Trauma Thorax
Trauma Thorax
Trauma Thorax
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin berkembangnya zaman maka semakin maju pula pola piker
manusia misalnya, manusia dapat menciptakan transportasi yang sangat
dibutuhkan oleh manusia dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Tapi selain
segi positif timbul pula segi negative misalnya, dengan alat transportasi yang
digunakan untuk beraktifitas dapat menyebabkan kecelakaan, salah satunya
adalah fraktur pada tulang dan dapat pula terjadi trauma pada dada.
Trauma berasal dari bahasa Yunani yang berarti luka. Kata tersebut
digunakan untuk menggambarkan situasi akibat peristiwa yang dialami
seseorang. Para psikolog menyatakan bahwa trauma dalam istilah psikologi
berarti suatu benturan atau suatu kejadian yang dialami seseorang dan
meninggalkan bekas. Biasanya bersifat negative dan dalam istilah psikologi
disebut post-traumatic syndrome disorder.
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh
benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paruparu diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul
yang dapat menyebabkan gangguan sistem pernafasan.
Gejala yang dapat dirasakan oleh pasien trauma dada yaitu : Nyeri pada
tempat trauma, bertambah pada saat inspirasi, pembengkakan lokal dan
krepitasi yang sangat palpasi, pasien menahan dadanya dan bernafas pendek,
dyspnea, takipnea, takikardi, tekanan darah menurun, gelisah dan agitas,
kemungkinan
sianosis,
batuk
mengeluarkan
sputum
bercak
darah,
hypertympani pada perkusi di atas daerah yang sakit dan ada jelas pada thorak.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi Trauma Thorax
2. Untuk mengetahui Penyebab dan Klasifikasi Trauma Thorax
3. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis dari Trauma Thorax
4. Memberikan informasi tentang cara penanganan Trauma Thorax
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional
(Dorland, 2002).
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat
gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001).
Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa
kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor
implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau
tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma dada adalah trauma tajam atau tembus thoraks yang dapat
menyebabkan
tamponade
jantung,
perdarahan,
pneumothoraks,
C. Patofisiologi
Trauma dada sering menyebabkan gangguan ancaman kehidupan. Luka
pada rongga thorak dan isinya dapat membatasi kemampuan jantung untuk
memompa darah atau kemampuan paru untuk pertukaran udara dan oksigen
darah. Bahaya utama berhubungan dengan luka dada biasanya berupa
perdarahan dalam dan tusukan terhadap organ.
Hipoksia,
iga
gangguan
Batuk
yang
secara keseluruhan
tidak
efektif
intuk
D. Manifestasi Klinis
1. Tamponade jantung :
2. Hematotoraks :
3. Pneumothoraks :
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi : X-foto thoraks 2 arah (PA/AP dan lateral)
2. Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun.
3. Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.
4. Hemoglobin : mungkin menurun.
5. Pa Co2 kadang-kadang menurun.
6. Pa O2 normal / menurun.
7. Saturasi O2 menurun (biasanya).
8. Toraksentesis : menyatakan darah/cairan.
9. Bila pneumotoraks < 30% atau hematothorax ringan (300cc) terap
simtomatik, observasi.
10. Bila pneumotoraks > 30% atau hematothorax sedang (300cc) drainase
cavum pleura dengan WSD, dainjurkan untuk melakukan drainase dengan
continues suction unit.
11. Pada keadaan pneumothoraks yang residif lebih dari dua kali harus
dipertimbangkan thorakotomi
12. Pada hematotoraks yang massif (terdapat perdarahan melalui drain lebih
dari 800 cc segera thorakotomi
F. Penatalaksanaan
1. Bullow Drainage / WSD
Pada trauma toraks, WSD dapat berarti :
a. Diagnostik :
Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil,
sehingga dapat ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak, sebelum
penderita jatuh dalam shock.
b. Terapi :
Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga pleura.
Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga "mechanis of
breathing" dapat kembali seperti yang seharusnya.
c. Preventive
perut,
merubah
posisi
tubuh
sambil
keadaan
dan
banyaknya
cairan
suction.
Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc. Jika
perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan
torakotomi.
Jika banyaknya hisapan bertambah/berkurang, perhatikan juga secara
bersamaan keadaan pernapasan.
f. Suction harus berjalan efektif :
Perhatikan setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi dan
setiap 1 - 2 jam selama 24 jam setelah operasi.
Perhatikan banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien,
warna muka, keadaan pernapasan, denyut nadi, tekanan darah.
Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk
jika suction kurang baik, coba merubah posisi pasien dari
terlentang, ke 1/2 terlentang atau 1/2 duduk ke posisi miring bagian
operasi di bawah atau di cari penyababnya misal : slang tersumbat
oleh gangguan darah, slang bengkok atau alat rusak, atau lubang
slang tertutup oleh karena perlekatanan di dinding paru-paru.
g. Perawatan "slang" dan botol WSD/ Bullow drainage.
Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa
cairan yang keluar kalau ada dicatat.
botol
harus
"tertutup"
untuk
mencegah
udara
3. Therapy
a. Chest tube / drainase udara (pneumothorax).
b. WSD (hematotoraks).
c. Pungsi.
d. Torakotomi.
e. Pemberian oksigen.
f. Antibiotika.
g. Analgetika.
h. Expectorant
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor
register, diagnosa medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien
tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya.
b. Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan
dan jadi penanggung jawab klien selama perawatan, data yang
terkumpul meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan
dengan klien dan alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a. Umur : Sering terjadi usia 18 - 30 tahun.
b. Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh
klien saat pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan
adalah nyeri pada dada dan gangguan bernafas
c. Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui
metode PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan
klien, quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri/gatal dirasakan
oleh klien, regional (R) yaitu nyeri/gatal menjalar kemana, Safety (S)
yaitu posisi yang bagaimana yang dapat mengurangi nyeri/gatal atau
klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan
nyeri/gatal tersebut.
Pemeriksaan Fisik :
1. B1:
a. Sesak napas
b. Nyeri, batuk-batuk.
c. Terdapat retraksi klavikula/dada.
d. Pengambangan paru tidak simetris.
e. Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain.
f. Adanya suara sonor/hipersonor/timpani.
g. Bising napas yang berkurang/menghilang.
h. Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas.
i. Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
j. Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.
2. B2:
a. Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk.
b. Takhikardia, lemah
c. Pucat, Hb turun /normal.
d. Hipotensi.
3. B3:
4. B4.
5. B5:
6. B6:
a. Kemampuan sendi terbatas.
10
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan dari masalah pasien
yang nyata ataupun potensial dan membutuhkan tindakan keperawatan
sehingga masalah pasien dapat ditanggulangi atau dikurangi
1. Gangguan
Perfusi
Jaringan
berhubungan
dengan
Hipoksia,
tidak
11
C. Intervensi
N
o
1
Dx
Dx 1
Tujuan dan
kriteria hasil
Intervensi
Rasional
a. Deteksi dini
asuhan
dari situasi/keadaan
untuk
keperawatan
individu/penyebab
memprioritaskan
selama (x..)
penurunan perfusi
intervensi,
jamdiharapkanda
jaringan
mengkaji status
patmempertahank
neurologi/tanda-
anperfusijaringan
tanda kegagalan
dengan KH :
untuk
a. Tanda-tanda
menentukan
vital dalam
perawatan
batas normal
kegawatan atau
b. Kesadaran
tindakan
meningkat
c. Menunjukkan
perfusi adekuat
pembedahan
b. Monitor GCS dan
mencatatnya
c. Monitor keadaan umum
pasien
b. Menganalisa
tingkat kesadaran
c. Memberikan
informasi tentang
derajat/keadekuat
an perfusi
jaringan dan
membantu
menentukan keb.
intervensi.
d. Berikan oksigen
tambahan sesuai indikasi
d. Memaksimalkan
transport oksigen
ke jaringan
12
e. Kolaborasi pengawasan
Dx 2
e. Mengidentifikasi
hasil pemeriksaan
defisiensi dan
laboraturium. Berikan
kebutuhan
pengobatan
lengkap/packed produk
/respons terhadap
terapi
a. Meningkatkan
asuhan
nyaman, biasanya
inspirasi
keperawatan
dengan peninggian
maksimal,
selama(x)
meningkatkan
jam diharapkan
dapatmempertaha
njalannafaspasien
duduk sebanyak
dengan KH :
mungkin.
a. Mengalami
b. Observasi fungsi
b. Distress
perbaikan
pernapasan, catat
pernapasan dan
pertukaran gas-
frekuensi pernapasan,
perubahan pada
tanda-tanda vital.
terjadi sebgai
b. Memperlihatkan
frekuensi
akibat stress
pernapasan
fisiologi dan
yang efektive.
c. Adaptive
menunjukkan
mengatasi
terjadinya syock
faktor-faktor
sehubungan
penyebab.
dengan hipoksia.
13
c. Pengetahuan apa
yang diharapkan
dilakukan untuk
dapat mengurangi
menjamin keamanan.
ansietas dan
mengembangkan
kepatuhan klien
terhadap rencana
teraupetik.
d. Pertahankan perilaku
d. Membantu klien
mengalami efek
fisiologi hipoksia,
dnegan menggunakan
yang dapat
dimanifestasikan
dan dalam.
sebagai
ketakutan/
ansietas.
e. Mempertahankan
tekanannegatif
intrapleural
sesuai yang
diberikan, yang
meningkatkan
ekspansi paru
optimum/drainase
cairan
Dx 3
a. Pengetahuan
asuhan
yang diharapkan
keperawatan
akan membantu
selama (x)
terdapat penumpukan
mengembangkan
jam
sekret di saluran
kepatuhan klien
diharapkanjalann
Pernapasan
terhadap rencana
afaspasien
teraupetik
14
normal dengan
KH :
a. Menunjukkan
terkontrol adalah
pengontrolan batuk.
melelahkan dan
batuk yang
tidak efektif,
efektif.
menyebabkan
frustasi
penumpukan
sekret di sal.
Pernapasan
c. Pengkajian ini
membantu
mengevaluasi
c. Klien tampak
keefektifan upaya
nyaman.
batuk klien
d. Dorong atau berikan
d. Hiegene mulut
yang baik
meningkatkan
rasa
kesejahteraan dan
mencegah bau
mulut.
e. Expextorant
kesehatan lain
untuk
Pemberian antibiotika
memudahkan
atau expectorant
mengeluarkan
lendir dan
mengevaluasi
perbaikan kondisi
klien atas
pengembangan
parunya
15
Dx
a. Pendekatan
asuhan
dengan
keperawatan
nyeri nonfarmakologi
menggunakan
relaksasi dan
diharapkannyerib
nonfarmakologi
erkurangdengan
lainnya telah
KH :
menunjukkan
a. Nyeri
keefektifan dalam
berkurang/
dapat diatasi
mengurangi nyeri
b. Berikan kesempatan
b. Istirahat akan
merelaksasi
mengindentifika
semua jaringan
si aktivitas yang
sehingga akan
meningkatkan/
meningkatkan
menurunkan
belakangnya dipasang
kenyamanan.
nyeri
bantal kecil
b. Dapat
c. Pasien tidak
gelisah.
c. Tingkatkan pengetahuan
c. Pengetahuan
tentang : sebab-sebab
yang akan
nyeri, dan
dirasakan
menghubungkan berapa
membantu
mengurangi
berlangsung
nyerinya. Dan
dapat membantu
mengembangkan
kepatuhan klien
terhadap rencana
teraupetik
d. Kolaborasi denmgan
d. Analgetik
dokter, pemberian
memblok lintasan
analgetik
nyeri, sehingga
nyeri akan
berkurang
16
e. Pengkajian yang
optimal akan
memberikan
perawat data
untuk mengkaji
yang obyektif
efektivitasnya. Serta
untuk mencegah
kemungkinan
tindakan perawatan
komplikasi dan
selama 1 - 2 hari
melakukan
intervensi yang
tepat.
Dx 5
pasien
a. Untuk memonitor
kondisi pasien
keperawatan
selama perawatan
terutama saat
diharapkan klien
terjadi
tidak mengalami
perdarahan.
syok hipovolemik
Perawat segera
dengan KH :
mengetahui
Tanda Vital
tanda-tanda
dalam batas
presyok / syok
b. Perawat perlu
terus
36-37 C, RR :
mengobaservasi
20x/menit)
17
melibatkan
pasien dan
keluarga maka
perdarahan
tanda-tanda
perdarahan dapat
segera diketahui
dan tindakan
yang cepat dan
tepat dapat segera
diberikan.
d. Kolaborasi : Pemberian
cairan intravena
d. Cairan intravena
diperlukan untuk
mengatasi
kehilangan cairan
tubuh secara
hebat
e. Kolaborasi :
e. Untuk
mengetahui
trombosit
tingkat kebocoran
pembuluh darah
yang dialami
pasien dan untuk
acuan melakukan
tindakan lebih
lanjut.
18
Dx 6
a. mengetahui
asuhan
sejauhmanaperke
keperawatan
perkembangan luka
mbangan luka
mempermudah
diharapkan dapat
dalammelakukan
mencapai
tindakan yang
penyembuhan
tepat
b. mengidentifikasi
yang sesuai
tingkat keparahan
dengan KH:
luka akan
mempermudah
tanda infeksi
seperti pus
b. luka bersih
intervensi
c. Pantau peningkatan suhu c. suhu tubuh yang
tubuh
meningkat dapat
tidak lembab
diidentifikasikan
sebagai adanya
c. Tanda-tanda
proses
vital dalam
batas normal
atau dapat
peradangan
d. Berikan perawatan luka
d. tehnik aseptik
membantu
ditoleransi.
mempercepat
penyembuhan
luka dan
mencegah
terjadinya
infeksi
e. Balut luka dengan kasa
atau jaringan
yang terinfeksi
tidak menyebar
luas pada area
kulit normal
19
lainnya.
f. Jika
pemulihan
terjadi
tidak f. antibiotik
kolaborasi
tindakan
lanjutan,
misalnya
debridement.
Kolaborasi
pemberian
antibiotik
sesuai
indikasi.
berguna untuk
mematikan
mikroorganisme
pathogen pada
daerah yang
berisiko terjadi
infeksi.
Dx 7
a. mengidentifikasi
asuhan
masalah,
keperawatan
kebutuhan akan
memudahkan
peralatan
intervensi
diharapkan
b. Tentukan tingkat
b. mempengaruhi
pasien akan
penilaian
menunjukkan
melakukan aktivitas
terhadap
tingkat mobilitas
optimal dengan
KH :
a. penampilan
yang seimbang
kemampuan
c. Ajarkan dan pantau
c. aktivitas apakah
pasien dalam
karena
halpenggunaan alat
ketidakmampuan
bantu
ataukah
b. melakukan
ketidakmauan
pergerakkan dan
menilai batasan
perpindahan
kemampuan
c. mempertahanka
n mobilitas
aktivitas optimal
d. Ajarkan dan dukung
d. mempertahankan
optimal yang
/meningkatkan
dapat di
kekuatan dan
toleransi
ketahanan otot
20
e. sebagai suaatu
sumber untuk
mengembangkan
perencanaan dan
mempertahankan/
meningkatkan
mobilitas pasien
Dx 8
tanda-tanda
keperawatan
peradangan
terutama bila
diharapkaninfeksi
suhu tubuh
tidak terjadi /
meningkat
terkontroldengan
KH :
b. mengendalikan
penyebaran
mikroorganisme
tanda infeksi
seperti pus
b. luka bersih
patogen
c. Lakukan perawatan
c. untuk
mengurangi
tidak lembab
risiko infeksi
Bullowdraignase
nosokomial
c. Tanda-tanda
vital dalam
Dx 9
a. mengidentifikasi
d. Kolaborasi untuk
pemberian antibiotic
d. antibiotik
mencegah
batas normal
perkembangan
atau dapat
mikroorganisme
ditoleransi.
pathogen
a. untuk mencegah
asuhan
infeksi yang
keperawatan
berkelanjutan
21
dengan KH :
b. Menjelaskan kepada
b. memberikan
-Pasien dapat
pengetahuan
mengungkapkan
yang di derita
pemahamannya
memilih
tentang penyakit,
berdasarkan
prognosis dan
informasi
pengobatannya
seberapa jauh
tentang penyakitnya
pengalaman klien
dan keluarga
tentang
penyakitnya
d. mengetahui
mengulangi kembali
seberapa jauh
pemahaman klien
diberikan
dan keluarga
serta menilai
keberhasilan dari
tindakan yang
dilakukan
e. Diskusikan pentingnya
e. untuk emudahkan
pengendalian
pengobatan secara
terhadap kondisi
teratur
kronis dan
pencegahan
terhadap
komplikasi
f. agar pasien
melakukan kunjungan
mengetahui
perkembangan
dokter.
penyakitnya.
22
D. Implementasi
1. Dx 1 Gangguan Perfusi Jaringan berhubungan dengan Hipoksia, tidak
adekuatnya pengangkutan oksigen ke jaringan
a. Kaji
faktor
penyebab
dari
situasi/keadaan
individu/penyebab
peningkatan sekresi sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan
keletihan.
a. Menjelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif
b. Mengajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk
c. Mengajarkan Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk
d. Memberikan perawatan mulut yang baik setelah batuk
23
24
E. EVALUASI
Setelahdilakukantindakankeperawatandiharapkan :
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal
2. Kesadaran meningkat
3. Klien tampak nyaman.
4. Nyeri berkurang
5. Dapat mengindentifikasi aktivitas yang meningkatkan/ menurunkan nyeri
6. Pasien tidak gelisah.
25
BAB IV
EVALUASI MANAJEMEN THORACOSCOPIC TRAUMA
TORAKS
Abstrak
Pendahuluan: dari semua penyebab cedera traumatis, trauma dada dianggap
menjadi dikaitkan dengan cedera dada. Manajemen favorit untuk trauma dada
sampai tanggal yang berkepanjangan penyisipan ICD dan resusitasi pasien untuk
mempertahankan parameter hemodinamik atau pergi untuk torakostomi terbuka
pada pasien tidak stabil sebagai indikasi per.
Video Bedah Thoracoscopic Assisted sedang semakin digunakan sebagai
modalitas diagnostik serta theraupeautic dalam pengelolaan pasien stabil dengan
cedera dada. Penelitian ini dirancang untuk mengevaluasi efektivitas dari tong
dalam pengelolaan trauma toraks dalam hal rasa sakit, dosis durasi analgesik yang
digunakan, tinggal di rumah sakit, pemulihan fungsi paru dan tingkat komplikasi..
Metode: Penelitian dilakukan pada 70 pasien cedera toraks (Blunt atau
Penetrating) yang disajikan dalam Trauma Center of CSMMU (sebelumnya
KGMU), Lcuknow, India Para pasien yang cocok untuk Umur dan Jenis Kelamin
dan secara acak, dan ditugaskan dalam dua kelompok - kelompok Ist dirawat oleh
tong, subkultur II kelompok perlakuan oleh penyisipan ICD berkepanjangan saja,
hasil dalam berbagai aspek dianalisis. Hasil: Berbagai prosedur dilakukan dengan
menggunakan tong (Video Bedah Thoracoscopic Assisted) Clot evakuasi dan
irigasi, elektrokoagulasi dari pemeras, stapel dari parenkim paru avulsi, perbaikan
diafragma). Nyeri perbaikan (p <.001), perbaikan dispnea (p <.05), pemulihan
awal fungsi paru dan perbaikan radiologis secara statistik signifikan dalam tong
kelompok perlakuan pada hari ke-7 pasca prosedur dengan tingkat komplikasi
kurang dan durasi kurang dari tinggal di rumah sakit ( p <.001). Kesimpulan:
VATS (Video Bedah Thoracoscopic Assisted adalah pilihan yang lebih baik
daripada penyisipan ICD konvensional hanya untuk pengelolaan cedera toraks
dengan peningkatan yang lebih baik dan awal Clinico-radiologi dan fungsional,
26
dengan tingkat komplikasi sedikit awal dan durasi yang lebih singkat tinggal di
rumah sakit
Pengantar
Setiap individu di dunia ini beresiko untuk cedera traumatik. Etiologi
cedera adalah sebagai beragam seperti gaya hidup dan latar belakang sosial
ekonomi dari korbannya, mulai dari kekerasan interpersonal dan terorisme untuk
kecelakaan kendaraan bermotor dan kecelakaan kerja Di seluruh dunia, yang 5
juta orang diperkirakan tewas akibat cedera pada tahun 2000., dengan angka
kematian 83 per 100.000 penduduK. Dari semua penyebab cedera traumatis
trauma dada seharusnya menjadi alasan penting mortalitas dan morbiditas. .
Kecenderungan transportasi kendaraan berkecepatan tinggi memiliki
memperburuk situasi di dekade 3-4 tahun. Dalam Amerika Serikat saja 12 per juta
penduduk per hari - dan 20-25% dari kematian akibat trauma yang dikaitkan
dengan cedera toraks kematian Segera setelah cedera traumatis biasanya karena
gangguan utama dari jantung atau pembuluh darah besar dan kematian dini.
karena trauma toraks yang terjadi dalam 30 menit sampai 3 jam setelah cedera
biasanya sekunder terhadap saluran napas tamponade jantung obstruksi dan
aspirasi. struktur anatomi Mayor yang menderita cedera setelah trauma adalah
dinding dada, paru-paru dan pleura, pembuluh darah besar dada, diafragma
jantung, trakea, bronkus dan kerongkongan.
Besarnya masalah tersebut dan pentingnya cedera terkait berfungsi untuk
menggarisbawahi pentingnya evaluasi lengkap dan intervensi tepat waktu dalam
pengelolaan bedah toraks trauma.Video dibantu dada dapat dimanfaatkan sebagai
metode yang efektif dan aman untuk evaluasi diagnostik awal dan bedah
pengelolaan pasien stabil dengan trauma toraks tembu. The drainase rongga
pleura dengan aspirasi berkepanjangan adalah metode pengobatan utama bagi
pasien dengan trauma toraks tertutup dan trauma terbuka tanpa cedera organ.
Lethality adalah 7,8% di antara semua pasien dan 12,9% di kalangan orang-orang
dengan luka tembus dada. Tidak ada hasil yang mematikan pasca operas Tingkat
komplikasi pasca operasi adalah 22,7%.. Videothoracoscopy dan video-assisted
mini-torakotomi adalah metode yang efektif untuk diagnosis dan pengobatan,
27
Metode
Penelitian Hadir dilakukan pada pasien dengan cedera toraks (baik tumpul
dan tajam) yang disampaikan kepada Center.in Trauma departemen Bedah
Umum, CSMMU, Lucknow, India, dari September 2007 sampai Agustus 2008.
Pasien mengalami cedera jantung, cedera pembuluh besar, trakea cedera, cedera
esofagus memerlukan laprotomy eksplorasi, torakotomi, cedera kepala dan luka
Orthopeadical utama dikeluarkan dari study.70 pasien secara acak menjadi dua
kelompok-kelompok - Sebuah tong (Video bedah toraks dibantu) untuk pasien
hemodinamik stabil. Kelompok - B: ICD (interkostal Tiriskan) only.VATS
penyisipan dilakukan dengan menggunakan nol derajat 10mm, teleskop operasi
kaku dengan saluran biopsi 5mm. Kauter monopolar digunakan untuk koagulasi.
Para tong dilakukan dengan dalam 72 jam dari cedera. Analisis PENDERITA
dilakukan dalam hal peningkatan :
1. Clinical pada pasien setelah tong atau ICD setelah 3 hari dan 7 dan dengan
jangka panjang menindaklanjuti dalam hal (a) nyeri (b) dyspnoea .
2. Radiologi perbaikan setelah intervensi yang dinilai oleh (a) USG (b) Chest
X-ray (c)
3. CECT Peningkatan fungsi paru berdasarkan: Pre-prosedur dan Post Prosedur PFT (tes fungsi paru) didasarkan pada dua variabel (dalam
kelompok - B pasien PFT dilakukan setelah penempatan ICD darurat),
diprediksi% dan% FVC diprediksi FEV1.
4. Perbandingan panjang rumah sakit tinggal di kedua kelompok.
5. Perbandingan antara dosis total analgesia digunakan dan jenis analgesia
yang diberikan
28
HASIL: Penerapan tong (Video bedah toraks dibantu) untuk diagnosis dan
pengobatan cedera toraks lebih baik dari ICD penyisipan hanya dalam hal
outcome.Haemothorax merupakan indikasi yang paling umum untuk tong cedera
dada. VATS juga efektif dalam mendiagnosis cedera toraks terjawab.
Ketika dinilai pada metode skoring nyeri subyektif pasien dalam
kelompok - Sebuah signifikan secara statistik memiliki rasa sakit pada prosedur
pasca hari ke-7 (p <0,001). Nyeri lega dalam kelompok - B pada hari prosedur
pasca 7 juga signifikan (p <0,001), tetapi peningkatan nyeri secara signifikan
lebih tinggi pada kelompok - A pada hari ke-3 dan hari ke-7 dibandingkan dengan
kelompok - B (p = 0,0262). Prosedur nyeri pos dan discomforted secara drastis
mengurangi dalam kelompok-A.. (Tab1).
Ketika pasien dinilai untuk dyspnea pada NYHA - IV grading, pasien
cedera toraks pada saat masuk memiliki grade - dyspnea IV di 88,6% dalam
kelompok - A dan 97,14% dalam kelompok - B yang bukan perbedaan yang
signifikan secara statistik. Setelah pasca hari kelas Prosedur 7 - dyspnea IV hadir
tidak satu pun dalam kelompok - Sebuah sedangkan pada kelompok - B 14,3%
sedang kelompok - dyspnea IV. Peningkatan dispnea adalah kelompok secara
signifikan lebih tinggi - Sebuah kelompok dari - B pada hari ke-7 pasca prosedur
(p = 0,05) (tab2)..
Meskipun peningkatan radiologi di X-ray temuan yang signifikan dalam
kedua kelompok adalah peningkatan secara signifikan lebih tinggi dan awal tong
dibandingkan ICD group (tab3)
Perbaikan dengan USG adalah signifikan pada kedua kelompok, tetapi.
Tong menunjukkan peningkatan awal dan lebih dari ICD. (Tab4) .
Karena rasa sakit berkurang dan ketidaknyamanan, karena kembali awal
dan efektif dari fungsi paru dan karena penghapusan awal tabung dada drainase
pasien dalam kelompok-A didorong untuk pulang lebih awal dibandingkan
dengan kelompok - B. tinggal di rumah sakit rata-rata dalam kelompok - A adalah
8 hari dan kelompok - B adalah hari ke-12 (Tab5).
Ada peningkatan yang signifikan dalam Pred. FEV1 pada perlakuan
Posting di tong dan ICD.Increase di Pred. FEV1 secara signifikan lebih tinggi
pada perlakuan pasca ICD. Tingkat empiema, pneumonitis, infeksi luka dangkal,
29
30
31
32
33
34
35
Table-8: PFT (Pulmonary Function Test) Comparison of %Pred. FVC in VATS &
ICD
36
37
Table-12: Complications
38
39
Tinggal di rumah sakit itu juga secara signifikan lebih sedikit dalam
penelitian kami pada pasien VATS. Hasil yang sama diperoleh dalam penelitian
yang dilakukan oleh Abolhoda et al, di mana rumah sakit pasca operasi median
tetap mengikuti video yang sukses dibantu bedah dada adalah 3,5 hari dan
menyimpulkan bahwa operasi toraks video yang dibantu dapat dimanfaatkan
sebagai metode yang efektif dan aman untuk awal. diagnostik evaluasi dan
manajemen bedah pasien stabil dengan trauma toraks. Perbaikan radiologis
(Berdasarkan Chest X-ray, USG thorax, thorax CECT) juga signifikan dalam tong
merawat pasien karena irigasi bekuan hemothorax dan darah di bawah penglihatan
langsung. Peningkatan fungsi paru lebih baik didasarkan pada% Pred. FVC dan%
Pred. FEV1.In penelitian kami tingkat komplikasi yang kurang dalam kelompok
VATS dengan tingkat kurang dari empiema, tingkat kurang dari hemothorax
dipertahankan dan ketergantungan ventilator kurang.
Hasil yang sama diperoleh dalam studi oleh Krasna et al, 1996.. Juga
dalam studi oleh Nagasaki et al, 1982;. Hasil komplikasi di tong yang sama.
Penelitian oleh Konstantinos Potaris et al. , Juga menyimpulkan bahwa tong untuk
indikasi tertentu dalam trauma dada dikaitkan dengan hasil yang lebih baik,
penurunan morbiditas dan mortalitas, dan memperpendek tinggal di rumah sakit.
Dalam penelitian kami satu cedera diafragma, yang tidak terjawab oleh radiologi
standar, didiagnosis dan diobati oleh tong. Tapi ini tidak signifikan untuk
memperoleh kesimpulan (1 pasien).
Namun studi oleh Paolo Fabbruccil et al. , Conformed baik khasiat
diagnostik dan terapi di tong trauma dada dengan penumothorax dan / atau
hemotoraks, menghasilkan hasil yang sangat baik, termasuk kursus pasca operasi
lancar, resolusi cepat dari tanda-tanda dan gejala dari masalah dada, dan tidak ada
gejala sisa menonaktifkan (empiema dan fibrothorax ), serta tinggal di rumah sakit
yang relatif lebih pendek dan karenanya biaya yang lebih rendah dibandingkan
dengan pengobatan konservatif. Dalam tong penelitian kami digunakan terutama
di hemothorax dan dalam beberapa kasus perdarahan parietal dada berkelanjutan,
dengan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan ICD kelompok. Hasil yang
sama diperoleh oleh Todd B. Heniford et al. , Videothoracoscopy harus menjadi
pengobatan awal pada pasien trauma dengan koleksi toraks dipertahankan dan
40
harus digunakan lebih awal dan lebih sering pada pasien ini. Dengan demikian,
studi tong didirikan sebagai alat penting diagnostik dan terapi besar untuk pasien
cedera toraks, bahkan bagi mereka yang menjadi milik strata miskin
41
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Trauma thorax adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
atau dada yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax atau dada
ataupun isi dari cavum thorax ( rongga dada ) yang disebabkan oleh benda
tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan sakit pada dada.
Di dalam toraks terdapat dua organ yang sangat vital bagi kehidupan
manusia, yaitu paru-paru dan jantung. Paru-paru sebagai alat pernapasan dan
jantung sebagai alat pemompa darah. Jika terjadi benturan atau trauma pada
dada, kedua organ tersebut bisa mengalami gangguan atau bahkan kerusakan.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak
kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran bagi para pembaca demi penyempurnaan penyusunan makalah
selanjutnya.
Kepada para pembaca, perbanyaklah dan perluaslah pengetahuan dan
wawasan kita dengan rajin membaca. Jangan pernah merasa puas dengan
ilmu yang sudah kita miliki karena ilmu pengetahuan semakin hari semakin
meningkat seiring dengan perkembangan zaman.
42