0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
2 tayangan21 halaman

SK - Panduan APD

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 21

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR

RSKB JATIWINANGUN PURWOKERTO


NOMOR : 014/SKEP/DIR/PPI/VI/2022

TENTANG
PANDUAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
DI RSKB JATIWINANGUN PURWOKERTO

DIREKTUR RSKB JATIWINANGUN PURWOKERTO

Menimbang : 1. Upaya penyelenggaraan kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi


(PPI) di RSKB Jatiwinangun Purwokerto bertujuan untuk melindungi
seluruh karyawan dari penyakit akibat kerja, mewujudkan rasa aman
dan nyaman bagi karyawan, mitra kerja, pasien beserta keluarganya,
pengunjung dan warga sekitar rumah sakit;
2. Bahwa kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di RSKB
Jatiwinangun Purwokerto memiliki risiko terhadap keselamatan dan
kesehatan para tenaga kesehatan terlebih di masa pandemi Covid-19,
maka perlu disusun Panduan Penggunaan Alat Pelindung Diri; dan
3. Bahwa untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam butir 1 dan
2 diatas, perlu ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur RSKB
Jatiwinangun Purwokerto.

Mengingat : 1. Undang-undang RI No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan;


2. Undang-undang RI No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Undang-undang RI No.36 tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1691/ Menkes/Per/VIII/2011
tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 27 Tahun 2017 tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
dan
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI No HK.01.07/ MENKES/1128/2022
tentang Standar Akreditasi Rumah Sakit.

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : SURAT KEPUTUSAN KEPALA RUMAH SAKIT WIJAYAKUSUMA
TENTANG PANDUAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DI RSKB
JATIWINANGUN PURWOKERTO
KESATU : Memberlakukan Panduan Alat Pelindung Diri (APD) di RSKB
Jatiwinangun Purwokerto, sebagaimana terlampir dalam Surat Keputusan
ini.
KEDUA : Panduan sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kesatu merupakan
acuan bagi pelaksaaan kegiatan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di
RSKB Jatiwinangun Purwokerto.
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat perubahan atau hal yang kurang
sesuai akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Banyumas.
Pada tanggal : 06 Juni 2022
Direktur RSKB Jatiwinangunn

dr. H.Bambang Prayoga,SpB.,Fina CS


NIP 201805.10.003.31071949
Lampiran : Surat Keputusan Direktur RSKB Jatiwinangun
Purwokerto
Nomor : 014/SKEP/DIR/PPI/VI/2022
Tanggal : 06 Juni 2022

PANDUAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)


DI RSKB JATIWINANGUN PURWOKERTO
BAB I
DEFINISI

1. Pengertian
Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat untuk melindungi tenaga kerja dari potensi
bahaya, kecelakaan kerja yang serius, penularan infeksi dan atau penyakit akibat bahan kimia,
radiologi, fisik, listrik, mekanik, atau bahaya lainnya.
Tujuan Pemakaian APD adalah melindungi kulit dan membran mukosa dari risiko
pajanan darah, cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh dan selaput lendir dari
pasien ke petugas dan sebaliknya.
Alat Pelindung Diri (APD) di RSKB Jatiwinangun Purwokerto antara lain : penutup
kepala, kaca mata/ google/ face shild, masker bedah/ N95, sarung tangan, apron, gaun
pelindung/ baju kerja/ cover all, dan sepatu pelindung/ bootss.
Indikasi penggunaan APD adalah jika melakukan tindakan yang memungkinkan tubuh
atau membran mukosa terkena atau terpercik darah atau cairan tubuh atau kemungkinan pasien
terkontaminasi dari petugas. Melepas APD segera dilakukan jika tindakan sudah selesai di
lakukan.

2. Tujuan
Panduan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ini disusun sebagai acuan dalam
melaksanakan ketertiban pegawai/ para tenaga kesehatan dalam menggunakan Alat Pelindung
Diri (APD) yang sesuai dengan ruangan dan profesi nya masing-masing.

3. Manfaat
Manfaat panduan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ini adalah untuk melindungi
kesehatan karyawan rumah sakit dari paparan penyakit yang disebabkan dari pasien.

4. Sasaran
Sasaran dari panduan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ini adalah seluruh karyawan
RSKB Jatiwinangun Purwokerto.
BAB II
RUANG LINGKUP

Alat Pelindung Diri (APD) dibagi menjadi dua jenis yaitu alat pelindung diri medis dan alat
pelindung diri non medis.
Alat pelindung diri medis terdiri dari :
1) Penutup Kepala
2) Kaca Mata/ Face shild
3) Masker
4) Sarung Tangan
5) Apron/ Cover all
6) Sepatu kerja/ Bootss
7) Gaun Bedah
Alat pelindung diri non medis biasanya digunakan pada kegiatan yang tidak berhubungan
dengan tindakan terhadap pasien, meskipun peralatannya sama dengan alat pelindung diri medis.
Alat pelindung diri non medis terdiri dari :
1) Penutup kepala/ Helm
2) Baju workshop
3) Kaca mata
4) Masker
5) Sarung tangan rumah tangga
6) Pelindung telinga
7) Sepatu bootss
8) Tabir timbal
Pelaksana Panduan ini adalah seluruh karyawan di ruang rawat inap, rawat jalan, penunjang
medis, penunjang perawatan, dan bagian staf RSKB Jatiwinangun Purwokerto.
BAB III
TATA LAKSANA

1. Jenis-jenis Alat Pelindung Diri (APD) dan Fungsinya


a. Penutup Kepala
Tujuan pemakaian penutup kepala adalah untuk mencegah jatuhnya mikroorganisme
yang ada di rambut dan kulit kepala petugas terhadap alat- alat/ daerah steril atau membran
mukosa pasien dan juga sebaliknya untuk melindungi kepala/ rambut petugas dari percikan
darah atau cairan tubuh dari pasien.
Indikasi pemakaian penutup kepala :
- Tindakan operasi
- Pertolongan dan tindakan persalinan
- Tindakan insersi CVL
- Intubasi Trachea
- Penghisapan lendir massive
- Pembersihan peralatan kesehatan
Digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan kulit dan
rambut tidak masuk ke dalam luka selama pembedahan. Penutup kepala harus cukup besar
untuk menutup semua rambut. Meskipun penutup kepala dapat memberikan sejumlah
perlindungan pada pasien, tetapi tujuan utamanya adalah untuk melindungi pemakainya dari
darah atau cairan tubuh yang terpercik atau menyemprot.

b. Kaca mata/ Googles/ Perisai wajah


Harus terpasang dengan baik dan benar agar dapat melindungi wajah dan mata.
Tujuan pemakaian kaca mata/ Goggles/ perisai wajah : Melindungi mata dan wajah dari
percikan darah, cairan tubuh, sekresi dan eksresi.
Indikasi : Pada saat tindakan operasi, pertolongan persalinan dan tindakan persalinan,
tindakan perawatan gigi dan mulut, pencampuran B3 cair, pemulasaraan jenazah,
penanganan linen terkontaminasi di laundry, di ruang dekontaminasi Unit Sterilisasi.
c. Masker
Masker harus cukup besar untuk menutupi hidung, mulut, bagian bawah dagu, dan
rambut pada wajah (Jenggot). Masker dipakai untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu
petugas kesehatan atau petugas bedah berbicara, batuk atau bersin serta untuk mencegah
percikan darah atau cairan tubuh lainnya memasuki hidung atau mulut petugas kesehatan.
Bila masker tidak terbuat dari bahan tahan cairan, maka masker tersebut tidak efektif untuk
mencegah kedua hal tersebut.
Terdapat tiga jenis masker, yaitu :
⁻ Masker bedah, untuk tindakan bedah atau mencegah penularan melalui droplet.
⁻ Masker respiratorik, untuk mencegah penularan melalui airborne.
⁻ Masker rumah tangga, digunakan di bagian gizi atau dapur.
Masker yang ada, terbuat dari berbagai bahan seperti katun ringan, kain kasa, kertas
dan bahan sintetik yang beberapa di antaranya tahan cairan. Masker yang dibuat dari katun
atau kertas sangat nyaman tetapi tidak dapat menahan cairan atau efektif sebagai filter.
Masker yang dibuat dari bahan sintetik dapat memberikan perlindungan dari tetesan partikel
berukuran besar (>5 μm) yang tersebar melalui batuk ate bersin ke orang yang berada di
dekat pasien (kurang dari 1 meter). Namun masker bedah terbaik sekalipun tidak dirancang
untuk benar- benar menutup pas secara erat (menempel sepenuhnya pada wajah) sehingga
mencegah kebocoran udara pada bagian tepinya. Dengan demikian, masker tidak dapat
secara efektif menyaring udara yang dihisap dan tidak dapat direkomendasikan untuk tujuan
tersebut.
Pada perawatan pasien yang telah diketahui atau dicurigai Menderita penyakit
menular melalui udara atau droplet, masker yang digunakan hares dapat mencegah partikel
mencapai membran mukosa dari petugas kesehatan. Masker dengan efisiensi tinggi
merupakan jenis masker khusus yang direkomendasikan, bila penyaringan udara dianggap
penting misalnya pada perawatan seseorang yang telah diketahui atau dicurigai menderita
flu burung atau SARS. Masker dengan efisiensi tinggi misalnya N95 melindungi dari
partikel dengan ukuran < 5 mikron yang dibawa oleh udara . Pelindung ini terdiri dari
banyak lapisan bahan penyaring dan harus dapat menempel dengan erat pada wajah tanpa
ada kebocoran. Dilain pihak pelindung ini juga lebih mengganggu pernafasan dan lebih
mahal daripada masker bedah. Sebelum petugas memakai masker N95 perlu dilakukan fit
test pada setiap pemaaiannya.
Cara memakai masker :
⁻ Memegang pada bagian tali (kaitkan pada telinga jika menggunakan kaitan tali
karet atau simpulkan tali di belakang kepala jika menggunakan tali lepas).
⁻ Eratkan tali kedua pada bagian tengah kepala atau leher.
⁻ Tekan klip tipis fleksibel (jika ada) sesuai lekuk tulang hidung dengan
kedua ujung jari tengah atau telunjuk.
⁻ Membetulkan agar masker melekat erat di wajah dan di bawah dagu dengan
baik.
⁻ Periksa ulang untuk memastikan bahwa masker telah melekat dengan benar.

d. Apron
Yang terbuat dari karet atau plastik, merupakan penghalang tahan air untuk sepanjang
bagian depan tubuh petugas kesehatan. Petugas kesehatan harus mengenakan apron di
bawah gaun penutup ketika melakukan perawatan langsung pada pasien, membersihkan
pasien, atau melakukan prosedur dimana ada risiko tumpahan darah, cairan tubuh atau
sekresi. Hal ini mencegah cairan tubuh pasien mengenai baju dan tubuh petugas kesehatan.

e. Gaun Pelindung/ Cover All


Digunakan untuk menutupi atau mengganti pakaian biasa atau seragam lain,
pada saat merawat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular
melalui droplet airborne. Pemakaian gaun pelindung terutama adalah untuk
melindungi baju dan kulit petugas kesehatan dari sekresi, espirasi. Ketika merawat
pasien yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular tersebut, petugas
kesehatan harus mengenakan gaun pelindung setiap memasuki ruangan untuk
merawat pasien karena ada kemungkinan terpercik atau tersemprot darah, cairan
tubuh, sekresi atau ekskresi. Pangkal sarung tangan harus menutupi ujung lengangan
sepenuhnya. Lepaskan gaun sebelum meninggalkan area pasien.
Setelah gaun dilepas, pastikan bahwa pakaian dan kulit tidak kontak dengan
bagian yang potensial tercemar, lalu cuci tangan segera untuk mencegah
berpindahnya organisme.

f. Sarung Tangan
Melindungi tangan dari bahan yang dapat menularkan penyakit dan
melindungi pasien dari mikroorganisme yang berada di tangan petugas kesehatan.
Sarung tangan merupakan penghalang (barrier) fisik paling penting untuk
mencegah penyebaran infeksi. Sarung tangan harus diganti antara setiap kontak
dengan satu pasien ke pasien lainnya, untuk menghindari kontaminasi silang.
Terdapat tiga jenis sarung tangan, yaitu :
- Sarung tangan bedah (steril), dipakai sewaktu melakukan tindakan invasif atau
pembedahan.
- Sarung tangan pemeriksaan (bersih), dipakai untuk melindungi petugas
pemberi pelayanan kesehatan sewaktu melakukan pemeriksaan atau pekerjaan
rutin
- Sarung tangan rumah tangga, dipakai sewaktu memproses peralatan,
menangani bahan-bahan terkontaminasi, dan sewaktu membersihkan
permukaan yang terkontaminasi.

Meskipun efektifitas pemakaian sarung tangan dalam mencegah


kontaminasi dari petugas kesehatan telah terbukti berulang kali. Tetapi pemakaian
sarung tangan tidak menggantikan kebutuhan untuk mencuci tangan. Sebab sarung
tangan bedah lateks dengan kualitas terbaik sekalipun, mungkin mengalami
kerusakan kecil yang tidak terlihat, sarung tangan mungkin robek pada saat
digunakan atau tangan terkontaminasi pada saat melepas sarung tangan. Kapan
pemakaian sarung tangan diperlukan:
1) Ada kemungkinan kontak tangan dengan darah atau cairan tubuh lain,
membran mukosa atau kulit yang terlepas
2) Melakukan prosedur medis yang bersifat invasif misalnya menusukkan sesuatu
kedalam pembuluh darah, seperti memasang infus
3) Menangani bahan-bahan bekas pakai yang telah terkontaminasi atau menyentuh
permukaan yang tercemar
4) Menerapkan Kewaspadaan Berdasarkan Penularan melalui kontak (yang
diperlukan pada kasus penyakit menular melalui kontak yang telah diketahui
atau dicurigai), yang mengharuskan petugas kesehatan menggunakan sarung
tangan bersih, tidak steril ketika memasuki ruangan pasien.

Petugas kesehatan harus melepas sarung tangan tersebut sebelum


meninggalkan ruangan pasien dan mencuci tangan dengan air dan sabun atau
dengan handrub berbasis alkohol. Satu pasang sarung tangan harus digunakan
untuk setiap pasien, sebagai upaya menghindari kontaminasi silang. Pemakaian
sepasang sarung tangan yang sama atau mencuci tangan yang masih bersarung
tangan, ketika berpindah dari satu pasien ke pasien lain atau ketika melakukan
perawatan di bagian tubuh yang kotor kemudian berpindah ke bagian tubuh yang
bersih, bukan merupakan praktek yang aman. Doebbeling dan Colleagues (1988)

menemukan bakteri dalam jumlah bermakna pada tangan petugas yang hanya
mencuci tangan dalam keadaan masih memakai sarung tangan dan tidak mengganti
sarung tangan ketika berpindah dari satu pasien ke pasien lain.
Bila sumber daya terbatas dan jumlah sarung tangan periksa tidak
memadai, sarung tangan bedah sekali pakai (disposable) yang sudah digunakan
dapat diproses ulang dengan cara :
1) Dekontaminasi dengan merendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
2) Dicuci dan bilas, serta dikeringkan
3) Sterilkan dengan menggunakan autoklaf atau didisinfeksi tingkat tinggi
(dengan dikukus)
Bila sarung tangan rumah tangga tidak tersedia, gunakan dua lapis sarung
tangan periksa atau sarung tangan bedah yang telah diproses untuk memberikan
perlindungan yang cukup bagi petugas kebersihan, petugas laundry, pekarya serta
petugas yang menangani dan membuang limbah medis.
Hal yang harus diperhatikan pada pemakaian sarung tangan adalah gunakan
sarung tangan dengan ukuran yang sesuai, khususnya untuk sarung tangan bedah.
Sarung tangan yang tidak sesuai dengan ukuran tangan dapat menggangu
ketrampilan dan mudah robek, Jaga agar kuku selalu pendek untuk menurunkan
risiko sarung tangan robek, Tarik sarung tangan ke atas manset untuk melindungi
pergelangan tangan, Gunakan pelembab yang larut dalam air (tidak mengandung
lemak) untuk mencegah kulit tangan kering/berkerut, jangan gunakan lotion atau
krim berbasis minyak, karena akan merusak sarung tangan bedah maupun sarung
tangan periksa dari lateks, Jangan menggunakan cairan pelembab yang
mengandung parfum karena dapat menyebabkan iritasi pada kulit, Jangan
menyimpan sarung tangan di tempat dengan suhu yang terlalu panas atau terlalu
dingin misalnya di bawah sinar matahari langsung, di dekat pemanas, AC, cahaya
ultraviolet, cahaya fluoresen atau mesin rontgen, karena dapat merusak bahan
sarung tangan sehingga mengurangi efektifitasnya sebagai pelindung.
Reaksi alergi terhadap sarung tangan lateks semakin banyak dilaporkan oleh
berbagai petugas di fasilitas kesehatan, termasuk bagian rumah tangga, petugas
laboratorium dan dokter gigi. Jika memungkinkan, sarung tangan bebas lateks
(nitril) atau sarung tangan lateks rendah alergen harus digunakan, jika dicurigai
terjadi alergi (reaksi alergi terhadap nitril juga terjadi, tetapi lebih jarang). Selain
itu, pemakaian sarung tangan bebas bedak juga direkomendasikan. Sarung tangan
dengan bedak dapat menyebabkan reaksi lebih banyak, karena bedak pada sarung
tangan membawa partikel lateks ke udara. Jika hal ini tidak memungkinkan,
pemakaian sarung tangan kain atau vinil di bawah sarung tangan lateks dapat
membantu mencegah sensitisasi kulit. Meskipun demikian, tindakan ini tidak akan
dapat mencegah sensitisasi pada membran mukosa mata dan hidung. Pada sebagian
besar orang yang sensitif, gejala yang muncul adalah warna merah pada kulit,
hidung berair dan gatal-gatal pada mata, yang mungkin berulang atau semakin
parah misalnya menyebabkan gangguan pernafasan seperti asma. Reaksi alergi
terhadap lateks dapat muncul dalam waktu 1 bulan pemakaian. Tetapi pada
umumnya reaksi baru terjadi setelah pemakaian yang lebih lama, sekitar 3-5 tahun,
bahkan sampai 15 tahun, meskipun pada orang yang rentan. Belum ada terapi atau
desensitisasi untuk mengatasi alergi lateks, satu- satunya pilihan adalah
menghindari kontak.

g. Pelindung Kaki/ Sepatu Boots


Digunakan untuk melindungi kaki dari cedera akibat benda tajam atau benda
berat yang mungkin jatuh secara tidak sengaja ke atas kaki. Oleh karena itu, "sandal
jepit" atau sepatu yang terbuat dari bahan lunak (kain) tidak boleh dikenakan.
Sepatu bootss karet atau sepatu kulit terlutup memberikan lebih banyak
perlindungan, tetapi harus dijaga tetap bersih dan bebas kontaminasi darah atau
tumpahan cairan tubuh lain. Penutup sepatu tidak diperlukan jika sepatu bersih.
Sepatu yang tahan terhadap benda tajam atau kedap air harus tersedia di kamar
bedah.
Sebuah penelitian menyatakan bahwa penutup sepatu dari kain atau kertas
dapat meningkatkan kontaminasi karena memungkinkan darah merembes melalui
sepatu dan seringkali digunakan sampai di luar ruang operasi. Kemudian dilepas
tanpa sarung tangan sehingga terjadi pencemaran.
2. Tujuan Pemakaian APD
Tujuan utama dari pemakaian APD di Rumah Sakit untuk mencegah terjadinya
Penyakit Akibat Kerja (PAK) pada petugas pelayanan kesehatan, serta patient safety.

3. Pemakaian APD di Sarana Pelayanan Kesehatan


Faktor-faktor penting yang harus diperhatikan pada pemakaian APD :
1) Kenakan APD sebelum kontak dengan pasien, umumnya sebelum memasuki
ruangan.
2) Gunakan dengan hati-hati- jangan menyebarkan kontaminasi.

3) Lepas dan buang secara hati-hati ke tempat sampah infeksius yang telah
disediakan di ruang ganti khusus.
4) Lepas masker di luar ruangan.
5) Segera lakukan kebersihan tangan dengan 6 langkah.

4. Cara memakai APD


a. Langkah-langkah mengenakan APD non steril
1) Lakukan kebersihan tangan
2) Kenakan gaun/ apron
3) Kenakan masker menutupi hidung dan mulut, ikat dengan benar
4) Kenakan kaca mata/ googles
5) Kenakan penutup kepala
6) Kenakan face shild (bila perlu)
7) Kenakan sarung tangan
8) Kenakan sepatu bootss (bila perlu)

b. Langkah-langkah mengenakan APD di kamar bedah


1) Lakukan kebersihan tangan/handrub
2) Kenakan baju operasi sebagai lapisan pertama pakaian pelindung
3) Kenakan sepatu bootsh
4) Kenakan apron (bila perlu)
5) Kenakan masker
6) Kenakan kaca mata googles
7) Kenakan penutup kepala
8) Kenakan face shild (bila perlu)
9) Lakukan handwash dengan menggunakan sabun antiseptik dan air mengalir
10) Kenakan gaun steril
11) Kenakan sarung tangan steril (bila perlu double)

5. Cara Melepas APD


Kecuali masker, lepaskan APD di pintu atau di anteroom. Masker dilepaskan setelah
meninggalkan ruangan pasien dan menutup pintunya.
 Ketentuan melepas APD
a. Sarung tangan
1) Ingatlah bahwa bagian luar sarung tangan telah terkontaminasi.
2) Pegang bagian luar sarung tangan dengan sarung tangan lainnya, lepaskan.
3) Pegang sarung tangan yang telah dilepas dengan menggunakan tangan yang
masih memakai sarung tangan.
4) Selipkan jari tangan yang sudah tidak memakai sarung tangan di bawah
sarung tangan yang belum dilepasdi pergelangan tangan.
5) Lepaskan sarung tangan di atas sarung tangan pertama.
6) Buang sarung tangan di tempat sampah infeksius.

b. Kacamata atau pelindung wajah


1) Ingatlah bahwa bagian luar kacamata atau pelindung wajah
telah terkontaminasi.
2) Untuk melepasnya, pegang karet atau gagang kacamata.
3) Letakkan di wadah yang telah disediakan untuk diproses ulang atau dalam
tempat sampah infeksius.

c. Apron dan Gaun pelindung


1) Ingatlah bahwa bagian depan gaun dan lengan gaun sudah terkontaminasi.
2) Lepas tali.
3) Tarik dari leher dan bahu dengan memegang bagian dalam gaun pelindung.
4) Balik gaun pelindung.
5) Lipat atau gulung menjadi gulungan dan letakkan di wadah yang telah
disediakan untuk diproses ulang atau buang di tempat sampah infeksius.
d. Masker
1) Jangan sentuh bagian depan masker yang telah terkontaminasi.
2) Lepaskan tali bagian bawah dan kemudian tali atau karet bagian atas.
3) Buang ke tempat sampah infeksius.

e. Pelindung kaki/ sepatu boots


1) Jangan sentuh bagian sepatu yang telah terkontaminasi.
2) Lepas sapatu bootss.
3) Masukan kedalam plastik berwarna kuning.
4) Cuci dengan larutan klorin 0,5%.

 Langkah-langkah melepas APD


a. Petugas di ruang tindakan :
1) Lepaskan sepasang sarung tangan, buang ke tempat sampah infeksius.
2) Lakukan kebersihan tangan.
3) Lepaskan apron/gaun.
4) Lepaskan perisai wajah (googles).
5) Lepaskan penutup kepala.
6) Lepaskan masker.
7) Lepaskan pelindung kaki (boots).
8) Lakukan kebersihan tangan.

b. Petugas di ruang Covid-19 :


1) Lepaskan sepasang sarung tangan lapis pertama
2) Lepaskan pelindung kaki/sepatu boots
3) Lepaskan face shield
4) Lepaskan Cover All. Gulung Cover All dengan cara bagian dalam berada di
bagian luar
5) Disinfeksi tangan yang menggunakan sarung tangan
6) Lepaskan cap/pelindung kepala
7) Lepaskan kaca mata goggles
8) Lepaskan masker N95
9) Lepaskan sepasang sarung tangan kedua
10) Lakukan handrub atau handwash sampai bersih
c. Petugas di kamar bedah :
1) Lepaskan sepasang sarung tangan, buang ke tempat sampah infeksius.
2) Lakukan kebersihan tangan.
3) Lepaskan gaun, bagian luar dilipat di dalam, taruh di plastik warna kuning
(infeksius).
4) Lepaskan celemek, taruh di plastik warna kuning (infeksius).
5) Lepaskan perisai wajah (goggles).
6) Lepaskan penutup kepala.
7) Lepaskan masker.
8) Lepaskan pelindung kaki (boots).
9) Lakukan kebersihan tangan.

6. Standar Penggunaan APD di Rumah Sakit


a. Pelayanan Pasien Secara Umum
Pelindung pernapasan : masker
b. Pelayanan pasien dengan luka, tindakan menjahit, bedah minor, rawat luka
pasien resiko rendah (pasien tanpa HIV, Hepatitis B dan C dan penyakit
menular berbahaya lainnya yang ditularkan lewat cairan tubuh)
1) Pelindung pernapasan : Masker
2) Pelindung tangan : Sarung tangan steril
3) Pelindung mata : Spectacle google
4) Pelindung kepala : Tutup kepala
5) Pelindung respirasi/ hidung/ mulut : Masker
6) Pelindung tubuh : Apron/ scotch/ celemek
7) Pelindung tangan : Sarung tangan bedah bersih dipasang double dengan
sarung tangan panjang bila ada bila tidak ada double dengan sarung tangan
sejenis
c. Pelayanan Pasien dengan Penyakit Paru Menular Berbahaya (TBC, Pneumonia)
1) Pelindung pernafasan : Masker
2) Pelindung tangan : Sarung tangan
d. Pelayanan Pasien dengan Penyakit Kulit Menular
1) Pelindung respirasi/ hidung/ mulut : Masker
2) Pelindung tangan : Sarung tangan steril
e. Pelayanan Pasien di Ruang Bersalin
1) Pelindung mata : Spectacle google
2) Pelindung kepala : Tutup kepala
3) Pelindung hidung/mulut : Masker bedah
4) Pelindung tangan : Sarung tangan bedah bersih untuk pemeriksaan VT,
sarung tangan bedah bersih ditambah sarung tangan panjang (siku) untuk
kuretase, menolong partus, dan tindakan lain yang membutuhkan proteksi
maksimal dari pajanan cairan maksimal
5) Pelindung kaki : Celemek/ Apron, gaun operasi
6) Pelindung kaki : Sepatu boots karet

f. Pelayanan Pasien di Ruang Bedah


1) Pelindung mata : Spectacle google
2) Pelindung kepala : Tutup kepala
3) Pelindung hidung/mulut : Masker bedah
4) Pelindung tangan : Sarung tangan bedah steril, dapat dipasang double
untuk proteksi maksimal, bila diperlukan dapat digabung dengan sarung
tangan panjang siku untuk proteksi maksimal
5) Pelindung kaki : Celemek/Apron, gaun operasi
6) Pelindung kaki : Sepatu boots karet

g. Saat Pengambilan Spesimen dari tubuh pasien di laboratorium


1) Pelindung pernafasan : Masker
2) Pelindung mata : Spectackle google bila menghadapi pasien dengan resiko
terpapar cairan tubuh tinggi
3) Pelindung tangan : Sarung tangan
4) Pelindung tubuh : Jas lab dan apron/celemek bila ada resiko tinggi terpapar
cairan tubuh pasien
h. Saat mengolah dan mengerjakan Spesimen di Laboratorium
1) Pelindung pernafasan : masker
2) Pelindung tangan : Hand scoon
3) Pelindung tubuh : Jas lab
Di Ruang Perawatan
1) Pelindung pernafasan : Masker
2) Pelindung tangan : Hand scoon
i. Pelayanan Laundry Rumah Sakit
1) Pelindung kepala : Penutup kepala/tutup kepala
2) Pelindung mata : Spectackle google bila menangani cairan kontaminan
berbahaya dan bahan yang terkontaminasi cairan pasien dengan infeksi
berbahaya serta bahan kimia seperti klorin 0,5%
3) Pelindung tangan : Sarung tangan karet bersih, dapat di double bila pakaian
atau bahan-bahan yang habis dipakai oleh pasien dengan penyakit menular.
4) Pelindung badan : Apron/celemek, terutama bila sedang mengolah linen
kotor.
5) Pelindung kaki : Sepatu boots karet, terutama bila sedang mengolah linen
kotor untuk dicuci
j. Pelayanan Gizi Rumah Sakit
1) Pelindung kepala : Penutup kepala/tutup kepala
2) Pelindung pernafasan : Masker
3) Pelindung tangan : Sarung tangan karet, terutama bila mencuci alat makan
dan menangani alat makan dari pasien dengan infeksi berbahaya
4) Pelindung kaki : Sepatu boots bila berada di area yang basah
k. Pelayanan Radiologi
a) Pelindung mata : Spectackle google bila ada resiko terpapar cairan tubuh
pasien
b) Pelindung mulut : Masker
c) Pelindung tangan : Hand scoon
d) Pelindung badan : Jas lab, apron/celemek bila ada resiko tinggi terpapar
cairan tubuh pasien
e) TLD (dosimeter radiasi)
l. Ruang Perawatan Khusus
a) Pelindung mulut : Masker
b) Pelindung tangan : Hand scoon
c) Pelindung kaki

7. Pemilihan Alat Pelindung Sesuai Jenis Pajanan

Jenis Pajanan Contoh Pilihan Alat Pelindung

Resiko rendah:  Injeksi  Sarung tangan


 Kontak dengan kulit  Perawatan luka ringan tidak esesial
 Tidak terpajan daerah
langsung
Resiko sedang:  Pemeriksaan pelvis  Sarung tangan
 Kemungkinan terpajan  Insersi IUD  Mungkin perlu
daerah namun tidak ada  Melepas IUD apron atau gaun
cipratan  Pemasangan pelindung
kateter intravena
 Pemasangan
specimen laboratorium
 Perawatan luka berat
 Ceceran darah

Resiko tinggi:  Tindakan bedah mayor  Sarung tangan ganda


 Kemungkinan terpajan  Bedah mulut  Apron
darah dan kemungkinan  Persalinan pervagina  Baju pelindung
terciprat  Kaca mata pelindung
 Pendarahan massif  Masker
 Sepatu boots

8. Manfaat Alat Pelindung terhadap Pasien maupun Petugas Kesehatan


Alat Pelindung Terhadap Pasien Terhadap Petugas Kesehatan

Sarung tangan Mencegah kontak Mencegah kontak tangan petugas


mikroorganisme yang
terhadap pada tangan petugas dengan darah cairan tubuh
kesehatan kepada pasien. penderita lainnya, selaput lendir,
selaput lendir, kulit yang tidak
utuh atau alat kesehatan/
permukaan yang telah
terkontaminasi.
Masker Mencegah kontak droplet Mencegah membrane mukosa
dari mulut dan hidung
petugas kesehatan yang petugas kesehatan (hidung dan
mengandung mulut) kontak dengan percikan
mikroorganisme dan terpecik
saat bicara, atau batuk darah atau cairan tubuh penderita.
kepada pasien.

Kaca mata Mencegah membrane mukosa


pelindung
petugas kesehatan kontak dengan
percikan darah atau cairan tubuh
penderita.

Tutup kepala Mencegah jatuhnya


mikroorganisme dari rambut
dan kulit kepala petugas ke
daerah steril

Jas dan celemek Mencegah kontak Mencegah kulit petugas kesehatan


plastik mikroorganisme dari tangan,
tubuh dan pakaian petugas kontak dengan percikan darah atau
kesehatan kepada pasien cairan tubuh penderita.

Sepatu pelindung Sepatu yang bersih mengurangi Mencegah permukaan kaki oleh
kemungkinan terbawanya benda tajam yang terkontaminasi
mikroorganisme dari ruangan
lain/ luar ruangan. atau terjepit benda berat (misalnya
mencegah luka karena menginjak
benda tajam atau kejatuhan alat
kesehatan) dan mencegah kontak
dengan darah dan cairan tubuh.
BAB IV

DOKUMENTASI

Proses dan seluruh kegiatan pengadaan dan penggunaan APD yang dilakukan harus
selalu didokumentasikan dan dilaporkan melalui laporan tahunan serta dievaluasi secara
berkala.

Direktur RSKB Jatiwinangunn

dr. H.Bambang Prayoga,SpB.,Fina CS


NIP 201805.10.003.31071949

Anda mungkin juga menyukai