Askep CA Recti
Askep CA Recti
Askep CA Recti
1. DEFINISI
Ca. Rectum adalah keganasan jaringan epitel pada daerah rektum. Karsinoma
Recti merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum yang
khusus menyerang bagian Recti yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel
epitel yang tidak terkendali. Karsinoma rekti merupakan keganasan visera
yang sering terjadi yang biasanya berasal dari kelenjar sekretorik lapisan
mukosa sebagian besar kanker kolostomy berawal dari polip yang sudah ada
sebelumnya. Karsinoma Rektum merupakan tumor ganas yang berupa massa
polipoid besar, yang tumbuh ke dalam lumen dan dapat dengan cepat meluas
ke sekitar usus sebagai cincin anular (Price and Wilson, 1994, hal 419).
2. ETIOLOGI
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor
risiko telah teridentifikasi termasuk riwayat kanker kolon atau polip pada
keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak protein
dan daging serta rendah serat.
( Brunner & Suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah,hal. 1123 ).
a. Polip di usus (Colorectal polyps): Polip adalah pertumbuhan pada dinding
dalam kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun
ke atas. Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa
polip (adenoma) dapat menjadi kanker.
b. Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn: Orang dengan kondisi yang
menyebabkan peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau
penyakit Crohn) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar.
c. Riwayat kanker pribadi: Orang yang sudah pernah terkena kanker
colorectal dapat terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya. Selain itu,
wanita dengan riwayat kanker di indung telur, uterus (endometrium) atau
payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker
colorectal.
d. Riwayat kanker colorectal pada keluarga: Jika Anda mempunyai riwayat
kanker colorectal pada keluarga, maka kemungkinan Anda terkena
penyakit ini lebih besar, khususnya jika saudara Anda terkena kanker pada
usia muda.
e. Faktor gaya hidup: Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang
tinggi lemak dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko
yang lebih besar terkena kanker colorectal.
f. Usia di atas 50: Kanker colorectal biasa terjadi pada mereka yang berusia
lebih tua. Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini
didiagnosis setelah usia 50 tahun ke atas.
4. GEJALA KLINIS
a. Perubahan kebiasaan buang air besar (diare atau sembelit/konstipasi)
b. Usus besar terasa tidak kosong seluruhnya
c. Ada darah (baik merah terang atau kehitaman) di kotoran
d. Kotoran lebih sempit dari biasanya
e. Sering kembung atau keram perut, atau merasa kekenyangan
f. Kehilangan berat badan tanpa alasan
g. Selalu merasa sangat letih
h. Mual atau muntah-muntah.
Semua karsinoma kolorektal dapat menyebabkan ulserasi, perdarahan,
obstruksi bila membesar atau invasi menembus dinding usus dan kelenjar-
kelenjar regional. Kadang-kadang bisa terjadi perforasi dan menimbulkan
abses dalam peritoneum. Keluhan dan gejala sangat tergantung dari besarnya
tumor.
Tumor pada Recti dan kolon asendens dapat tumbuh sampai besar sebelum
menimbulkan tanda-tanda obstruksi karena lumennya lebih besar daripada
kolon desendens dan juga karena dindingnya lebih mudah melebar.
Perdarahan biasanya sedikit atau tersamar. Bila karsinoma Recti menembus ke
daerah ileum akan terjadi obstruksi usus halus dengan pelebaran bagian
proksimal dan timbul nausea atau vomitus. Harus dibedakan dengan
karsinoma pada kolon desendens yang lebih cepat menimbulkan obstruksi
sehingga terjadi obstipasi.
5. FAKTOR RESIKO
Kanker yang ditemukan pada kolon dan rektum 16 % di antaranya
menyerang recti terutama terjadi di negara-negara maju dan lebih tinggi pada
laki-laki daripada wanita. Beberapa faktor risiko telah diidentifikasi sebagai
berikut:
a. Kebiasaan diet rendah serat.
b. Mengkonsumsi diet tinggi lemak dan rendah serat.
c. Menahan tinja / defekasi yang sering.
d. Faktor genetik.
6. KLASIFIKASI
Stadium 0 : Kanker ditemukan hanya pada lapisan terdalam di kolon
atau rektum. Carcinoma in situ adalah nama lain untuk
kanker colorectal Stadium 0.
Stadium I : Tumor telah tumbuh ke dinding dalam kolon atau rektum.
Tumor belum tumbuh menembus dinding.
Stadium II : Tumor telah berkembang lebih dalam atau menembus
dinding kolon atau rektum. Kanker ini mungkin telah
menyerang jaringan di sekitarnya, tapi sel-sel kanker
belum menyebar ke kelenjar getah bening,
Stadium III : Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di
sekitarnya, tapi belum menyebar ke bagian tubuh yang
lain.
Stadium IV : Kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang lain,
misalnya hati atau paru-paru.
Kambuh : Kanker ini merupakan kanker yang sudah diobati tapi
kambuh kembali setelah periode tertentu, karena kanker
itu tidak terdeteksi. Penyakit ini dapat kambuh kembali
dalam kolon atau rectum, atau di bagian tubuh yang lain.
Menurut klasifikasi duke berdasarkan atas penyebaran sel karsinoma dibagi
menjadi :
Kelas A : Tumor dibatasi mukosa dan submukosa.
Kelas B : Penetrasi atau penyebaran melalui dinding usus.
Kelas C : Invasi kedalam sistem limfe yang mengalir regional.
Kelas D : Metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas.
( Brunner & Suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah,hal. 1126 ).
7. PATOFISIOLOGI
Brunner dan Suddart (2002), menjelaskan patofisiologi terjadinya karsinoma
rektum sebagai berikut :
menjadi ganas
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Dengan RECTAL TOUCHER biasanya diketahui :
- Tonus sfingterani keras/lembek.
- Mukosa kasar,kaku biasanya tidak dapat digeser.
- Ampula rektum kolaps/kembung terisi feses atau tumor yang dapat
teraba ataupun tidak.
b. Foto sinar X Pemeriksaan radiologis dengan barium enema dianjurkan
sebagai pemeriksaan rutin sebelum dilakukan pemeriksaan lain. Pada
pemeriksaan ini akan tampak filling defect biasanya sepanjang 5 6 cm
berbentuk anular atau apple core. Dinding usus tampak rigid dan
gambaran mukosa rusak.
c. Pemeriksaan antigen karsinoembrionik (CEA)Pemeriksaan CEA dapat
dilakukan, meskipun antigen CEA mungkin bukan indikator yang dapat
dipercaya dalam mendiagnosa kanker karena tidak semua lesi menyekresi
CEA.
d. Tes-tes Khusus
- Proktosigmoidoskopi Dilakukan pada setiap pasien yang dicurigai
menderita karsinoma usus besar. Jika tumor terletak di bawah, bisa
terlihat langsung. Karsinoma kolon di bagian proksimal sering
berhubungan dengan adanya polip pada daerah rektosigmoid.
- Sistoskopi Indikasi sistoskopi adalah adanya gejala atau pemeriksaan
yang mencurigai invasi keganasan ke kandung kencing.
- Tes darah samar pada feses/kotoran (Fecal Occult Blood Test
FOBT):Terkadang kanker atau polip mengeluarkan darah, dan FOBT
dapat mendeteksi jumlah darah yang sangat sedikit dalam kotoran.
Karena tes ini hanya mendeteksi darah, tes-tes lain dibutuhkan untuk
menemukan sumber darah tersebut. Kondisi jinak (seperti hemoroid),
juga bisa menyebabkan darah dalam kotoran.
- Sigmoidoskopi: Dokter akan memeriksa rektum dan bagian bawah
kolon dengan tabung cahaya (sigmoidoskop). Jika ditemukan polip
(pertumbuhan jinak yang dapat menjadi kanker), maka polip bisa
diangkat.
- Kolonoskopi: Dokter akan memeriksa rektum dan seluruh kolon dengan
menggunakan tabung panjang bercahaya (kolonoskop). Jika ditemukan
polip (pertumbuhan jinak yang dapat menjadi kanker), maka polip bisa
diangkat.
- Enema barium kontras ganda (Double-contrast barium
enema): Prosedur ini mencakup pengisian kolon dan rektum dengan
bahan cair putih (barium) untuk meningkatkan kualitas gambar sinar X.
Dengan demikian, ketidaknormalan (seperti polip) dapat terlihat dengan
jelas.
- Pemeriksaan rektal secara digital: Pemeriksaan rektal seringkali
menjadi bagian pemeriksaan (check-up) fisik rutin. Dokter akan
memasukkan jari dengan sarung tangan yang telah dilumasi ke dalam
rektum, untuk merasakan ketidaknormalan.
9. PENATALAKSANAAN
Prinsip prosedur untuk karsinoma rektum menurut Mansjoer, et al, (2000)
adalah :
a. Low anterior resection / anterior resection. Insisi lewat abdomen. kolon
kiri atau sigmoid dibuat anastomosis dengan rektum.
b. Prosedur paliatif, dibuat stoma saja.
c. Reseksi abdomino perineal / amputasi rekti (Milles Procedure). Bagian
Distal sigmoid, rektosigmoid, dan rektum direseksi, kemudian dibuat end
kolostomi.
d. Pull through operation. Teknik ini sulit, bila tidak cermat dapat
menyebabkan komplikasi antara lain inkontinensia alvie.
e. Fulgurasi (elektrokogulasi) untuk tumor yang keluar dari anus dan
unresektabel.
Pengobatan medis untuk karsinoma kolorektal paling sering dalam bentuk
pendukung/terapi ajufan yang mencakup kemoterapi, radiasi dan atau
imunoterapi (Brunner & Suddart, 2002, hal 1128).
Pengobatan pada stadium dini memberikan hasil yang baik.
a. Pilihan utama adalah pembedahan
b. Radiasi pasca bedah diberikan jika :
- Sel karsinoma telah menembus tunika muskularis propria
- Ada metastasis ke kelenjar limfe regional
- Masih ada sisa-sisa sel karsinoma yang tertinggal tetapi belum ada
metastasis a bedah hanya diberikan pada karsinoma rektum).
c. Obat sitostatika diberikan bila:
- Inoperable
- Operabel tetapi ada metastasis ke kelenjar limfe regional, telah
menembus tunika muskularis propria atau telah dioperasi kemudian
residif kembali.
Obat yang dianjurkan pada penderita yang operabel pasca bedah adalah:
o Fluoro-Uracil 13,5 mg/kg BB/hari intravena selama 5 hari berturut-turut.
Pemberian berikutnya pada hari ke-36 (siklus sekali 5 minggu) dengan total 6
siklus.
o Futraful 3-4 kali 200 mg/hari per os selama 6 bulan
o Terapi kombinasi (Vincristin + FU + Mthyl CCNU)
o Pada penderita inoperabel pemberian sitostatika sama dengan kasus operabel
hanya lamanya pemberian tidak terbatas selama obat masih efektif. Selama
pemberian, harus diawasi kadar Hb, leukosit dan trombosit darah.Pada stadium
lanjut obat sitostatika tidak memberikan hasil yang memuaskan.
10. KOMPLIKASI
Komplikasi karsinoma rektum menurut Schrock (1991) adalah:
a. Obstruksi usus parsial
Obstruksi usus adalah penyumbatan parsial atau lengkap dari usus yang
menyebabkan kegagalan dari isi usus untuk melewati usus.
b. Perforasi atau perlobangan
c. Perdarahan
d. Syok
Syok merupakan keadaan gagalnya sirkulasi darah secara tiba-tiba akibat
gangguan peredaran darah atau hilangnya cairan tubuh secara berlebihan.
Preoperasi
Keperawatan : Kurang pengetahuan tentang penyakit b.d Kurang paparan sumber
informasi
Post operasi
Dx. Keperawatan: Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (insisi
pembedahan pada apendiktomi)
NIC :
Kontrol infeksi
Aktifitas: - Mencegah infeksi sekunder
- Batasi pengunjung - Mencegah INOS
- Cuci tangan sebelum dan - Meningkatkan daya tahan
sesudah merawat ps tubuh
- Tingkatkan masukan gizi - Membantu relaksasi dan
yang cukup membantu proteksi infeksi
- Anjurkan istirahat cukup - Mencegah tjdnya infeksi
- Pastikan penanganan - Meningkatkan pengetahuan
aseptic daerah IV ps
- Berikan PEN-KES tentang
risk infeksi
Dx. keperawatan: PK: Perdarahan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa:
Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC,
Jakarta.
Kuliah ilmu penyakit dalam PSIK UGM, 2004, Tim spesialis dr. penyakit dalam
RSUP dr.Sardjito, yogyakarta.
McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications, Second edisi,
By Mosby-Year book.Inc,Newyork
NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and
classification,Philadelphia, USA
University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing outcome
Classifications, Philadelphia, USA
Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G., Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner &
Suddarth Vol. 2, Edisi 8, EGC, Jakarta, 2002.