0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
132 tayangan7 halaman

SK Apd Ppi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 7

SURAT KEPUTSAN DIREKSI

RUMA SAKIT PETUKANGAN


NO :

TENTANG

KEBIJAKAN WABAH
RUMAH SAKIT PETUKANGAN

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit


Petukangan, maka diperlukan pengelolaan alat pelindung diri yang bermutu tinggi.
b. bahwa agar pengelolaan alat pelindung diri di Rumah Sakit Petukangan dapat
terlaksanan dengan baik, perlu adanya panduan direktur rumah sakit petukangan
sebagai landasan bagi penyelenggara alat pelindung diri di Rumah Sakit
Petukangan.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam a dan b, perlu
di tetapkan dengan keputusan direktur rumah sakit Petukangan

Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia nomer 44 tahun 2009 tentang


Rumah Sakit.
2. peraturan mentri kesehatan nomer 012/menkes/per/lll/2012 tentang akreditasi
Rumah Sakit.
3. keputusan direktur Rumah Sakit Petukangan nomer 00/0/0 tentang struktur
organisasi Rumah Sakit Petukangan.

MENETAPKAN
Kesatu : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PETUKANGAN TENTANG
PEMBERLAKUAN KEBIJAKAN ALAT PELINDUNG DIRI RUMAH SAKIT PETUKANGAN
Kedua : memberlakukan kebijakan wabah rumah sakit petukangan sebagaimana
tercantum dalam lampiran keputusan ini.

Ketiga : dengan di keluarkannya peratran direktur rumah sakit petukangan ini, maka
apabila terdapat peraturan yang bertentangan dengan peraturan direktur rumah
sakit petukangan ini maka peraturan-peraturan yang terdahulu di nyatakan tidak
berlaku.
Keempat : apabila di kemudian hari terdapat kekurangan dan/atau kekeliruan dalam
peraturan direktur rumah sakit petukangan ini maka akan di adakan perubahan dan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan

: Di Jakarta

Pada tangggal : 01 September 2015


RUMAH SAKIT PETUKANGAN

Dr. Hendrivand, SpOG.


Drektur Rumah Sakit Petukangan

LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PETUKANGAN
NOMOR

: 00/0/0

TANGGAL : 01 September 2015


TENTANG : KEBIJAKAN ALAT PELINDUNG DIRI

1. PENDAHULUAN
1.1.
Pemakaian alat pelindung diri (APD)
sangat penting untuk kesehatan dan keselamatan.
1.2.
Baju pengaman di pakai oleh
kariayawan, sebagai tambahan di samping baju yang mereka pakai, untuk
melindungi pasien dan petugas kesehatan dari risiko infeksi.
1.3.
Pemakaian baju pengaman yang
sesuai merupakan salah satu dari 9 elemen standar control tindakan
pencegahan, yang harus di ikuti setiap saat di dalam perawatan pasien.
1.4.
Kebijakan ini bertujuan untuk
meningkatkan praktik evidence-based, memastikan baju pengaman
1.5.
Yang di pakai sesuai dan benar,
dalam rangka mencegah transmisi infeksi.
2. TUJUAN
2.1.
Kebijakan ini menekan pada
pemakaian APD sebagai bagian dari standar control tindakan pencegahan.
2.2.
Kebijakan ini
3. RUANG LINGKUP
Kebijakan ini diperuntukan untuk semua karyawan kontrak yang ekerja di
ruamh sakit petukangan.
4. DEFINISI
Alat pelindung diri(APD) merupakan mengaman / barrier yang berfariasi yang
dapat di gunakan sendiri atau kombinasi untuk melindungi membrane
mukosa, kulit dan pakaian dari kontak terhadap agen infeksius.
5. TANGGUNG JAWAB ORGANISASI
5.1. Direktur utama (CEO)
Bertanggung jawab Untukmemastikan semua berjalan dengan
seharusnyadi dalam implementasi, pemantauan revisi dari kebijakan ini
dan kebijakan ini berada di tempat, dapat di akses dan di mengerti oleh
semua karyawan.
5.2. Direktur medis bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua
manager:

5.2.1. Menyebar luaska kebijakan ini di lingkungan kerja meraka.


5.2.2. Mengimplementasikan kebijakan ini di lingkungan kerja mereka.
5.2.3. Mengidentifikasi dan menetapkan sumberdaya yang sesuai untuk
memenuhi kebijakan ini
5.2.4. Memastikan bahwa semua karyawan berada di bawah pengawasan
mereka di beritahu tentang kebijakan ini di dalam pelatihan.
5.3. Semua manager juga bertanggung jawab untuk memastikan audit
internal di lakuakan
5.4. Kepala unit bertanggung jawab terhadap implementasi dari kebijakan
ini di dalam lingkup mereka sendiri dan harus memastikan bahwa :
5.4.1. Semua karyawan dan karyawan baru memiliki akses tentang
kebijakan yang berhubungan , SPO dan formulir yang berhubungan
dengan kebijakan ini.
5.4.2. SOP tertulis yang mendukung dan sesuai dengan kebijakan berada
di tempat dan di gunakan untuk memonitor kepatuhan.
5.5. Semua karyawan bertanggung jawab atas implementasi kebijakan ini
dan memastikan :
5.5.1. Mereka mengerti dan mematuhi kebijakan ini.
5.5.2. Akan menggunakan kebijakan berhubung dengan kebijakan dan
SPO di rumah sakit petukangan
5.5.3. Tidak mematuhi kebijakan akan mendapatkan sanksi
5.5.4. Semua karyawan dapat mengisi semua laporan kejadian di mana
adatidaknya keputusan.
6. JENIS DARI APD DAN PENGKAJIAN RISIKO
APD harus di pakai sebagai tambahan baju dan seragam yang mereka pakai
untuk melidungi pasien dan petugas kesehatan.
6.1. Jenis APD yang di parka berdasarkan jenis risiko yang di nilai dari
interfensi klinis yang akan di lakukan.
6.2. Factor-faktor yang harus di pertimbangkan :
6.2.1. Kemungkinan untuk terpapar darah dan cairan tubuh kecuali
keringat.
6.2.2. Jenis jaringan tubuh
6.2.3. Kemungkinan jenis dan alur tarnsmisi dari agen infeksius.
6.3. Berikut ini APD yang minimum harus tersedia :
6.3.1. Sarung tangan (steril/nonsteril/plastic/umum-rumah tangga)
6.3.2. Apron dan baju tahan air
6.3.3. Kacamata pelindung/penutup muka (pelindung wajah dan mata)
6.3.4. Masker
6.3.5. Topi
7. SARUNG TANGAN
7.1. Sarung tangan harus di parka saat :
7.1.1. Jika terdapat risiko atau kemungkinan terjadi risiko kontaminasi
akibat kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh, membrane
mukosa, kulit yang tidak intak dan bahan lainnya dengan potensi
infeksius (contoh, pasien yang tidak bias menahan BAB/BAK)

7.1.2. Memegang atau menyentuh peralatan perawatan pasien dan


lingkungan sekitar pasien yang terlihat atau berpotensi
terkontaminasi.
7.1.3. Sarung tangan merupakan komponen yang penting dalam
pencegahan infeksi pada tindakan yang memerlukan kontak
langsung (termasuk terhadap pasien yang terinfeksi
mikroorganisme yang multi-resisten-merujuk ke kebijakan
pencegahan transmisi dan isolasi)
7.1.4. Sarung tangan harus di parka satu kali saja.
7.1.5. Sarung tangan box yang bersih, dan non steril dapat di parka untuk
tindakan rutin keperawatan non invasi.
7.1.6. Gunakan sarung tangan plastic untuk membersihkan lingkungan
atau peralatan medis.
7.1.7. Setelah membuka sarung tangan, prosedur membersihkan tangan
harus segera di lakuakan dan tangan di keringkan secara
menyeluruh.
7.2. Jenis-jenis sarung tangan :
7.2.1. Sarung tangan di gunakan harus pas sesuai dengan tindakan klinis
yang akan di lakukan.
7.2.2. Pemakaian sarung tangan ganda di pertimbangkan untuk
menantisipasi robeknya sarung tangan contohnya dalam oprasi
orthopedic.
7.2.3. Sarung tangan umum atau rumah tangga.
7.2.3.1.
Sarung tangan umum atau remah tangga dapat di pakai
ulang di pergunakan untuk perkerjaan domestic, dan di ganti
jika terdapat robek atau rusak.
7.2.3.2.
Sarung tangan umum atau rumah tangga di parka oleh
karyawan domestic untuk pekerjaan kebersihan di beri kode
dengan warna :
7.2.3.2.1. Merah untuk toilet, kamar mandi, uang alat kotor
7.2.3.2.2. Biru untuk area dapur
7.2.3.2.3. Kuning untuk area klinis
8. APRON PLASTIK
8.1. Apron plastic di pakai untuk penyebaran mikroorganisme dari pasien
satu ke pasien lain dan juga melindungi seragam dan kulit dari
kontaminasi.
8.2. Apron plastic harus di parka sekali saja.
8.3. Baju tahan air yang menutupi tubuh harus di parka saat ada risiko
cipratan yang ekstensif dari darah atau cairan tubuh, secret dan ekskresi
kecuali keringat pasien, terhadap permukaan kulit dari petugas kesehatan.
8.4. Tidak ada indikasi penggunaan rutin dari apron saat memasuki risiko
tinggi ( contoh, ICU, NICU)
9. KACA MATA ATAU PELINDUNG WAJAH
9.1. Kaca mata dan pelindung wajah harus di gunakan ketika tindakan yang
akan di lakukan dapat menyebabkan cipratan darah dan cairan tubuh
sampai ke mata atau wajah.

9.2. Jika alat yang di parka ulang di parka maka harus di bersihkan dengan
sabun dan air atau alcohol dan di keringkan.
9.3. Kaca mata dan pelinung wajah harus sesuai dan pas pada saat
pemakaian.
10.MASKER
Terdapat dua jenis dari masker yang di gunakan peraktik medis :
10.1. Masker oprasi :
10.1.1. Longgar, sekali pakai yang menutupi hidung dan mulut.
10.1.2. Masker oprasi ini dapat juga di parka pada pasien yang batukbatuk untuk membatasi potensial penyebaran secret infeksius dari
pasien tersebut ke orang lain.
10.1.3. Masker oprasi harus di parka ketika melakukan teknik oprasi
aseptic.
10.1.4. Beberapa keadaan yang di pertimbangkan untuk memakai
masker oprasi:
10.1.4.1.
Masker harus di ganti apabila sudah kotor atau basah.
10.1.4.2.
Maker tidak boleh di parka kembali apabila sudah di
lepas.
10.1.4.3.
Masker oprasi di parka ketika melakukan teknik oprasi
asetik.
10.1.4.4.
Hindari menyentuh bagian depan dari masker saat di
parka.
10.1.4.5.
Prosedur membersihkan tangan harus di lakukan setelah
memegang masker atau setelah membuang masker yang sudah
di pakai.
10.2. Masker pernafasan (N95)
10.2.1. Untuk proteksi dari penyebaran lewat udara.
10.2.2. Masker ini di peruntukan untuk membantu mengurangi paparan
terhadap partikel-pertikel di udara
10.2.3. Jika di pakai dengan benar, masker akan menutup/melekat
dengan baik pada wajah sehingga dapat mengurangi risiko
kebocoran.
10.3. Masker harus di buang sebagai sampah medis.
11.TOPI/PENUTUP KEPALA
Pada perinsipnya di parka saat oprasi dengan keadaan aseptic dilakukan.
Penutup kepala dapat mengurangi resiko rambut dan kulit kepala yang
tececer / jatuh melindungi si pemakai dari kontaminasi darah atau cairan
tubuh.
12.URUTAN PEMAKAIAN APD
13.MELEPASKAN APD
14.PELATIHAN
Pelatihan karyawan
14.1. Semua karyawan harus mendapatkan pelatihan tentang pengendalian
infeksi sebagai bagian dari induction program.
14.2. Pengendalian infeksi harus termasuk di dalam pembaharuan tahunan
yang di wajibkan untuk semua staf medis.

14.3. Semua karyawan harus di latih dengan baik dan menyadari pentingnya
mengikuti kebijakan rumah sakit.
15.PEMANTAUAN DAN KEPATUHAN TERHADAP KEBIJAKAN INI
Audit dan pemantauan dari pemakaian APD ini akan di lakukan sebagai
bagian dari pra-rencana program audit pengendalian infeksi dan melalui
system pelaporan kejadian di rumah sakit.
16.KEBIJAKAN / DOKUMEN TERKAIT
16.1. Kebijakan kebersihan tangan
16.2. Standard tindakan pencegahan
16.3. Kebijakan isolasi
16.4. Kebijakan penatalaksanaan kebersihan rumah sakit
17.REFERENSI
17.1. http://www.nhmrc.gov.au/guidelines/public-consultationsiarchivedpublic-consultations/draft-autralian-infection-control-guideline.
17.2. depkes RI, 2007, PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
DI RUMAHSAKIT DAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN LAINNYA.
17.3. CDC 2007 Guideline for isolation precautions : preventing
Transmission of infectious agents in healthcaresettings.

Anda mungkin juga menyukai