Makalah Mikrotubulus Gabungan

Unduh sebagai doc
Unduh sebagai doc
Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH BIOLOGI SEL

STRUKTUR DAN FUNGSI


MIKROTUBULUS GABUNGAN

Disusun oleh:
1. Anis Fidiah Astutik (073244010)
2. Novita (073244011)
3. Restu Amanda Putri (073244012)
4. Kurniyawati (073244013)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PEGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2008
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah Biologi Sel dengan judul : “Mikrotubulus Gabungan “ tanpa ada
halangan yang berarti.
Dengan terselesaikannya penulisan makalah ini tentu tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Dosen pembimbing mata kuliah Biologi Sel.
2. Anggota kelompok Biologi Sel.
3. Semua pihak yang telah membantu terselesaikanya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini tentu masih belum sempurna. Penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, November 2008

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................


DAFTAR ISI ........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................
A. Latar Belakang .....................................................................................
B. Rumusan Masalah .................................................................................
C. Tujuan ....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................
A. Struktur ................................................................................................
B. Fungsi....................................................................................................
BAB III PENUTUP ...............................................................................................
A. Simpulan..............................................................................................
B. Saran .....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagian besar dalam suatu sel tersusun atas sitosol dan beribu-ribu jenis
enzim yang terlibat dalam metabolisme di dalam sitosol. Selain itu, cairan ini
penuh dengan ribosom yang aktif mensintesis protein. Sebagian dari protein yang
berada di sitosol, berbentuk benang-benang yang berbentuk filamen. Filamen-
filamen ini teranyam membentuk suatu jejala atau rerangka yang disebut
sitoskelet atau kerangka sel. Sitoskelet ini memberi bentuk pada sel, mengatur dan
menimbulkan gerakan sitoplasmik yang beruntun dan berkaitan serta membentuk
jaring-jaring kerja yang membantu mengatur reaksi-reaksi enzimatik.berdasarkan
struktur, filament-filamen tadi dikelompokkan menjadi 3, yaitu: mikrotubula,
mikrofilamen, dan filament intermedia. Mikrotubulus dibagi menjadi dua, yaitu
mikrotubulus singlet dan mikrotubulus doublet. Di dalam bab pembahasan yang
akan dijelaskan tentang struktur dan fungsi dari salah satu filament tersebut,yaitu
mikrotubula doublet (gabungan).

B. Rumusan masalah
Dari latar belakang diatas dapat diambil beberapa rumusan masalah
sebagai berikut:
• Bagaimana struktur dan fungsi dari mikrotubula gabungan?

C. Tujuan
Tujuan dari rumusan masalah diatas adalah:
• Untuk mengetahui struktur dan fungsi dari mikrotubula gabungan.
BAB II
PEMBAHASAN

Sitosol mempunyai protein yang sebagian besar berbentuk benang-benang


halus yang disebut filamen. Filamen-filamen ini teranyam membentuk suatu jejala
atau rerangka yang disebut sitoskelet. Sitoskelet berdasarkan struktur dan garis
tengahnya, dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu mikrotubulus,
mikrofilamen dan filamen intermediet. Mikrotubulus dibagi menjadi dua, yaitu
mikrotubulus singlet dan mikrotubulus doublet. Mikrotubulus sebagai filamen
berbentuk benang silindris dan kaku dengan diameter 25nm, tebal 5nm dan
panjangnya dari 200nm hingga 25 µm tersusun atas 13 protofilamen. Tiap
protofilamen merupakan struktur dimer terdiri dari moleku-molekul tubulin yang
merupakan protein sejenis disebut tubulin α dan tubulin β. Masing-masing protein
terdiri dari sebuah ikatan polipeptida tunggal panjangnya sekitar 500 asam amino.
Mikrotubulus mempunyai ujung positif dan ujung negatif. Ujung positif adalah
tempat dimer-dimer tubulin bersatu membentuk heterodimer, sedangkan ujung
negatif adalah tempat lepasnya dimer-dimer tubulin dari ikatan heterodimer
mikrotubulus. Hal ini menyebabkan struktur mikrotubulus tersebut labil. Sebuah
mikrotubulus yang disebut mikrotubulus singlet terdiri dari 13 protofilamen yang
membentuk suatu lingkaran. Dua buah mikrotubulus singlet yang bergabung
menjadi satu akan terbentuk mikrotubulus doublet atau yang disebut mikrotubulus
gabungan.
Di dalam sentrosom sel hewan terdapat sepasang sentriol, masing-masing
tersusun atas sembilan pasang triplet mikrotubula yang tersusun dalam suatu
cincin. Masing-masing triplet terdiri dari satu mikrotubul lengkap dan dua
mikrotubul tidak lengkap (salah satu C hilang). Triplet disusun secara paralel satu
dengan yang lainnya dan membentuk badan silinder yang berdiameter dari 150-
250 nm. Sentriol terbentuk dari polimerisasi dimer-dimer (gabungan dari tubulin
alfa dan tubulin beta) yang jumlahnya sembilan dan dihubungkan ke pusat (hub)
oleh protein. Cincin tertutup akan bertambah panjang karena pertambahan dimer-
dimer yang membentuknya. Di bagian dasar akan membentuk cincin terbuka 1
yang menempel pada bagian basal cincin tertutup. Bagian dasar dari cincin
terbuka 1 terbentuk cincin terbuka 2 yang menempel pada dasar cincin terbuka 1.
Cincin terbuka 1, cincin terbuka 2, dan cincin tertutup akan mengalami
polimerisasi sehingga lebih panjang dan terbentuklah sentriol.
Mikrotubulus selain sebagai sitoskelet juga dapat berfungsi untuk
pergerakan sel yaitu menggetarkan silia dan flagel (alat bantu pergerakan yang
menonjol dari sebagian sel). Silia umumnya relatif pendek daripada flagel
(panjangnya 5-10 µm vs 150 µm) dan jumlahnya lebih banyak. Sekalipun berbeda
dalam hal panjang, jumlah per sel, dan pola kibasannya, silia dan flagel
sebenarnya memiliki kesamaan ultrastruktur.
Pada flagel terbentuk dua cincin tertutup yang dihubungkan oleh protein,
dibungkus oleh selaput yang membentuk poros disebut aksoneme. Unsur-unsur
aksoneme dari silia dan flagel hampir semua sama dan berisi “9+2” susunan
mikrotubula. Sementara itu sembilan mikrotubula doublet yang mengelilingi
axoneme akan dihubungkan oleh batang-batang penghubung yang disebut spoke.
Bagian doublet cincin luar akan terbentuk cincin terbuka. Cincin terbuka melekat
pada cincin tertutup yang akan dihubungkan oleh cincin tertutup disebelahnya
yang dihubungkan oleh kedua lengan yang disebut dynein. Dynein ini memiliki
gugus yang berperan sebagai ATP-ase, sehingga dapat dikatakan bahwa dynein
bertanggung jawab pada hidrolisis ATP.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Mikrotubula adalah saluran-saluran yang kecil yang terbentuk dari protein-


protein sejenis yaitu tubulin alfa dan tubulin beta. Keduanya akan
membentuk dimer.
2. Ada dua jenis mikrotubulus yakni mikrotubulus soliter dan mikrotubulus
gabungan.
3. Mikrotubulus gabungan terbentuk dari dua atau lebih mikrotubulus singlet
yang berisi 13 protofilamen tiap singletnya.
4. Mikrotubulus selain sebagai sitoskelet juga dapat berfungsi untuk
pergerakan sel yaitu menggetarkan silia dan flagel (alat bantu pergerakan
yang menonjol dari sebagian sel).
5. Perbedaan silia-flagel dan sentriol:

a. Sentriol: langsung terbentuk cincin tertutup yang jumlahnya 9


b. Silia-flagel:cincin tertutup yang jumlahnya 11 (2 terletak di poros dan
9 terletak mengelilingi aksonema yang dihubungkan oleh spoke).

B. Saran

Dengan perkembangan IPTEK seperti sekarang ini, kita harus mengetahui


bahwa perkembangan ilmu Biologi Sel juga semakin luas, maka dari itu sebaiknya
kita juga harus selangkah lebih maju untuk mengetahui serta mengembangkan
perkembangan ilmu Biologi Sel.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Reece, Mitchell. 1999. Biologi jilid II edisi ke lima. Jakarta: Erlangga
Sumadi dan Mariyanti, Aditya. 2007. Biologi sel. Semarang: Graha Ilmu.
Reksoatmodjo, Issoegianti. 1993. Biologi sel. Yogyakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek
Pembinaan dan Peningkatan mutu tenaga Kependidikan.

Anda mungkin juga menyukai