Klasifikasi Bandotan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

I'm Infinity

CONTACT US

SITEMAP

PRIVACY POLICY

Wednesday, June 29, 2016


Makalah Bandotan/ Wedusan (Ageratum conyzoides, L)

BAB 1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai gudangnya tanaman obat sehingga mendapat
julukan live laboratory. Sekitar 30.000 jenis tanaman obat dimiliki Indonesia.
Dengan kekayaan flora tersebut, tentu Indonesia memiliki potensi untuk
mengembangkan produk herbal yang kualitasnya setara dengan obat modern.
Akan tetapi, sumber daya alam tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
bagi kepentingan masyarakat. Baru sekitar 1200 species tanaman obat yang
dimanfaatkan dan diteliti sebagai obat tradisional. Beberapa spesies tanaman
obat yang berasal dari hutan tropis Indonesia justru digunakan oleh negara
lain. Sebagai contoh adalah para peneliti Jepang yang telah mematenkan
sekitar 40 senyawa aktif dari tanaman yang berasal dari Indonesia. Bahkan
beberapa obat- obatan yang bahan bakunya dapat ditemukan di Indonesia
telah dipatenkan dan diproduksi secara besar-besaran di negara lain sehingga
memberi keuntungan yang besar bagi negara tersebut.
Wedusan atau bandotan yang dalam bahasa latin disebut Ageratum
Conizoides L. merupakan salah satu dari sekian banyak jenis tanaman obat
yang ada di Indonesia. Tanaman obat ini adalah sejenis gulma pertanian
anggota suku Asteraceae. Terna semusim ini berasal dari Amerika tropis,
khususnya Brazil, akan tetapi telah lama masuk dan meliar di
wilayah Nusantara. Disebut juga sebagai babandotan atau babadotan (Sd.);
wedusan (Jw.); dus-bedusan (Md.); serta Billygoat-weed, Goatweed, Chick
weed, atau Whiteweed dalam bahasa Inggris, tumbuhan ini mendapatkan
namanya karena bau yang dikeluarkannya menyerupai baukambing
( http://id.wikipedia.org/wiki/Bandotan ).

Di Indonesia, khususnya di Desa Ulu Sabulakoa, kec. Sabulakoa, Kab.


Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, masyarakat sekitar menyebut bandotan
atau wedusan dengan nama Wolio. Tanaman obat ini dapat tumbuh dengan
mudah di lahan perkebunan masyarakat yang memiliki tekstur tanah dengan
unsure hara tinggi seperti yang terdapat pada lokasi di desa Ulu Sabulakoa.
Dengan ketinggian sekitar 70m dpl, dan iklim tropis Indonesia, maka tanaman
obat ini dapat tumbuh dengan leluasa di daerah Ulu Sabulakoa.

B. Rumusan Masalah Kuliah Lapang


1. ada berapa jenis tanaman obat yang ditemukan di Desa Ulu Sabulakoa?
2. Bagaimana cara meramu tanaman obat oleh masyarakat ?
C. Tujuan Kuliah Lapang
1. Untuk mengetahui jenis tanaman yang mengandung khasiat obat
2. Untuk mengetahui cara pengolahan tanaman obat sehingga dapat digunakan
sebagai obat
D. Manfaat Kuliah
1. Mahasiswa dapat mengetahui jenis tanaman yang memiliki khasiat obat
2. Mahasiswa secara khusus STIKA Kendari Prodi S1 Farmasi dan masyarakat
pada umumnya dapat mengetahui cara meramu tanaman obat

BAB 2. TINJUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
Pengobatan secara tradisional tertua yang tercatat dalam sejarah yaitu
pada Bangsa Yunani kuno juga banyak menyimpan catatan mengenai
penggunaan tanaman obat yaitu Hyppocrates ( tahun 466 sebelum masehi )
membuat himpunan keterangan terinci mengenai ribuan tanaman obat dalam
De Materia Medica. Orang- orang Yunani kuno juga telah melakukan
pengobatan herbal. Zaman Mesir kuno ( tahun 2500 sebelum masehi ) yang
ditulis dalam Papyrus Ehers meyebutkan Sejumlah besar resep penggunaan
produk tanaman untuk pengobatan berbagai penyakit, gejala-gejala penyakit
dan diagnosanya, Pada saat itu, para pendeta Mesir kuno telah melakukan
dan mempraktekkan pengobatan Herbal.
SKN (Sistem Kesehatan Nasional) juga menyatakan bahwa pengobatan
tradisional yang terbukti berhasil guna dan berdayaguna terus dilakukan
pembinaan dan bimbingan serta dimanfaatkan untuk pelayanan kesehatan
masyarakat. UU kesehatan No. 23 Tahun 1992 pasal 47 menyatakan
pengobatan tradisional yang mencakup cara, obat dan pengobatan atau
perawatan cara lainnya dapat dipertanggung jawabkan maknanya. Sumber
pengobatan di dunia mencakup tiga sektor yang saling terkait, (Young, 1980)
Sumber pengobatan di dunia mencakup tiga sektor, yaitu pengobatan rumah
tangga/ pengobatan sendiri menggunakan obat, obat tradisional, atau cara
tradisional, pengobatan medis yang dilakukan oleh oleh perawat, dokter,
puskesmas, atau rumah sakit, serta pengobat tradisional. Dalam pemilihan
sumber pengobatan di susunlah suatu criteria tentang sumber pengobatan
tersebut. (Young, 1980), Kriteria yang digunakan untuk memilih sumber
pengobatan adalah pengetahuan tentang sakit dan pengobatannya, keyakinan
terhadap obat/ pengobatan, keparahan sakit, dan keterjangkauan biaya dan
jarak. Dari empat kriteria tersebut, keparahan sakit menduduki tempat yang
dominan. Sebagaimana diketahui bahwa pola penyakit di Indonesia (bahkan di
dunia) telah mengalami pergeseran dari penyakit infeksi (yang terjadi sekitar
tahun 1970 ke bawah) ke penyakit-penyakit metabolik degeneratif (sesudah
tahun 1970 hingga sekarang).
Hal ini seiring dengan laju perkembangan tingkat ekonomi dan peradaban
manusia yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi
dengan berbagai penemuan baru yang bermanfaat dalam pengobatan dan
peningkatan kesejahteraan umat manusia. Dalam data statistik tentang
kematian akibat efek samping obat-obatan yang diperoleh, Isa (2009:1)
mengatakan, Untuk mengatasi penyakit mereka mengutamakan cepat sembuh
walaupun cuma sesaat. Pola hidup ini harus di bayar mahal. Di Amerika saja,
efek samping obat obatan bertanggung jawab atas kematian 100.000 pasien
setiap hari.

Menurut WHO, negara negara di Afrika, Asia dan Amerika Latin


menggunakan obat herbal sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka
terima. Bahkan di Afrika, sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat
herbal untuk pengobatan primer (WHO, 2003). Faktor pendorong terjadinya
peningkatan penggunaan obat herbal di negara maju adalah usia harapan
hidup yang lebih panjang pada saat prevalensi penyakit kronik meningkat,
adanya kegagalan penggunaan obat modern untuk penyakit tertentu di
antaranya kanker serta semakin luas akses informasi mengenai obat herbal di
seluruh dunia (Sukandar EY,2006).
WHO merekomendasi penggunaan obat tradisional termasuk herbal dalam
pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit,
terutama untuk penyakit kronis, penyakit degeneratif dan kanker. WHO juga
mendukung upaya- upaya dalam peningkatan keamanan dan khasiat dari obat
tradisional (WHO, 2003). Penggunaan obat tradisional secara umum dinilai
lebih aman dari pada penggunaan obat modern. Hal ini disebabkan karena
obat tradisional memiliki efek samping yangrelatif lebih sedikit dari pada obat
modern.
B. Obat Tradisional
Bandotan (Ageratum conyzoides, L). Nama lain dari bandotan adalah
tombalo, siangiat, kombak jomtan, siangik kahwa, rumput tahi ayam
(Sumatera), babadotan, babadotan letik, babandotan beureum, babandotan
hejo, jukut bau, ki bau, berokan, wedosan, dus wedusan, dus bedusan,
tempuyak (Jawa), dawet, lawet, rukut manooe, rukut wenu, wolio dan sopi
(Sulawesi).
Bandotan dengan nama latin Ageratum conyzoides L. merupakan tumbuhan
liar tetapi lebih dikenal sebagai tanaman penganggu (gulma). Umumnya
tanaman ini tumbuh liar bersama alang-alang, dapat ditemukan di
pekarangan rumah, tepi jalan atau selokan, bahkan di kebun atau di ladang.
Bandotan termasuk tumbuhan terna semusim, tumbuhnya tegak dan
bercabang. Tinggi bandotan mencapai 30-90 cm. Batangnya bulat berambut
panjang dan jika menyentuh tanah akan mengeluarkan akar. Daunnya
bertangkai dengan letak saling berhadapan. Helaian daun berbentuk bulat
telur dengan pangkal membulat dan ujung runcing, tepi bergerigi, berambut
dan warnanya hijau. Bunga bandotan termasuk bunga majemuk berkumpul 3
atau lebih, yang keluar dari ujung tangkai dan berwarna putih. Buahnya
berwarna hitam dan berukuran kecil.
Herba bandotan mengandung asam amino, arganosid, pectic sulostance,
minyak atsir kunarin, ageratochromene, friedelin, dan sitostenol, stigmasterol,

tanin, sulfur, dan potassium chloride. Sedangkan pada akarnya mengandung


minyak atsiri, alkanoid dan kumarin.
Khasiat dari herba bandotan yaitu dapat mengobati demam, malaria,
radang paru, radang telinga tengah, pendarahan seperti pendarahan rahim,
luka berdarah dan mimisan, diare, disentri, mulas, muntah, perut kembung,
keseleo, pega linu, mencegah kehamilan, tumor rahim dan perawatan rambut.
C. Cara Meramu/Merakit Tanaman Obat
1. Sakit telinga tengah akibat radang
Bahan
yang
diperlukan:
Herba
bandotan
segar
secukupnya.
Cara meracik: Bahan tersebut dicuci hingga bersih lalu ditumbuk sampai
halus.
Setelah
dihaluskan,
diperas
dan
disaring.
Cara pemakaian: Air perasan tersebut digunakan untuk obat tetes telinga.
Lakukan 4 kali sehari sebanyak 2 tetes sampai sembuh.
2. Luka berdarah, bisul dan eksim
Bahan
yang
diperlukan:
Herba
bandotan
segar
secukupnya.
Cara meracik: Bahan tersebut dicuci hingga bersih lalu ditumbuk sampai
halus.
Cara pemakaian: Tempelkan ramuan tersebut pada bagian tubuh yang sakit,
lalu dibalut dengan perban. Lakukan 3-4 kali sehari untuk mengganti balutan
dan dilakukan sampai sembuh.
3. Bisul dan borok
Bahan yang diperlukan: 1 tanaman herba bandotan segar, sekepal nasi basi
dan seujung sendok teh garam.
Cara meracik: Herba bandotan tersebut dicuci hingga bersih, lalu tambahkan
sekepal nasi basi dan garam kemudian digiling sampai halus.
Cara pemakaian: Tempelkan ramuan tersebut pada bagian tubuh yang sakit,
lalu dibalut dengan perban.
4. Rematik dan bengkak karena keseleo
Bahan yang diperlukan: 1 genggam daun dan batang muda herba bandotan
segar,
satu
kepal
nasi
basi
dan

sendok
teh
garam.
Cara meracik: Daun dan batang bandotan dicuci hingga bersih lalu ditumbuk
bersama nasi dan garam. Buatlah adonan seperti bubur kental.
Cara pemakaian: Tempelkan ramuan tersebut pada bagian sendi yang bengkak
lalu dibalut. Biarkan selama 1-2 jam, lalu balutan tersebut dilepaskan.
Pengobatan ini dilakukan 2-3 kali sehari sampai sembuh.
5. Pendarahan rahim, sariawan, dan bengkak karena memar

Bahan
yang
diperlukan:
10-15
gr
herba
bandotan.
Cara meracik: Bahan tersebut dicuci hingga bersih, lalu direbus dalam 2 gelas
air sampai mendidih hingga tersisa 1 gelas. Setelah dingin, kemudian disaring.
Cara pemakaian: Air saringannya diminum sekaligus dan lakukan 2-3 kali
sehari.
6. Tumor rahim
Bahan
yang
diperlukan:
15-30
gr
herba
bandotan
kering.
Cara meracik: Bahan tersebut direbus dalam 3 gelas air sampai mendidih
hingga tersisa 1 gelas.
Cara pemakaian: Air rebusan diminum setiap hari sebanyak 1 gelas.
7. Sakit tenggorokan
Bahan
yang
diperlukan:
30-60
gr
daun
bandotan
segar.
Cara meracik: Daun bandotan tersebut dicuci hingga bersih lalu ditumbuk
sampai halus. Selanjutnya diperas dan disaring. Tambahkan larutan gula batu
ke dalam air perasan secukupnya dan diaduk sampai merata.
Cara pemakaian: Ramuan tersebut diminum 3 kali sehari sampai sembuh.
8. Malaria dan influenza
Bahan
yang
diperlukan:
15-30
herba
bandotan
kering.
Cara meracik: Bahan tersebut direbus dalam 2 gelas air sampai mendidih
hingga
tersisa
1
gelas.
Setelah
dingin
lalu
disaring.
Cara pemakaian: Air saringannya diminum 2 kali sehari sampai sembuh.
9. Perut kembung, mulas dan muntah
Bahan yang diperlukan: 1 tanaman bandotan ukuran sedang lalu dipotongpotong seperlunya.
Cara meracik: Bahan tersebut dicuci hingga bersih, lalu direbus dalam 3 gelas
air sampai mendidih hingga tersisa 1 gelas. Dinginkan dan disaring.
Cara pemakaian: Air saringannya diminum 2-3 kali sehari dan dilakukan
sampai sembuh
(http://tokodeli.com/obat-herbal/bandotan-ageratum-conyzoides/)
D. Kegunaan dan kerugian tanaman obat tradisional
a. Manfaat tanaman obat tradisional
1. Tidak Menimbulkan Efek Samping
Obat herbal benar-benar merupakan produk alami yang telah tersedia di alam.
Pengolahan obat ini pun dilakukan secara alami, bahkan tradisional, tanpa
pencampuran bahan kimia atau sintetis. Oleh sebab itulah, dapat dipastikan
bahwa obat-obatan herbal sama sekali tidak memiliki efek samping sehingga
sangat aman digunakan.
2. Bebas Racun

Obat-obatan kimia atau obat farmasi merupakan racun sehingga tidak boleh
dikonsumsi secara sembarang. Namun, ada yang berbeda dari obat herbal.
Yaitu, bebas racun. Dengan demikian, obat herbal sangat aman dikonsumsi
oleh siapa pun. Bahkan, obat herbal dapat dijadikan sebagai peluruh racun di
dalam tubuh atau detoksifikasi.
3. Menghilangkan Akar Penyakit
Umumnya, obat-obatan kimia hanya bekerja untuk menyembuhkan gejala
penyakit. Namun, tidak demikian dengan obat-obatan herbal. Selain
menyembuhkan gejala penyakitnya, obat-obatan herbal bekerja hingga
menghilangkan akar penyakitnya.
Cara kerja yang berbeda ini disebabkan efek obat herbal yang bersifat
menyeluruh (holistik). Akhirnya, pengobatan tidak hanya terfokus pada
penghilangan penyakit, tetapi juga pada peningkatan sistem kekebalan tubuh
sebagai cara untuk melawan penyakit
4. Mengandung Banyak Khasiat
Misalnya, jintan hitam atau yang lebih terkenal dengan sebutan
habbatussauda yang dapat menyembuhkan asam urat, migren, diabetes,
hepatitis, bahkan kanker. Contoh lain, bawang putih yang bersifat anti
virus serta mampu menguatkan jantung dan menurunkan kolesterol.
b. Kerugian tanaman obat tradisional
Disamping berbagai keuntungan, bahan obat alam juga memiliki beberapa
kelemahan yang juga merupakan kendala dalam pengembangan obat
tradisional (termasuk dalam upaya agar bisa diterima pada pelayanan
kesehatan formal). Adapun beberapa kelemahan tersebut antara lain : efek
farmakologisnya yang lemah, bahan baku belum terstandar dan bersifat
higroskopis serta volumines, belum dilakukan uji klinik dan mudah tercemar
berbagai jenis mikroorganisme. Menyadari akan hal ini maka pada upaya
pengembangan OT ditempuh berbagai cara dengan pendekatan-pendekatan
tertentu, sehingga ditemukan bentuk OT yang telah teruji khasiat dan
keamanannya, bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah serta memenuhi
indikasi medis; yaitu kelompok obat fitoterapi atau fitofarmaka Akan tetapi
untuk melaju sampai ke produk fitofarmaka, tentu melalui beberapa tahap (uji
farmakologi, toksisitas dan uji klinik) hingga bisa menjawab dan mengatasi
berbagai
kelemahan
tersebut.
Efek farmakologis yang lemah dan lambat karena rendahnya kadar senyawa
aktif dalam bahan obat alam serta kompleknya zat balast/senyawa banar yang
umum terdapat pada tanaman. Hal ini bisa diupayakan dengan ekstrak
terpurifikasi, yaitu suatu hasil ekstraksi selektif yang hanya menyari senyawasenyawa yang berguna dan membatasi sekecil mungkin zat balast yang ikut

tersari. Sedangkan standarisasi yang komplek karena terlalu banyaknya jenis


komponen OT serta sebagian besar belum diketahui zat aktif masing-masing
komponen secara pasti, jika memungkinkan digunakan produk ekstrak
tunggal atau dibatasi jumlah komponennya tidak lebih dari 5 jenis TO.
Disamping itu juga perlu diketahui tentang asal-usul bahan, termasuk
kelengkapan data pendukung bahan yang digunakan; seperti umur tanaman
yang dipanen, waktu panen, kondisi lingkungan tempat tumbuh tanaman
(cuaca, jenis tanah, curah hujan, ketinggian tempat dll.) yang dianggap dapat
memberikan solusi dalam upaya standarisasi TO dan OT. Demikian juga
dengan sifat bahan baku yang higroskopis dan mudah terkontaminasi
mikroba, perlu penanganan pascapanen yang benar dan tepat (seperti cara
pencucian, pengeringan, sortasi, pengubahan bentuk, pengepakan serta
penyimpanan).

BAB 3. METODE KULIAH LAPANG


A. Waktu dan Tempat Kuliah Lapang
Kuliah lapang di laksanakan pada hari jumat, 24 april 2015 di Desa Ulu
Sabulakoa, Kec. Sabulakoa, Kab. Konawe Selatan.
B. Instrumen Kuliah Lapang (Alat dan Bahan)
1. Alat
a. Cutter
b. Gunting
c. Kendaraan (mobil)
2. Bahan
a. Alcohol 70%
b. Kertas karton
c. Selotip bening
d. Kertas Koran
e. Balpoin
f. Buku tulis
C. Prosedur Kerja Kuliah Lapang
Kuliah lapangan dilakukan dengan metode survey langsung di lapangan
(Desa Ulu Sabulakoa), yang melibatkan Kepala Desa setempat dan warga yang
menggunakan A. Conizoides L. sebagai tanaman obat tradisional.
Kuliah lapangan dilakukan dengan mengunjungi langsung lokasi tumbuh
tanaman obat dimaksud dan melakukan sesi tanya jawab dengan warga

masyarakat setempat sehingga diperoleh data tanaman/tumbuhan yang


digunakan oleh masyarakat setempat sebagai tanaman obat.

D. Analisis Data Kuliah Lapang


Jenis-jenis tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat Desa Ulu Sabulakoa
sebagai tanaman obat
1. Kaedu (Rumput Macan)
7
Kateba (Tembakau Hutan)
2. Komba-komba (Kirinyu)
8.
Buah pinang muda
3. Wolio (Wedusan)
9.
Akar alang-alang
4. Kunyit liar
10.
Daun sirsak
5. Takule (Belimbing Wuluh)
6. Paita (Brotowali)

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan Kuliah Lapang


Identifikasi jenis tanaman obat

Tanaman obat yang dijumpai di desa Ulu


Sabulakoa salah satunya adalah Ageratum Conizoides L. atau yang dalam
bahasa Indonesia disebut bandotan atau wedusan. Warga masyarakat
setempat mengenal tanaman obat tersebut dengan nama Wolio

Menurut Plantamor (2011), sistematika tumbuhan Bandotan ( Ageratum


conyzoides L. ). adalah sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Compositales
Family
: Compositaceae
Genus
: Ageratum
Spesies
: Ageratum conyzoides L.

2. Ciri-Ciri Morfologi Tanaman Obat


Adapun ciri-ciri dari A. Conizoides L. adalah:
Akar Bandotan memiliki sistem perakaran tunggang dengan banyak
cabang. Akar tersebut keluar dari pangkal batang yang tegak dan kadangkadang terbaring. Berwarna coklat keputih-putihan. Akarnya tidak memiliki
tudung akar.

Batang Bandotan berbentuk bulat dan tegak dan berambut panjang.


Biasanya pada batang bandotan ini ditemukan rambut-rambut halus yang
letaknya jarang. Berwarna hijau, dan rambut-rambut halus yang tumbuh
tersebut berwarna hijau.
Daun Bandotan berbentuk bulat telur dengan pangkal membulat, letaknya
saling berhadapan dan bersilang, panjang 1 cm-10 cm, lebar 0,5 cm-6 cm,
tepi daunnya beringgit kasar, dan di atas helaian daun terdapat bulu-bulu
halus. Tulang daun bandotan menyirip, dan ujung daun tersebut runcing.
Bunga Bandotan berwarna putih keunguan dan memiliki bongkol yang
panjangnya 6 mm-8 mm. Daun mahkota berbentuk tabung sempit hampir
menyerupai.bentuk lonceng. Bunga majemuk berkumpul 3 dan tangkai yang
berambut.
Buah Bandotan termasuk dalam buah keras dengan bentuk persegi lima
yang runcing. Buah Bandotan memiliki rambut sisik berwarna putih dan
bentuknya kecil dan memiliki buah yang berwarna hitam. Panjang buah
sekitar 2 mm-3,5 mm.
Biji bandotan berbentuk bulat. Biji bandotan berwarna hitam, sangat
ringan, dan ukurannya sangat kecil. Biji bandotan memiliki bulu-bulu.
Permukaannya licin dan biji dilindungi karangan bunga.
B. Pembahasan Kuliah Lapang
Lokasi kuliah lapangan bertempat di Desa Ulu Sabulakoa, Kec. Sabulakoa,
Kab. Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, dimana lokasi tersebut berada
sekitar 70 m dari permukaan laut. Kondisi geografis lokasi kuliah lapangan
merupakan daerah perbukitan dengan tanah yang mengandung unsur hara
tinggi. Hal ini dibuktikan dengan hamper semua jenis tanaman obat yang ada
di Sulawesi Tenggara dapat tumbuh dengan baik di daerah tersebut.
Ageratum conizoides L. Tumbuh di ketinggian 1 sampai 2100 meter di
permukaan laut. Tumbuh di sawah-sawah, ladang, semak belukar, halaman
kebun, tepi jalan, tanggul, dan tepi air. Tumbuhan ini merupakan herba
menahun, mempunyai daya adaptasi yang tinggi, sehingga mudah tumbuh di
mana-mana dan sering menjadi gulma yang merugikan para petani.
Secara morfologi, Ageratum conizoides L.memiliki cirri-ciri sebagai berikut :

Daun : Daun bertangkai, letaknya saling berhadapan dan bersilang


(composite), helaian daun bulat telur dengan pangkal membulat dan ujung
runcing, tepi bergerigi, panjang 1 - 10 cm, lebar 0,5 - 6 cm, kedua permukaan
daun berambut panjang dengan kelenjar yang terletak di permukaan bawah
daun, warnanya hijau.
Batang : Batang bulat berambut panjang, jika menyentuh menyentuh tanah
akan mengeluarkan akar.

1.

2.

3.

4.

Bunga : Kecil, berwarna putih keunguan. Bunga majemuk berkumpul 3 atau


lebih, berbentuk malai rata yang keluar dari ujung tangkai, warnanya putih.
Panjang bonggol bunga 6 - 8 mm, dengan tangkai yang berambut.
Buah : Buahnya berwarna hitam dan bentuknya kecil.
Tinggi : 30 - 90 cm dan bercabang
Untuk pengembangbiakannya : dapat dilakukan melalui penyebaran biji.
Dari beberapa literatur yang ada, telah dilakukan penelitian terhadap
Ageratum conizoides L. dapat diketahui kegunaan dan manfaatnya sebagai
tanaman obat yang sangat membantu masyarakat. Dari sekian banyak
kegunaan dan manfaatnya, beberapa diantaranya adalah penyakit yang sering
dijumpai sehari-hari dalam kehidupan masyarakat. Berikut beberapa contoh
penyakit dan cara penggunaan Ageratum conizoides L.
Sakit telinga tengah akibat radang
Bahan
yang
diperlukan:
Herba
bandotan
segar
secukupnya.
Cara meracik: Bahan tersebut dicuci hingga bersih lalu ditumbuk sampai
halus.
Setelah
dihaluskan,
diperas
dan
disaring.
Cara pemakaian: Air perasan tersebut digunakan untuk obat tetes telinga.
Lakukan 4 kali sehari sebanyak 2 tetes sampai sembuh.
Luka berdarah, bisul dan eksim
Bahan
yang
diperlukan:
Herba
bandotan
segar
secukupnya.
Cara meracik: Bahan tersebut dicuci hingga bersih lalu ditumbuk sampai
halus.
Cara pemakaian: Tempelkan ramuan tersebut pada bagian tubuh yang
sakit, lalu dibalut dengan perban. Lakukan 3-4 kali sehari untuk mengganti
balutan dan dilakukan sampai sembuh.
Bisul dan borok
Bahan yang diperlukan: 1 tanaman herba bandotan segar, sekepal nasi
basi
dan
seujung
sendok
teh
garam.
Cara meracik: Herba bandotan tersebut dicuci hingga bersih, lalu tambahkan
sekepal nasi basi dan garam kemudian digiling sampai halus.
Cara pemakaian: Tempelkan ramuan tersebut pada bagian tubuh yang
sakit, lalu dibalut dengan perban.
Rematik dan bengkak karena keseleo
Bahan yang diperlukan: 1 genggam daun dan batang muda herba
bandotan segar, satu kepal nasi basi dan sendok teh garam.
Cara meracik: Daun dan batang bandotan dicuci hingga bersih lalu ditumbuk
bersama nasi dan garam. Buatlah adonan seperti bubur kental.

5.

6.

7.

8.

9.

Cara pemakaian: Tempelkan ramuan tersebut pada bagian sendi yang


bengkak lalu dibalut. Biarkan selama 1-2 jam, lalu balutan tersebut
dilepaskan. Pengobatan ini dilakukan 2-3 kali sehari sampai sembuh.
Pendarahan rahim, sariawan, dan bengkak karena memar
Bahan
yang
diperlukan:
10-15
gr
herba
bandotan.
Cara meracik: Bahan tersebut dicuci hingga bersih, lalu direbus dalam 2 gelas
air sampai mendidih hingga tersisa 1 gelas. Setelah dingin, kemudian disaring.
Cara pemakaian: Air saringannya diminum sekaligus dan lakukan 2-3 kali
sehari.
Tumor rahim
Bahan
yang
diperlukan:
15-30
gr
herba
bandotan
kering.
Cara meracik: Bahan tersebut direbus dalam 3 gelas air sampai mendidih
hingga tersisa 1 gelas.
Cara pemakaian: Air rebusan diminum setiap hari sebanyak 1 gelas.
Sakit tenggorokan
Bahan
yang
diperlukan:
30-60
gr
daun
bandotan
segar.
Cara meracik: Daun bandotan tersebut dicuci hingga bersih lalu ditumbuk
sampai halus. Selanjutnya diperas dan disaring. Tambahkan larutan gula batu
ke dalam air perasan secukupnya dan diaduk sampai merata.
Cara pemakaian: Ramuan tersebut diminum 3 kali sehari sampai sembuh.
Malaria dan influenza
Bahan
yang
diperlukan:
15-30
herba
bandotan
kering.
Cara meracik: Bahan tersebut direbus dalam 2 gelas air sampai mendidih
hingga
tersisa
1
gelas.
Setelah
dingin
lalu
disaring.
Cara pemakaian: Air saringannya diminum 2 kali sehari sampai sembuh.
Perut kembung, mulas dan muntah
Bahan yang diperlukan: 1 tanaman bandotan ukuran sedang lalu
dipotong-potong seperlunya.
Cara meracik: Bahan tersebut dicuci hingga bersih, lalu direbus dalam 3
gelas air sampai mendidih hingga tersisa 1 gelas. Dinginkan dan disaring.
Cara pemakaian: Air saringannya diminum 2-3 kali sehari dan dilakukan
sampai sembuh
Herba bandotan mengandung asam amino, organacid, pectic substance,
minyak asiri kumarin, ageratochromene, friedelin, -sitosterol, stigmasterol,
tanin, sulfur, dan potassium chlorida. Akar bandotan mengandung minyak
asiri, alkaloid, dan kumarin.

BAB 5. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil kuliah lapang yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan
bahwa banyak tumbuhan disekitar kita yang terlihat hanya seperti rumput
biasa, ternyata memiliki manfaat sebagai tanaman obat yang dapat sangat
membantu, salah satunya adalah wolio atau Ageratum conizoides L.
Ageratum conizoides L. hidup di dataran dengan ketinggian 1-2000m dari
permukaan laut, dan memiliki cirri-ciri morfologi

Daun : Daun bertangkai, letaknya saling berhadapan dan bersilang


(composite), helaian daun bulat telur dengan pangkal membulat dan ujung
runcing, tepi bergerigi, panjang 1 - 10 cm, lebar 0,5 - 6 cm, kedua permukaan
daun berambut panjang dengan kelenjar yang terletak di permukaan bawah
daun, warnanya hijau.
Batang : Batang bulat berambut panjang, jika menyentuh menyentuh tanah
akan mengeluarkan akar.
Bunga : Kecil, berwarna putih keunguan. Bunga majemuk berkumpul 3 atau
lebih, berbentuk malai rata yang keluar dari ujung tangkai, warnanya putih.
Panjang bonggol bunga 6 - 8 mm, dengan tangkai yang berambut.
Buah : Buahnya berwarna hitam dan bentuknya kecil.
Tinggi : 30 - 90 cm dan bercabang
Untuk pengembangbiakannya : dapat dilakukan melalui penyebaran biji.

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Beberapa cntoh jenis penyakit yang dapat disembuhkan


memanfaatkan Ageratum conizoides L. adalah
Sakit telinga tengah akibat radang
Luka berdarah, bisul dan eksim
Bisul dan borok
Rematik dan bengkak karena keseleo
Pendarahan rahim, sariawan, dan bengkak karena memar
Tumor rahim
Sakit tenggorokan
Malaria dan influenza
Perut kembung, mulas dan muntah

B. Saran

dengan

Demi terlaksananya kegiatan kuliah lapang yang lebih baik di masa yang
akan datang, kami sebagai mahasiswa sangat mengharapkan dukungan
penuh daari pihak kampus. Kami juga berharap kegiatan seperti ini bukan
hanya menjadi inisiatif dari dosen yang bersangkutan, namu juga bisa menjadi
program yang memang sudah ada dalam proses embelajaran.
Tanaman obat merupakan alternative yang murah serta mudah untuk
diperoleh, kami sangat mengharapkan adanya kerjasama antara masyarakat
dan pemerintah setempat untuk membudidayakan tanaman obat agar dapat
lebih dimanfaatkan.

DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Azwar. 1992. Antropologi Kesehatan Indonesia, Pengobatan
Tradisional. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Badan Pusat Statistik. 2001. Statistik Kesejahteraan Rakyat (Welfare
Statistics) 2000.Jakarta: 46-73
Hariana, H. Arief. (2006). Tumbuhan Obat & Khasiatnya 3. Jakarta:Swadaya.
http://ellynk.damayanti.staff.ipb.ac.id/files/2010/12/E03495038.pdf
http://emprorerfaisal.blogspot.com/2012/03/karya-ilmiah-tentang-pengaruhtanaman.html#ixzz1q2i1YLRB
http://floranegeriku.blogspot.com/2011/06/bandotan-ageratum-conyzoidesl.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Tanaman_obat_keluarga
http://kompas.co.id/kompas- cetak/0305/11/Fokus/ 306422.htm - 42k ,
edisi 31 Mei 2003, diakses 29 april 2015.
http://marktambunan.blogspot.com/2011/11/herbarium-bandotanageratum-conyzoides.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3700/1/fkm-zulkifli5.pdf
http://tutorjunior.blogspot.com/2009/10/babadotan-ageratumconyzoides.html
http://www.anneahira.com
http://www.depkes.go.id
http://www.plantamor.com/index.php?plant=44
http://www.rain-tree.com/ageratum.htm
Isa. 2009. Gaya Hidup Sehat Alami. Jakarta: Tiens
Kompas, BPOM Pekanbaru Tarik 9.708 Kotak Obat Tradisional dari
Peredaran,

Waluyo Srikandi. 2009. 100 Questions & AnswerDIABETES . Jakarta: Elex


Media Komputindo

Posted by Adi Bramasta at 8:21 AM


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
No comments:
Post a Comment
Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)

About Me
Adi Bramasta
View my complete profile

Blog Archive

2016 (18)
o July (7)
o June (11)

Makalah Sediaan Larutan

Contoh Analisis SWOT

Manfaat Daun Pepaya

Metabolit Sekunder

Makalah Terpenoid

Penanganan Hewan Coba

Laporan Farmakologi :Penanganan Hewan Coba (Mencit...

Makalah Bandotan/ Wedusan (Ageratum conyzoides, L)...

KELAINAN DAN GANGGUAN PERNAPASAN

Sistem otot

Bahan Dalam Pasta Gigi

My Blog List
Translate
Diberdayakan oleh

Terjemahan

Total Pageviews
1068

Popular Posts

Contoh Analisis SWOT


Analisis SWOT profesi farmasi di masyaraakat Kekuatan (Strength) 1.
farmasi yang smakin meningkat scara signifikan un...

Jumlah tenaga

Sistem otot
Sistem otot adalah sistem tubuh yang memiliki fungsi seperti untuk alat gerak,
menyimpan glikogen dan menentukan postur tubuh. Terdiri at...

Makalah Sediaan Larutan


ILMU RESEP (SEDIAAN LARUTAN) Oleh: JUMRIANA AKHYAR INGGIT
PUSPITA SARI ARE MINDRAWATI ROBERT BETT...


Makalah TBC
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu penyakit penyebab kematian
utama yang disebabkan oleh infeksi, adalah Tuberkulos...

Makalah Sediaan Larutan


Tugas Kelompok: ILMU RESEP (SEDIAAN LARUTAN) Oleh: JUMRIANA AKHYAR
INGGIT PUSPITA SARI ARE MINDRAWATI ROBERT BETTENG ...

Laporan Praktikum Sisten Saraf Pusat


laporan farmasi BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Keandalan pengamatan
manusia terhadap suatu subyek dalam suatu pengamatan sa...

Metabolit Sekunder
Metabolit sekunder Kopi mengandung metabolit sekunder berupa kafein . Metabolit
sekunder adalah senyawa metabolit ...

Cara Meringankan Batuk Pada Anak


Batuk pada anak biasanya diikuti dengan demam dan jarang sekali terjangkit tanpa
terjadinya demam. Anda semua pasti pernah mengalaminya, da...

Makalah Terpenoid
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terpenoid terdiri atas beberapa macam
senyawa, mulai dari komponen minyak atsiri, yaitu monot...

KELAINAN DAN GANGGUAN PERNAPASAN


KELAINAN DAN GANGGUAN PERNAPASAN 1. Faringitis Faringitis adalah
radang pada faring karena infeksi sehingga timbul rasa nyer...

Simple template. Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai