pertama

Pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau korban kecelakaan yang memerlukan penanganan medis dasar untuk mencegah cacat atau maut.

Tujuan Pertolongan Pertama 1. Menyelamatkan jiwa penderita 2. Mencegah cacat 3. Memberikan rasa nyaman dan menunjang proses penyembuhan

Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu Dalam perkembangannya tindakan pertolongan pertama diharapkan menjadi bagian dari suatu sistem yang dikenal dengan istilah Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu, yaitu sistem pelayanan kedaruratan bagi masyarakat yang membutuhkan, khususnya di bidang kesehatan. Komponen Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu: 1. Akses dan Komunikasi Masyarakat harus mengetahui kemana mereka harus meminta bantuan, baik yang umum maupun yang khusus. 1. Pelayanan Pra Rumah Sakit Secara umum semua orang boleh memberikan pertolongan. Klasifikasi Penolong: a. Orang Awam Tidak terlatih atau memiliki sedikit pengetahuan pertolongan pertama b. Penolong pertama Kualifikasi ini yang dicapai oleh KSR PMI c. Tenaga Khusus/Terlatih Tenaga yang dilatih secara khusus untuk menanggulangi kedaruratan di Lapangan 1. Tansportasi Mempersiapkan penderita untuk ditransportasi Dasar Hukum Pasal 531 K U H Pidana Barang siapa menyaksikan sendiri ada orang didalam keadaan bahaya maut, lalai memberikan atau mengadakan pertolongan kepadanya sedang pertolongan itu dapat diberikannya atau diadakannya dengan tidak akan menguatirkan, bahwa ia sendiri atau orang lain akan kena bahaya dihukum kurungan selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 4.500,-. Jika orang yang perlu ditolong itu mati, diancam dengan : KUHP 45, 165, 187, 304 s, 478, 525, 566

Di dalam undang-undang ditemukan beberapa pasal yang mengatur mengenai Pertolongan Pertama, namun belum dikuatkan dengan peraturan lain untuk melengka pinya. Beberapa pasal yang berhubungan dengan Pertolongan Pertama antara lain : Persetujuan Pertolongan Saat memberikan pertolongan sangat penting untuk meminta izin kepada korban terlebih dahulu atau kepada keluarga, orang disekitar bila korban tidak sadar. Ada 2 macam izin yang dikenal dalam pertolongan pertama : 1. Persetujuan yang dianggap diberikan atau tersirat (Implied Consent) Persetujuan yang diberikan pendarita sadar dengan cara memberikan isyarat, atau penderita tidak sadar, atau pada anak kecil yang tidak mampu atau dianggap tidak mampu memberikan persetujuan 1. Pesetujuan yang dinyatakan (Expressed Consent) Persetujuan yang dinyatakan secara lisan maupun tulisan oleh penderita. Alat Perlindungan Diri Keamanan penolong merupakan hal yang sangat penting, sebaiknya dilengkapi dengan peralatan yang dikenal sebagai Alat Perlindungan Diri antara lain : a. Sarung tangan lateks

Pada dasarnya semua cairan tubuh dianggap dapat menularkan penyakit.

b. Kaca mata pelindung

Mata juga termasuk pintu gerbang masuknya penyakit kedalam tubuh manusia c. Baju pelindung Mengamankan tubuh penolong dari merembesnya carian tubuh melalui pakaian. d. Masker penolong

Mencegah penularan penyakit melalui udara e. Masker Resusitasi Jantung Paru

Masker yang dipergunakan untuk memberikan bantuan napas f. Helm

Mencegah benturan di kepala ketika melakukan pertolongan.

Semua carian tubuh dianggap menular


Untuk mencegah penularan penyakit melalui cairan tubuh: 1. Mencuci Tangan 2. Membersihkan peralatan Mencuci Membersihkan perlatan dengan sabun dan air Desinfeksi Menggunakan bahan kimia seperti alkohol untuk membunuh bakteri patogen Sterilisasi Proses menggunakan bahan kimia atau pemanasan untuk membunuh semua mikroorganisme. 3. Menggunakan APD Seiring risiko adanya benturan pada kepala meningkat. Helm dapat mencegah terjadinya cedera pada kepala saat melakukan pertolongan.

Kewajiban Pelaku Pertolongan Pertama Dalam menjalankan tugasnya ada beberapa kewajiban yang harus dilakukan : a. Menjaga keselamatan diri, anggota tim, penderita dan orang sekitarnya. b. Dapat menjangkau penderita.

c. Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam nyawa. d. Meminta bantuan/rujukan. e. Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat berdasarkan keadaan korban f. Membantu pelaku pertolongan pertama lainnya. g. Ikut menjaga kerahasiaan medis penderita. h. Melakukan komunikasi dengan petugas lain yang terlibat. i. Mempersiapkan penderita untuk ditransportasi.

Kualifikasi Pelaku Pertolongan Pertama Agar dapat menjalankan tugas seorang petugas penolong harus memiliki kualifikasi sebagai berikut : a. b. c. d. e. Jujur dan bertanggungjawab. Memiliki sikap profesional. Kematangan emosi. Kemampuan bersosialisasi. Kemampuannya nyata terukur sesuai sertifikasi PMI. Secara berkesinambungan mengikuti kursus penyegaran. f. Selalu dalam keadaan siap, khususnya secara fisik g. Mempunyai rasa bangga. h. Fungsi Alat dan Bahan Dasar Dalam menjalankan tugasnya ada beberapa peralatan dasar yang sebaiknya tersedia dan mampu digunakan oleh penolong di antaranya : 1. Alat dan bahan memeriksa korban 2. Alat dan bahan perawatan luka 3. Alat dan bahan perawatan patah tulang 4. Alat untuk memindahkan penderita 5. Alat lain yang dianggap perlu sesuai dengan kemampuan

ANATOMI Pengertian pengertian Anatomi (susunan Tubuh) Anatomi adalah ilmu yang mempelajari susunan tubuh dan bentuk tubuh Fisiologi (faal tubuh) Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) bagian dari alat atau jaringan tubuh. Posisi Anatomis Tubuh manusia diproyeksikan menjadi suatu posisi yang dikenal sebagai posisi anatomis, yaitu berdiri tegak, ke dua lengan di samping tubuh, telapak tangan menghadap ke depan. Kanan dan kiri mengacu pada kanan dan kiri penderita. Gambar bisa dilihat pada buku Pertolongan Pertama edisi ke II, terbitan Markas Pusat PMI BIDANG ANATOMIS Dalam posisi seperti ini tubuh manusia dibagi menjadi beberapa bagian oleh 3 buah bidang khayal: 1. Bidang Medial; yang membagi tubuh menjadi kiri dan kanan 2. Bidang Frontal; yang membagi tubuh menjadi depan (anterior) dan bawah (posterior) 3. Bidang Transversal; yang membagi tubuh menjadi atas (superior) dan bawah (inferior) Istilah lain yang juga dipergunakan adalah untuk menentukan suatu titik lebih dekat ke titik referensi (proximal) dan lebih jauh ke titik referensi (distal).

Pembagian tubuh manusia Tubuh manusia dikelilingi oleh kulit dan diperkuat oleh rangka. Secara garis besar, tubuh manusia dibagi menjadi : a. Kepala Tengkorak, wajah, dan rahang bawah b. Leher

c. Batang tubuh Dada, perut, punggung, dan panggul d. Anggota gerak atas Sendi bahu, lengan atas, lengan bawah, siku, pergelangan tangan, tangan. e. Anggota gerak bawah Sendi panggul, tungkai atas, lutut, tungkai bawah, pergelangan kaki, kaki.

Rongga dalam tubuh manusia Selain pembagian tubuh maka juga perlu dikenali 5 buah rongga yang terdapat di dalam tubuh yaitu : a. Rongga tengkorak Berisi otak dan bagian-bagiannya b. Rongga tulang belakang Berisi bumbung saraf atau spinal cord c. Rongga dada Berisi jantung dan paru d. Rongga perut (abdomen) Berisi berbagai berbagai organ pencernaan Untuk mempermudah perut manusia dibagi menjadi 4 bagian yang dikenal sebagai kwadran sebagai berikut: i. Kwadran kanan atas (hati, kandung empedu, pankreas dan usus) ii. Kwadran kiri atas (organ lambung, limpa dan usus) iii. Kwadran kanan bawah (terutama organ usus termasuk usus buntu) iv. Kwadran kiri bawah (terutama usus).

e. Rongga panggul Berisi kandung kemih, sebagian usus besar, dan organ reproduksi dalam

Sistem dalam tubuh manusia Agar dapat hidup tubuh manusia memiliki beberapa sistem: 1. Sistem Rangka (kerangka/skeleton) a. Menopang bagian tubuh b. Melindungi organ tubuh c. Tempat melekat otot dan pergerakan tubuh d. Memberi bentuk bangunan tubuh 2. Sistem Otot (muskularis) Memungkinkan tubuh dapat bergerak 3. Sistem pernapasan (respirasi) Pernapasan bertanggung jawab untuk memasukkan oskigen dari udara bebas ke dalam darah dan mengeluarkan karbondioksida dari tubuh. 4. Sistem peredaran darah (sirkulasi) Sistem ini berfungsi untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh. 5. Sistem saraf (nervus) Mengatur hampir semua fungsi tubuh manusia. Mulai dari yang disadari sampai yang tidak disadari 6. Sistem pencernaan (digestif) Berfungsi untuk mencernakan makanan yang masuk dalam tubuh sehingga siap masuk ke dalam darah dan siap untuk dipakai oleh tubuh 7. Sistem Klenjar Buntu (endokrin) 8. Sistem Kemih (urinarius)

9. Kulit 10. Panca Indera 11. Sistem Reproduksi

PENILAIAN Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya. Langkah langkah penilaian pada penderita a. Penilaian Keadaan b. Penilaian Dini c. Pemeriksaan Fisik d. Riwayat Penderita e. Pemeriksaan Berkala atau Lanjut f. Serah terima dan pelaporan

Penilaian keadaan Penilaian keadaan dilakukan untuk memastikan situasi yang dihadapi dalam suatu upaya pertolongan. Sebagai penolong kita harus memastikan apa yang sebenarnya kita hadapai, apakah ada bahaya susulan atau hal yang dapat membahayakan seorang penolong. Ingatlah selalu bahwa seorang atau lebih sudah menjadi korban, jangan ditambah lagi dengan penolong yang menjadi korban. Keselamatan penolong adalah nomor satu.

Keamanan lokasi Pelaku pertolongan pertama saat mencapai lokasi kejadian, haruslah tanggap dan dengan serta merta melakukan penilaian keadaan dengan mengajukan pertanyaan pertanyaan seperti dibawah. a. Bagaimana kondisi saat itu

b. Kemungkinan apa saja yang akan terjadi c. Bagaimana mengatasinya Setelah keadaan di atasi barulah kita mendekati dan menolong korban. Adakalanya kedua ini berjalan bersamaan.

Tindakan saat tiba di lokasi Bila anda sudah memastikan bahwa keadaan aman maka tindakan selanjutnya adalah : 1. Memastikan keselamatan penolong, penderita, dan orang-orang di sekitar lokasi kejadian. 2. Penolong harus memperkenalkan diri, bila memungkinkan: Nama Penolong Nama Organisasi Permintaan izin untuk menolong dari penderita / orang 3. Menentukan keadaan umum kejadian (mekanisme cedera) dan mulai melakukan penilaian dini dari penderita. 4. Mengenali dan mengatasi gangguan / cedera yang mengancam nyawa. 5. Stabilkan penderita dan teruskan pemantauan. 6. Minta bantuan.

Sumber Informasi Informasi tambahan mengenai kasus yang kita hadapi dapat diperoleh dari : Kejadian itu sendiri. Penderita (bila sadar). Keluarga atau saksi. Mekanisme kejadian.

Perubahan bentuk yang nyata atau cedera yang jelas. Gejala atau tanda khas suatu cedera atau penyakit.

Penilaian Dini Penolong harus mampu segera mampu untuk mengenali dan mengatasi keadaan yang mengancam nyawa korban. Langkah-langkah penilaian dini a. Kesan umum Seiring mendekati penderita, penolong harus mementukan apakah situasi penderita tergolong kasus trauma atau kasus medis. Kasus Trauma Mempunyai tanda tanda yang jelas terlihat atau teraba. Kasus Medis Tanpa tanda tanda yang terlihat atau teraba b. Periksa Respon Cara sederhana untuk mendapatkan gambaran gangguan yang berkaitan dengan otak penderitaTerdapat 4 tingkat Respons penderita A = Awas Penderita sadar dan mengenali keberadaan dan lingkungannya. S = Suara Penderita hanya menjawab/bereaksi bila dipanggil atau mendengar suara. N = Nyeri Penderita hanya bereaksi terhadap rangsang nyeri yang diberikan oleh penolong, misalnya dicubit, tekanan pada tulang dada. T = Tidak respon Penderita tidak bereaksi terhadap rangsang apapun yang diberikan oleh penolong. Tidak membuka mata, tidak bereaksi terhadap suara atau sama sekali tidak bereaksi pada rangsang nyeri.

c. Memastikan jalan napas terbuka dengan baik (Airway). Jalan napas merupakan pintu gerbang masuknya oksigen ke dalam tubuh manusia. Apapaun usaha yang dilakukan, namun bila jalan napas tertutup semuanya akan gagal. a. Pasien dengan respon Cara sederhana untuk menilai adalah dengan memperhatikan peserta saat berbicara. Adanya gangguan jalan napas biasanya akan berakibat pada gangguan bicara. b. Pasien yang tidak respon Pada penderita yang tidak respon, penolonglah yang harus mengambil inisiatif untuk membuka jalan napas. Cara membuka jalan napas yang dianjurkan adalah angkat dagu tekan dahi. Pastikan juga mulut korban bersih, tidak ada sisa makanan atau benda lain yang mungkin menyumbat saluran napas d. Menilai pernapasan (Breathing) Periksa ada tidaknya napas dengan jalan lihat, dengar dan rasakan, nilai selama 3 5 detik. Pernapasan yang cukup baik i. Dada naik dan turun secara penuh ii. Bernapas mudah dan lancar iii. Kualitas pernapasan normal (<8 x/menit dewasa, <10 x/menit anak anak, 20 x/menit bayi) Pernapasan yang kurang baik i. Dada tidak naik atau turun secara penuh ii. Terdapat kesulitan bernapas iii. Cyanosis (warna biru/abu abu pada kulit, bibir, atau kuku) iv. Kualitas pernapasan tidak normal e. Menilai sirkulasi dan menghentikan perdarahan berat

Pastikan denyut jantung cukup baik Pastikan bahwa tidak ada perdarahan yang dapat mengancam nyawa yang tidak terlihat. Pakaian tebal dapat mengumpulkan darah dalam jumlah yang cukup banyak. f. Hubungi bantuan Penilaian dini harus diselesaikan dan semua keadaan yang mengancam nyawa sudah harus ditanggulangi sebelum melanjutkan pemeriksaan fisik. Mintalah bantuan kepada orang lain atau tenaga terlatih lain. Pesan yang disampaikan harus singkat, jelas dan lengkap. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik harus dilakukan dengan rinci dan sistematis mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tiga metode pemeriksaan fisik: 1. Penglihatan (Inspection) 2. Perabaan (Palpation) 3. Pendengaran (Auscultation) Jangan banyak membuang waktu untuk melakukan pemeriksaan secara rinci. Lakukan secara cepat tetapi pastikan tidak ada yang terlewat. Pemeriksaan fisik memastikan bahwa tidak ada yang terlewat. Beberapa hal yang dapat dicari pada saat memeriksa korban : P erubahan bentuk - (Deformities) bandingkan sisi sakit dengan yang sehat L uka Terbuka - (Open Ijuries) biasanya terlihat adanya darah N yeri - (Tenderness) daerah yang cedera lunak bila ditekan B engkak - (Swelling) daerah yang cedera mengalami pembengkakan Beberapa tanda cedera mungkin dapat jelas terlihat, banyak yang tidak terlihat dan menyimpan serius cedera potensial.

Dengarkan penderita. Dengan mendengarkan dapat menunjukkan kepedulian dan memungkinkan mendapat informasi. Pemeriksaan fisik (Head to Toe) Amati dan raba (menggunakan kedua tangan dan dengan tekanan), bandingkan (simetry), cium bau yang tidak biasa dan dengarkan (suara napas atau derit anggota tubuh), dalam urutan berikut: 1. Kepala Kulit Kepala dan Tengkorak Telinga dan Hidung Pupil Mata Mulut 2. Leher 3. Dada Periksa perubahan bentuk, luka terbuka, atau perubahan kekerasan Rasakan perubahan bentuk tulang rusuk sampai ke tulang belakang Lakukan perabaan pada tulang 4. Abdomen Periksa rigiditas (kekerasan) Periksa potensial luka dan infeksi Mungkin terjadi cedera tidak terlihat, lakukan perabaan Periksa adanya pembengkakan 5. Punggung Periksa perubahan bentuk pada tulang rusuk Periksa perubahan bentuk sepanjang tulang belakang 6. Pelvis

7. Alat gerak atas 8. Alat gerak bawah Pemeriksaan tanda vital 1. Frekuensi nadi, termasuk kualitas denyutnya, kuat atau lemah, teratur atau tidak 2. Frekuensi napas, juga apakah proses bernapas terjadi secara mudah, atau ada usaha bernapas, adakah tanda-tanda sesak napas. 3. Tekanan darah, tidak dilakukan pemeriksaan oleh KSR dasar 4. Suhu, diperiksa suhu relatif pada dahi penderita. Periksa juga kondisi kulit: kering, berkeringat, kemerahan, perubahan warna dan lainnya. Denyut Nadi Normal : Bayi : 120 150 x/menit Anak : 80 150 x/menit Dewasa : 60 90 x/menit Frekuensi Pernapasan Normal: Bayi : 25 50 x/ menit Anak : 15 30 x/ menit Dewasa : 12 20 x/ menit Riwayat Penderita Selain melakukan pemeriksaan, jika memungkinkan dilakukan wawancara untuk mendapatkan data tambahan. Wawancara sangat penting jika menemukan korban dengan penyakit. Mengingat wawancara yang dilakukan dapat berkembang sangat luas, untuk membantu digunakan akronim : KOMPAK K = Keluhan Utama (gejala dan tanda) sesuatu yang sangat dikeluhkan penderita O = Obat-obatan yang diminum. Pengobatan yang sedang dijalani penderita atau obat yang baru saja diminum atau obat yang seharusnya diminum namun ternyata belum diminum.

M = Makanan/minuman terakhir Peristiwa ini mungkin menjadi dasar terjadinya kehilangan respon pada penderita. Selain itu data ini juga penting untuk diketahui bila ternyata penderita harus menjalani pembedahan kemudian di rumah sakit. P = Penyakit yang diderita Riwayat penyakit yang diderita atau pernah diderita yang mungkin berhubungan dengan keadaan yang dialami penderita pada saat ini, misalnya keluhan sesak napas dengan riwayat gangguan jantung 3 tahun yang lalu. A = Alergi yang dialami. Perlu dicari apakah penyebab kelainan pada pasien ini mungkin merupakan suatu bentuk alergi, biasanya penderita atau keluarganya sudah mengetahuinya K = Kejadian. Kejadian yang dialami korban, sebelum kecelakaan atau sebelum timbulnya gejala dan tanda penyakit yang diderita saat ini. Wawancara ini dapat dilakukan sambil memeriksa korban, tidak perlu menunggu sampai pemeriksaan selesai dilakukan. Pemeriksaan Berkelanjutan Setelah selesai melakukan pemeriksaan dan tindakan, selanjutnya lakukan pemeriksaan berkala, sesuai dengan berat ringannya kasus yang kita hadapi. Pada kasus yang dianggap berat, pemeriksaan berkala dilakukan setiap 5 menit, sedangkan pada kasus yang ringan dapat dilakukan setiap 15 menit sekali. Beberapa hal yang dapat dilakukan pada pemeriksaan berkala adalah : 1. 2. 3. 4. Keadaan respon Nilai kembali jalan napas dan perbaiki bila perlu Nilai kembali pernapasan, frekuensi dan kualitasnya Periksa kembali nadi penderita dan bila perlu lakukan secara rinci bila waktu memang tersedia. 5. Nilai kembali keadaan kulit : suhu, kelembaban dan kondisinya Periksa kembali dari ujung kepala sampai ujung kaki, mungkin ada bagian yang terlewat atau membutuhkan pemeriksaan yang lebih teliti. 6. Periksa kembali secara seksama mungkin ada bagian yang belum diperiksa atau sengaja dilewati karena melakukan pemeriksaan terarah.

7. Nilai kembali penatalaksanaan penderita, apakah sudah baik atau masih perlu ada tindakan lainnya. Periksa kembali semua pembalutan, pembidaian apakah masih cukup kuat, apakah perdarahan sudah dapat di atasi, ada bagian yang belum terawat. 8. Pertahankan komunikasi dengan penderita untuk menjaga rasa aman dan nyaman Pelaporan dan Serah terima Biasakanlah untuk membuat laporan secara tertulis. Laporan ini berguna sebagai catatan anda, PMI dan bukti medis. Hal-hal yang sebaiknya dilaporkan adalah :

Umur dan jenis kelamin penderita Keluhan Utama Tingkat respon Keadaan jalan napas Pernapasan Sirkulasi Pemeriksaan Fisik yang penting KOMPAK yang penting Penatalaksanaan Perkembangan lainnya yang dianggap penting

Bila ada formulirnya sertakan form laporan ini kepada petugas yang mengambil alih korban dari tangan anda. Serah terima dapat dilakukan di lokasi, yaitu saat tim bantuan datang ke tempat anda, atau anda yang mendatangi fasilitas kesehatan. BHD Sistem pernapasan dan sirkulasi a. Sistem pernapasan, fungsi : Mengambil oksigen Mengeluarkan CO2 Menghangatkan dan melembabkan udara ( hidung ) Susunan saluran napas : i. Mulut/hidung ii. Faring

iii. Larings iv. Trakea v. Bronkus vi. Bronkiolus vii. Alveolus (tempat pertukaran O2 dan CO2 di paru-paru). b. Sistem sirkulasi, fungsi : Alat angkut : O2, CO2, zat nutrisi, zat sampah. Pertahanan tubuh terhadap penyakit dan racun Mengedarkan panas ke seluruh tubuh Membantu membekukan darah bila terjadi luka Sistem sirkulasi, terdiri dari : i. Jantung ii. Pembuluh darah ( arteri, vena, kapiler ) iii. Darah dan komponennya ( sel darah merah, sel darah putih, keping darah, plasma ) iv. Saluran limfe Pengertian mati klinis dan mati biologis Mati klinis : Tidak ditemukan adanya pernapasan dan denyut nadi, bersifat reversibel, penderita punya kesempatan waktu 4-6 menit untuk dilakukan resusitasi tanpa kerusakan otak. Mati biologis : Biasanya terjadi dalam waktu 8-10 menit dari henti jantung, dimulai dengan kematian sel otak, bersifat irreversibel. ( kecuali berada di suhu yang ekstrim dingin, pernah dilaporkan melakukan resusitasi selama 1 jam/ lebih dan berhasil ). Tanda-tanda pasti mati : a. Lebam mayat

b. Kaku mayat c. Pembusukan d. Tanda lainnya : cedera mematikan. 4 komponen rantai survival a. Kecepatan dalam permintaan bantuan b. Resusitasi jantung paru ( RJP ) c. Defibrilasi d. Pertolongan hidup lanjut 3 komponen Bantuan Hidup Dasar a. A (Airway Control) : penguasan jalan napas b. B (Breathing Support) : bantuan pernapasan c. C (Circulatory Suport) : menghentikanperdarahan besar. bantuan sirkulasi (pijatan jantung luar) dan

2 macam penyebab utama sumbatan jalan napas Lidah ( pada orang dewasa yang tidak ada respon ) Benda asing ( pada bayi dan anak kecil ) 2 macam cara membuka jalan napas Teknik angkat dagu-tekan dahi (bila tidak ada trauma kepala,leher, tulang belakang). Perasat pendorongan rahang bawah (jaw thrust maneuver) Cara memeriksa napas Dengan cara LDR ( lihat, dengar, rasakan ) selama 3-5 detik. 2 teknik untuk membersihkan jalan napas Menempatkan posisi pemulihan Sapuan jari

Mengenali sumbatan jalan napas Sumbatan parsial : penderita berupaya untuk bernapas, mungkin disertai bunyi napas tambahan seperti mengirik, mengorok, kumur, dll. Sumbatan total : penderita sulit bernapas dan akhirnya akan kehilangan kesadaran Cara mengatasi sumbatan jalan napas pada berbagai penderita Sumbatan jalan napas total dapat diatasi dengan Perasat Heimlich (Heimlich Manuveur), yaitu : Hentakan perut : letak kompresi pada pertengahan antara pertemuan iga kanan/kiri dengan pusar. Hentakan dada : letak kompresi pada pertengahan tulang dada Prinsip dasar bantuan pernapasan 2 Teknik bantuan pernapasan : i. Menggunakan mulut penolong : mulut ke masker RJP mulut ke APD mulut ke mulut/ hidung ii. Menggunakan alat bantu : kantung masker berkatup (BVM/ Bag Valve Mask) Bahaya bagi penolong dalam pemberian napas dari mulut ke mulut ; penyebaran penyakit kontaminasi bahan kimia muntahan penderita Frekwensi pemberian napas buatan untk masing-masing kelompok umur penderita. Dewasa : 10-12 x pernapasan/ menit, masing-masing 1,5-2 detik Anak(1-8 th) : 20 x pernapasan/ menit, masing-masing 1-1,5 detik Bayi (0-1 th) : lebih dari 20 x pernapasan/ menit, masing-masing 1-1,5 detik

Bayi baru lahir : 40 x pernapasan/ menit, masing-masing 1-1,5 detik Tanda pernapasan adekuat, kurang adekuat dan tidak bernapas i. Tanda pernapasan adekuat : Dada dan perut naik turun sirama dengan pernapasan Penderita tampak nyaman Frekuensi cukup ( 12-20x/menit ) ii. Tanda pernapasan kurang adekuat : Gerakan dada kurang baik Ada suara napas tambahan Kerja oto bantu napas Sianosis ( kulit kebiruan ) Frekuensi napas kurang/ berlebih Perubahan status mental iii. Tanda tidak bernapas : Tidak ada gerakan dada/ perut Tidak terdengar aliran udara melalui mulut/ hidung Tidak terasa hembusan napas dari mulut/ hidung. Prinsip dasar Bantuan Sirkulasi Bantuan sirkulasi dilakukan dengan pijatan jantung luar, kedalaman PJL : Dewasa : 4 5 cm Anak dan bayi : 3 4 cm Bayi : 1,5 2,5 cm Prinsip Resusitasi Jantung Paru (RJP)

Tindakan RJP merupakan gabungan dari ketiga komponen A, B, dan C. Sebelum melakukan RJP, penolong harus memastikan : Tidak ada respon Tidak ada napas Tidak ada nadi Alas RJP harus keras dan datar a. 2 macam rasio pada RJP i. Dewasa dikenal 2 rasio : 2 penolong : 15:2 (15 kali PJL, 2 kali tiupan) per siklus 1 penolong : 5:1 (5 kali PJL, 1 kali tiupan) per silkus ii. Anak dan bayi hanya dikenal 1 rasio : 5:1 ( 5 kali PJL, 1 kali tiupan ) per silkus b. Prinsip penekanan pada Pijatan Jantung Luar Pijatan jantung luar bisa dilakukan karena jantung terletak diantara tulang dada dan tulang punggung. Letak titik pijatan pada PJL : i. Dewasa : 2 jari diatas pertemuan iga terbawah kanan/kiri, menggunakan 2 tangan. ii. Anak : 2 jari diatas pertemuan iga terbawah kanan/kiri, menggunakan 1 tangan. iii. Bayi : 1 jari dibawah garis imajiner antara kedua puting susu bayi, menggunakan 2 jari ( jari tengah dan jari manis ) c. 6 tanda RJP dilakukan dengan baik i. Saat melakukan PJL, suruh seseorang menilai nadi karotis, bila ada denyut maka berarti tekanan kita cukup baik. ii. Gerakan dada naik/turun dengan baik saat memberikan bantuan napas. iii. Reaksi pupil mata mungkin kembali normal iv. Warna kulit penderita berangsu-angsur kembali membaik

v. Mungkin ada reflek menelan dan bergerak vi. Nadi akan berdenyut kembali d. 5 macam komplikasi yang dapat terjadi pada RJP i. Patah tulang dada/ iga ii. Bocornya paru-paru ( pneumothorak) iii. Perdarahan dalam paru-paru/ rongga dada ( hemothorak ) iv. Luka dan memar pada paru-paru v. Robekan pada hati e. 4 keadaan dimana tindakan RJP di hentikan i. penderita pulih kembali ii. penolong kelelahan iii. diambil alih oleh tenaga yang sama atau yang lebih terlatih iv. jika ada tanda pasti mati f. Kesalahan pada RJP dan akibatnya KESALAHAN Penderita tdk berbaring pd bidang keras Penderita tidak horisontal AKIBAT PJL kurang efektif Bila kepala lbh tinggi, darah yg ke otak berkurang Tekan dahi angkat dagu, kurang baik Jalan napas terganggu Kebocoran saat melakukan napas Napas buatan tidak efektif buatan Lubang hidung kurang tertutup rapat Napas buatan tidak efektif dan mulut penderita kurang terbuka saat pernapasan buatan Tekanan terlalu dalam/ terlalu cepat Patah tulang, luka dalam paru-paru Rasio PJL dan napas buatan tidak baik Oksigenasi darah kurang Pendarahan Pengertian Perdarahan

Sistem peredaran darah yang terdiri dari 3 komponen utama yaitu jantung, pembuluh darah dan darah. Dalam tubuh manusia darah relatif selalu berada dalam pembuluh darah kecuali pada saat masuk dalam jaringan untuk melakukan pertukaran bahan makanan dan oksigen dengan zat sisa pembakaran tubuh dan karbondioksida. Jantung Bagian sebelah kiri menerima darah yang kaya dengan oksigen setelah diproses dari paru paru untuk selanjutnya diedarkan ke seluruh tubuh. Bagian sebelah kanan menerima darah dari tubuh dan meneruskan ke paru paru untuk kembali diperkaya dengan oksigen. Arteri/Pembuluh Nadi Adalah pembuluh darah yang mengangkut darah yang kaya dengan oksigen ke seluruh tubuh. Darah yang keluar berwarna merah segar dan memancar Vena/Pembuluh Balik Adalah pembuluh darah yang mengangkut darah dari seluruh tubuh kembali ke jantung. Darah yang keluar mengalir dan berwarna merah gelap Kapiler/Pembuluh Rambut Arteri akan terbagi bagi menjadi pembuluh yang lebih kecil sehingga dapat mencapai hingga lebih dekat dengan kulit. Darah yang keluar sangat sedikit dan kadang hanya berupa titik-titik perdarahan Denyut Dapat dirasakan dengan mudah pada daerah dimana Arteri/Pembuluh Nadi berada dekat dengan kulit. Lokasi pengecekan denyut yang paling mudah: 1. Radial Berada di pergelangan tangan 2. Carotid Berada di leher 3. Femoral Berada di lipatan paha Setiap kali jantung berdetak, anda dapat merasakan denyutnya pada sistem arteri. Darah

Komposisi Terdiri atas sel darah putih, sel darah merah, dan plasma darah. Sumber Perdarahan Perdarahan terjadi apabila darah keluar dari pembuluh darah oleh berbagai sebab seperti cedera atau penyakit. Berdasarkan sumber perdarahan: a. Perdarahan nadi b. Perdarahan pembuluh balik c. Perdarahan pembuluh rambut PENDARAHAN Jenis Perdarahan Perdarahan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: Perdarahan luar (terbuka), bila kulit juga cedera sehingga darah bisa keluar dari tubuh dan terlihat ada di luar tubuh. Perdarahan dalam (tertutup), jika kulit tidak rusak sehingga darah tidak bisa mengalir langsung keluar tubuh. Perdarahan yang harus segera ditangani adalah perdarahan yang dapat mengancam nyawa. Perdarahan luar Untuk membantu memperkirakan berapa banyak darah yang telah keluar dari tubuh penderita, hal yang dipakai adalah keluhan korban dan tanda vital. Bila keluhan korban sudah mengarah ke gejala dan tanda syok seperti yang dibahas dalam topik ini maka penolong wajib mencurigai bahwa kehilangan darah terjadi dalam jumlah yang cukup banyak. Perawatan untuk Perdarahan luar a. Tekanan Langsung b. Elevasi c. Titik Tekan

d. Immobilisasi Menggunakan Torniket Torniket hanya digunakan dalam keadaan gawat darurat dimana tidak ada cara lain utnuk menghentikan perdarahan. Torniket diaplikasikan sedekat mungkin dengan titik perdarahan. Perdarahan dalam Perdarahan dalam dapat berkisar dari skala kecil hingga yang mengancam jiwa penderita. Kehilangan darah tidak dapat diamati pada perdarahan dalam. Gejala dan Tanda Beberapa tanda perdarahan dalam dapat diidentifikasi. Beberapa adalah sbb.: a. Batuk darah berwarna merah muda b. Memuntahkan darah berwarna gelap (seperti ampas kopi) c. Terdapat memar d. Bagian Abdomen terasa lunak Perawatan untuk Perdarahan dalam Ingatlah untuk menggunakan standard universal, amankan lokasi kejadian dan hubungi tenaga terlatih. a. b. c. d. Jaga jalan napas tetap terbuka dan berikan oksigen sesuai peraturan Pertahankan panas tubuh penderita, tapi jangan sampai kepanasan Atasi Syok Pindahkan penderita secepatnya

Laporkan kemungkinan adanya perdarahan dalam kepada tenaga terlatih segera setelah mereka tiba di lokasi. Bahaya lain pada perdarahan adalah kemungkinan terjadinya penularan penyakit. Banyak kuman penyakit bertahan hidup di dalam darah manusia, sehingga bila darah korban ini bisa masuk kedalam tubuh penolong maka ada kemungkinan penolong dapat tertular penyakit. Perdarahan dalam harus dicurigai pada beberapa keadaan seperti : 1. Riwayat benturan benda tumpul yang kuat 2. Memar 3. Batuk darah

4. 5. 6. 7. 8.

Muntah darah Buang air besar atau air kecil berdarah Luka tusuk Patah tulang tertutup Nyeri tekan, kaku atau kejang dinding perut

Perawatan Perdarahan 1. Perlindungan terhadap infeksi pada penanganan perdarahan : a. Pakai APD agar tidak terkena darah atau cairan tubuh korban. b. Jangan menyentuh mulut, hidung, mata, makanan sewaktu memberi perawatan c. Cucilah tangan segera setelah selesai merawat d. Dekontaminasi atau buang bahan yang sudah ternoda dengan darah atau cairan tubuh korban. 1. Pada perdarahan besar: a. Jangan buang waktu mencari penutup luka b. Tekan langsung dengan tangan (sebaiknya menggunakan sarung tangan) atau dengan bahan lain. c. Bila tidak berhenti maka tinggikan bagian tersebut lebih tinggi dari jantung (hanya pada alat gerak), bila masih belum berhenti maka lakukan penekanan pada titik-titik tekan. d. Pertahankan dan tekan cukup kuat. e. Pasang pembalutan penekan 1. Pada perdarahan ringan atau terkendali : a. Gunakan tekanan langsung dengan penutup luka b. Tekan sampai perdarahan terkendali c. Pertahankan penutup luka dan balut d. Sebaiknya jangan melepas penutup luka atau balutan pertama 1. Perdarahan dalam atau curiga ada perdarahan dalam

a. Baringkan dan istirahatkan penderita b. Buka jalan napas dan pertahankan c. Periksa berkala pernapasan dan denyut nadi d. Perawatan syok bila terjadi syok atau diduga akan menjadi syok e. Jangan beri makan dan minum f. Rawatlah cedera berat lainnya bila ada g. Rujuk ke fasilitas kesehatan Penanganan perdarahan berarti mengendalikan perdarahan, bukan berarti Syok Syok terjadi bila sistem peredaran darah (sirkulasi) gagal mengirimkan darah yang mengandung oksigen dan bahan nutrisi ke alat tubuh yang penting (terutama otak, jantung dan paru-paru). Penyebab Kegagalan jantung memompa darah Kehilangan darah dalam jumlah besar Pelebaran ( dilatasi ) pembuluh darah yang luas, sehingga darah tidak dapat mengisinya dengan baik Kekurangan cairan tubuh yang banyak misalnya diare. Gejala dan tanda syok Nadi cepat dan lemah Napas cepat dan dangkal Kulit pucat,dingin dan lembab Sering kebiruan pada bibir dan cuping telinga Haus Mual dan muntah

Lemah dan pusing Merasa seperti mau kiamat, gelisah Penanganan syok Bawa penderita ke tempat teduh dan aman Tidurkan telentang, tungkai ditinggikan 20 30 cm bila tidak ada kecurigaan patah tulang belakang atau patah tungkai. Bila menggunakan papan spinal atau tandu maka angkat bagian kaki. Pakaian penderita dilonggarkan Cegah kehilangan panas tubuh dengan beri selimut penutup Tenangkan penderita Pastikan jalan napas dan pernapasan baik. Kontrol perdarahan dan rawat cedera lainnya bila ada Jangan beri makan dan minum. Periksa berkala tanda vital secara berkala Rujuk ke fasilitas kesehatan
Jaringan Lunak Pengertian Cedera jaringan lunak adalah cedera yang melibatkan jaringan kulit, otot, saraf atau pembuluh darah akibat suatu ruda paksa. Keadaan ini umumnya dikenal dengan istilah luka. Beberapa penyulit yang dapat terjadi adalah perdarahan, kelumpuhan serta berbagai gangguan lainnya sesuai dengan penyebab dan beratnya cedera yang terjadi.

Klasifikasi Luka Luka secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu : a. Luka terbuka Cedera jaringan lunak disertai kerusakan / terputusnya jaringan kulit yaitu rusaknya kulit dan bisa disertai jaringan di bawah kulit. b. Luka tertutup

Cedera jaringan lunak tanpa kerusakan/terputusnya jaringan kulit, yang rusak hanya jaringan di bawah kulit. Pembagian ini tidak menjadi penentu berat ringannya suatu cedera. Luka Terbuka Luka terbuka dapat ditemukan dalam berbagai bentuk diantaranya : a. Luka lecet Terjadi biasanya akibat gesekan dengan permukaan yang tidak rata b. Luka robek Luka ini memiliki ciri tepi yang tidak beraturan, biasanya terjadi akibat tumbukan dengan benda yang relatif tumpul. Merupakan luka yang paling banyak ditemukan. c. Luka sayat Diakibatkan oleh benda tajam yang mengenai tubuh manusia. Bentuk lukanya biasanya rapi. Sering merupakan kasus kriminal d. Luka tusuk Terjadi bila benda yang melukai bisa masuk jauh ke dalam tubuh, biasanya kedalaman luka jauh dibandingkan lebar luka. Bahayanya alat dalam tubuh mungkin terkena. e. Luka avulsi Luka ini ditandai dengan bagian tubuh yang terlepas, namun masih ada bagian yang menempel. f. Luka amputasi Bagian tubuh tertentu putus. Luka Tertutup Luka tertutup yang sering ditemukan adalah : a. Luka memar Terjadi akibat benturan dengan benda tumpul, biasanya terjadi di daerah permukaan tubuh, darah keluar dari pembuluh dan terkumpul di bawah hulit sehingga bisa terlihat dari luar berupa warna merah kebiruan

b. Hematoma (darah yang terkumpul di jaringan) Prinsipnya sama dengan luka memar tetapi pembuluh darah yang rusak berada jauh di bawah permukaan kulit dan biasanya besar, sehingga yang terlihat adalah bengkak, biasanya besar yang kemerahan. c. Luka remuk Terjadi akibat himpitan gaya yang sangat besar. Dapat juga menjadi luka terbuka. Biasanya tulang menajadi patah di beberapa tempat. Penutup dan Pembalut Luka Penutup luka 1. Membantu mengendalikan perdarahan 2. Mencegah kontaminasi lebih lanjut 3. Mempercepat penyembuhan 4. Mengurangi nyeri Pembalut Pembalut adalah bahan yang digunakan untuk mempertahankan penutup luka. Bahan pembalut dibuat dari bermacam materi kain. Fungsi pembalut 1. Penekanan untuk membantu menghentikan perdarahan. 2. Mempertahankan penutup luka pada tempatnya. 3. Menjadi penopang untuk bagian tubuh yang cedera. Pemasangan yang baik akan membantu proses penyembuhan. Beberapa jenis pembalut Pembalut pita/gulung. Pembalut segitiga (mitela). Pembalut penekan. Penutupan luka

Penutup luka harus meliputi seluruh permukaan luka. Upayakan permukaan luka sebersih mungkin sebelum menutup luka, kecuali bila luka disertai perdarahan, maka prioritasnya adalah menghentikan perdarahan tersebut. Pemasangan penutup luka harus dilakukan sedemikian rupa sehingga permukaan penutup yang menempel pada bagian luka tidak terkontaminasi Pembalutan Jangan memasang pembalut sampai perdarahan terhenti, kecuali pembalutan penekanan untuk menghentikan perdarahan. Jangan membalut terlalu kencang atau terlalu longgar. Jangan biarkan ujung bahan terurai, karena dapat tersangkut pada saat memindahkan korban Bila membalut luka yang kecil sebaiknya daerah yang dibalut lebih lebar untuk menambah luasnya permukaan yang mengalami tekanan diperluas sehingga mencegah terjadinya kerusakan jaringan. Jangan menutupi ujung jari, bagian ini dapat menjadi petunjuk apabila pembalutan kita terlalu kuat yaitu dengan mengamati ujung jari. Bila pucat artinya pembalutan terlalu kuat dan harus diperbaiki. Khusus pada anggota gerak pembalutan dilakukan dari bagian yang jauh lebih dahulu lalu mendekati tubuh. Lakukan pembalutan dalam posisi yang diinginkan, misalnya untuk pembalutan sendi jangan berusaha menekuk sendi bila dibalut dalam keadaan lurus. Penggunaan penutup luka penekan Kombinasi penutup luka dan pembalut dapat juga dipakai untuk membantu melakukan tekanan langsung pada kasus perdarahan. Langkah-langkahnya : 1. 2. 3. 4. 5. Tempatkan beberapa penutup luka kasa steril langsung atas luka dan tekan. Beri bantalan penutup luka. Gunakan pembalut rekat, menahan penutup luka. Balut. Periksa denyut nadi ujung bawah daerah luka (distal).

Perawatan luka Terbuka 1. Pastikan daerah luka terlihat

2. Bersihkan daerah sekitar luka 3. Kontrol perdarahan bila ada 4. Cegah kontaminasi lanjut 5. Beri penutup luka dan balut 6. Baringkan penderita bila kehilangan banyak darah dan lukanya cukup parah 7. Tenangkan penderita 8. Atasi syok bila ada, bila perlu rawat pada posisi syok walau syok belum terjadi 9. Rujuk ke fasilitas kesehatan Perawatan Luka Tertutup Lakukan perawatan seperti halnya terjadi perdarahan dalam Khusus untuk luka memar dapat dilakukan pertolongan sebagai berikut :
Berikan kompres dingin (misalnya kantung es) Balut tekan Istirahatkan anggota gerak tersebut Tinggikan anggota gerak tersebut

Bila ada kecurigaan perdarahan besar maka sebaiknya pederita dirawat seperti syok. Perawatan luka dengan benda asing menancap Langkah-langkah perawatan luka yang disertai dengan menancapnya benda asing adalah sebagai berikut : 1. Stabilkan benda yang menancap secara manual. 2. Jangan dicabut. Benda asing yang menancap tidak pernah boleh dicabut 3. Bagian yang luka dibuka sehingga terlihat dengan jelas. 4. Kendalikan perdarahan, hati-hati jangan sampai menekan benda yang menancap

5. Stabilkan benda asing tersebut dengan menggunakan penutup luka tebal, atau berbagai variasi misalnya pembalut donat, pembalut gulung dan lain-lainnya. 6. Rawat syok bila ada 7. Jaga pasien tetap istirahat dan tenang. 8. Rujuk ke fasilitas kesehatan. Patah Tulang Cedera Otot Rangka Alat gerak yang terdiri dari tulang, sendi, jaringan ikat dan otot pada manusia sangat penting. Setiap cedera atau gangguan yang terjadi pada sistem ini akan mengakibatkan terganggunya pergerakan seseorang untuk sementara atau selamanya. Gangguan yang paling sering dialami pada cedera otot rangka adalah Patah tulang. Pengertian patah tulang ialah terputusnya jaringan tulang, baik seluruhnya atau hanya sebagian saja. Penyebab Pada dasarnya tulang itu merupakan benda padat, namun masih sedikit memiliki kelenturan. Bila teregang melampau batas kelenturannya maka tulang tersebut akan patah. Cedera dapat terjadi sebagai akibat : 1. Gaya langsung. Tulang langsung menerima gaya yang besar sehingga patah. 2. Gaya tidak langsung. Gaya yang terjadi pada satu bagian tubuh diteruskan ke bagian tubuh lainnya yang relatif lemah, sehingga akhirnya bagian lain iilah yang patah. Bagian yang menerima benturan langsung tidak mengalami cedera berarti 3. Gaya puntir. Selain gaya langsung, juga tulang dapat menerima puntiran atau terputar sampai patah. Ini sering terjadi pada lengan. Mekanisme terjadinya cedera harus diperhatikan pada kasus-kasus yang berhubungan dengan patah tulang. Ini dapat memberikan gambaran kasar kepada kita seberapa berat cedera yang kita hadapi.

Gejala dan tanda patah tulang Mengingat besarnya gaya yang diterima maka kadang kasus patah tulang gejalanya dapat tidak jelas. Beberapa gejala dan tanda yang mungkin dijumpai pada patah tulang : 1. Terjadi perubahan bentuk pada anggota badan yang patah. Seing merupakan satusatunya tanda yang terlihat. Cara yang paling baik untuk menentukannya adalah dengan membandingkannya dengan sisi yang sehat. 2. Nyeri di daerah yang patah dan kaku pada saat ditekan atau bila digerakkan. 3. Bengkak, disertai memar / perubahan warna di daerah yang cedera. 4. Terdengar suara berderak pada daerah yang patah (suara ini tidak perlu dibuktikan dengan menggerakkan bagian cedera tersebut). 5. Mungkin terlihat bagian tulang yang patah pada luka. Pembagian Patah Tulang Berdasarkan kedaruratannya patah tulang dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Patah tulang terbuka 2. Patah tulang tertutup Yang membedakannya adalah lapisan kulit di atas bagian yang patah. Pada patah tulang terbuka, kulit di permukaan daerah yang patah terluka. Pada kasus yang berat bagian tulang yang patah terlihat dari luar. Perbedaannya adalah jika ada luka maka kuman akan dengan mudah sampai ke tulang, sehingga dapat terjadi infeksi tulang. Patah tulang terbuka termasuk kedaruratan segera. Pembidaian Penanganan patah tulang yang paling utama adalah dengan melakukan pembidaian. Pembidaian adalah berbagai tindakan dan upaya untuk mengistirahatkan bagian yang patah. Tujuan pembidaian 1. 2. 3. 4. 5. Mencegah pergerakan/pergeseran dari ujung tulang yang patah. Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah. Memberi istirahat pada anggota badan yang patah. Mengurangi rasa nyeri. Mempercepat penyembuhan

Beberapa macam jenis bidai : 1. Bidai keras. Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang kuat dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam keadaan darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang memenuhi syarat di lapangan.

Contoh : bidai kayu, bidai udara, bidai vakum. 1. Bidai traksi. Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha. Contoh : bidai traksi tulang paha 1. Bidai improvisasi. Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk penopang. Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan improvisasi si penolong. Contoh : majalah, koran, karton dan lain-lain. 1. Gendongan/Belat dan bebat. Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai mitela (kain segitiga) dan memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan daerah cedera. Contoh : gendongan lengan. Pedoman umum pembidaian Membidai dengan bidai jadi ataupun improvisasi, haruslah tetap mengikuti pedoman umum. 1. Sedapat mungkin beritahukan rencana tindakan kepada penderita. 2. Sebelum membidai paparkan seluruh bagian yang cedera dan rawat perdarahan bila ada. 3. Selalu buka atau bebaskan pakaian pada daerah sendi sebelum membidai, buka perhiasan di daerah patah atau di bagian distalnya. 4. Nilai gerakan-sensasi-sirkulasi (GSS) pada bagian distal cedera sebelum melakukan pembidaian. 5. Siapkan alat-alat selengkapnya. 1. 6. Jangan berupaya merubah posisi bagian yang cedera. Upayakan membidai dalam posisi ketika ditemukan. 6. Jangan berusaha memasukkan bagian tulang yang patah.

7. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang diukur lebih dulu pada anggota badan penderita yang sehat. 8. Bila cedera terjadi pada sendi, bidai kedua tulang yang mengapit sendi tersebut. Upayakan juga membidai sendi distalnya. 9. Lapisi bidai dengan bahan yang lunak, bila memungkinkan. 10. Isilah bagian yang kosong antara tubuh dengan bidai dengan bahan pelapis. 11. Ikatan jangan terlalu keras dan jangan longgar. 12. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sendi yang banyak bergerak, kemudian sendi atas dari tulang yang patah. 13. Selesai dilakukan pembidaian, dilakukan pemeriksaan GSS kembali, bandingkan dengan pemeriksaan GSS yang pertama. 14. Jangan membidai berlebihan. Pertolongan cedera alat gerak 1. Lakukan penilaian dini. Kenali dan atasi keadaan yang mengancam jiwa. Jangan terpancing oleh cedera yang terlihat berat. 2. Lakukan pemeriksaan fisik. 3. Stabilkan bagian yang patah secara manual, pegang sisi sebelah atas dan sebelah bawah cedera, jangan sampai menambah rasa sakit penderita. 4. Paparkan seluruh bagian yang diduga cedera. 5. Atasi perdarahan dan rawat luka bila ada. 6. Siapkan semua peralatan dan bahan untuk membidai. 7. Lakukan pembidaian. 8. Kurangi rasa sakit. Istirahatkan bagian yang cedera. Kompres es bagian yang cedera (khususnya pada patah tulang tertutup).

Baringkan penderita pada posisi yang nyaman. Luka Bakar Sebab :


Panas Kimia Listrik Radiasi

PENGGOLONGAN

Berdasarkan dalamnya luka bakar dibagi menjadi : 1. Luka bakar superfisial (derajat satu) Hanya meliputi lapisan kulit yang paling atas saja (epidermis). Ditandai dengan kemerahan, nyeri dan kadang-kadang bengkak 2. Luka bakar derajat dua (sedikit lebih dalam) Meliputi lapisan paling luar kulit yang rusak dan lapisan dibawahnya terganggu. Luka bakar jenis ini paling sakit , ditandai dengan gelembung-gelembung pada kulit berisi cairan, bengkak, kulti kemerahan atau putih, lembab dan rusak. 3. Luka bakar derajat tiga Lapisan yang terkena tidak terbatas, bahkan dapat sampai ke tulang dan organ dalam. Luka bakar ini paling berat dan ditandai dengan kulit biasanya kering, pucat atau putih, namun dapat juga gosong dan hitam.Dapat diikuti dengan mati rasa karena kerusakan saraf. Daerah disekitarnya nyeri. Berbeda dengan derajat satu dan dua luka bakar derajat tiga tidak menimbulkan nyeri
Luas luka bakar

Gambar rumus sembilan Rumus telapak tangan. Cara lain untuk menghitung luas luka bakar adalah embandingkannya dengan luas telapak tangan korban. Telapak tangan korban dianggap memiliki luas 1% luas permukaan tubuh.

Perlu diingat bahwa perhitungan luas luka bakar dihitung berdasarkan masing-masing derajat luka bakar.
DERAJAT BERAT LUKA BAKAR

Derajat berat luka bakar ditentukan oleh dua faktor utama yaitu luasnya permukaan tubuh yang mengalami luka bakar dan lokasinya.
Luka bakar ringan
Luka

bakar derajat tiga kurang dari 2% luas, kecuali pada wajah, tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas bakar derajat dua kurang dari 15% bakar derajat satu kurang dari 50%

Luka Luka

Luka bakar sedang


Luka

bakar derajat tiga antara 2% sampai 10%, kecuali pada wajah, tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas bakar derajat dua antara 15% sampai 30% bakar derajat satu lebih dari 50%

Luka Luka

Luka bakar berat


Semua

luka bakar yang disertai cedera pada saluran napas, cedera jaringan lunak dan cedera tulang bakar derajat dua atau tiga pada wajah, tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas bakar derajat tiga di atas 10% bakar derajat dua lebih dari 30% bakar yang disertai cedera alat gerak bakar mengelilingi alat gerak

Luka Luka Luka Luka Luka

Beberapa penyulit pada luka bakar adalah : 1. Usia penderita, biasanya mereka dengan usia kurang dari 5 tahun atau lebih dari 55 tahun. Penanganan kelompok usia ini biasanya lebih sulit. 2. Adanya penyakit penyerta. Proses penatalaksanaan sering menjadi sukar dan berkepanjangan.

Penatalaksanaan luka bakar


Keamanan Keamanan

keadaan penolong dan orang lain

1. Hentikan proses luka bakarnya. Alirkan air dingin pada bagian yang terkena. Bila ada bahan kimia alirkan air terus menerus sekurang-kurangnya selama 20 menit 2. Buka pakaian dan perhiasan 3. Lakukan penilaian dini 4. Berikan pernapasan buatan bila perlu 5. Tentukan derajat berat dan luas luka bakar 6. Tutup luka bakar dengan penutup luka dan pembalut longgar, jangan memecahkan gelembungnya. Bila yang terbakar adalah jari-jari maka balut masing-masing jari tersendiri 7. Upayakan penderita senyaman mungkin Pemindahan Saat tiba di lokasi kita mungkin menemukan bahwa seorang korban mungkin harus dipindahkan. Pada situasi yang berbahaya tindakan cepat dan waspada sangat penting. Penangan korban yang salah akan menimbulkan cedera lanjutan atau cedera baru.
MEKANIKA TUBUH Penggunaan tubuh dengan baik untuk memfasilitasi pengangkatan dan pemindahan korban untuk mencegah cedera pada penolong.

Cara yang salah dapat menimbulkan cedera. Saat mengangkat ada beberapa hal yang harus diperhatikan : Rencanakan pergerakan sebelum mengangkat Gunakan tungkai jangan punggung Upayakan untuk memindahkan beban serapat mungkin dengan tubuh Lakukan gerakan secara menyeluruh dan upayakan agar bagian tubuh saling menopang Bila dapat kurangi jarak atau ketinggian yang harus dilalui korban

Perbaiki posisi dan angkatlah secara bertahap Hal-hal tersebut di atas harus selalu dilakukan bila akan memindahkan atau mengangkat korban. Kunci yang paling utama adalah menjaga kelurusan tulang belakang. Upayakan kerja berkelompok, terus berkomunikasi dan lakukan koordinasi. Mekanika tubuh yang baik tidak akan membantu mereka yang tidak siap secara fisik. MEMINDAHKAN KORBAN Kapan penolong harus memindahkan korban sangat tergantung dari keadaan. Secara umum, bila tidak ada bahaya maka jangan memindahkan korban. Lebih baik tangani di tempat. Pemindahan korban ada 2 macam yaitu darurat dan tidak darurat
Pemindahan Darurat Pemindahan ini hanya dilakukan bila ada bahaya langsung terhadap korban

Contoh situasi yang membutuhkan pemindahan segera: Kebakaran atau bahaya kebakaran Ledakan atau bahaya ledakan Sukar untuk mengamankan korban dari bahaya di lingkungannya : Bangunan yang tidak stabil Mobil terbalik Kerumunan masa yang resah Material berbahaya Tumpahan minyak Cuaca ekstrim Memperoleh akses menuju korban lainnya Bila tindakan penyelamatan nyawa tidak dapat dilakukan karena posisi korban, misalnya melakukan RJP

Bahaya terbesar pada pemindahan darurat adalah memicu terjadinya cedera spinal. Ini dapat dikurangi dengan melakukan gerakan searah dengan sumbu panjang badan dan menjaga kepala dan leher semaksimal mungkin
Beberapa macam pemindahan darurat
Tarikan Tarikan Tarikan

baju selimut atau kain bahu/lengan

Menggendong Memapah Membopong Angkatan

pemadam

Pemindahan Biasa

Bila tidak ada bahaya langsung terhadap korban, maka korban hanya dipindahkan bila semuanya telah siap dan korban selesai ditangani. Contohnya :
Angkatan Angkatan

langsung ekstremitas (alat gerak)

Posisi Korban

Bagaimana meletakkan penderita tergantung dari keadaannya. Korban dengan syok Tungkai ditinggikan Korban dengan gangguan pernapasan Biasanya posisi setengah duduk Korban dengan nyeri perut Biasanya posisi meringkuk seperti bayi

Posisi pemulihan Untuk korban yang tidak sadar atau muntah Tidak mungkin untuk membahas semua keadaan. Situasi di lapangan dan keadaan korban akan memberikan petunjuk bagaimana posisi yang terbaik.
Peralatan Evakuasi

Tandu beroda Tandu lipat Tandu skop / tandu ortopedi/ tandu trauma Vest type extrication device (KED) Tandu kursi Tandu basket Tandu fleksibel Kain evakuasi Papan spinal Kedaruratan Semua yang dialami korban yang tidak tergologn dalam kecelakaan dimasukan dalam kelompok kedaruratan medis. Seseorang yang mengalami kasus medis mungkin juga dapat mengalami cedera sebagai akibat dari gejala gangguan fungsi tubuh yang terjadi misalnya kehilangan kesadaran lalu terjatuh sehingga terjadi suatu luka. Dalam penatalaksanaan Pertolongan Pertama kasus medis tidak banyak berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Hal yang paling penting adalah mengenali kedaruratannya, terutama secara dini. Kesimpulan mengenai keadaan yang dihadapi hampir 80% diperoleh berdasarkan wawancara dengan penderita bila sadar, keluarganya atau saksi mata dan sumber informasi lainnya. Dalam penatalaksanaan penderita yang paling penting adalah menjaga jalan napas dan memantau tanda vital penderita secara teratur. Gejala dan tanda pada kedaruratan medis. Gejala dan tanda pada kedaruratan medis sangat beragam, khas maupun tidak khas. Perubahan yang tidak normal dari tanda vital penderita sudah mengarah pada kedaruratan medis. Beberapa

hal yang dapat diamati pada penderita yang mengarahkan kecurigaan kita pada adanya masalah medis adalah : Gejala : 1. Demam 2. Nyeri 3. Mual, muntah 4. Buang air kecil berlebihan atau tidak sama sekali 5. Pusing, perasaan mau pingsan, merasa akan kiamat 6. Sesak atau merasa sukar bernapas 7. Rasa haus atau lapar berlebihan, rasa aneh pada mulut Tanda : 1. Perubahan status mental (tidak sadar, bingung) 2. Perubahan irama jantung : nadi cepat atau sangat lambat, tidak teratur, lemah atau sangat kuat. 3. Perubahan pernapasan: irama dan kualitas warna pada selaput lendir (pucat, kebiruan, terlalu merah) 4. Perubahan keadaan kulit : suhu, kelembaban, keringat berlebihan, sangat kering, termasuk perubahan warna pada selaput lendir (pucat, kebiruan, terlalu merah) 5. Manik mata : sangat lebar, atau sangat kecil 6. Bau khas dari mulut atau hidung 7. Aktivitas otot misalnya kejang atau kelumpuhan 8. Gangguan saluran cerna : mual, muntah atau diare 9. Tanda-tanda lainnya yang seharusnya tidak ada. Anggap semua keluhan penderita adalah benar. Bila penderita merasa tidak enak atau nyaman maka perlakukan sebagai kasus medis Beberapa gangguan medis yang umum ditemukan adalah :

1. Pingsan (Syncope/collapse) : Terjadi karena peredaran darah yang ke organ otak berkurang, yang dapat terjadi akibat emosi yang hebat, berada dalam ruangan yang penuh orang tanpa udara segar yang cukup, letih dan lapar, terlalu banyak mengeluarkan tenaga. Gejala dan tanda: 1. Perasaan limbung. 2. Pandangan berkunang-kunang dan telinga berdenging. 3. Lemas, keluar keringat dingin. 4. Menguap. 5. Dapat menjadi tidak ada respon, yang biasanya berlangsung hanya beberapa menit. 6. Denyut nadi lambat. Penatalaksanaan : 1. Baringkan penderita dengan tungkai ditinggikan. 2. Longgarkan pakaian. 3. Usahakan penderita menghirup udara segar. 4. Periksa cedera lainnya. 5. Beri selimut, agar badannya hangat. 6. Bila pulih, usahakan istirahatkan beberapa menit. 7. Bila tidak cepat pulih, maka: - periksa napas dan nadi. - posisikan stabil. - bawa ke fasilitas kesehatan 2. Paparan panas Panas dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh. Umumnya ada 3 macam gangguan yang terjadi:

A. Kram panas Terjadi akibat kehilangan garam tubuh yang berlebihan melalui keringat. Gejala dan Tanda: 1. Kejang pada otot yang disertai nyeri 2. Tungkai dan perut. 3. Kelelahan. 4. Mual 5. Mungkin pingsan Penatalaksanaan : 1. Baringkan penderita di tempat teduh. 2. Beri minum kepada penderita, bila perlu campur sedikit garam. JANGAN MEMBUANG WAKTU UNTUK MENCARI GARAM. 3. Rujuk ke fasilitas kesehatan. B. Kelelahan Panas Terjadi akibat kondisi yang tidak fit pada saat melakukan aktivitas di lingkungan yang suhu udaranya relatif tinggi, yang mengakibatkan terganggunya aliran darah. Gejala dan tanda : 1. Pernapasan cepat dan dangkal. 2. Nadi lemah. 3. Kulit teraba dingin, keriput, lembab dan selaput lendir pucat 4. Pucat, keringat berlebihan. 5. Lemah. 6. Pusing, kadang tidak repon. Penatalaksanaan :

1. Baringkan penderita di tempat yang teduh. 2. Kendorkan pakaian yang mengikat. 3. Tinggikan tungkai penderita sekitar 20 30 cm. 4. Berikan oksigen bila ada. 5. Beri minum bila penderita sadar. 6. Rujuk ke fasilitas kesehatan. Sengatan Panas Merupakan keadaan yang mengancam nyawa. Suhu tubuh menjadi terlalu tinggi dan pada banyak kasus penderita tidak lagi berkeringat. Bila tidak diatasi dengan segera, maka sel otak akan segera mati. Gejala dan tanda: 1. Pernapasan cepat dan dalam. 2. Nadi cepat dan kuat diikuti nadi cepat tetapi lemah. 3. Kulit teraba kering, panas kadang kemerahan 4. Manik mata melebar. 5. Kehilangan kesadaran. 6. Kejang umum atau gemetar pada otot. Penatalaksanaan : 1. Turunkan suhu tubuh penderita secepat mungkin. 2. Letakkan kantung es pada ketiak, lipat paha, dibelakang lutut dan sekitar mata kaki serta di samping leher. 3. Bila memungkinkan, masukkan penderita ke dalam bak berisi air dingin dan tambahkan es ke dalamnya. 4. Rujuk ke fasilitas kesehatan. 3. Paparan dingin (Hipotermia)

Udara dingin dapat menyebabkan suhu tubuh menurun. Suhu lingkungan tidak perlu sampai beku untuk mencetuskan hipotermia. Ada beberapa keadaan yang memperburuk hipotermia yaitu faktor angin dan kekurangan makanan. Gejala dan tanda Hipotermia sedang : 1. Menggigil. 2. Terasa melayang. 3. Pernapasan cepat, nadi lambat. 4. Gangguan penglihatan. 5. Reaksi mata lambat. 6. Gemetar. Hipotermia berat : 1. Pernapasan sangat lambat. 2. Denyut nadi sangat lambat. 3. Tidak ada respon. 4. Manik mata melebar dan tidak bereaksi. 5. Alat gerak kaku. 6. Tidak menggigil. Penanganan hipotermia: Rawat penderita dengan hati hati, berikan rasa nyaman. 1. Penilaian dini dan pemeriksaan penderita. 2. Pindahkan penderita dari lingkungan dingin. 3. Jaga jalan napas dan berikan oksigen bila ada. 4. Ganti pakaian yang basah, selimuti penderita, upayakan agar tetap kering.

5. Bila penderita sadar dapat diberikan minuman hangat secara pelan pelan. 6. Pantau tanda vital secara berkala. 7. Rujuk ke fasilitas kesehatan. Keracunan Pengertian: Racun adalah suatu zat yang bila masuk dalam tubuh dalam jumlah tertentu dapat menyebabkan reaksi tubuh yang tidak diinginkan bahkan dapat menimbulkan kematian. Dalam keadaan sehari-hari ada beberapa zat yang sering digolongkan sebagai racun namun sebenarnya bahan ini adalah korosif, yaitu dapat menyebabkan luka bakar pada bagian tubuh dalam bila masuk ke dalam tubuh. Penatalaksanaan penderita pada kasus ini biasanya disamakan dengan keracunan. Cara terjadinya Keracunan pada manusia: A. Sengaja bunuh diri Dengan minum obat-obatan/cairan kimia dalam jumlah yang berlebihan misalnya minum racun serangga, obat tidur berlebihan. Sering berakhir dengan kematian, kecuali penemuan kasus keracunan tersebut cepat dan langsung mendapat pertolongan. B. Keracunan tidak disengaja Misalnya: a. Makan makanan/minuman yang telah tercemar oleh kuman/ zat kimia tertentu. b. Salah minum yang biasanya terjadi pada anak-anak/orang tua yang sudah pikun misalnya obat kutu anjing disangka susu dan sebagainya. c. Makan singkong yang mengandung kadar sianida tinggi. d. Udara yang tercemar gas beracun. Jalur masuknya racun dalam tubuh manusia 1. Melalui mulut/alat pencernaan. a. Obat-obatan terutama obat tidur/penenang, biasanya dalam jumlah besar atau diminum dengan bahan lain sehingga terjadi reaksi keracunan

b. Makanan yang mengandung racun misalnya: singkong, jengkol, tempe bongkrek, oncom, makanan kaleng yang kadaluarsa. c. Baygon, minyak tanah, zat pembunuh serangga lainnya. d. Makanan atau minuman yang mengandung alkohol (bir, minuman keras) a. Perhatikan sekitar penderita mungkin ditemukan petunjuk mengenai sebab keracunannya, misalnya botol obat, pembungkus, sisa makanan, sisa muntahan. 2. Melalui pernapasan. a. Menghirup gas beracun/udara beracun (mis. gas mobil dalam kendaraan yang tertutup). b. Kebocoran gas industri. 3. Melalui kulit atau absorbsi (kontak) Zat kimia/tanaman beracun yang terpapar melalui permukaan kulit dan dapat meresap ke dalam kulit tersebut. Keracunan ini dapat juga terjadi akibat tersentuh binatang yang memiliki racun pada kulit atau bagian tubuh lainnya. 4. Melalui suntikan atau gigitan a. Gigitan / sengatan binatang berbisa (ular, kalajengking, dll.). b. Gigitan binatang laut (ubur-abur, anemon, ketimun laut, gurita, tiram dll). c. Obat suntik Gejala dan tanda keracunan secara umum Gejala dan tanda keracunan yang khas biasanya sesuai dengan jalur masuk racun ke dalam tubuh. Bila masuk melalui saluran pencernaan, maka gangguan utama akan terjadi pada saluran pencernaan. Bila masuk melalui jalan napas maka yang terganggu adalah pernapasannya dan bila melalui kulit akan terjadi reaksi setempat lebih dahulu. Gejala lanjutan yang terjadi biasanya sesuai dengan sifat zat racun tersebut terhadap tubuh. Gejala dan tanda keracunan umum : a. Riwayat yang berhubungan dengan proses keracunan b. Penurunan respon

c. Gangguan pernapasan d. Nyeri kepala, pusing, gangguan penglihatan e. Mual, muntah, diare f. Lemas, lumpuh, kesemutan g. Pucat atau sianosis h. Kejang-kejang i. Gangguan pada kulit j. Bekas suntikan, gigitan, tusukan k. Syok l. Gangguan irama jantung dan peredaran darah pada zat tertentu. Penatalaksanaan keracunan secara umum : 1. Pengamanan sekitar, terutama bila berhubungan dengan gigitan binatang. 2. Pengamanan penderita dan penolong terutama bila berada di daerah dengan gas beracun. 3. Keluarkan penderita dari daerah berbahaya bila memungkinkan. 4. Penilaian dini, bila perlu lakukan RJP. 5. Bila racun masuk melalui jalur kontak, maka buka baju penderita dan bersihkan sisa bahan beracun bila ada 6. Bila racun masuk melalui saluran cerna, uapayakan mengencerkan racun . 7. Awasi jalan napas, terutama bila respon menurun atau penderita muntah. 8. Bila keracunan terjadi secara kontak maka bilaslah daerah yang terkena dengan air. 9. Bila ada petunjuk seperti pembungkus, sisa muntahan dan sebagainya sebaiknya diamankan untuk identifikasi. 10. Penatalaksanaan syok bila terjadi 11. Pantaulah tanda vital secara berkala.

12. Bawa ke fasilitas kesehatan Incident Command System dan Triage


Incident Command System (ICS)

Di sini tidak akan dijelaskan secara rinci mengenai hal ini karena bahasan ini merupakan suatu topik pelatihan sendiri. Perlu diketahui oleh penolong bahwa sistem ini sebenarnya sudah ada dan baku, pelaksanaannya tergantung dari masing-masing daerah. Di Indonesia ICS ini sering dikenal sebagai POSKO, yang tugas dasarnya adalah mengatur penanggulangan korban banyak atau bencana. Bagaimana melakukan pemilahan korban, bagaimana dan kemana korban di evakuasi, menggunakan apa, siapa yang bertugas di mana, kemana dan semua hal lain yang berhubungan dengan pengaturan di lokasi. Secara umum pada penanggulangan korban banyak perlu di atur tempat sedemikian rupa sehingga ada : 1. Daerah triage
Pada dasarnya daerah ini merupakan areal kejadian.

2. Daerah pertolongan
Setelah pasien ditentukan triagenya maka dipindahkan ke daerah penampungan di mana pertolongan diberikan.

3. Daerah transportasi
Pada daerah ini berkumpul semua kendaraan yang akan digunakan untuk mengevakuasi para korban, termasuk pencatatan data pengiriman korban.

4. Daerah penampungan penolong dan peralatan.


Pada daerah ini para penolong yang baru datang atau sudah bekerja berkumpul, di data dan di atur pembagian kerjanya. Bila kejadiannya besar maka daerah penampungan juga diperlukan untuk peralatan, barang-barang lainnya. Peran Penolong Pertama

Sebagai penolong kita harus mengetahui sistem yang ada, terutama apa yang harus dilakukan pada fase awal, pada dasarnya penolong harus : 1. 2. 3. 4. Mendirikan Posko dan komandonya Menilai keadaan Meminta bantuan sesuai keperluan Mulai melakukan triage

Penilaian keadaan

Setelah menentukan suatu kejadian sebagai kasus dengan korban banyak maka hal yang paling penting dilakukan adalah menahan diri untuk tidak langsung memberikan pertolongan kepada perorangan. Nilai hal-hal sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Keadaan Jumlah penderita Tindakan khusus Sumber daya yang kira-kira akan diperlukan Hal lain yang dapat berdampak pada situasi dan kondisi Berapa banyak sektor yang diperlukan Wilayah atau areal penampungan

Buat suatu laporan singkat, sehingga bantuan yang akan datang akan sesuai dengan keperluan.
Triage

Triage berasal dari bahasa Perancis yang berarti pemilahan. Dalam dunia medis istilah ini dipergunakan untuk tindakan pemilahan korban berdasarkan prioritas pertolongan atau transportasinya. Prinsip utama dari triage adalah menolong para penderita yang mengalami cedera atau keadaan yang berat namun memiliki harapan hidup. Salah satu metode yang paling sederhana dan umum digunakan adalah metode S.T.A.R.T atau Simple Triage and Rapid Treatment. Metode ini membagi penderita menjadi 4 kategori : 1. Prioritas 1 Merah Merupakan prioritas utama, diberikan kepada para penderita yang kritis keadaannya seperti gangguan jalan napas, gangguan pernapasan, perdarahan berat atau perdarahan tidak terkontrol, penurunan status mental 2. Prioritas 2 Kuning Merupakan prioritas berikutnya diberikan kepada para penderita yang mengalami keadaan seperti luka bakar tanpa gangguan saluran napas atau kerusakan alat gerak, patah tulang tertutup yang tidak dapat berjalan, cedera punggung. 3. Prioritas 3 Hijau Merupakan kelompok yang paling akhir prioritasnya, dikenal juga sebagai Walking Wounded atau orang cedera yang dapat berjalan sendiri. 4. Prioritas 0 Hitam Diberikan kepada mereka yang meninggal atau mengalami cedera yang mematikan.

Pelaksanaan triage dilakukan dengan memberikan tanda sesuai dengan warna prioritas. Tanda triage dapat bervariasi mulai dari suatu kartu khusus sampai hanya suatu ikatan dengan bahan yang warnanya sesuai dengan prioritasnya. Jangan mengganti tanda triage yang sudah ditentukan. Bila keadaan penderita berubah sebelum memperoleh perawatan maka label lama jangan dilepas tetapi diberi tanda, waktu dan pasang yang baru.
Pelaksanaan Triage Metode S.T.A.R.T

Untuk memudahkan pelaksanaan triage maka dapat dilakukan suatu pemeriksaan sebagai berikut : 1. Kumpulkan semua penderita yang dapat / mampu berjalan sendiri ke areal yang telah ditentukan, dan beri mereka label HIJAU. 2. Setelah itu alihkan kepada penderita yang tersisa periksa : 3. Pernapasan : a. Bila pernapasan lebih dari 30 kali / menit beri label MERAH. b. Bila penderita tidak bernapas maka upayakan membuka jalan napas dan bersihkan jalan napas satu kali, bila pernapasan spontan mulai maka beri label MERAH, bila tidak beri HITAM. c. Bila pernapasan kurang dari 30 kali /menit nilai waktu pengisian kapiler. 4. Waktu pengisian kapiler : a. Lebih dari 2 detik berarti kurang baik, beri MERAH, hentikan perdarahan besar bila ada. b. Bila kurang dari 2 detik maka nilai status mentalnya. c. Bila penerangan kurang maka periksa nadi radial penderita. Bila tidak ada maka ini berarti bahwa tekanan darah penderita sudah rendah dan perfusi jaringan sudah menurun. 5. Pemeriksaan status mental : a. Pemeriksaan untuk mengikuti perintah-perintah sederhana b. Bila penderita tidak mampu mengikuti suatu perintah sederhana maka beri MERAH. c. Bila mampu beri KUNING. Setelah memberikan label kepada penderita maka tugas anda berakhir segera lanjutkan ke penderita berikut.

HIJAU Penderita dapat berjalan ? Penderita bernapas ? Penderita bernapas setelah jalan napas dibuka HITAM MERAH Frekuensi pernapasan Waktu pengisian kapiler Status mental perintah sederhana ?

YA TIDAK
30 x

TIDAK YA
< 30 x 2 detik < 2 detik

TIDAK YA
KUNING

YA TIDAK

1.SEJARAH PALANG MERAH INTERNASIONAL SEJARAH PALANG MERAH


PALANG MERAH INTERNASIONAL

ARTI PALANG MERAH : Suatu perhimpunan yang anggotanya memberikan pertolongan secara sukarela kepada setiap manusia yang sedang menderita tanpa membeda bedakan bangsa, golongan, agama dan politik.

SEJARAH

Berawal dengan pecahnya perang antara pasukan Perancis dan Italia melawanAustria pada tahun 1859 di Selferino (Italia Utara), Henry Dunant menyaksikan terjadinya perang tersebut dimana banyak korban perang yang tidak mendapat pertolongan, sehingga timbul ide atau gagasan untuk memberi pertolongan kepada korban perang tersebut. Pengalaman selama beberapa hari bergelut di medan perang, ia tuangkan di dalam buku yang ditulisnya pada tahun 1962 bejudul A Memory of Solferino (Kenangan di Solferino). Buku tersebut berkisah tentang kondisi yang ditimbulkan oleh peperangan dan mengusulkan agar dibentuk satuan tenaga sukarela yang bernaung di bawah suatu lembaga yang memberikan pertolongan kepada orang yang terluka di medan perang.
1. KOMITE INTERNASIONAL PALANG MERAH ( KIPM ) (International Committee of the Red Cross)

Latar belakang berdirinya


Buku kenangan di Solferino (a memory of solferino) sangat menarik perhatian masyarakat diantaranya 4 orang penduduk Jenewa, yaitu : 1. General Dufour 3. Dr. Theodore Maunoir 2. Dr. Louis Appia 4. Gustave Moynier 4 orang tersebut bersama Henry Dunant membentuk Komite Lima (1963), mereka merintis terbentuknya KIPM yang kemudian menjadi Internasional Committee of the Red Cross (ICRC). Pada tanggal 22 agustus 1864 atas prakarsa ICRC, pemerintah Swiss menyelenggarakan suatu konferensi yang diikuti oleh 12 kepala negara yang menandatangani perjanjian Internasional yang dikenal dengan :

KONVENSI JENEWA I

Tentara yang terluka atau sakit harus diobati. Sebagai penghargaan terhadap negara Swiss, maka lambang perlindungan menggunakan tanda Palang Merah di atas dasar putih, yang terjadi dengan mempertukarkan warna warna federal.

Lambang ini hendaknya dipakai untuk Rumah Sakit, Ambulance dan para petugas penolong dimedanperang/konflik bersenjata.

Karena tanda Palang Merah diasumsikan mempunyai arti khusus, maka pada tahun 1876 simbol bulan sabit merah disahkan untuk digunakan oleh Negara-negara Islam. Kedua symbol tersebut memiliki arti dan nilai yang sama.
Konferensi Internasional Palang Merah yang diselenggarakan 4 tahun sekali dan dihadiri oleh ICRC, Federasi, Perhimpunan Nasional dan Pemerintah peserta peratifikasi Konvensi Jenewa tahun 1949. Pertemuan itu membahas persoalan persoalan umum dan menampung usul usul serta resolusi di samping mengambil keputusan.Para

peserta konferensi memilih anggota Standing Commission (Komisi Tetap) yang bersidang pada waktu diantara dua konferensi Internasional.
2. FEDERASI INTERNASIONAL PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH (IFRC) (International Federation of The Red Cross)

Latar belakang berdirinya


Dengan berakhirnya Perang Dunia I, berbagai epidemi penyakit berjangkit bencana kelaparan menjalar. Melihat kenyataan itu, Henry P. Davidson warga negara Amerika, merasa perlu mendirikan suatu organisasi yang menangani masalah bantuan tersebut. Organisasi ini resmi didirikan pada tanggal 5 Mei 1919 dalam suatu Konferensi Kesehatan Internasional di Cannas Perancis. Palang Merah Indonesia

termasuk anggota ke 68.

Organisasi
BADAN TERTINGGI ORGANISASI : Badan tertinggi penentuan kebijaksanaan adalah disebut General Assembly Board of Gevernors. General Assembly atau sidang umum dihadiri oleh wakil-wakil dari semua anggota federasi dan bersidang tiap 2 tahun, Presiden Federasi dipilih tiap 4 tahun. Jika General Assembly tidak besidang, maka kebijakan tertinggi dilaksanakan oleh Executive yang aggotanya terdiri dari 16 Perhimpunan Nasional (dipilih berdasarkan letak goegrafis), Presiden dan Sekjen Federasi. 3. PRINSIP PRINSIP DASAR GERAKAN PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH INTERNASIONAL

Semua kegiatan kemanusiaan dilandasi oleh 7 prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. Ketujuh prinsip ini disahkan dalam Konferensi Internasional Palang Merah ke XX di Wina tahun 1965. Ketujuh prinsip ini juga disahkan dalam Munas XIV Palang Merah Indonesia di Jakarta pada tahun 1986.
1. KEMANUSIAAN ( Humanity )

Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional didirikan berdasarkan keinginan memberikan pertolongan tanpa membedakan korban terluka di dalam pertempuran, berupaya dalam kemampuan bangsa dan antar bangsa, mencegah dan mengatasi penderitaan sesama manusia. Palang Merah menumbuhkan saling pengertian, kerjasama dan perdamaian abadi bagi sesama manusia.
2. KESAMAAN ( Impartiality )

Gerakan ini tidak membuat perbedaan atas dasar kebangsaan, kesukuan, agama/kepercayaan tingkatan atau pandangan politik. Tujuannya semata mata mengurangi penderitaan manusia sesuai dengan kebutuhannya dan mendahulukan keadaan yang paling parah.
3. KENETRALAN ( Neutrality ) Agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua pihak, gerakan ini tidak boleh memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, kesukuan, agama atau idiologi. 4. KEMANDIRIAN (Independence

)
Gerakan ini bersifat mandiri. Perhimpunan Nasional disamping membantu Pemerintahannya dalam bidang kemanusiaan, juga harus mentaati peraturan negaranya, harus selalu menjaga otonominya sehingga dapat bertindak sesuai dengan prinsip prinsip gerakan ini. 5. KESUKARELAAN ( Voluntary Service ) Gerakan ini adalah gerakan pemberi bantuan sukarela, yang tidak didasari oleh keinginan untuk mencari keuntungan apapun. 1. KESATUAN ( Unity ) Didalam suatu negara hanya ada satu Perhimpunan Palang Merah atau Bulan Sabit Merah yang terbuka untuk semua orang dan melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh wilayah. 7. KESEMESTAAN ( Universality )

Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional adalah bersifat semesta. Setiap perhimpunan mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama dalam menolong sesama manusia.

KOMITE INTERNASIONAL PALANG MERAH (KIPM)

FEDERASI INTERNASIONAL PALANG PERHIMPUNAN PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH MARAH dan BULAN SABIT MERAH NASIONAL

Internasional Committee of the Red International Federation of the Red Perhimpunan Nasional harus Cross (ICRC) Cross and Red Crescent society. mendapat pengakuan dari KIPM, baru sah menjadi Markas Besar di Jenewa, anggota Markas Besar di Jenewa. anggota federasi. Juga harus dewan ekskutifnya maksimal 25 Secretariat Federasi dipimpin oleh diakui oleh Pemerintahannya orang warga negara Swiss. Sekjen mempunyai pegawai yang sebagai Perhimpunan terdiri dari bermacam macam penolong yang bersifat TUJUAN : bangsa. sukarela dan turut membantu Pemerintah. Sampai tahun Menjadi perantara NETRAL Tujuan : 1992 anggota federasi ada mengenai hal kemanusiaan dalam 153 negara, PMI termasuk pertikaian politik, perang saudara Mencegah dan meringankan anggota ke-68. penderitaan manusia melalui dan kerusuhan dalam negeri. TUGAS

Memberikan perlindungan kepada kebutuhan negara yang korban militer maupun sipil sebagai bersangkutan, antara lain : Tugas : akibat konflik bersenjata, gangguan dan ketegangan dalam negeri. 1. Menggiatkan PEMBENTUKAN dan 1. Memberikan bantuan darurat pengembangan PERHIMPUNAN Petugas KIPM mengunjungi tawanan NASIONAL di seluruh dunia. perang/tawanan politik 2. Pelayanan kesehatan Federasi juga bertindak sebagai untukberdialog tanpa saksi sehingga perantara, koordinator antara dapat diperoleh gambaran yang 3. Bantuan sosial bagi Perhimpunan Palang Merah nyata tentang kondisi penahanan perorangan maupun Internasional. juga membantu menyampaikan kelompok berita keluarga. Laporan tersebut 2. Memberikan saran dan bersifat rahasia. 4. Latihan P3K membantu Perhimpunan Nasional dalam meningkatkan, Memberikan bantuan (sandang, 5. Melatih tenaga perawat mengkoordinasi BANTUAN pangan medis dan sanitasi) kepada Internasional untuk KORBAN 6. Transfusi darah korban konflik bersenjata tersebut. BENCANA ALAM dan PARA PENGUNGSI di luar daerah 7. Pembinaan remaja Melakukan pencarian pada saat pertikaian, seringkali dengan terjadi konflik bersenjata maupun

kegiatan Palang Merah dan Tugas : Bulan Sabit Merah nasional yang merupakan sumbangan untuk Beraneka ragam tergantung perdamaian.

sesudahnya. Mencari berita sampai melancarkan permintaan bantuan 8. Di masa perang, membantu mempersatukan keluarga yang ke seluruh dunia. tawanan, pengungsi dan terpisah akibat perang. kaum interniran. 3. Mengembangkan pembentukan Melakukan PENYEBARLUASAN HPI rencana KESIAPSIAGAAN NASIONAL dan prinsip prinsip dasar gerakan terhadaP BENCANA ALAM. Palang Merah dan Bulan Sabit Merah 4. Menggiatkan dan dengan tujuan menganjurkan penghormatan bagi kelompok non- mengkoordinasi pertukaran gagasan kemanusiaan bagi kombatan (tentara yang luka, pendidikan anak dan remaja tawanan serta warga sipil). Disamping membatasi kekejaman, diantara Perhimpunan Nasional demi membina hubungan baik pengrusakan dan mempermudah antara remaja di seluruh dunia. bantuan yang segera, netral serta tidak memihak kepada para korban 5. Membantu ICRC konflik bersenjata. menyebarluaskan HPI dan PRINSIP PRINSIP DASAR GERAKAN PALANG Dana, sumbangan sukarela dari MERAH dan BULAN SABIT MERAH. pemerintah dan Perhimpunan Nasional. Dana, iuran tahunan dari anggota dan sumbangan sukarela untuk bantuan dan pengembangan. HUKUM PERIKEMANUSIAAN INTERNASIONAL ( H P I ) ( Internasional Humaniterian Law ) Definisi : HPI adalah bagian dari hukum internasional yang memberikan perlindungan terhadap anggota angkatan perang yang luka, sakit, dan tidak dapat lagi ikut dalam peperangan serta penduduk sipil yang tidak ikut berperang. Selain itu juga mengatur metode perang. Maksud dan tujuan adanya HPI : Mengatur perang yang terjadi lebih manusiawi, bila perang itu tidak terhindarkan, menentukan orang orang yang tidak ikut dalam peperangan atau tidak dapat lagi ikut dalam peperangan hendaknya dianggap manusia biasa yang patut dihargai dan diperlakukan secara manusiawi. Sasaran penyerangan hanya boleh dilakukan terhadap obyek militer dan bukan obyek sipil. HPI sangat erat kaitannya dengan Palang Merah, dimulai dengan lahirnya Konvensi Jenewa 1864 ( pertama ).

Konvensi Jenewa telah dilengkapi dan diperbaiki pada tahun 1906, 1928, 1949 dan 2 protokol ditambahkan pada konvensi tersebut ditahun 1977. 4 konvensi Jenewa 1949 : Konvensi I : Perlindungan terhadap korban angkatan perang di darat yang luka dan sakit, petugas kesehatan serta petugas dibidang agama. Konvensi II : Perlindungan terhadap korban angkatan perang di laut, petugas kesehatan, petugas agama serta kapal perang yang kandas. Konvensi III : Perlindungan terhadap tawanan perang. Konvensi IV : Perlindungan terhadap orang orang sipil di masa perang.

Karena ke 4 Konvensi tersebut belum mencakup perlindungan terhadap semua penderita yang diakibatkan oleh pertikaian, maka pada tahun 1977 dikeluarkan 2 protokol :
Protokol I : diterapkan pada konflik bersenjata internasional. Protokol II : diterapkan pada konflik non internasional. Tiap negara di dunia ikut mengesahkan dan menyetujui konvensi tersebut. Sekarang lebih dari 160 negara telah ikut menjadi peserta Konvensi Jenewa tahun 1942. HPI perlu disebarluaskan :

Sesuai ketentuan, negara penandatanganan Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol I dan II 1977, mentaati dan menjamin, bahwa isi Konvensi tersebut diketahui dengan sebaik baiknya terutama oleh angkatan perang, Dinas Kesehatan dan Rohaniawan ( golongan ini mempunyai hak dan kewajiban dalam Konvensi Jenewa ). Masyarakat dan penduduk sipil juga harus memahami HPI ini, agar mereka juga mengetahui hak hak serta kewajiban dimasa pertikaian bersenjata. Kegiatan perikemanusian Palang Merah untuk menolong dan melindungi korban perang merupakan hak dan kewajiban dibawah ketentuan Konvensi Jenewa 1949. Kegiatan ini harus semata mata bertujuan menolong korban perang sebagai manusia, terlepas dari pertimbangan politik atau militer. Untuk itu PMI turut menyebar luaskan HPI, terutama untuk kalangan PMI, yang dilakukan bersama dengan penyebarluasan prinsip prinsip Palang Merah.

PALANG MERAH INDONESIA Seperti Palang Merah Internasional, lahirnya PMI juga berkaitan dengan kancah peperangan, diawali pada : A. MASA SEBELUM PERANG DUNIA II 1. 21 Oktober 1873 Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie ( NERKAI ) didirikan Belanda. 2. Tahun 1932 Dr. RCL Senduk dan Dr. Bahder Djohan merencanakan mendirikan badan PMI. 3. Tahun 1940 pada sidang konperensi NERKAI, rencana diatas ditolak karena menurut Pemerintah Belanda, rakyatIndonesia belum mampu mengatur Badan Palang Merah Nasional. B. MASA PENDUDUKAN JEPANG. Dr. RCL Senduk berusaha lagi untuk mendirikan Badan PMI namun gagal, ditolak Pemerintah Dai Nippon. C. MASA KEMERDEKAAN RI 1. 17 Agustus 1945 RI Merdeka. 2. 3 September 1945 Presiden Soekarno memerintahkan kepada Menteri Kesehatan Dr. Buntaran Martoatmodjo untuk membentuk Badan Palang Merah Nasional. Pembentukan PMI dimaksudkan juga untuk menunjukan pada dunia Internasional bahwa negaraIndonesia adalah suatu fakta yang nyata. 3. 5 September 1945 Menkes RI dalam Kabinet I ( Dr. Boentaran ) membentuk Panitia 5 :

Ketua : Dr. R. Mochtar. Penulis : Bahder Djohan. Anggota : Dr. Djoehana. Dr. Marzuki. Dr. Sintanala. 4. 17 September 1945 tersusun Pengurus Besar PMI yang dilantik oleh Wakil Presiden RI Moch. Hatta yang sekaligus beliau sebagai Ketuanya. D. MASA PERANG KEMERDEKAAN. Pada masa itu peperangan terjadi dimana mana, dalam usia muda PMI menghadapi kesulitan, kurang pengalaman, kurang peralatan dan dana. Namun orang orang secara sukarela mengerahkan tenaganya, sehingga urusan Kepalangmerahan dapat diselenggarakan. Dari pertolongan dan bantuan seperti : Dapur Umum ( DU ). Pos PPPK ( P3K ). Pengangkutan dan perawatan korban pertempuran. Sampai penguburan jika ada yang meninggal. Dilakukan oleh laskar laskar Sukarela dibawah Panji Palang Merah yang tidak memandang golongan, agama dan politik. Pada waktu itu dibentuk Pasukan Penolong Pertama ( Mobile Colone ) oleh cabang cabang, anggotanya terdiri dari pelajar. E. BEBERAPA PERISTIWA SEJARAH PMI 1. Tanggal 16 Januari 1950. Dikeluarkan Keputusan Presiden RI No. 25 / 1950 tentang pengesahan berdirinya PMI. 2. Tanggal 15 Juni 1950.

PMI diakui oleh ICRC. 3. Tanggal 16 Oktober 1950. PMI diterima menjadi anggota Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah dengan keanggotaan No. 68. F. NAMA NAMA TOKOH YANG PERNAH MENJADI KETUA PMI 1. Ketua PMI ke 1 ( 1945 1946 ) : Drs. Moch. Hatta.

2. Ketua PMI ke 2 ( 1945 1948 ) : Soetarjo Kartohadikoesoemo.

3. Ketua PMI ke 3 ( 1948 1952 ) : BPH Bintoro. 4. Ketua PMI ke 4 ( 1952 1954 ) : Prof. Dr. Bahder Djohan. 5. Ketua PMI ke 5 ( 1954 1966 ) : P. A. A. Paku Alam VIII. 6. Ketua PMI ke 6 ( 1966 1969 ) : Letjen Basuki Rachmat. 7. Ketua PMI ke 7 ( 1970 1982 ) : Prof. Dr. Satrio. 8. Ketua PMI ke 8 ( 1982 1986 ) : Dr. H. Soeyoso Soemodimedjo. 9. Ketua PMI ke 9 ( 1986 1992 ) : Dr. H. Ibnu Sutowo. 10. Ketua PMI ke 10 ( 1992 1998 ) : Hj. Siti Hardianti Rukmana.

11. Ketua PMI ke 11 ( 1998 2004 ) : Marie Muhammad. 12. Ketua PMI ke 12 (2004 sekarang : Marie Muhammad G. STRUKTUR ORGANISASI PMI MUNAS MUSDA MUSCAB MUSRAN PENGURUS PUSAT PENGURUS DAERAH PENGURUS CABANG PENGURUS RANTING ANGGOTA

KETERANGAN : GARIS KOORDINASI __________________ GARIS KOMANDO Musyawarah Nasional adalah pemegang kekuasaan tertinggi didalam perhimpunan PMI, dihadiri oleh utusan utusan Cabang, Daerah serta Pengurus Pusat. Diadakan tiap 4 tahun. Saat ini PMI memiliki 306 Cabang dari 31 Propinsi ( Daerah ). TUJUAN PMI : Meringankan penderitaan sesama manusia apapun sebabnya, dengan tidak membedakan golongan, bangsa, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. LAMBANG PMI : 1. PMI menggunakan lambang Palang Merah di atas dasar putih sebagai tanda PERLINDUNGAN sesuai dengan ketentuan Palang Merah Internasional, 2. Lambang PMI sebagai anggota Palang Merah Internasional adalah Palang Merah di atas dasar warna putih, 3. Lambang PMI sebagai Perhimpunan Nasional adalah Palang Merah di atas dasar putih dilingkari bunga berkelopaklima . KEANGGOTAAN PALANG MERAH INDONESIA Didalam Anggaran Dasar PMI pada Bab VII pasal 11 disebutkan : Organisaasi PMI mempunyai anggota yaitu : 1. Anggota Remaja.

2. Anggota Biasa. 3. Anggota Kehormatan. 1. ANGGOTA REMAJA. Wanita Pria usia di bawah 18 tahun Warga NegaraIndonesia . Mendaftarkan diri secara sukarela di sekolah masing masing. Mendapat ijin atau persetujuan orang tua. KEWAJIBAN : A. Mengikuti pendidikan dan latihan dasar Kepalangmerahan. B. Bersedia membantu tugas tugas Kepalangmerahan dan tergabung dalam wadah / kegiatan Palang Merah Remaja. C. Menjaga nama baik organisasi serta mempererat persahabatan baik nasional maupun internasional. D. Mempertinggi ketrampilan dan kecakapan dalam tugas Kepalangmerahan. HAK : A. Dapat menjadi Anggota Biasa PMI jika telah mencapai usia 18 tahun. B. Mendapat kesempatan pendidikan Kepalangmerahan. C. Ikut aktif dalam Palang Merah Remaja. D. Dapat mengikuti kegiatan kegiatan sebagai Anggota Remaja baik di Dalam Negeri maupun di Luar Negeri.

PALANG MERAH REMAJA

Palang Merah Remaja di bentuk oleh PMI pada bulan Maret 1950 yang merupakan perwujudan dari keputusan Liga Palang Merah ( League of the Red Cross and Red Crescent Societies ). Terbentuknya PMR di Indonesia ini dan juga PMR dibeberapa Palang Merah Nasional lainnya dilatarbelakangi oleh pecahnya Perang Dunia ke 1, dimana pada waktu itu Palang Merah Australia mengerahkan anak anak sekolah supaya turut membantu sesuai dengan kemampuannya. Kepada mereka diberikan tugas ringan, seperti mengumpulkan pakaian bekas, majalah majalah bekas dari dermawan, menggulung pembalut dan sebagainya. Anak anak ini dihimpun dalam sebuah organisasi yang dinamakan Palang Merah Remaja , kemudian prakarsa ini diikuti oleh negara negara lain. Keanggotaan PMR dibagi dalam tiga tingkatan antara lain : PMR MULA : Setingkat usia murid SD, 7 12 tahun, Badge warna HIJAU. PMR MADYA : Setingkat usia murid SLTP, 13 16 tahun, Badge warna BIRU. PMR WIRA : Setingkat usia murid SLTA, 17 21 tahun, Badge warna KUNING. Walaupun PMR sesuai dengan tingkatnya, adakalanya diperbantukan pula dalam tugas tugas Kepalangmerahan, seperti turut membantu memberikan pertolongan P3K, dan lain lain, namun tugas kewajiban utama yang dibebankan kepada PMR adalah : 1. Berbakti kepada masyarakat. 2. Mempertinggi ketrampilan dan memelihara kebersihan dan kesehatan. 3. Mempererat persahabatan nasional dan internasional. 2. ANGGOTA BIASA PMI Wanita Pria usia di atas 19 tahun Warga NegaraIndonesia . Mendaftarkan diri secara sukarela atas nama pribadi. Mengetahui azas dan tujuan PMI dan bersedia mengikuti tata tertib organisasi PMI. KEWAJIBAN : A. Membayar iuran anggota. B. Menyumbangkan pikiran, tenaga dan dana untuk menolong sesama yang menderita sesuai dengan kemampuan. C. Menjaga nama baik organisasi.

D. Memajukan organisasi. HAK : A. Hak suara dalam rapat organisasi. B. Hak memilih dan dipilih, menjadi Pengurus PMI. C. Mendapatkan informasi tentang organisasi. D. Mendapatkan kesempatan pendidikan dan latihan Kepalangmerahan. E. Ikut aktif dalam Korps Sukarela. F. Mendapatkan kesempatan begotongroyong, dan saling menolong antara anggota PMI. G. Menikmati kepuasan batin sebagai insan yang memperhatikan nasib sesama. KETERANGAN : Anggota PMI adalah kekuatan inti organisasi. Anggota PMI adalah potensi sumberdaya dan dana organisasi. Anggota PMI pada suatu saat dapat menjadi Pengurus PMI dengan status keanggotaannya yang tetap. ANGGOTA BIASA DIHARAPKAN AKTIF DALAM TSR MAUPUN KSR SESUAI DENGAN MINAT DAN KONDISINYA.

TSR (TENAGA SUKARELA), KSR (KORPS SUKARELA) 1. Setiap anggota biasa perhimpunan PMI pada dasarnya adalah tenaga sukarela ( TSR ) yang menyumbangkan tenaga, waktu, pikiran dan dana, baik secara keseluruhan maupun bagian bagiannya untuk tugas kemanusiaan. 2. KSR adalah kesatuan atau unit didalam perhimpunan PMI yang beranggotakan pribadi anggota biasa perhimpunan PMI yang menyatakan diri menjadi KSR PMI. 3. Fungsi TSR dan KSR :

A. Fungsi TSR PMI adalah sebagai tenaga pelaksana perhimpunan PMI dalam melaksanakan tugas kemanusiaan. B. Dalam menjalankan fungsinya, TSR PMI dan KSR PMI berstatus sebagai tenaga sukarela. C. Sebagai kesatuan maupun sebagai pribadi sukarelawan TSR PMI dan KSR PMI wajib mengikuti tata aturan dan ketentuan yang ditetapkan. 4. Tugas operasional : A. Tugas TSR / KSR PMI adalah melaksanakan pertolongan / bantuan secara pribadi atau secara berkelompok yang terarah. B. Setiap KSR dapat bertugas membantu tugas KSR dalam bidang bidang tertentu. 3. ANGGOTA KEHORMATAN PMI. Wanita Pria tanpa batas usia. Telah berbuat jasa bagi PMI dan diusulkan oleh Pengurus untuk diangkat. Bersedia diangkat menjadi Anggota Kehormatan. KEWAJIBAN : A. Menjaga nama baik organisasi. B. Memberi perhatian terhadap PMI. HAK : A. Memilih dan dipilih menjadi Pengurus PMI. B. Mengikuti perkembangan organisasi. C. Ikut mengembangkan dan memajukan PMI dengan menyampaikan saran kepada Pengurus. KETERANGAN : Anggota Kehormatan PMI merupakan tanda Penghargaan bagi seseorang karena jasa jasanya dalam menyumbangkan pikiran, tenaga maupun dana yang luar biasa ( ekstra ordiner ). Pengurus Daerah dan Pengurus Cabang dapat mengusulkan seseorang untuk diangkat menjadi Anggota Kehormatan dengan alasan yang sangat kuat. Pengurus Pusat mengeluarkan Surat Keputusan Pengangkatan Anggota

RIWAYAT SINGKAT JEAN HENRY DUNANTJean Henry Dunant adalah Bapak Palang karena beliaulah pendiri dan pelopor berdirinya Palang Merah.J.H. Dunant lahir di Swiss pada tanggal 8 Mei 1828 (ditetapkan sebagai Hari Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional) Ayahnya bernama Jean Jacques Dunant dan Ibunya bernama Antoinette Colladon. SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA PALANG MERAHPada tanggal 24 Juni 1859 di Solferino Itali Utara, pasukan Prancis dan Itali sedang bertempur melawan pasukan Austria. Pada saat itu H.Dunant tiba disana dengan harapan dapat bertemu dengan Kaisar Prancis (Napoleon III).H. Dunant secara kebetulan menyaksikan pertempuran itu. Saat itu dinas medis militer kewalahan dalam menangani korban perang yang mencapai 40.000 orang. Tergetar oleh penderitaan tentara yang terluka H. Dunant bekerjasama dengan penduduk setempat segera bertindak mengkoordinasikan bantuan untuk mereka.Setelah kembali ke Swiss, H. Dunant menggambarkan pengalaman itu ke dalam sebuah buku yang berjudul : UN SOUVENIR DE SOLFERINIO/ A MEMORI OF SOLFERINO yang artinya Kenang-kenangan dari Solferino TAHUN 1862.Dalam bukunya H. Dunant mengajukan 2 gagasan, yaitu :1. Membentuk organisasi Sukarelawan, yang akan disiapkan dimasa damai untuk menolong para prajurit yang terluka di medan perang.2. Mengadakan perjanjian internasional guna melindungi prajurit yang cidera di medan perang ,serta sukarelawan dari organisasi tersebut pada waktu memberikan perawatan.Th. 1863 Empat orang warga Jenewa bergabung dengan H. Dunant untuk mengembangkan kedua gagasan tersebut. Empat orang tersebut adalah :1. General Dufour 3. Dr. Theodore2. Dr. Louis Appia 4. Gustave MoynierYang kemudian mereka bersama-sama membentuk Komite Internasional Palang Merah (KIPM) atau International Committee Of the Red Cross (ICRC).Berdasarkan gagasan pertama didirikanlah sebuah Organisasi Sukarelawan di setiap negara, yang bertugas membantu dinas medis angkatan darat pada waktu perang. Organisasi tersebut sekarang disebut LRCS (Loague Of The Red Cross Society) atau LPPMI ( Liga Perhimpunan Palang Merah) yang dibentuk tanggal 5 Mei Tahun 1919. Tahun 1992 berubah menjadi Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah .Palang Merah lahir berdasarkan keinginan untuk membantu korban perang, dan untuk pelaksanaan tugasnya pada tanggal 22 Agustus 1864 atas Prakarsa ICRC, Pemerintah Swiss menyelenggarakan Konferensi yang diikuti 12 negara yang dikenal dengan Konvensi Genewa ( The Genewa Conventions Of August 12 1949 ).Kovensi Jenewa adalah perjanjian Internasional yang memuat aturan pokok tertentu yang mengikat dan berlaku terhadap negara-negara yang telah menandatanganinya.Syarat suatu negara dalam menandatangani Konvensi Jenewa :1. Negara Merdeka2. Negara yang mempunyai perhimpunan Palang Merah3. Mengakui dan Menandatangani Konvensi JenewaKonvensi Genewa terdiri dari 4 bagian, yaitu:1. Konvensi I (1864)Mengatur tentang perbaikan nasib korban perang di darat2. Konvensi II (1906)Mengatur tentang Perbaikan nasib korban perang di laut dan karam3. Konvensi III (1929)Mengatur tentang perlakuan terhadap tawanan perang4. Konvensi IV (1949) 12 AgustusMengatur tentang perbaikan nasib orang-orang sipil di waktu perangPengakuan Indonesia terhadap Konvensi Jenewa di wakili oleh Deplu atas nama pemerintah ditetapkan di jakarta tanggal 10 September 1959 berdasarkan UU. No.59/1958Dalam perkembangannya pada tahun 1977 atas prakarsa pemerintah Swiss diselenggarakan Konferensi Diplomatik di jenewa untuk membahas 2 buah rancangan Protokol tambahan Konvensi Jenewa ,yaitu :1. Protokol tambahan I mengenai Perlindungan terhadap korban sengkete bersenjata International (Protokol Additional to the Genewa Convention of 1949 and relating to the Protection of Victims of International Armed Conflicts).2. Protokol Tambahan II mengenai Perlindungan terhadap korban sengketa bersenjata Non-International (Protokol Additional to the

Genewa Convention of 1949 and Relating to the Protection of Victims of non International Armed Conflicts).Kewajiban negara peserta Konvensi Genewa :1. Mematuhi dan menghormati aturan Konvensi Genewa2. Melaksanakan aturan Konvensi Genewa dengan membuat UU tentang pemberian sanksi pelaku pelanggaran berat.3. Menyebarluaskan Pengertian Konvensi genewa.PALANG MERAH INTERNASIONALPalang Merah adalah suatu perhimpunan yang anggotanya memberikan pertolongan dengan sukarela berdasarkan prikemanusiaan kepada mereka yang membutuhkan tanpa membedakan bangsa, agama dan politik.Tiga macam Lambang Palang Merah yang resmi diakui Internasional :1. Palang Merah diatas warna dasar putihAdalah kebalikan dari bendera Swiss sebagai lambang yang diakui untuk menghormati negara Swiss atau kewarganegaraan Dunant.( 1864 )2. Bulan sabit Merah diatas warna dasar putih digunakan dinegara Arab ( 1876 )3. Singa dan Matahari Merah diatas warna dasar putih digunakan dinegara Iran.Arti Pemakaian Tanda Palang Merah : Pada Waktu PerangMelindungi korban perang baik sipil atau militer, kesatua kesehatan dan RS yang ditunjuk sebagai RS Palang merah oleh yang berwajib. Pada Waktu DamaiDi pakai sebagai petunjuk oleh jawatan kesehatan angkatan perang, Palang Merah Nasional dan beberapa Organisasi yang diberi ijin untuk memakainya.TUGAS PALANG MERAH : Pada Waktu Perang1. Membantu Jawatan Kesehatan angkatan Perang2. Memberi Pertolongan pada waktu perang Pada waktu damai1. Membangkitkan perhatian umum terhadap azas dan tujuan Palang Merah2. Menyebarluaskan Cita-cita Palang Merah Berdasarkan Prikemanusiaan3. Menyiapkan tenaga dan sarana Kesehatan/bantuan lainnya untuk menjamin kelancaran tugas palang Merah.4. Memberi bantuan dan pertolongan pertama dalam setiap musibah/kecelakaan.5. Menyelenggarakan PMR6. Turut memperbaiki Kesehatan rakyat7. Membantu Mencari Korban Hilang ( TMS ).PRINSIP DASAR GERAKAN PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH INTERNATIONALPrinsip dasar Palang Merah dikenal dengan 7 Prinsip Palang Merah yang disahkan di Wina ( Austria ) oleh Konferensi International Palang Merah dan Bulan Sabit Merah XX tahun 1965.Terdiri atas :1. Kemanusiaan ( Humanity )Bahwa gerakan Palang Merah dan Bulan sabit Merah didirikan berdasarkan keinginan untuk memberikan pertolongan tanpa membedakan korban dalam pertempuran, berusaha mencegah dan mengatasi penderitaan sesama manusia.2. Kesamaan ( Importiality )Bahwa gerakan ini tidak membedakan bangsa, suku, agama dan politik, tujuannya semata-mata untuk mengurangi penderitaan manusia sesuai dengan kebutuhannya dan mendahulukan yang paling parah.3. Kenetralan ( Neutrality )Bahwa gerakan ini tidak boleh memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan Politik, agama, suku, atau ideologi agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua pihak.4. Kemandirian ( Independence )Bahwa gerakan ini bersifat mandiri, tugasnya membantu pemerintah dalam bidang kemanusiaan, harus mentaati peraturan negaranya dan harus menjaga otonomi negaranya sehingga dapat bertindak sesuai dengan prinsip pelang merah.5. Kesukarelaan ( Voluntari Service )Gerakan ini memberi bantuan secara sukarela bukan keinginan mencari keuntungan.6. Kesatuan ( Unity )Gerakan ini dalam suatu negara hanya terdapat satu perhimpunan palng merah atau bulan sabit merah yang terbuka untuk semua orang dan melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh wilayah.7. Kesemestaan ( Universality )Bahwa gerakan ini bersifat semesta dimana setiap perhimpunan mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama dalam menolong sesama.SEJARAH PALANG MERAH INDONESIASeperti Palang Merah International, lahirnya PMI juaga berkaitan dengan peperangan yang diawali pada:1. Masa Sebelum Perang Dunia Ia. 21 Oktober 1873 Palang merah Hindia Belanda dibentuk dengan nama Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie (NERKAI).b. Tahun 1932 Dr. RCL Senduk dan Bahder Djohan merencanakan mendirikan badan PMI namun ditolak oleh pemerintah Belanda.c. Tahun 1940 pada

sidang Konferensi NERKAI, rencana itu dikemukakan kembali namun tetap ditolak dengan alasan pemerintah Indonesia belum mampu mengatur Badan palang Merah nasional.2. Masa Pendudukan JepangDr. RCL Senduk berusaha kembali untuk mendirikan Badan PMI namun gagal karena ditolak oleh Pemerintah Dai Nippon.3. Masa Kemerdekaan RI1. Tanggal 3 September 1945 presiden Soekarno memerintahkan kepada Menkes Dr, Buntaran Martoadmodjo untuk membentuk badan PM Nasional.2. Tanggal 5 September 1945 Menkes RI dalam Kabinet I (dr. Boentaran ) membentuk Panitia 5 :Ketua : Dr. R. MochtarPenulis : Dr. Bahder DjohanAnggota : Dr. DjoehanaDr. MarzukiDr. Sitanala3. 17 September 1945 tersusun Pengurus Besar PMI yang dilantik oleh Wakil Presiden RI Moch. Hatta, yang sekaligus sebagai ketua dan beliau dikenal dengan Bapak Palang Merah Indonesia.Pengurus PMI Pertama yaitu :Ketua : Drs. Moh. HattaWakil ketua : Dr. Boentaran MartoadmodjoBadan Penulis : Dr. MochtarDr. Bahder DjohanMr. SantusoBendahara : Mr. SaubariPenasehat : KH. Rd. AdenanDitambah pengurus lainnya.4. Beberapa Peristiwa Sejarah penting :1. Tanggal 16 januari 1950 dikeluarkan Kepres No. 25/1950 tentang pengesahan berdirinya PMI.2. Tanggal 15 Juni 1950 PMI diakui oleh ICRC3. Tanggal 16 Oktober 21950 PMI diterima menjadi anggota Federasi Palang Merah dan Bulan sabit Merah dengan keanggotaan No. 68.Nama-nama Tokoh yang pernah Menjadi Ketua PMI :1. Ketua PMI ke 1 (1945-1946) : Drs. Moh Hatta2. Ketua PMI ke 2 (1946-1948) : Soetardjo Kartohadikoesoemo3. Ketua PMI ke 3 ( 19481952) : BPH. Bintoro4. Ketua PMI ke 4 (1952-1954) : Prof. Dr. Bahder Djohan5. Ketua PMI ke 5 (19541966) : P.A.A. Paku alam VIII6. Ketua PMI ke 6 (1966-1969) : Letjen Basuki Rachmat7. Ketua PMI ke 7 (1970-1982) : Prof.Dr. Satrio8. Ketua PMI ke 8 (1982-1986) : Dr. H.Soeyoso Soemodimedjo9. Ketua PMI ke 9 (1986-) : Dr. H.Ibnu Sutowo.Azas dan Landasan PMIa. Pancasila sila Kemanusiaan Yang adil dan beradab, yang terdiri dari 8 butirb. Pembukaan UUD 1945, alinea I dan IVc. Batang Tubuh UUD 1945Pasal 27 ayat 2- Pasal 34PALANG MERAH REMAJATingkatan anggota PMR :1. Tingkat Mula untuk SD umur 7-12 Th.2. Tingkat Madya untuk SLTP umur 13-16 Th.3. Tingkat Wira untuk SMU umur 17-21 Th.PMR dibentuk bulan Maret 1950 berdasarkan keputusan LRCS

Sejarah Palang Merah Indonesia


Seperti Palang Merah Internasional, lahirnya PMI juga berkaitan dengan kancah peperangan, diawali pada : MASA SEBELUM PERANG DUNIA II 21 Oktober 1873 Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie (NERKAI) didirikan Belanda. Tahun 1932 dr. RCL Senduk dan dr. Bahder Djohan merencanakan mendirikan Badan PMI Tahun 1940 pada sidang konperensi NERKAI, rencana diatas ditolak karena menurut Pemerintah Belanda, rakyat Indonesia belum mapu mengatur Badan Palang Merah Nasional. MASA PENDUDUKAN JEPANG Dr. RCL Senduk berusaha lagi unuk mendirikan BADAN PMI namun gagal, ditolak Pemerintah DAI NIPPON. MASA KEMERDEKAAN RI 17 Agustus 1945 RI merdeka 3 September 1945 Presiden Soekarno memrintahkan kepada Menteri Kesehatan dr. Buntaran

Martoatmodjo untuk membentuk suatu Badan Palang Merah Nasional.Pembentukan PMI dimaksudkan juga untuk menunjukkan pada dunia internasional bahwa negara Indonesia adalah satu fakta yang nyata. 5 September 1945 Menkes RI dlam Kabinet I (dr. Boentaran) membentuk Panitia 5 (lima) : Ketua : dr. R. Mochtar, Penulis : dr. Bahder Djohan, Anggota : (dr. Djoehana, dr. Marzuki, dr. Sitanala) 17 September 1945 tersusun Pengurus Besar yang dilantik oleh Wakil Presiden RI Moch. Hatta yang sekaligus beliau sebagai Ketuanya. MASA PERANG KEMERDEKAAN Pada masa itu terjadi peperangan dimana-mana. Dalam usia muda PMI menghadapi kesulitan, kurang pengalaman, kurang peralatan dan dana. Namun orang-orang secara sukarela mengerahkan tenaganya, sehingga urusan kepalangmerahan dapat diselenggarakan.Berbagai pertolongan dan bantuan seperti Dapur Umum, Pos Pertolongan Pertama/PP, pengangkutan dan perawatan korban pertempuran, sampai pada penguburannya jika ada yang meninggal, dilakukan oleh laskar-laskar sukarela di bawah Panji Palang Merah yang tidak memandang golongan, agama dan paham politik memudahkan pekerjaan membantu mereka yang memerlukan bantuan di mana saja. Pada waktu dibentuk Pasukan Penolong Pertama (Mobile Colone) oleh Cabang-Cabang. Anggotanya terdiri dari pelajar sekolah tinggi dan menengah. Pada permulaan tahun 1946 telah terkumpul kurang lebih 60 wanita untuk dididik sebagai pembantu jururawat yang di asramakan di gedung Chr. HBS Salemba.Meeka kemudian dikirim ke daerah luar Jakarta sampai ke daerah pertempuran.Menurut catatan pada waktu itu PMI sudah memiliki 40 Cabang.

Anda mungkin juga menyukai