Laporan Pendahuluan Urtikaria
Laporan Pendahuluan Urtikaria
Laporan Pendahuluan Urtikaria
F
LAPORAN PENDAHULUAN
HEMATOLOGI URTIKARIA
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. PENGERTIAN
Urtikaria merupakan istilah klinis untuk suatu kelompok kelainan yang di tandai dengan
adanya pembentukan bilur-bilur pembengkakan kulit yang dapat hilang tanpa meninggalkan
bekas yang terlihat (Brown Robin Graham halaman 2205).
Urtikaria adalah erupsi pada kulit yang berbatas tegas dan menimbul (bentol), berwarna
merah, memutih bila ditekan, dan disertai rasa gatal. Urtikaria dapat berlangsung secara
akut, kronik, atau berulang (klinik pediatric, 2009).
Urtikaria (biduran) merupakan suatu reaksi pada kulit yang timbul mendadak (akut) karena
pengeluaran histamin yang mengakibatkan pelebaran pembuluh darah dan kebocoran dari
pembuluh darah. Secara imunologik, dari data yang ada sejak tahun 1987, urtikaria
merupakan salah satu manifestasi keluhan alergi pada kulit yang paling sering dikemukakan
oleh penderita, keadaan ini juga didukung oleh penelitian ahli yang lain (Hodijah, 2009).
Urtikaria (gelagata) merupakan reaksi alergi hipersensitivitas tipe 1 pada kulit yang
ditandai oleh kemunculan mendadak lesi yang menonjol yang edematous, berwarna merah
muda dengan ukuran serta bentuk yang bervariasi, keluhan gatal dan menyebabkan
gangguan rasa nyaman yang setempat. Kelainan ini dapat mengenai setiap bagian tubuh,
termasuk membran mukosa (khususnya mulut), laring (kadang-kadang dengan komplikasi
respiratorius yang serius) dan traktus gastrointestinal. Setiap urtikaria akan bertahan selama
periode waktu tertentu yang bervariasi dari beberapa menit hingga beberapa jam sebelum
menghilang. Selama berjam-jam atau berhari-hari, kumpulan lesi ini dapat timbul, hilang
dan kembali lagi secara episodik (Brunner dan Sudarth, 2002).
Urtikaria (kaligata) adalah suatu reaksi alergi yang ditandai oleh bilur-bilur berwarna
merah dengan berbagai ukuran di permukaan kulit (Medicastore, 2009).
Secara umum, Urtikaria yang disebut juga Kaligata, Biduran, atau Gelagata adalah suatu
reaksi alergi pada kulit akibat pengeluaran histamin ditandai dengan kemunculan mendadak
lesi yang menonjol yang edematous, berwarna merah muda dengan ukuran serta bentuk
yang bervariasi, keluhan gatal dan menyebabkan gangguan rasa nyaman yang setempat.
Istilah lain yang digunakan untuk urtikaria yaitu : Hives, nettle rash, biduran, kaligata,
gelagata
2. EPIDEMIOLOGI
T.F
ada perbedaan ras dan umur (terbanyak pada kelompok umur 40-50 an). Hanya saja,
pada urtikaria kronis (berulang dan lama), lebih sering dialami pada wanita yaitu 60%
(Anonim, 2009).
Urtikaria dapat terjadi pada semua ras. Kedua jenis kelamin dapat terkena, tapi lebih
sering pada wanita usia pertengahan. Urtikaria kronik idiopatik terjadi 2 kali lebih
sering pada wanita daripada laki-laki.Urtikaria akut lebih sering terjadi pada anakanak, sedangkan urtikaria kronik lebih sering terjadi pada usia dewasa (Asta
Qauliyah, 2007).
Urtikaria sering dijumpai pada semua umur, orang dewasa lebih banyak mengalami
urtikaria dibandingkan dengan usia muda. Umur rata-rata penderita urtikaria ialah 35
tahun, jarang dijumpai pada umur kurang dari 10 tahun atau lebih dari 60 tahun.
Urtikaria kronik cenderung dialami oleh orang dewasa dan wanita memiliki
kemungkinan 2 kali lebih besar daripada laki-laki (Hodijah, 2009).
Urtikaria sering dijumpai pada semua umur, namun orang dewasa lebih banyak
mengalami urtikaria dibandingkan dengan usia muda. SHELDON (1951),
menyatakan bahwa umur rata-rata penderita urtikaria ialah 35 tahun, jarang dijumpai
pada
umur
kurang
dari
10
tahun
atau
lebih
dari
60
tahun.
Ditemukan 40% bentuk urtikaria saja, 49% bentuk urtikaria bersama angioderma, dan
11% bentuk angioederma saja. Lama serangan berlangung bervariasi, ada yang lebih
dari
satu
tahun,
bahkan
ada
yang
lebih
dari
20
tahun.
Penderita atopi (alergi) lebih mudah mengalami urtikaria dibandingkan dengan orang
normal. Tidak ada perbedaan frekuensi dari faktor jenis kelamin baik laki-laki atau
perempuan. Umur, ras, jabatan/pekerjaan, letak geografis, dan perubahan musim
dapat mempengaruhi hipersensitivitas yang diperankan oleh IgE. Penisilin tercatat
sebagai obat yang sering menimbulkan urtikaria (Irga, 2009).
3. ETIOLOGI
Faktor pencetus terjadinya urtikaria, antara lain: makanan tertentu, obat-obatan, bahan
hirupan (inhalan), infeksi, gigitan serangga, faktor fisik, faktor cuaca (terutama dingin tapi
bisa juga panas berkeringat), faktor genetik, bahan-bahan kontak (misalnya: arloji, ikat
pinggang, karet sandal, karet celana dalam, dan lain-lain) dan faktor psikis.
1. Jenis makanan yang dapat menyebabkan alergi misalnya : telur, ikan, kerang, coklat,
jenis kacang tertentu, tomat, tepung, terigu, daging sapi, udang, dan lain-lain. Zat
pewarna, penyedap rasa atau bahan pengawet juga dapat menimbulkan urtikaria.
2. Jenis obat-obatan yang dapat ,menimbulkan alergi biasanya penisilin, aspirin,
bronide, serum, vaksin, dan opium.
3. Bahan-bahan protein yang masuk melalui hidung seperti serbuk kembang, jamur,
debu dari burung, debu rumah, dan ketombe binatang.
2
T.F
4. Faktor lingkungan yang terpapar dengan debu rumah, jamur, serbuk sari bunga,
pengaruh cuaca yang terlalu dingin atau panas sinar matahari, tekanan atau air juga
dapat menimbulkan urtikaria.
5. Pada urtikaria yang berulang, faktor emosional perlu diperhatikan. Stress emosional
dapat secara langsung dan tidak langsung menyebabkan seseorang meningkat
kemungkinan terjadi urtikaria.
6. Penyakit sistemik. Beberapa penyakit dan keganasan dapat menimbulkan urtikaria.
Beberapa penyakit sistemik yang sering disertai urtikaria antara lain limfoma,
hipertiroid, Lupus Eritematosus Sistemik, dll.
7. Gigitan serangga. Gigitan serangga dapat menimbulkan urtikaria setempat. Nyamuk,
lebah dan serangga lainnya menimbulkan urtikaria bentuk papul di sekitar tempat
gigitan, biasanya sembuh sendiri.
4. PATOFISIOLOGI
Urtikaria timbul akibat masuknya antigen ke area kulit yang spesifik dan menimbulkan
reaksi setempat yang mirip reaksi anafilaksis. Histamin yang dilepaskan setempat akan
menimbulkan (1) vasodilatasi yang menyebabkan timbulnya red flare (kemerahan) dan (2)
peningkatan permeabilitas kapiler setempat sehingga dalam beberapa menit kemudian akan
terjadi pembengkakan setempat yang berbatas jelas (Guyton, 2008).
Urtikaria terjadi karena vasodilatasi disertai permeabilitas kapiler yang meningkat, sehingga
terjadi transudasi cairan yang mengakibatkan pengumpulan cairan lokal. Sehingga secara
klinis tampak edema lokal disertai eritem. Vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas
kapiler dapat terjadi akibat pelepasan mediator misalnya histamine, kinin, serotonin, slow
reacting substance of anafilacsis (SRSA) dan prostaglandin oleh sel mast dan atau basofil
(Asta Qauliyah, 2007).
Sel mast merupakan sel yang berperan dalam pelepasan mediator vasoaktif seperti histamin
yaitu agen utama dalam urtikaria. Mediator lain seperti leukotrin dan prostaglandin juga
mempunyai kontribusi baik dalam respon cepat maupun lambat dengan adanya kebocoran
cairan dalam jaringan (Hodijah, 2009).
Urtikaria terjadi karena vasodilatasi disertai permeabilitas kapiler yang meningkat, sehingga
terjadi transudasi cairan yang mengakibatkan pengumpulan cairan setempat. Sehingga
secara klinis tampak edema setempat disertai kemerahan. Vasodilatasi dan peningkatan
permeabilitas kapiler dapat terjadi akibat pelepasan mediator-mediator, misalnya histamin,
kinin, serotonin, slow reacting substance of anaphylaxis (SRSA), dan prostaglandin oleh sel
mast dan atau basofil. Selain itu terjadi inhibisiproteinase oleh enzim proeolotik, misalnya
kalikrin, tripsin, plasmin, dan hemotripsin di dalam sel mast. Baik faktor imunologik,
maupun nonimunologik mampu merangsang sel mast atau basofil untuk melepaskan
mediator tersebut. Pada yang nonimunologik mungkin sekali siklik AMP (adenosin mono
phosphate) memegang peranan penting pada pelepasan mediator. (Irga, 2009).
3
T.F
5. KLASIFIKASI
Terdapat bermacam-macam paham penggolongan urtikaria. Irga, 2009 mengklasifikasikan
urtikaria menurut beberapa hal.
Berdasarkan lamanya serangan berlangsung, urtikaria dibedakan menjadi :
Urtikaria Akut
Disebut akut bila serangan berlangsung kurang dari 6 minggu, atau berlangsung
selama 4 minggu tetapi timbul setiap hari. Urtikaria akut lebih sering terjadi pada
anak muda, umumnya laki-laki lebih sering daripada perempuan. Penyebab urtikaria
T.F
Disebut Urtikaria kronik idiopatik jika tidak diketahui pemicunya yang
spesifik pada penelusuran dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, maupun
hasil laboratorium. Sebanyak 80-90% dari urtikaria kronik adalah idiopatik.
Berdasarkan morfologi klinis, urtikaria dibedakan menurut bentuknya, yaitu :
Urtikaria Papular bila berbentuk papul,
Urtikaria Gutata bila besarnya sebesar tetesan air, dan
Urtikaria Gurata bila ukurannya besar-besar..
Terdapat pula yang Urtikaria Anular dan Urtikaria Arsinar.
Menurut luasnya dan dalamnya jaringan yang terkena, urtikaria dibedakan menjadi :
Urtikaria Lokal
Generalisata
Angioederma
kontak
dengan
binatang/makanan.
5
tumbuhan
(misalnya
jelatang),
bulu
T.F
b. akibat pencernaan makanan, terutama kacang-kacangan, kerangan-kerangan
dan strowberi.
c. akibat memakan obat misalnya aspirin dan penisilin.
2. URTIKARIA KRONIS
Biasanya berlangsung beberapa minggu, beberapa bulan, atau beberapa tahun. pada
bentuk urtikaria ini jarang didapatkan adanya faktor penyebab tunggal.
3. URTIKARIA PIGMENTOSA
Yaitu suatu erupsi pada kulit berupa hiperpigmentasi yang berlangsung sementara,
kadang-kadang disertai pembengkakan dan rasa gatal.
4. URTIKARIA SISTEMIK ( PRURIGO SISTEMIK )
Adalah suatu bentuk prurigo yang sering kali terjadi pada bayi kelainan khas berupa
urtikaria popular yaitu urtikaria yang berbentuk popular-popular yang berwarna
kemerahan.
6. GEJALA KLINIS
Gejala atau tanda-tanda urtikaria mudah dikenali, yakni bentol atau bercak meninggi
pada kulit, tampak eritema (kemerahan) dan edema (bengkak) setempat berbatas tegas,
6
T.F
kadang-kadang bagian tengah tampak lebih pucat. Urtika biasa terjadi dalam
berkelompok. Satu urtika sendiri dapat bertahan dari empat sampai 36 jam. Bila satu
urtika menghilang, urtika lain dapat muncul kembali. Keluhan utama biasanya gatal,
rasa terbakar, atau tertusuk.
Penampakan urtikaria beragam, mulai yang ringan berupa bentol merah dan gatal
hingga yang agak heboh yakni bengkak pada kelopak mata (bisa satu mata atau
keduanya), bibir membengkak , daun telinga menebal dan adakalanya disertai perut
mulas serta rasa demam. Gejala mungkin tidak terjadi setiap saat. Untuk beberapa
orang, kondisi tertentu seperti panas, dingin atau stress akan menyebabkan perburukan
gejala.
7. PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi : kulit tampak kemerahan, terdapat batas pinggir yang jelas (timbul secara tiba-tiba,
memudar bila disentuh, jika digaruk akan timbul bilur-bilur yang baru), tampak adanya
edema dan pembengkakan.
Palpasi : terasa adanya edema dan pembengkakan serta adanya nyeri tekan.
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC/ PENUNJANG
Tes eliminasi makanan dengan cara menghentikan semua makanan yang dicurigai untuk
beberapa waktu, lalu mencobanya kembali satu per satu.
Pemeriksaan darah, urin, dan feses rutin untuk menilai ada tidaknya infeksi yang
tersembunyi atau kelainan pada alat dalam. Cryoglobulin dan cold hemolysin perlu
diperiksa pada dugaan urtikaria dingin.
Pada urtikaria fisik akibat sinar dapat dilakukan tes foto tempel.
T.F
Diagnosis urtikaria ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis. Anamnesis
harus dilakukan dengan lengkap dan teliti serta lebih menekankan pada faktor-faktor
etiologi yang dapat menimbulkan urtikaria.
10. THERAPY / TINDAKAN PENANGANAN
Secara umum penatalaksanaan dari urtikaria itu sendiri meliputi :
1. Identifikasi dan pengobatan adalah menghindari faktor resiko
Ini yang paling penting dan hanya ini yang efektif untuk terapi jangka panjang.
Menghindari aspirin atau zat-zat aditif pada makanan, diharapkan dapat memperbaiki
kondisi sekitar 50% pasien dengan urtikaria kronik idiopatik.
2. Pengobatan lokal
a. Kompres air es atau mandi air hangat dengan mencampurkan koloid Aveeno oatmeal
yang bisa mengurangi gatal.
b. Lotion anti pruritus atau emulsi dengan 0,25% menthol bisa membantu dengan atau
tanpa 1% fenol dalam lotion Calamine.
3. Pengobatan sistemik
a. Anti histamine dengan antagonis H1 adalah terapi pilihan.
b. Doxepin, yaitu anti depresan trisiklik dengan efek antagonis H1 dan H2.
c. Kombinasi antihistamin H1 dan H2, misalnya simetidin.
d. Cyproheptadin, mungkin lebih efektif daripada antihistamin.
e. Korticosteroid, biasanya digunakan untuk mengontrol vascukitis urtikaria.
f. Profilaksis dengan steroid anabolic, misalnya : danazol, stanozolol.
g. Hormon tyroid juga dilaporkan dapat meringankan urtikaria kronis dan angioderma.
h. Terapi antibiotic juga dilaporkan bisa pada pasien yang terinfeksi Helicobacter
pylory dengan urtikaria kronis.
(Asta Qauliyah, 2007).
11. KOMPLIKASI
Lesi-lesi urtikaria bisa sembuh tanpa komplikasi. Namun pasien dengan gatal yang hebat
bisa menyebabkan purpura dan excoriasi yang bisa menjadi infeksi sekunder. Penggunaan
antihistamin bisa menyebabkan somnolens dan bibir kering. Pasien dengan keadaan penyakit
yang berat bisa mempengaruhi kualitas hidup (Asta Qauliyah, 2007).
12. PROGNOSIS
Pada umumnya prognosis urtikaria adalah baik, dapat sembuh spontan atau dengan obat. Tetapi
karena urtikaria merupakan bentuk kutan anafilaksis sistemik, dapat saja terjadi obstruksi jalan
nafas karena adanya edema laring atau jaringan sekitarnya, atau anafilaksis sistemik yang dapat
mengancam jiwa.
8
T.F