PDCA Pauh
PDCA Pauh
PDCA Pauh
PENDAHULUAN
kecamatan Pauh
Tujuan Khusus
1. Mengetahui masalah kesehatan di Kelurahan Koto Lua kecamatan
Pauh
2. Mengetahui prioritas masalah kesehatan di Kelurahan Koto Lua
kecamatan Pauh
3. Mengetahui penyebab tingginya jumlah kasus DBD di Kelurahan Koto
Lua kecamatan Pauh
4. Mengetahui upaya penyelesaian masalah tingginya jumlah kasus DBD
kontribusi
kepada
pihak
Puskesmas
Pauh
dalam
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
Penyakit DBD disebabkan oleh Virus Dengue, yang termasuk dalam genus
Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam
ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x106.Terdapat 4 serotipe virus
yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan
demam dengue atau demam berdarah dengue. Keempat serotype ditemukan di
5
2.1.3 Epidemiologi
Epidemi penyakit yang berhubungan dengan demam dengue pertama kali
dilaporkan dalam literatur atau pustaka kedokteran terjadi pada tahun 1779 di
Jakarta. Kasus DBD sering terdapat di daerah tropis terutama di Asia Tenggara,
Afrika dan bagian selatan Amerika. Epidemik DBD yang terbesar terjadi di Kuba
pada tahun 1981 dengan 24.000 kasus DBD dan 10.000 kasus DSS. Pada tahun
1986 dan 1987 angka kejadian Dengue dilaporkan di Brasil. Pada tahun 1988
epidemik dengue dilaporkan terjadi di Meksiko dan pada tahun 1990 kira-kira
seperempat dari 300.000 penduduk yang tinggal di Iquitos Peru menderita
Demam Dengue (Carec, 2000).
Sebagian besar kasus DBD menyerang anak-anak. Angka fatalitas kasus
DBD dapat mencapai lebih dari 20%, namun dengan penanganan yang baik dapat
menurun hingga kurang dari 1 % (WHO, 2008). Di Indonesia, DBD telah menjadi
masalah kesehatan masyarakat selama 30 tahun terakhir. Pada tahun 2013, jumlah
penderita DBD yang dilaporkan sebanyak 112.511 kasus dengan jumlah kematian
871 orang dan angka kasus baru (incidence rate) sebesar 45,85 kasus per 100,000
penduduk (Depkes RI, 2013).
tubuh orang lain. Setelah masa 24 inkubasi instrinsik selama 3-14 hari (rata-rata
selama 4-6 hari) timbul gejala awal penyakit secara mendadak, yang ditandai
dengan demam, pusing, myalgia (nyeri otot), hilangnya nafsu makan dan berbagai
tanda atau gejala non spesifik seperti nausea (mual-mual), muntah dan rash atau
ruam pada kulit (Depkes RI, 2013)
drum,
kaleng,
ban
bekas,
dan
lain-lain
sebagai
tempat
c. Pembesaran hati
d. Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi,
hipotensi,kaki dan tangan dingin,kulit lembab, dan pasien tampak gelisah.
Kriteria Laboratoris :
a. Trombositopenia ( jumlah trombosit <100.000/ul ).
Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma) sebagai
berikut :
-
Derajat II
Derajat III
Derajat IV
2.1.7 Tatalaksana
Pada prinsipnya terapi DHF adalah bersifat suportif dan simtomatis.
Penatalaksanaan ditujukan untuk mengganti kehilangan cairan akibat kebocoran
plasma dan memberikan terapi substitusi komponen darah bilamana diperlukan.
Dalam pemberian terapicairan, hal terpenting yang perlu dilakukan adalah
pemantauan baik secara klinis maupun laboratoris. Proses kebocoran plasma dan
terjadinya trombositopenia pada umumnya terjadi antara hari ke 4 hingga 6 sejak
demam berlangsung. Pada hari ke-7 proses kebocoran plasma akan berkurang dan
cairan akan kembali dari ruang interstitial ke intravascular (Rejeki dan Adinegoro,
2004).
2.1.8 Pencegahan
Pengembangan vaksin untuk penyakit DBD masih sulit, karena proteksi
terhadap 1-2 virus dengue akan meningkatkan risiko penyakit DBD menjadi lebih
berat (WHO, 2008). Halstead pada tahun 1973 mengajukan hipotesis secondary
heterologous infection yang menyatakan bahwa DHF terjadi bila seseorang
terinfeksi ulang virus dengue dengan tipe yang berbeda. Re-infeksi menyebabkan
reaksi anamnestic antibodi sehingga mengakibatkan konsentrasi komplek imun
yang tinggi. Oleh karena itulah, maka pencegahan dan penanggulangan penyakit
DBD dilakukan secara promotif dan preventif, dengan promosi kesehatan serta
pemberantasan nyamuk vektor (hewan perantara penularan) (Suhendro, et.al.,
2009).
11
aktifnya akan keluar serta menempel pada poripori dinding tempat air, dengan
sebagian masih tetap berada dalam air. Tujuan abatisasi adalah untuk
menekan kepadatan vektor serendahrendahnya secara serentak dalam jangka
waktu yang lebih lama, agar transmisi virus dengue selama waktu tersebut
dapat diturunkan. Sedang fungsi abatisasi bisa sebagai pendukung kegiatan
fogging yang dilakukan secara bersama-sama, juga sebagai usaha mencegah
letusan atau meningkatnya penderita DBD.
3. Pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
Kegiatan ini merupakan upaya sanitasi untuk melenyapkan container
yang tidak terpakai, agar tidak memberi kesempatan pada nyamuk Aedes
aegypti untuk berkembang biak pada kontainer tersebut (Widiyanto, 2007).
Tindakan pembersihan sarang nyamuk meliputi tindakan menguras air
kontainer secara teratur seminggu sekali, menutup rapat kontainer air bersih,
dan mengubur kontainer bekas seperti kaleng bekas, gelas plastik, barang
bekas lainnya yang dapat menampung air hujan sehingga menjadi sarang
nyamuk yang dikenal dengan istilah tindakan 3M (Fathi dan Catharina,
2005).
14
sesuai
dengan
keadaan
penderita
dan
wajib
melaporkankepada puskesmas.
c. Kepala keluarga diwajibkan segera melaporkan kepada lurah/kepala desa
melaluikader, ketua RT/RW, Ketua Lingkungan/Kepala Dusun.
d. Kepala asrama, ketua RT/RW, Ketua Lingkungan, Kepala Dusun yang
mengetahuiadanya penderita/tersangka diwajibkan untuk melaporkan kepada
Puskesmas ataumelalui lurah/kepala desa.
e. Lurah/Kepala Desa yang menerima laporan, segera meneruskannya kepada
puskesmas.
f. Puskesmas yang
epidemiologi
menerima
laporan
danpengamatan
wajib
penyakit
melakukan
penyelidikan
(Kepmenkes
RI
581/Menkes/SK/VII/1992).
15
melalui
berbagai
media
massa
maupun
secara
16
17
18
20
DBD.
Sehingga
secara
rutin
perlu
diadakan
vektor, penanganan kasus, laboratorium, perilaku, obat herbal dan saat ini
sedang dilakukan uji coba terhadap vaksin DBD.
j. Monitoring dan evaluasi
Monitoring dan evaluasi ini dilaksanakan secara berjenjang dari tingkat
kelurahan/desa sampai ke pusat yang menyangkut pelaksanaan pengendalian
DBD, dimulai dari input, proses, output, dan outcome yang dicapai pada setiap
tahun
(RPJMN
dan
RENSTRA Kementerian
22
Kesehatan
2010-2014;
BAB 3
ANALISIS SITUASI
3.1. Kondisi Geografis
Wilayah kerja Puskesmas Pauh terletak di Kecamatan Pauh dengan wilayah
kerja meliputi 9 keluruhan dengan luas wilayah +146, 2 km2,
Gambar 3.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Pauh
Letak wilayah kerja Puskesmas Pauh pada 00 58 Lintang Selatan, 100 0
21 11 Bujur Timur sebelah timur pusat Kota Padang. Terdiri dari 60% dataran
rendah dan 40% dataran tinggi. Curah hujan 471 mm / bulan , temperatur antara
280 310C. Batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Timur berbatas dengan Kabupaten Solok
b. Sebelah Barat berbatas dengan Wilayah kerja Puskesmas Andalas (Padang
Timur)
c. Sebelah Utara
Koto Tangah.
d. Sebelah Selatan berbatas dengan sebagian Wilayah kerja Puskesmas
Lubuk Kilangan.
3.2. Kondisi Demografis dan Sasaran
23
Berdasarkan data dari Kantor Kecamatan Pauh Kota Padang tahun 2015
jumlah penduduk Kecamatan Pauh adalah sebanyak 65.515 jiwa dengan 169 RT
dan 50 RW dengan rata-rata anggota keluarga 4 orang serta kepadatan penduduk
489/km. Rincian jumlah penduduk menurut kelurahan dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Kec. Pauh Menurut Kelurahan Tahun 2015
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Kelurahan
Pisang
Binuang Kp Dalam
Piai Tangah
Cupak Tangah
Kapalo Koto
Koto Luar
Lambung Bukit
LimauManis Selatan
Limau Manis
Jumlah
Jml KK
2618
1650
1309
1978
2126
2349
1124
2938
1546
17638
Jml Jiwa
7924
6016
5074
7917
7577
8362
3579
13005
6061
65515
RT
23
25
18
26
20
18
15
12
12
169
RW
7
6
8
7
6
5
4
3
4
50
Tabel 3.2 Jumlah Prakiraan Penduduk Sasaran Kesehatan Puskesmas Pauh Tahun
2015
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Kelurahan
Pisang
Binuang Kp Dlm
Piai Tangah
Cupak Tangah
Kapalo Koto
Koto Lua
Lambuang bukit
L Manis Selatan
Limau Manis
Jumlah
Penduduk
7924
6016
5047
7917
7577
8362
3579
13005
6061
65515
Bayi
141
134
119
159
135
161
79
191
115
1234
Balita
730
640
614
804
667
698
354
829
630
5966
Jumlah
Bumil
167
146
124
175
151
168
91
194
128
1344
Bulin
154
139
126
173
134
170
86
179
122
1283
Buteki
154
139
126
173
134
170
86
179
122
1283
Lansia
767
583
491
767
734
810
347
1260
587
6346
Adapun rincian rincian sarana dan prasarana yang dimiliki Puskesmas untuk
mendukung jalannya kegiatan pelayanan kesehatandi wilayah kerjanya dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
No
I
1
2
3
4
5
6
7
8
9
II
1
2
3
4
5
3.4.
Sarana Kesehatan
Puskesmas Induk
Rawat Inap
Puskesmas Pembantu
Rumah Dinas Dokter
Rumah Dinas Perawat
Rumah Dinas Bidan
Puskesmas Keliling
roda
Ambulans
Sepeda motor
Sarana Penunjang
Komputer
Mesin Tik
Telepon
Listrik
Sarana Air Bersih
Jumlah
1
1
5
1
1
1
Baik
Kondisi
Rusak
Rusak
Ringan
Sedang
Rusak
Berat
1
1
5
1
1
1
1
7
1
5
9
2
1
2
2
2
1
2
1
2
2
26
Jenis Ketenagaan
Dokter
Dokter Gigi
Sarjana Kesmas
Sarjana Keperawatan
Rekam Medik
D3 Keperawatan
D3 Kebidanan
D3 Gizi
D3 Teknisi Gigi
D3 Kesling
Bidan (D1)
Perawat ( SPK )
Analis Kimia
Ass. Apoteker
Apoteker
LCPK
SMA
Jumlah
Jumlah (orang)
3
3
2
1
2
14
21
4
2
3
3
4
2
1
2
1
4
73
Status Kepeg
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
10 PNS, 4 Volunteer
15 PNS, 6 PTT
2 PNS, 2 Volunteer
PNS
PNS
2 PNS, 1 PTT
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
Pencapaian Program
27
3.5.1
3.5.1.1 Jamban
28
Gambar 3.3 Grafik Persentase Rumah Sehat di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh
Tahun 20154
Berdasarkan grafik diatas, di kecamatan Pauh tidak ada satupun kelurahan
yang mencapai target (75%) untuk jumlah rumah yang memenuhi syarat
kesehatan pada tahun 2015. Sebanyak 33.328 rumah telah disurvei dan dari
jumlah tersebut didapatkan 65,8% dinyatakan memenuhi syarat kesehatan.
29
Gambar 3.5 Grafik Persentase TPM yang Memenuhi Syarat di Wilayah Kerja
Puskesmas Pauh Tahun 20154
Dari grafik diatas terlihat bahwa cakupan tempat pengolahan makanan
(TPM) yang memenuhi syarat di wilayah kerja Puskesmas 83,2% sedangkan
target cakupan adalah 75%. Pengawasan dan pembinaan harus tetap ditingkatkan
mengingat TPM terus tumbuh dan perlu peningkatan pengetahuan masyarakat
tentang pentingnya menkonsumsi makanan yang terjamin kesehatan dan
kebersihannya.
No
Kelurahan
TPS/DKP
Dibakar
Ditimbun
(n)
(n)
(n)
1
Cupak Tangah
198
323
12
2
Binuang Kp. Dalam
117
354
3
Pisang
115
226
4
Piai Tangah
207
75
5
Koto Luar
156
404
2
6
Limau Manis
81
437
5
7
Limau Manis Selatan
595
45
5
8
Kepalo Koto
247
199
9
Lambung Bukit
291
8
10 Puskesmas
1797
2354
32
Dari data diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar masyarakat masih
menerapkan sistem pembakaran dalam pengololaan sampahnya, hal ini
disebabkan karena jangkauan fasilitas yang disediakan oleh DKP masih kurang
walaupun penerapan Peraturan Daerah nomor 14 tahun 2014 tentang sampah telah
diberlakukan.
Tabel 3.6 Data Pengolahan Limbah di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh4
No
Kelurahan
Tertutup
Terbuka
(n)
(n)
1
Cupak Tangah
75
394
2
Binuang Kp. Dalam
35
132
3
Pisang
12
267
4
Piai Tangah
15
186
5
Koto Luar
142
360
6
Limau Manis
207
242
7
Limau Manis Selatan 148
343
8
Kepalo Koto
79
337
9
Lambung Bukit
11
351
10 Puskesmas
724
2612
Dari data di atas dapat dilihat bahwa pengelolaan limbah rumah tangga
masyarakat Pauh terbanyak adalah mambuang limbah langsung ke badan air. Hal
ini dapat disebabkan karena faktor geografis Kecamatan Pauh yang dikelilingi
saluran air maka membuang limbah ke badan airmenjadi hal yang lumrah bagi
masyarakat.
3.5.2
Gambar 3.6 Persentase Pencapaian Program KIA Ibu Puskesmas Pauh Tahun
2015
Dari grafik diatas dapat dilihat pencapaian K1 dan K4, masih ada beberapa
keluruhan yang belum mencapai target.Target untuk K1 100% dan K4 95%. Dari
deteksi Resti oleh tenaga kesehatan, Pukesmas Pauh sudah melebihi target (20%)
sedikit yaitu 24,65% tetapi ada beberapa kelurahan yang masih belum mencapai
target.
32
Gambar 3.7 Persentase Pencapaian Program KIA Anak Puskesmas Pauh Tahun
2015
Dari grafik diatas terlihat KN 1 dan KN lengkap pada semua kelurahan
mencapai target.Target untuk KN 1 dan KN lengkap 90%.
Target
(%)
85
100
Pencapaian
(%)
80,7
100
Kesenjangan
(%)
-4,3
0
75
67
-8
95
95
90
99,62
95,92
92
+4,62
+0,92
+2
<15
95
0,38
95,32
+14,62
+0,32
Dari tabel diatas masih ada program gizi yang belum mencapai target,
diantaranya pencapaian D/S masih menjadi masalah puskesmas dari tahun ke
33
Gambar 3.8 Target Suspek dan Pencapaian Penemuan Kasus TB BTA (+) di
Puskesmas Pauh Tahun 20154
Kasus Tb paru di Puskesmas Pauh selama tahun 2015 ada bermacam jenis,
berikut uraiannya.
34
Tabel 3.8 Data Angka Penemuan Kasus TB Paru di Puskesmas Pauh Tahun 20154
BTA
BTA
BTA (+)
Keluruhan
(-) /
TB ANAK JUMLAH
(+)
KAMBUH
RO(+)
Cupak Tangah
6
2
1
7
16
Kapalo Koto
4
1
1
6
Pisang
9
4
3
5
21
LB.Bukit
Limau Manis
Binuang KP dalam
Piai Tangah
Koto Luar
7
2
3
1
LMS
Jumlah
39
1
1
1
2
1
3
8
3
5
2
5
11
14
69
Gambar 3.10 Grafik Data Penemuan BTA(+) Baru di Puskesmas Pauh Tahun
2015
Penemuan BTA (+) baru di Puskesmas Pauh selama tahun 2015 belum
mencapain target seperti yang tergambar pada grafik di atas.
35
Gambar 3.11 Grafik Data Jumlah Penyakit DBD di Puskesmas Pauh Tahun 2015
Pada grafik diatas terlihat bahwa kasus DBD terbanyak di Kelurahan Koto
Lua dan paling sedikit pada Keluruhan Piai Tangah.
3.5.4.3 Diare
Gambar 3.12 Data Jumlah Penyakit Diare di Puskesmas Pauh Tahun 2015
Pada grafik diatas terlihat bahwa kasus diare terbanyak berada di Keluruhan
Limau Manis Selatan, sedangkan kasus yang paling sedikit pada Keluruhan Koto
Luar.
36
3.5.4.4 Campak
.
Gambar 3.13 Grafik Data Jumlah Penyakit campak di Puskesmas Pauh Tahun
2015
Pada grafik diatas terlihat kasus campak terjadi di 4 Kelurahan yaitu Koto
Lua, Cupak Tangah, Binuang, dan Lambung Bukit.
3.5.4.5 Rabies
Gambar 3.14 Grafik Data Jumlah Kasus Gigitan Hewan Penular di Puskesmas
Pauh Tahun 2015
Pada grafik diatas terlihat bahwa kasus gigitan hewan penular terbanyak
terjadi Keluruhan Limau Manis Selatan dan kasus yang paling sedikit terjadi di
Keluruhan Lambung Bukit.
37
3.5.4.6 ISPA
Gambar 3.15 Data Jumlah Kunjungan Pasien ISPA di Puskesmas Pauh Tahun
2015
Pada grafik diatas terlihat bahwa jumlah kunjugan ISPA terbanyak berasal
dari Keluruhan Pisang. Sementara dilihat dari kunjungan ISPA terbanyak terjadi
bulan Oktober, dimana bulan Oktober 2015 terjadi KLB kabut asap di wilayah
kota Padang. Sehingga penderita ISPA jadi meningkat, dapat dilihat pada grafik
berikut ini.
38
3.5.4.7 Pneumonia
Tabel 3.9 Data cakupan penemuan kasus pneumonia balita di wilayah kerja
Puskesmas Pauh tahun 2015
Kelurahan
1
2
3
4
5
6
Cupak Tangah
Binuang Kp. Dalam
Pisang
Koto Lua
Limau Manis
Limau Manis
Selatan
Kapalo Koto
Lambung Bukit
Piai Tangah
Total
7
8
9
Jumlah
Balita
Target
(10%)
Capaian
Kasus
%
GAP
804
640
730
698
630
829
80
64
73
70
63
83
36
35
30
25
17
32
45%
54,6%
41%
35,7%
26,9%
38,5%
-55%
-45,4%
-59%
-64,3%
-73,1%
-61,5%
667
354
614
5966
67
35
61
596
35
12
17
239
52,2%
34,2%
27,8%
40,1%
-47,8%
-65,8%
-72,2%
-59,9%
Dari tabel diatas terlihat bahwa cakupan penemuan kasus pneumonia balita
yang paling tinggi adalah kelurahan Binuang Kp. Dalam sebesar 54,6% dan yang
paling rendah adalah kelurahan Limau Manis sebesar 26,9%.
Tabel 3.10 Laporan bulanan cakupan penemuan kasus pneumonia balita di
wilayah kerja Puskesmas Pauh tahun 2016
No
1
2
3
4
5
6
Kelurahan
Target
(10%)
Cupak Tangah
Lambung
Bukit
Piai Tangah
Binuang Kp.
Dalam
Pisang
Koto Lua
99
39
Jan
4
0
Feb
4
2
Maret
3
2
April
2
0
55
71
3
3
4
5
2
4
85
87
1
2
3
1
2
1
39
Total
kasus
Capaian
Mei
0
0
13
4
13,13%
10,26%
0
3
0
0
9
15
1
0
0
4
7
8
16,36%
21,13
%
8,24%
9,19%
7
8
9
Limau Manis
Limau Manis
Selatan
Kapalo Koto
Jumlah
61
104
0
2
1
3
1
1
1
1
0
0
3
7
4,91%
6,73%
73
674
5
20
2
25
1
17
0
8
0
4
8
74
10,95%
10,98
%
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa sejak bulan Januari 2016 Mei
2016, cakupan penemuan kasus pneumonia balita yang paling tinggi adalah
kelurahan Binuang Kp. Dalam sebesar 21,13% dan yang paling rendah adalah
kelurahanLimau Manis sebesar 4,91%.
3.5.5
persentase cakupan pelayanan kesehatan yang dinilai dari data jumlah kunjungan.
Perbandingan jumlah kunjungan, jumlah posyandu, dan jumlah sasaran lansia
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.11 Pencapaian Program Posyandu Lansia di Puskesmas Pauh
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Kelurahan
Cupak Tangah
Kep. Koto
Binuan Kp. Dalam
Limau ManisSelatan
Pisang
Limau Manis
Koto Lua
Piau Tengah
Lambuang Bukit
Jumlah
Posyandu
(n)
Sasaran
Lansia
(n)
2
2
1
1
1
1
1
2
2
767
734
583
767
810
491
587
1260
347
Rata-rata Kunjungan
(n)
(%)
37.4
18.8
24.0
17.2
17.9
14.3
19.8
36.4
36.1
4,87
2,56
4,12
2,24
2,21
2,91
3,37
2,89
10,4
Gap
(%)
-95,13
-81,20
-95,88
-97,76
-97,79
-97,09
-96,63
-97,11
-89,6
Dibawah ini disajikan data dan informasi ketenagaan yang bekerja pada
Puskesmas Pauh selama tahun 2015 sebagai berikut:
3.6
Jenis Ketenagaan
Dokter
Dokter Gigi
Sarjana Kesmas
Sarjana Keperawatan
Rekam Medik
D3 Keperawatan
D3 Kebidanan
D3 Gizi
D3 Teknisi Gigi
D3 Kesling
Bidan (D1)
Perawat ( SPK )
Analis Kimia
Ass. Apoteker
Apoteker
LCPK
SMA
Jumlah
Jumlah (orang)
3
3
2
1
2
14
21
4
2
3
3
4
2
1
2
1
4
73
Status Kepeg
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
10 PNS, 4 Volunteer
15 PNS, 6 PTT
2 PNS, 2 Volunteer
PNS
PNS
2 PNS, 1 PTT
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
1. Sosial
Penduduk wilayah kerja Puskesmas Pauh dengan strata dan rasial yang
relatif homogen dengan akar budaya yang kuat dan kental dengan sendirinya
menjadi potensi dan kekuatan dalam pembangunan termasuk kesehatan
Potensi keninik mamakan yang masih dilakoni masyarakat menjadi panutan
dalam melakukan perubahan perilaku masyarakat menuju Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat.Dari segi kepercayaan, mayoritas kepercayaan penduduk adalah Islam
dengan komposisi 99% Islam, sisanya katolik, Protestan, Budha dan lain lain.
2. Budaya
42
Tersedianya berbagai jenis pendidikan mulai dari tingkat pendidikan kanakkanak dasar sampai dengan perguruan tinggi pada wilayah kerja Puskesmas Pauh
menyebabkan Semakin banyak penduduk yang mengenyam pendidikan dan
diharapkan semakin kritis dengan berbagai dampak pembangunan.Sistem
kekerabatan yang masih dijalankan oleh penduduk setempat masih dipakai
sebagian besar penduduk dan merupakan kekuatan yang dapat digarap apabila
caranya diketahui. Pendekatan kultural sangat dibutuhkan dalam rangka menjalin
kerjasama peran serta masyarakat.
3. Ekonomi
Pendapatan penduduk wilayah kerja Puskesmas Pauh bervariasi mulai dari
petani 46% , dengan kemampuan terbatas sampai ke kelompok mampu dan
mapan. Swasta 24% , PNS 17% , ABRI 5%, sisanya bekerja di sektor informal
lainnya. Namun kelompok dengan pendapatan rendah dan tidak menentu secara
signifikan rawan dengan kesehatan yaitu keluarga miskin ternyata menduduki
proporsi yang cukup besar yaitu
Puskesmas Pauh.
3.7 Visi dan Misi Puskesmas
3.7.1 Visi Puskesmas
Puskesmas Pauh sebagai penyelenggara pembangunan kesehatan di wilayah
Kecamatan Pauh mempunyai visi: Masyarakat Pauh Sehat, Mandiri dan
Berkeadilan.
3.7.2 Misi Puskesmas
Puskesmas Pauh menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan,
dengan strategi:
43
Program
Promosi
kesehatan
Kesehatan
lingkungan
Pencapaian D/S
Pencapaian N/D
% penduduk akses air bersih
% penduduk gunakan jamban sehat
% cakupan TTU memenuhi syarat
%cakupan TPM memenuhi syarat
% cakupan rumah sehat
Target
(%)
85
85
80
75
85
75
85
Kesehatan
ibu dan
anak (KIA)
serta
keluarga
berencana
(KB)
KI
100
99,62
Gap
(%)
-4.3
-0,4
+3
- 31,1
- 5,2
+12,2
19,32
-0,38
K4
Kunjungan neonatus
Persalinan Nakes
KF 1
Ibu hamil yang dapat Fe1
Ibu hamil yang dapat Fe3
KF Lengkap
Ibu yang mendapatkan vitamin A
Ibu yang mendapatkan Fe Nifas
Ibu hamil periksa Hb
Ibu hamil dengan lila <23,5 cm
ASI ekslusif
D/S BB balita yang ditimbang
Presentase balita gizi buruk yang
mendapat perawatan
Presentase ibu hamil yang mendapat
Fe 3
Persentase RT yang mengonsumsi
garam beryodium
Status gizi Kelurahan Lambung
bukit
Pneumonia
TB Paru BTA +
Demam Berdarah Dengue
Demam Dengue
Diare
Rabies
Malaria
Campak
Difteri
Penyakit tidak menular
10 penyakit terbanyak
10 pemakai obat terbanyak
95
90
95
90
95
95
90
95
90
100
0
75
85
100
95,90
96,94
95,32
95,32
99,62
95,90
91,19
95,32
95,32
98,65
6,3
67
80,7
100
+0,90
+6,94
+0,32
+0,32
+4,62
+0,90
+1,19
+0,32
+5,32
-1,35
-6,3%
-8
-4,3
0
95
95,92
+0,92
90
92
+2
<5
6,8
+1,3
100%
40%
38
101 kasus
78 kasus
775 kasus
42 kasus
2 kasus
8 kasus
4 kasus
334 kasus baru
-60%
Program
Kesehatan
Gizi
Penyakit
Menular
6
7
Surveylans
Pengobatan
Masalah
44
Pencapaian
(%)
80,7
84,6
83
43,9
79,8
83,2
65,68
Program
Pengemban
gan/Inovasi
70
8,5
-62,5
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1. Identifikasi Masalah
Proses identifikasi masalah dilakukan melalui kegiatan observasi dan
wawancara dengan pimpinan Puskesmas, penanggung jawab program, petugas
yang menjalankan program, analisis laporan tahunan Puskesmas Pauh tahun 2015,
dan laporan masing-masing pemegang program puskesmas dari bulan Januari
2016 Juni 2016. Proses ini dilakukan dengan melihat data sekunder berupa
laporan tahunan Puskesmas Pauh tahun 2015 dan laporan masing-masing
pemegang program puskesmas dari bulan Januari 2016 Juni 2016. Beberapa
potensi masalah yang berhasil diidentifikasi adalah:
Tabel 4.1. Daftar Masalah Kesehatan di Puskesmas Pauh
No.
Program
Promosi
Kesehatan
Kesehatan
Lingkungan
KIA/KB
Program
Gizi
Penyakit
Menular
6
7
Penyakit
Menular
Penyakit
Permasalahan
Target/ Jumlah
Kasus
Pencapaian/
Jumlah Kasus
GAP
85%
80,7%
-4,3%
75%
43,9%
-31,1%
0 orang
6,3%
-6,3%
75%
67%
-8%
100%
40%
-60%
Pencapaian D/S
puskesmas belum
memenuhi target
% penduduk
gunakan jamban
sehat masih rendah
Jumlah Ibu hamil
dengan lila <23,5
cm yang masih
tinggi
Angka pemberian
ASI eksklusif yang
masih rendah
Kurangnya angka
penemuan kasus
Pneumonia
Demam berdarah
dengue
Diare
101 (1 orang
meninggal)
775 kasus
45
Menular
Program
Pengembang
an/ Inovasi
Cakupan Pelayanan
Kesehatan Lansia
70%
8,5%
61,5%
b. Nilai 2 = Mahal
c. Nilai 3 = Cukup mahal
d. Nilai 4 = Murah
e. Nilai 5 = Sangat murah
4. Kemungkinan meningkatkan mutu
a. Nilai 1 = Sangat rendah
b. Nilai 2 = Rendah
c. Nilai 3 = Sedang
d. Nilai 4 = Tinggi
e. Nilai 5 = Sangat tinggi
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Masalah
Urgensi
Pencapaian D/S
3
puskesmas belum
memenuhi target
% penduduk
4
gunakan jamban
sehat yang masih
rendah
Jumlah Ibu hamil 3
dengan LiLA
<23,5 cm yang
masih tinggi
Angka pemberian 3
ASI eksklusif
yang masih
rendah
Kurangnya angka 2
penemuan kasus
Pneumonia
Demam berdarah 5
dengue
Diare
3
Cakupan
3
Pelayanan
Kesehatan Lansia
Intervensi
4
Biaya
4
Mutu
3
Total
14
Ranking
2
12
12
14
15
4
4
2
4
2
3
11
14
4
2
47
Keterangan :
1. Pencapaian D/S puskesmas belum memenuhi target
Urgensi: 3 (cukup penting)
Rendahnya pencapaian D/S Posyandu (hanya 80,7%) disebabkan karena
partisipasi masyarakat yang masih rendah untuk membawa balitanya datang ke
posyandu untuk melakukan penimbangan berat badan. Rendahnya pencapaian
D/S ini menyebabkan kurangnya pemantauan status gizi bayi dan balita
sehingga deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak sulit
untuk dilakukan. Dengan kesenjangan yang cukup besar (4,3%) sehingga
pencapaian D/S cukup penting untuk diintervensi. Hal ini dibuktikan dengan
masih adanya balita yang mengalami gangguan tumbuh kembang sebanyak 38
balita di wilayah kerja Puskesmas Pauh.
Intervensi: 4 (mudah)
Intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan partisipasi
masyarakat melalui penyuluhan mengenai pentingnya pemantauan berat badan
balita secara rutin. Selain itu, juga dapat dilakukan pendekatan dan komunikasi
yang baik dengan lintas sektor seperti pihak pemerintah dan masyarakat agar
datang ke Posyandu secara rutin dan meningkatkan peran kader untuk
mengajak ibu yang memiliki balita membawa anaknya ke Posyandu. Berbagai
inovasi baru juga dapat diterapkan melalui media dan penyampaian yang tidak
monoton sehingga masyarakat tertarik untuk datang ke posyandu.
Biaya: 4 (murah)
Pada masalah ini diperlukan intervensi berupa penyuluhan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat melalui komunikasi dan pendekatan yang
baik kepada masyarakat, sehingga biaya yang dibutuhkan tidak terlalu besar.
Mutu: 3 (sedang)
48
harus memberikan penggadaan alat/ jamban sehat tersebut sehingga biaya yang
diperlukan cukup besar.
Mutu: 2 (rendah)
Pengubahan perilaku masyarakat dalam waktu yang cepat sangat sulit
untuk dilakukan dan penyediaan jamban yang sehat membutuhkan dana yang
besar, sehingga peningkatan ketersedian jamban yang sehat sulit untuk dicapai.
3. Jumlah Ibu hamil dengan lila <23,5 cm yang masih tinggi
Urgensi: 3 (cukup penting)
LiLA menunjukkan bagaimana status gizi ibu hamil. Jika ukuran
LiLA ibu hamil berada pada ukuran <23,5 cm menunjukkan rendahnya status
gizi ibu hamil yang disebut dengan Kurang Energi Kronik (KEK). Ibu hamil
dengan KEK akan berisiko untuk melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) dan komplikasi lain yang dapat menyebabkan peningkatan
morbiditas dan mortalitas pada neonatus.
Intervensi: 2 (kurang mudah)
Intervensi yang dilakukan kurang mudah karena upaya peningkatan
kesadaran ibu terhadap gizi selama hamil membutuhkan waktu yang cukup
lama. Selain itu, status gizi ibu hamil juga dapat dipengaruhi oleh faktor sosial
dan ekonomi termasuk pendidikan ibu yang mempengaruhi pengetahuan
tentang kebutuhan zat gizi pada kehamilan, sehingga tidak dapat diintervensi
dengan mudah melalui peningkatan kesadaran saja. Untuk monitoring dan
evaluasi kegiatan yang telah dilakukan cukup sederhana, cukup dengan
melakukan pemeriksaan LiLA.
Biaya: 4 (murah)
Pada permasalahan ini biaya yang diperlukan tidak terlalu besar,
karena intervensi yang dilakukan hanya berupa peningkatan kesadaran ibu
melalui penyuluhan oleh tenaga kesehatan dan kader. Sedangkan untuk
50
monitoring dan evaluasi kegiatan yang telah dilakukan cukup sederhana, cukup
dengan melakukan pengukuran LiLA.
Mutu: 3 (sedang)
Dengan peningkatan LiLA pada ibu hamil akan menggambarkan
peningkatan gizi pada ibu hamil yang baik. Hal ini akan berdampak juga pada
penurunan komplikasi selama kehamilan.
4. Angka pemberian ASI eksklusif yang masih rendah
Urgensi: 3 (cukup penting)
Pemberian ASI eksklusif masih belum mencapai target pada
Puskesmas Pauh. Rendahnya angka pemberian ASI eksklusif akan berdampak
pada kondisi kesehatan dan status gizi bayi. Bayi yang diberi ASI eksklusif
memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik dibandingkan yang tidak diberi ASI
Eksklusif, sehingga anak tidak mudah sakit. ASI juga memiliki komposisi yang
lengkap dan sesuai untuk kebutuhan gizi bayi.
Intervensi: 2 (Kurang mudah)
Sasaran intervensi adalah ibu-ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Pauh. Intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan
memberikan penyuluhan mengenai ASI Ekslusif. Dalam hal ini dirasakan
kurang mudah karena rendahnya pemberian ASI ekslusif tidak hanya
disebabkan karena rendahnya pengetahuan dan kesadaran ibu, tetapi juga
dipengaruhi oleh faktor bayi dan lingkungan di sekitar ibu. Selain itu,
intervensi juga harus dilakukan pada tenaga medis lain seperti bidan dan
perawat serta kader untuk mengajak ibu hamil dan ibu bersalin untuk
memberikan ASI ekslusif pada bayinya.
Biaya: 4 (murah)
51
Mutu: 4 (tinggi)
Jika program ini dapat dilaksanakan, maka angka kejadian Demam
Berdarah Dengue diharapkan dapat berkurang dan tidak ada angka kematian
yang disebabkan oleh DBD.
7. Peningkatan kasus Diare
Urgensi: 3 (Cukup penting)
Diare merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan. Diare dapat
berdampak fatal apabila penderita mengalami dehidrasi akibat kehilangan
banyak cairan dari tubuh. Pada tahun 2015 angka kejadian Diare di wilayah
kerja puskesmas Pauh sebanyak 775 kasus baru. Angka ini tidak berbeda jauh
dengan angka kejadian di tahun 2014, yaitu sebanyak 780 kasus baru.
Sehingga, masalah ini cukup penting untuk dibahas.
Intervensi: 4 (mudah)
Intervensi dapat dilakukan melalui penyuluhan tentang pengetahuan
bahaya diare dan pencegahan diare dengan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS).
Biaya: 2 (Mahal)
Intervensi yang dilakukan berupa penyuluhan kepada kader dan
masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai bahaya
diare dan pencegahan diare dengan PHBS. Namun, penyakit ini juga
berhubungan dengan ketersediaan jamban sehat sehingga membutuhkan biaya
yang besar.
Mutu: 2 (Rendah)
54
lansia
atau
puskesmas,
sehingga
menyebabkan
kurangnya
responden tersebut serta dari hasil analisis data sekunder yaitu wawancara atau
diskusi dengan pimpinan Puskesmas, pemegang program, camat, dan lurah maka
didapatkan beberapa sebab dari masalah yang terjadi.
1.
Manusia
- Masih rendah pengetahuan masyarakat terhadap pencegahan penyakit
DBD. Hal ini dibuktikan dari 60 responden hanya 19 responden saja yang
memiliki pengetahuan baik.
- Berdasarkan sikap, sebagian responden sudah bersikap baik. Hal ini
ditunjukkan dengan sebagian besar responden sudah bersikap positif
terhadap pencegahan penyakit DBD. Namun, hal ini tidak sejalan dengan
tindakan yang dilakukan terhadap pecegahan penyakit DBD. Hanya 11%
responden saja yang bertindak baik terhadap pencegahan penyakit DBD.
Artinya, 89% responden bertindak buruk terhadap pencegahan penyakit
DBD ini.
- Petugas dianggap masih kurang optimal dalam upaya penemuan dan
pemberantasan vektor. Dari survey awal yang telah dilakukan, sebagian
2.
3.
4.
57
Dari hasil analisis sebab akibat masalah tersebut, maka dapat disimpulkan dalam diagram Ischikawa (diagram tulang ikan/fishbone)
sebagai berikut:
Informasi tentang pencegahan DBD belum sepenuhnya
menjangkau keseluruh masyarakat di kelurahan
tersebut.
METODE
MANUSIA
Kurangnya pengetahuan dan
tindakan masyarakat terhadap
cara pencegahan penyakit DBD
LINGKUNGAN
MATERIAL
58
Pelaksana
Sasaran
Waktu
: 16 Agustus 2016
Tempat
4.4.2
Metode
Masalah
Informasi
tentang
pencegahan
DBD
belum
sepenuhnya
Pelaksana
Sasaran
Waktu
: 1x
Target
4.4.3 Material
Masalah
Rencana
Pelaksana
Sasaran
Waktu
: 16 Agustus 2016
Tempat
Target
: Minimal 40 peserta
4.4.4 Lingkungan
Masalah
60
Rencana
mewabah.
: Advokasi kepada pihak kelurahan untuk memberikan saran serta
masukan kepada masyarakat agar dapat melakukan gotong royong
bersama.
Pelaksana
Sasaran
Waktu
: 1x1 bulan
Tempat
Target
Masalah
Rencana
ibadah.
: Memberikan edukasi kepada petugas kebersihan sekolah dan tempattempat ibadah di Kelurahan Koto Lua, Kecamatan Pauh untuk
melakukan pemberantasan sarang nyamuk secara rutin serta
pemberian daftar tilik pemberantasan sarang nyamuk.
Pelaksana
Sasaran
Waktu
: Agustus 2016
Tempat
Target
61
BAB 5
RENCANA PELAKSANAAN PROGRAM
62
63
1. Peningkatan
pengetahuan
warga
mengenai
DBD
dan
cara
Puskesmas Pauh.
Pemberian sofcopy leaflet DBD di Puskesmas Pauh agar leaflet DBD
yang telah diberikan dapat selalu tersedia dan dapat disebarkan ke
sektor kesehatan lain di Kelurahan Koto Lua
64
DAFTAR PUSTAKA
Caribbean
Epidemiologi
Center.
2000.
Dengue
Guide.
Diunduh
dari:
2013.
Diunduh
dari:
Diunduh
dari:
http://www.depkes.go.id/downloads/Tata
www.pppl.depkes.go.id/_asset/_download/manajemen
Hospital
Journal.
Diunduh
dari:
http://www.bhj.org/journal/2014_4303_july01/review_380.html pada 31
Juli 2016.
KEPMENKES No 581/MENKES/SK/VII/1992 tentang Pemberantasan Penyakit
Demam Berdarah Dengue. KEPMENKES 1457 tahun 2003.
65
di
Indonesia.
Diunduh
dari:
2007.
Clinical
Diagnosis
of
Dengue.
Diunduh
dari:
http://www.who.int/entity/csr/resources/publications/dengue/12-23.pdf
pada 31 Juli 2016.
Widiyanto T. 2007. Kajian Manajemen Lingkungan Terhadap Kejadian Demam
Berdarah Dengue (DBD) di Kota Purwokerto Jawa-Tengah. Diunduh dari:
http://eprints.undip.ac.id/17910/1/TEGUH_WIDIYANTO.pdf
pada 31
Juli 2016.
Yatim F. 2007. Macam-macam Penyakit menular dan Cara Pencegahannya Jilid
2. Jakarta. Pustaka Obor Populer.
66
67