Askep CA Recti

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN CA RECTI

1. DEFINISI
Ca. Rectum adalah keganasan jaringan epitel pada daerah rektum. Karsinoma
Recti merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum yang
khusus menyerang bagian Recti yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel
epitel yang tidak terkendali. Karsinoma rekti merupakan keganasan visera
yang sering terjadi yang biasanya berasal dari kelenjar sekretorik lapisan
mukosa sebagian besar kanker kolostomy berawal dari polip yang sudah ada
sebelumnya. Karsinoma Rektum merupakan tumor ganas yang berupa massa
polipoid besar, yang tumbuh ke dalam lumen dan dapat dengan cepat meluas
ke sekitar usus sebagai cincin anular (Price and Wilson, 1994, hal 419).

2. ETIOLOGI
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor
risiko telah teridentifikasi termasuk riwayat kanker kolon atau polip pada
keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak protein
dan daging serta rendah serat.
( Brunner & Suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah,hal. 1123 ).
a. Polip di usus (Colorectal polyps): Polip adalah pertumbuhan pada dinding
dalam kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun
ke atas. Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa
polip (adenoma) dapat menjadi kanker.
b. Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn: Orang dengan kondisi yang
menyebabkan peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau
penyakit Crohn) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar.
c. Riwayat kanker pribadi: Orang yang sudah pernah terkena kanker
colorectal dapat terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya. Selain itu,
wanita dengan riwayat kanker di indung telur, uterus (endometrium) atau
payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker
colorectal.
d. Riwayat kanker colorectal pada keluarga: Jika Anda mempunyai riwayat
kanker colorectal pada keluarga, maka kemungkinan Anda terkena
penyakit ini lebih besar, khususnya jika saudara Anda terkena kanker pada
usia muda.
e. Faktor gaya hidup: Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang
tinggi lemak dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko
yang lebih besar terkena kanker colorectal.
f. Usia di atas 50: Kanker colorectal biasa terjadi pada mereka yang berusia
lebih tua. Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini
didiagnosis setelah usia 50 tahun ke atas.

3. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Secara anatomi rektum terbentang dari vertebre sakrum ke-3 sampai garis
anorektal. Secara fungsional dan endoskopik, rektum dibagi menjadi bagian
ampula dan sfingter. Bagian sfingter disebut juga annulus hemoroidalis,
dikelilingi oleh muskulus levator ani dan fasia coli dari fasia supra-ani. Bagian
ampula terbentang dari sakrum ke-3 ke difragma pelvis pada insersi muskulus
levator ani. Panjang rrektum berkisa 10-15 cm, dengan keliling 15 cm
pada recto-sigmoid junction dan 35 cm pada bagian ampula yang terluas. Pada
orang dewasa dinding rektum mempunyai 4 lapisan : mukosa, submukosa,
muskularis (sirkuler dan longitudinal), dan lapisan serosa.
Perdarahan arteri daerah anorektum berasal dari arteri hemoroidalis superior,
media, dan inferior. Arteri hemoroidalis superior yang merupakan kelanjutan
dari a. mesenterika inferior, arteri ini bercabang 2 kiri dan kanan. Arteri
hemoroidalis merupakan cabang a. iliaka interna, arteri hemoroidalis inferior
cabang dari a. pudenda interna. Vena hemoroidalis superior berasal dari plexus
hemoroidalis internus dan berjalan ke arah kranial ke dalam v. mesenterika
inferior dan seterusnya melalui v. lienalis menuju v. porta. Vena ini tidak
berkatup sehingga tekanan alam rongga perut menentukan tekanan di
dalamnya. Karsinoma rektum dapat menyebar sebagai embolus vena ke dalam
hati. Vena hemoroidalis inferior mengalirkan darah ke v. pudenda interna, v.
iliaka interna dan sistem vena kava.
Pembuluh limfe daerah anorektum membentuk pleksus halus yang
mengalirkan isinya menuju kelenjar limfe inguinal yang selanjutnya mengalir
ke kelenjar limfe iliaka. Infeksi dan tumor ganas pada daerah anorektal dapat
mengakibatkan limfadenopati inguinal. Pembuluh rekrum di atas garis
anorektum berjalan seiring dengan v. hemoroidalis seuperior dan melanjut ke
kelenjar limfe mesenterika inferior dan aorta.

4. GEJALA KLINIS
a. Perubahan kebiasaan buang air besar (diare atau sembelit/konstipasi)
b. Usus besar terasa tidak kosong seluruhnya
c. Ada darah (baik merah terang atau kehitaman) di kotoran
d. Kotoran lebih sempit dari biasanya
e. Sering kembung atau keram perut, atau merasa kekenyangan
f. Kehilangan berat badan tanpa alasan
g. Selalu merasa sangat letih
h. Mual atau muntah-muntah.
Semua karsinoma kolorektal dapat menyebabkan ulserasi, perdarahan,
obstruksi bila membesar atau invasi menembus dinding usus dan kelenjar-
kelenjar regional. Kadang-kadang bisa terjadi perforasi dan menimbulkan
abses dalam peritoneum. Keluhan dan gejala sangat tergantung dari besarnya
tumor.
Tumor pada Recti dan kolon asendens dapat tumbuh sampai besar sebelum
menimbulkan tanda-tanda obstruksi karena lumennya lebih besar daripada
kolon desendens dan juga karena dindingnya lebih mudah melebar.
Perdarahan biasanya sedikit atau tersamar. Bila karsinoma Recti menembus ke
daerah ileum akan terjadi obstruksi usus halus dengan pelebaran bagian
proksimal dan timbul nausea atau vomitus. Harus dibedakan dengan
karsinoma pada kolon desendens yang lebih cepat menimbulkan obstruksi
sehingga terjadi obstipasi.
5. FAKTOR RESIKO
Kanker yang ditemukan pada kolon dan rektum 16 % di antaranya
menyerang recti terutama terjadi di negara-negara maju dan lebih tinggi pada
laki-laki daripada wanita. Beberapa faktor risiko telah diidentifikasi sebagai
berikut:
a. Kebiasaan diet rendah serat.
b. Mengkonsumsi diet tinggi lemak dan rendah serat.
c. Menahan tinja / defekasi yang sering.
d. Faktor genetik.

6. KLASIFIKASI
Stadium 0 : Kanker ditemukan hanya pada lapisan terdalam di kolon
atau rektum. Carcinoma in situ adalah nama lain untuk
kanker colorectal Stadium 0.
Stadium I : Tumor telah tumbuh ke dinding dalam kolon atau rektum.
Tumor belum tumbuh menembus dinding.
Stadium II : Tumor telah berkembang lebih dalam atau menembus
dinding kolon atau rektum. Kanker ini mungkin telah
menyerang jaringan di sekitarnya, tapi sel-sel kanker
belum menyebar ke kelenjar getah bening,
Stadium III : Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di
sekitarnya, tapi belum menyebar ke bagian tubuh yang
lain.
Stadium IV : Kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang lain,
misalnya hati atau paru-paru.
Kambuh : Kanker ini merupakan kanker yang sudah diobati tapi
kambuh kembali setelah periode tertentu, karena kanker
itu tidak terdeteksi. Penyakit ini dapat kambuh kembali
dalam kolon atau rectum, atau di bagian tubuh yang lain.
Menurut klasifikasi duke berdasarkan atas penyebaran sel karsinoma dibagi
menjadi :
Kelas A : Tumor dibatasi mukosa dan submukosa.
Kelas B : Penetrasi atau penyebaran melalui dinding usus.
Kelas C : Invasi kedalam sistem limfe yang mengalir regional.
Kelas D : Metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas.
( Brunner & Suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah,hal. 1126 ).

7. PATOFISIOLOGI
Brunner dan Suddart (2002), menjelaskan patofisiologi terjadinya karsinoma
rektum sebagai berikut :

Polip jinak pada kolon atau rectum

menjadi ganas

menyusup serta merusak jaringan normal kolon

meluas ke dalam struktur sekitarnya

bermetastatis dan dapat terlepas dari tumor primer

Menyebar ke bagian tubuh yang lain dengan cara :


- Limfogen ke kelenjar parailiaka, mesenterium dan paraaorta.
- Hematogen terutama ke hati
- Perkontinuitatum (menembus ke jaringan sekitar atau organ sekitarnya)
misalnya : ureter, buli-buli, uterus, vagina, atau prostat dan dapat
mengakibatkan peritonitis karsinomatosa.

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Dengan RECTAL TOUCHER biasanya diketahui :
- Tonus sfingterani keras/lembek.
- Mukosa kasar,kaku biasanya tidak dapat digeser.
- Ampula rektum kolaps/kembung terisi feses atau tumor yang dapat
teraba ataupun tidak.
b. Foto sinar X Pemeriksaan radiologis dengan barium enema dianjurkan
sebagai pemeriksaan rutin sebelum dilakukan pemeriksaan lain. Pada
pemeriksaan ini akan tampak filling defect biasanya sepanjang 5 6 cm
berbentuk anular atau apple core. Dinding usus tampak rigid dan
gambaran mukosa rusak.
c. Pemeriksaan antigen karsinoembrionik (CEA)Pemeriksaan CEA dapat
dilakukan, meskipun antigen CEA mungkin bukan indikator yang dapat
dipercaya dalam mendiagnosa kanker karena tidak semua lesi menyekresi
CEA.
d. Tes-tes Khusus
- Proktosigmoidoskopi Dilakukan pada setiap pasien yang dicurigai
menderita karsinoma usus besar. Jika tumor terletak di bawah, bisa
terlihat langsung. Karsinoma kolon di bagian proksimal sering
berhubungan dengan adanya polip pada daerah rektosigmoid.
- Sistoskopi Indikasi sistoskopi adalah adanya gejala atau pemeriksaan
yang mencurigai invasi keganasan ke kandung kencing.
- Tes darah samar pada feses/kotoran (Fecal Occult Blood Test
FOBT):Terkadang kanker atau polip mengeluarkan darah, dan FOBT
dapat mendeteksi jumlah darah yang sangat sedikit dalam kotoran.
Karena tes ini hanya mendeteksi darah, tes-tes lain dibutuhkan untuk
menemukan sumber darah tersebut. Kondisi jinak (seperti hemoroid),
juga bisa menyebabkan darah dalam kotoran.
- Sigmoidoskopi: Dokter akan memeriksa rektum dan bagian bawah
kolon dengan tabung cahaya (sigmoidoskop). Jika ditemukan polip
(pertumbuhan jinak yang dapat menjadi kanker), maka polip bisa
diangkat.
- Kolonoskopi: Dokter akan memeriksa rektum dan seluruh kolon dengan
menggunakan tabung panjang bercahaya (kolonoskop). Jika ditemukan
polip (pertumbuhan jinak yang dapat menjadi kanker), maka polip bisa
diangkat.
- Enema barium kontras ganda (Double-contrast barium
enema): Prosedur ini mencakup pengisian kolon dan rektum dengan
bahan cair putih (barium) untuk meningkatkan kualitas gambar sinar X.
Dengan demikian, ketidaknormalan (seperti polip) dapat terlihat dengan
jelas.
- Pemeriksaan rektal secara digital: Pemeriksaan rektal seringkali
menjadi bagian pemeriksaan (check-up) fisik rutin. Dokter akan
memasukkan jari dengan sarung tangan yang telah dilumasi ke dalam
rektum, untuk merasakan ketidaknormalan.

9. PENATALAKSANAAN
Prinsip prosedur untuk karsinoma rektum menurut Mansjoer, et al, (2000)
adalah :
a. Low anterior resection / anterior resection. Insisi lewat abdomen. kolon
kiri atau sigmoid dibuat anastomosis dengan rektum.
b. Prosedur paliatif, dibuat stoma saja.
c. Reseksi abdomino perineal / amputasi rekti (Milles Procedure). Bagian
Distal sigmoid, rektosigmoid, dan rektum direseksi, kemudian dibuat end
kolostomi.
d. Pull through operation. Teknik ini sulit, bila tidak cermat dapat
menyebabkan komplikasi antara lain inkontinensia alvie.
e. Fulgurasi (elektrokogulasi) untuk tumor yang keluar dari anus dan
unresektabel.
Pengobatan medis untuk karsinoma kolorektal paling sering dalam bentuk
pendukung/terapi ajufan yang mencakup kemoterapi, radiasi dan atau
imunoterapi (Brunner & Suddart, 2002, hal 1128).
Pengobatan pada stadium dini memberikan hasil yang baik.
a. Pilihan utama adalah pembedahan
b. Radiasi pasca bedah diberikan jika :
- Sel karsinoma telah menembus tunika muskularis propria
- Ada metastasis ke kelenjar limfe regional
- Masih ada sisa-sisa sel karsinoma yang tertinggal tetapi belum ada
metastasis a bedah hanya diberikan pada karsinoma rektum).
c. Obat sitostatika diberikan bila:
- Inoperable
- Operabel tetapi ada metastasis ke kelenjar limfe regional, telah
menembus tunika muskularis propria atau telah dioperasi kemudian
residif kembali.
Obat yang dianjurkan pada penderita yang operabel pasca bedah adalah:
o Fluoro-Uracil 13,5 mg/kg BB/hari intravena selama 5 hari berturut-turut.
Pemberian berikutnya pada hari ke-36 (siklus sekali 5 minggu) dengan total 6
siklus.
o Futraful 3-4 kali 200 mg/hari per os selama 6 bulan
o Terapi kombinasi (Vincristin + FU + Mthyl CCNU)
o Pada penderita inoperabel pemberian sitostatika sama dengan kasus operabel
hanya lamanya pemberian tidak terbatas selama obat masih efektif. Selama
pemberian, harus diawasi kadar Hb, leukosit dan trombosit darah.Pada stadium
lanjut obat sitostatika tidak memberikan hasil yang memuaskan.

10. KOMPLIKASI
Komplikasi karsinoma rektum menurut Schrock (1991) adalah:
a. Obstruksi usus parsial
Obstruksi usus adalah penyumbatan parsial atau lengkap dari usus yang
menyebabkan kegagalan dari isi usus untuk melewati usus.
b. Perforasi atau perlobangan
c. Perdarahan
d. Syok
Syok merupakan keadaan gagalnya sirkulasi darah secara tiba-tiba akibat
gangguan peredaran darah atau hilangnya cairan tubuh secara berlebihan.

11. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Diagnosa keperawatan utama mencakup antara lain:
a. Preoperatif:
- Kurang pengetahuan tentang Ca Rekti dan pilihan pengobatan
berhubungan dengan kurang paparan sumber informasi
b. Pasca operatif:
- Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (insisi pembedahan pada
apendiktomi)
- Kurang perawatan diri berhubungan dengan nyeri
- Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive, insisi post
pembedahan
- PK: Perdarahan
- Gangguan pola tidur bd kondisi lingkungan yang ramai

Preoperasi
Keperawatan : Kurang pengetahuan tentang penyakit b.d Kurang paparan sumber
informasi

NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional


NOC : NIC:
Pengetahuan tentang Pengetahuan penyakit Meningkatan pengetahuan
penyakit,setelah Aktifitas: dan mengurangi cemas
diberikan penjelasan 1. Jelaskan tentang penyakit Mempermudah intervensi
selama 2 x 24 jam ps Ca rekti Mencegah keparahan
mengerti proses 2. Jelaskan tentang program penyakit
penyakitnya dan pengobatan dan Mereviw
Program perawatan serta tindakan operasi yang
Therapi yg diberikan dg: akan dilakukan
Indikator : 3. Jelaskan tindakan untuk
Ps mampu : mencegah komplikasi
Menjelaskan kembali 4. Tanyakan kembali
tentang proses penyakit, pengetahuan ps
mengenal kebutuhan tentang penyakit,
perawatan dan prosedur prwtn dan
pengobatan tanpa cemas pengobatan

Post operasi
Dx. Keperawatan: Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (insisi
pembedahan pada apendiktomi)

NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional


NOC : NIC :
Kontrol nyeri,setelah Manajement nyeri - untuk menentukan
dilkukan perawatan selama Aktifitas: intervensi yang sesuai dan
3x24 jam nyeri ps berkurang - Lakukan penilaian keefektifan dari therapi
dg: terhadap nyeri, lokasi, yang diberikan
Indikator: karakteristik dan faktor- - Membantu dalam
- Menggunakan skala faktor yang dapat mengidentifikasi derajat
nyeri untuk menambah nyeri ketidaknyamnan
mengidentifikasi tingkat - Amati isyarat non verbal - Meningkatkan
nyeri tentang kegelisaan kenyamanan
- Ps menyatakan nyeri - Fasilitasi linkungan - Mengurangi nyeri dan
berkurang nyaman memungkinkan pasien
- Ps mampu - Berikan obat anti sakit untuk mobilisasi tampa
istirahan/tidur - Bantu pasien menemukan nyeri
- Menggunakan tekhnik posisi nyaman - Peninggin lengan
non farmakologi - Berikan massage di menyebabkan pasie rileks
punggung - Meningkatkan relaksasi
- Tekan dada saat latihan dan membantu untuk
batuk menfokuskan perhatian shg
dapat meningkatkan
sumber coping
- Memudahkan partisipasi
pada aktifitas tampa timbul
rasa tidak nyaman

Diagnosa keperawatan: deficite self care b.d nyeri

NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional


NOC : NIC :
Perawatan diri : (mandi, Membantu perawatan diri
berpakaian), setelah diberi pasien
motivasi perawatan selama Aktifitas:
2x24 jam, ps mampu - Tempatkan alat-alat mandi - Mempermudah jangkauan
melakukan mandi dan disamping TT ps - Melatih kemandirian
berpakaian sendiri dg: - Libatkan keluarga dan ps - Meningkatkan
Indikator : - Berikan bantuan selama ps kepercayaan
- Tubuh bebas dari bau masih mampu
dan menjaga keutuhan mengerjakan sendiri
kulit NIC :
- Menjelaskan cara ADL berpakaian
mandi dan berpakaian Aktifitas:
secara aman - Informasikan pd ps dlm
memilih pakaian selama
perawatan - Memudahkan intervensi
- Sediakan pakaian di - Melatih kemandirian
tempat yg mudah - Menghindari nyeri
dijangkau bertambah
- Bantu berpakaian yg - Memberikan kenyamanan
sesuai - Memberikan kepercayaan
- Jaga privcy ps diri ps
- Berikan pakaian pribadi
yg digemari dan sesuai
Diagnosa keperawatan: Risiko infeksi bd tindakan invasif, insisi post pembedahan

NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional


NOC : NIC :
Kontrol infeksi dan kontrol Perawatan luka
resiko, setelah diberikan Aktifitas :
perawatan selama 3x24 jam - Amati luka dari tanda2 - Penanda proses infeksi
tidak terjadi infeksi infeksi - Menghindari infeksi
sekunder dg: - Lakukan perawatan - Mencegah infeksi
Indikator : payudara dengan tehnik - Mempercepat penyembuhan
- Bebas dari tanda-tanda aseptic dan gunakan kassa
infeksi steril untuk merawat dan
- Angka leukosit normal menutup luka
- Ps mengatakan tahu - Anjurkan pada ps utnuk
tentang tanda-tanda melaporkan dan
infeksi mengenali tanda-tanda
infeksi
- Kelola th/ sesuai program

NIC :
Kontrol infeksi
Aktifitas: - Mencegah infeksi sekunder
- Batasi pengunjung - Mencegah INOS
- Cuci tangan sebelum dan - Meningkatkan daya tahan
sesudah merawat ps tubuh
- Tingkatkan masukan gizi - Membantu relaksasi dan
yang cukup membantu proteksi infeksi
- Anjurkan istirahat cukup - Mencegah tjdnya infeksi
- Pastikan penanganan - Meningkatkan pengetahuan
aseptic daerah IV ps
- Berikan PEN-KES tentang
risk infeksi
Dx. keperawatan: PK: Perdarahan

NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional


NOC : NIC :
Perdarahan berhenti, Pencegahan sirkulasi
setelah dilakukan Aktifitas:
perawatan selama 4x24 Lakukan penilaian - Penanda gangguan
jam perawat mampu menyeluruh tentang sirkulasi darah dan
menghentikan sirkulasi; cek nadi, antisipasi kekurangan
perdarahan dg edema, pengisian HB
Indikataor : kapiler, dan - Menghentikan
- Luka sembuh perdarahan di saat perdarahan dan
kering, bebas pus, merawat mamae menghindari
tidak meluas. - Lakukan perawatan perluasan luka
- HB tidak kurang luka dengan hati-hati - Diberikan secara
dari 10 gr % dengan menekan profilaksis atau untuk
daerah luka dengan menghentikn
kassa steril dan perdarahan
tutuplah dengan
tehnik aseptic basah-
basah
- Kelola th/sesuai
order

Dx. gangguan pola tidur bd kondisi lingkungan yang ramai

NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional


NOC : NIC:
Tidur, istirahat, 1. Peningkatan tidur - pola tidur yang
sehat. Setelah - Kaji aktifitas pola biasanya secara
dilakukan tindakan tidur klien individu, dapat
keperawatan selama - Jelaskan tentang dikumpulkan melalui
3x24 jam klien dapat pentingnya tidur pengkajian yg
terpenuhi kebutuhan yang cukup selama komprehensif dan
tidurnya dg sakit, terapi. holistic, dibutuhkan
Indikator : - Monitor pola tidur untuk menentukan
- Jumlah jam tidur dan catat keadaan penyebab gangguan
cukup fisik, psikososial
- Pola tidur normal yang menggangu
- Kualitas tidur tidur
cukup - Tambah jam tidur
- Tidak sering bila perlu
terbangun - Diskusikan pada
- Merasa segar klien dan keluarga
setelah bangun tentang tehnik
tidur peningkatan pola
- Bangun pada tidur.
waktu yang 2. manajemen lingkungan - suara yang berlebihan
direncanakan - batasi pengunjung dapat menyebabkan
- TTV dalam - jaga lingkungan gangguan tidur
batas normal dari bising
Skala: - tidak melakukan
1. sangat bermasalah tindakan
2. bermasalah keperawatan pada
3. sedang saat klien tidur
4. sedikit bermasalah 3. mengurangi cemas - kecemasan dan
5. tidak bermasalah - tentukan tingkat depresi biasanya
kecemasan terjadi pada orang tua
- latihan relaksasi dan dapat
menyebabkan
imsomnia.
- Relaksasi dapat
membantu klien
mengurangi
kecemasan

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa:
Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC,
Jakarta.
Kuliah ilmu penyakit dalam PSIK UGM, 2004, Tim spesialis dr. penyakit dalam
RSUP dr.Sardjito, yogyakarta.
McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications, Second edisi,
By Mosby-Year book.Inc,Newyork
NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and
classification,Philadelphia, USA
University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing outcome
Classifications, Philadelphia, USA
Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G., Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner &
Suddarth Vol. 2, Edisi 8, EGC, Jakarta, 2002.

Anda mungkin juga menyukai