SK - Panduan APD
SK - Panduan APD
SK - Panduan APD
TENTANG
PANDUAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
DI RSKB JATIWINANGUN PURWOKERTO
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : SURAT KEPUTUSAN KEPALA RUMAH SAKIT WIJAYAKUSUMA
TENTANG PANDUAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DI RSKB
JATIWINANGUN PURWOKERTO
KESATU : Memberlakukan Panduan Alat Pelindung Diri (APD) di RSKB
Jatiwinangun Purwokerto, sebagaimana terlampir dalam Surat Keputusan
ini.
KEDUA : Panduan sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kesatu merupakan
acuan bagi pelaksaaan kegiatan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di
RSKB Jatiwinangun Purwokerto.
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat perubahan atau hal yang kurang
sesuai akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Banyumas.
Pada tanggal : 06 Juni 2022
Direktur RSKB Jatiwinangunn
1. Pengertian
Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat untuk melindungi tenaga kerja dari potensi
bahaya, kecelakaan kerja yang serius, penularan infeksi dan atau penyakit akibat bahan kimia,
radiologi, fisik, listrik, mekanik, atau bahaya lainnya.
Tujuan Pemakaian APD adalah melindungi kulit dan membran mukosa dari risiko
pajanan darah, cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh dan selaput lendir dari
pasien ke petugas dan sebaliknya.
Alat Pelindung Diri (APD) di RSKB Jatiwinangun Purwokerto antara lain : penutup
kepala, kaca mata/ google/ face shild, masker bedah/ N95, sarung tangan, apron, gaun
pelindung/ baju kerja/ cover all, dan sepatu pelindung/ bootss.
Indikasi penggunaan APD adalah jika melakukan tindakan yang memungkinkan tubuh
atau membran mukosa terkena atau terpercik darah atau cairan tubuh atau kemungkinan pasien
terkontaminasi dari petugas. Melepas APD segera dilakukan jika tindakan sudah selesai di
lakukan.
2. Tujuan
Panduan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ini disusun sebagai acuan dalam
melaksanakan ketertiban pegawai/ para tenaga kesehatan dalam menggunakan Alat Pelindung
Diri (APD) yang sesuai dengan ruangan dan profesi nya masing-masing.
3. Manfaat
Manfaat panduan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ini adalah untuk melindungi
kesehatan karyawan rumah sakit dari paparan penyakit yang disebabkan dari pasien.
4. Sasaran
Sasaran dari panduan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ini adalah seluruh karyawan
RSKB Jatiwinangun Purwokerto.
BAB II
RUANG LINGKUP
Alat Pelindung Diri (APD) dibagi menjadi dua jenis yaitu alat pelindung diri medis dan alat
pelindung diri non medis.
Alat pelindung diri medis terdiri dari :
1) Penutup Kepala
2) Kaca Mata/ Face shild
3) Masker
4) Sarung Tangan
5) Apron/ Cover all
6) Sepatu kerja/ Bootss
7) Gaun Bedah
Alat pelindung diri non medis biasanya digunakan pada kegiatan yang tidak berhubungan
dengan tindakan terhadap pasien, meskipun peralatannya sama dengan alat pelindung diri medis.
Alat pelindung diri non medis terdiri dari :
1) Penutup kepala/ Helm
2) Baju workshop
3) Kaca mata
4) Masker
5) Sarung tangan rumah tangga
6) Pelindung telinga
7) Sepatu bootss
8) Tabir timbal
Pelaksana Panduan ini adalah seluruh karyawan di ruang rawat inap, rawat jalan, penunjang
medis, penunjang perawatan, dan bagian staf RSKB Jatiwinangun Purwokerto.
BAB III
TATA LAKSANA
d. Apron
Yang terbuat dari karet atau plastik, merupakan penghalang tahan air untuk sepanjang
bagian depan tubuh petugas kesehatan. Petugas kesehatan harus mengenakan apron di
bawah gaun penutup ketika melakukan perawatan langsung pada pasien, membersihkan
pasien, atau melakukan prosedur dimana ada risiko tumpahan darah, cairan tubuh atau
sekresi. Hal ini mencegah cairan tubuh pasien mengenai baju dan tubuh petugas kesehatan.
f. Sarung Tangan
Melindungi tangan dari bahan yang dapat menularkan penyakit dan
melindungi pasien dari mikroorganisme yang berada di tangan petugas kesehatan.
Sarung tangan merupakan penghalang (barrier) fisik paling penting untuk
mencegah penyebaran infeksi. Sarung tangan harus diganti antara setiap kontak
dengan satu pasien ke pasien lainnya, untuk menghindari kontaminasi silang.
Terdapat tiga jenis sarung tangan, yaitu :
- Sarung tangan bedah (steril), dipakai sewaktu melakukan tindakan invasif atau
pembedahan.
- Sarung tangan pemeriksaan (bersih), dipakai untuk melindungi petugas
pemberi pelayanan kesehatan sewaktu melakukan pemeriksaan atau pekerjaan
rutin
- Sarung tangan rumah tangga, dipakai sewaktu memproses peralatan,
menangani bahan-bahan terkontaminasi, dan sewaktu membersihkan
permukaan yang terkontaminasi.
menemukan bakteri dalam jumlah bermakna pada tangan petugas yang hanya
mencuci tangan dalam keadaan masih memakai sarung tangan dan tidak mengganti
sarung tangan ketika berpindah dari satu pasien ke pasien lain.
Bila sumber daya terbatas dan jumlah sarung tangan periksa tidak
memadai, sarung tangan bedah sekali pakai (disposable) yang sudah digunakan
dapat diproses ulang dengan cara :
1) Dekontaminasi dengan merendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
2) Dicuci dan bilas, serta dikeringkan
3) Sterilkan dengan menggunakan autoklaf atau didisinfeksi tingkat tinggi
(dengan dikukus)
Bila sarung tangan rumah tangga tidak tersedia, gunakan dua lapis sarung
tangan periksa atau sarung tangan bedah yang telah diproses untuk memberikan
perlindungan yang cukup bagi petugas kebersihan, petugas laundry, pekarya serta
petugas yang menangani dan membuang limbah medis.
Hal yang harus diperhatikan pada pemakaian sarung tangan adalah gunakan
sarung tangan dengan ukuran yang sesuai, khususnya untuk sarung tangan bedah.
Sarung tangan yang tidak sesuai dengan ukuran tangan dapat menggangu
ketrampilan dan mudah robek, Jaga agar kuku selalu pendek untuk menurunkan
risiko sarung tangan robek, Tarik sarung tangan ke atas manset untuk melindungi
pergelangan tangan, Gunakan pelembab yang larut dalam air (tidak mengandung
lemak) untuk mencegah kulit tangan kering/berkerut, jangan gunakan lotion atau
krim berbasis minyak, karena akan merusak sarung tangan bedah maupun sarung
tangan periksa dari lateks, Jangan menggunakan cairan pelembab yang
mengandung parfum karena dapat menyebabkan iritasi pada kulit, Jangan
menyimpan sarung tangan di tempat dengan suhu yang terlalu panas atau terlalu
dingin misalnya di bawah sinar matahari langsung, di dekat pemanas, AC, cahaya
ultraviolet, cahaya fluoresen atau mesin rontgen, karena dapat merusak bahan
sarung tangan sehingga mengurangi efektifitasnya sebagai pelindung.
Reaksi alergi terhadap sarung tangan lateks semakin banyak dilaporkan oleh
berbagai petugas di fasilitas kesehatan, termasuk bagian rumah tangga, petugas
laboratorium dan dokter gigi. Jika memungkinkan, sarung tangan bebas lateks
(nitril) atau sarung tangan lateks rendah alergen harus digunakan, jika dicurigai
terjadi alergi (reaksi alergi terhadap nitril juga terjadi, tetapi lebih jarang). Selain
itu, pemakaian sarung tangan bebas bedak juga direkomendasikan. Sarung tangan
dengan bedak dapat menyebabkan reaksi lebih banyak, karena bedak pada sarung
tangan membawa partikel lateks ke udara. Jika hal ini tidak memungkinkan,
pemakaian sarung tangan kain atau vinil di bawah sarung tangan lateks dapat
membantu mencegah sensitisasi kulit. Meskipun demikian, tindakan ini tidak akan
dapat mencegah sensitisasi pada membran mukosa mata dan hidung. Pada sebagian
besar orang yang sensitif, gejala yang muncul adalah warna merah pada kulit,
hidung berair dan gatal-gatal pada mata, yang mungkin berulang atau semakin
parah misalnya menyebabkan gangguan pernafasan seperti asma. Reaksi alergi
terhadap lateks dapat muncul dalam waktu 1 bulan pemakaian. Tetapi pada
umumnya reaksi baru terjadi setelah pemakaian yang lebih lama, sekitar 3-5 tahun,
bahkan sampai 15 tahun, meskipun pada orang yang rentan. Belum ada terapi atau
desensitisasi untuk mengatasi alergi lateks, satu- satunya pilihan adalah
menghindari kontak.
3) Lepas dan buang secara hati-hati ke tempat sampah infeksius yang telah
disediakan di ruang ganti khusus.
4) Lepas masker di luar ruangan.
5) Segera lakukan kebersihan tangan dengan 6 langkah.
Sepatu pelindung Sepatu yang bersih mengurangi Mencegah permukaan kaki oleh
kemungkinan terbawanya benda tajam yang terkontaminasi
mikroorganisme dari ruangan
lain/ luar ruangan. atau terjepit benda berat (misalnya
mencegah luka karena menginjak
benda tajam atau kejatuhan alat
kesehatan) dan mencegah kontak
dengan darah dan cairan tubuh.
BAB IV
DOKUMENTASI
Proses dan seluruh kegiatan pengadaan dan penggunaan APD yang dilakukan harus
selalu didokumentasikan dan dilaporkan melalui laporan tahunan serta dievaluasi secara
berkala.