SK Apd Ppi
SK Apd Ppi
SK Apd Ppi
TENTANG
KEBIJAKAN WABAH
RUMAH SAKIT PETUKANGAN
MENETAPKAN
Kesatu : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PETUKANGAN TENTANG
PEMBERLAKUAN KEBIJAKAN ALAT PELINDUNG DIRI RUMAH SAKIT PETUKANGAN
Kedua : memberlakukan kebijakan wabah rumah sakit petukangan sebagaimana
tercantum dalam lampiran keputusan ini.
Ketiga : dengan di keluarkannya peratran direktur rumah sakit petukangan ini, maka
apabila terdapat peraturan yang bertentangan dengan peraturan direktur rumah
sakit petukangan ini maka peraturan-peraturan yang terdahulu di nyatakan tidak
berlaku.
Keempat : apabila di kemudian hari terdapat kekurangan dan/atau kekeliruan dalam
peraturan direktur rumah sakit petukangan ini maka akan di adakan perubahan dan
perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan
: Di Jakarta
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PETUKANGAN
NOMOR
: 00/0/0
1. PENDAHULUAN
1.1.
Pemakaian alat pelindung diri (APD)
sangat penting untuk kesehatan dan keselamatan.
1.2.
Baju pengaman di pakai oleh
kariayawan, sebagai tambahan di samping baju yang mereka pakai, untuk
melindungi pasien dan petugas kesehatan dari risiko infeksi.
1.3.
Pemakaian baju pengaman yang
sesuai merupakan salah satu dari 9 elemen standar control tindakan
pencegahan, yang harus di ikuti setiap saat di dalam perawatan pasien.
1.4.
Kebijakan ini bertujuan untuk
meningkatkan praktik evidence-based, memastikan baju pengaman
1.5.
Yang di pakai sesuai dan benar,
dalam rangka mencegah transmisi infeksi.
2. TUJUAN
2.1.
Kebijakan ini menekan pada
pemakaian APD sebagai bagian dari standar control tindakan pencegahan.
2.2.
Kebijakan ini
3. RUANG LINGKUP
Kebijakan ini diperuntukan untuk semua karyawan kontrak yang ekerja di
ruamh sakit petukangan.
4. DEFINISI
Alat pelindung diri(APD) merupakan mengaman / barrier yang berfariasi yang
dapat di gunakan sendiri atau kombinasi untuk melindungi membrane
mukosa, kulit dan pakaian dari kontak terhadap agen infeksius.
5. TANGGUNG JAWAB ORGANISASI
5.1. Direktur utama (CEO)
Bertanggung jawab Untukmemastikan semua berjalan dengan
seharusnyadi dalam implementasi, pemantauan revisi dari kebijakan ini
dan kebijakan ini berada di tempat, dapat di akses dan di mengerti oleh
semua karyawan.
5.2. Direktur medis bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua
manager:
9.2. Jika alat yang di parka ulang di parka maka harus di bersihkan dengan
sabun dan air atau alcohol dan di keringkan.
9.3. Kaca mata dan pelinung wajah harus sesuai dan pas pada saat
pemakaian.
10.MASKER
Terdapat dua jenis dari masker yang di gunakan peraktik medis :
10.1. Masker oprasi :
10.1.1. Longgar, sekali pakai yang menutupi hidung dan mulut.
10.1.2. Masker oprasi ini dapat juga di parka pada pasien yang batukbatuk untuk membatasi potensial penyebaran secret infeksius dari
pasien tersebut ke orang lain.
10.1.3. Masker oprasi harus di parka ketika melakukan teknik oprasi
aseptic.
10.1.4. Beberapa keadaan yang di pertimbangkan untuk memakai
masker oprasi:
10.1.4.1.
Masker harus di ganti apabila sudah kotor atau basah.
10.1.4.2.
Maker tidak boleh di parka kembali apabila sudah di
lepas.
10.1.4.3.
Masker oprasi di parka ketika melakukan teknik oprasi
asetik.
10.1.4.4.
Hindari menyentuh bagian depan dari masker saat di
parka.
10.1.4.5.
Prosedur membersihkan tangan harus di lakukan setelah
memegang masker atau setelah membuang masker yang sudah
di pakai.
10.2. Masker pernafasan (N95)
10.2.1. Untuk proteksi dari penyebaran lewat udara.
10.2.2. Masker ini di peruntukan untuk membantu mengurangi paparan
terhadap partikel-pertikel di udara
10.2.3. Jika di pakai dengan benar, masker akan menutup/melekat
dengan baik pada wajah sehingga dapat mengurangi risiko
kebocoran.
10.3. Masker harus di buang sebagai sampah medis.
11.TOPI/PENUTUP KEPALA
Pada perinsipnya di parka saat oprasi dengan keadaan aseptic dilakukan.
Penutup kepala dapat mengurangi resiko rambut dan kulit kepala yang
tececer / jatuh melindungi si pemakai dari kontaminasi darah atau cairan
tubuh.
12.URUTAN PEMAKAIAN APD
13.MELEPASKAN APD
14.PELATIHAN
Pelatihan karyawan
14.1. Semua karyawan harus mendapatkan pelatihan tentang pengendalian
infeksi sebagai bagian dari induction program.
14.2. Pengendalian infeksi harus termasuk di dalam pembaharuan tahunan
yang di wajibkan untuk semua staf medis.
14.3. Semua karyawan harus di latih dengan baik dan menyadari pentingnya
mengikuti kebijakan rumah sakit.
15.PEMANTAUAN DAN KEPATUHAN TERHADAP KEBIJAKAN INI
Audit dan pemantauan dari pemakaian APD ini akan di lakukan sebagai
bagian dari pra-rencana program audit pengendalian infeksi dan melalui
system pelaporan kejadian di rumah sakit.
16.KEBIJAKAN / DOKUMEN TERKAIT
16.1. Kebijakan kebersihan tangan
16.2. Standard tindakan pencegahan
16.3. Kebijakan isolasi
16.4. Kebijakan penatalaksanaan kebersihan rumah sakit
17.REFERENSI
17.1. http://www.nhmrc.gov.au/guidelines/public-consultationsiarchivedpublic-consultations/draft-autralian-infection-control-guideline.
17.2. depkes RI, 2007, PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
DI RUMAHSAKIT DAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN LAINNYA.
17.3. CDC 2007 Guideline for isolation precautions : preventing
Transmission of infectious agents in healthcaresettings.