Curah Hujan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 20

HIDROLOGI DAN DRAINASE

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


INSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Curah hujan merupakan salah satu unsur iklim selain suhu, kelembapan,
radiasi matahari, evaporasi, tekanan udara, dan kecepatan angin. Hujan adalah air yang jatuh
ke permukaan bumi sebagai akibat terjadinya kondensasi dari partikel-partikel air di langit.
Hujan merupakan komponen masukan penting dalam proses hidrologi. Karakteristik hujan
diantaranya; intensitas, rentang waktu, kedalaman dan frekuensi. Curah hujan adalah jumlah
air yang jatuh di tanah datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi (mm)
diatas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, runoff dan infiltrasi. Curah hujan
kumulatif (mm) merupakan jumlah hujan yang terkumpul dalam rentang waktu kumulatif
tersebut. Dalam periode musim, rentang waktunya adalah rata-rata panjang musim pada
masing-masing Daerah Prakiraan Musim (DPM). (Circinia 2010)
Jumlah curah hujan diukur sebagai volume air yang jatuh di atas permukaan
bidang datar dalam periode waktu tertentu, yaitu harian, mingguan, bulanan, atau tahunan.
Tinggi air ini umumnya dinyatakan dengan satuan milimeter (Nawawi 2001). Curah hujan 1
(satu) mm artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air
setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter. Sifat Hujan merupakan
perbandingan antara jumlah curah hujan selama rentang waktu yang ditetapkan (satu periode
musim kemarau) dengan jumlah curah hujan normalnya.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan suatu pokok
masalah yang kemudian disusun dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
Bagaimana menganalisa perhitungan curah hujan?
Bagaimana mengumpulkan dan menyajikan data curah hujan?
Bagaimana menghitung intensitas curah hujan?

3. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dalam kajian ini adalah:
Untuk mengetahui cara menganalisa perhitungan curah hujan

Septyan Wisnudana - 14114002 1


HIDROLOGI DAN DRAINASE
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA

Untuk mengetahui cara mengumpulkan dan menyajikan data curah


hujan
Untuk mengetahui cara menghitung intensitas curah hujan

4. Pemecahan Masalah
Prosedur pemecahan masalah yang digunakan dalam menjawab rumusan
masalah dalam makalah ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif yaitu metode
yang mengembangkan suatu permasalahan atau tema penulisan yang bersumber dari buku,
internet, atau sumber lain yang telah ada.

Septyan Wisnudana - 14114002 2


HIDROLOGI DAN DRAINASE
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA

PEMBAHASAN

1. Hujan
Hujan adalah adalah peristiwa turunnya butir-butir air dari langit ke
permukaan bumi akibat terjadinya kondensasi. Hujan biasanya terjadi karena pendinginan
suhu udara atau penambahan uap air ke udara. Hal tersebut tidak lepas dari kemungkinan
akan terjadi bersamaan. Turunnya hujan biasanya tidak lepas dari pengaruh kelembaban
udara yang memacu jumlah titik-titik air yang terdapat pada udara. Indonesia memiliki
daerah yang dilalui garis khatulistiwa dan sebagian besar daerah di Indonesia merupakan
daerah tropis, walaupun demikian beberapa daerah di Indonesia memiliki intensitas hujan
yang cukup besar (Wibowo, 2008).
Sedangkan menurut Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Hujan
merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Presipitasi sendiri dapat berwujud
padat (misalnya salju dan hujan es) atau aerosol (seperti embun dan kabut). Tidak semua air
hujan sampai ke permukaan bumi karena sebagian menguap ketika jatuh melalui udara
kering. Hujan jenis ini disebut sebagai virga.

2. Jenis-Jenis Hujan
Berdasarkan proses terjadinya, hujan dibedakan menjadi tujuh tipe yaitu:
a. Hujan Siklonal
Hujan yang terjadi karena udara panas yang naik disertai dengan angin
berputar.
b. Hujan Zenithal
Hujan yang sering terjadi di daerah sekitar ekuator, akibat pertemuan
Angin Pasat Timur Laut dengan Angin Pasat Tenggara. Kemudian angin
tersebut naik dan membentuk gumpalan-gumpalan awan di sekitar ekuator
yang berakibat awan menjadi jenuh dan turunlah hujan.
c. Hujan Orografis
Hujan yang terjadi karena angin yang mengandung uap air yang bergerak
horizontal. Angin tersebut naik menuju pegunungan, suhu udara menjadi
dingin sehingga terjadi kondensasi. Terjadilah hujan di sekitar pegunungan.

Septyan Wisnudana - 14114002 3


HIDROLOGI DAN DRAINASE
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA

Hujan ini juga terbentuk dari naiknya udara secara paksa oleh penghalang
lereng-lereng gunung.
d. Hujan Frontal
Hujan yang terjadi apabila massa udara yang dingin bertemu dengan
massa udara yang panas. Tempat pertemuan antara kedua massa itu disebut
bidang front. Karena lebih berat massa udara dingin lebih berada di bawah. Di
sekitar bidang front inilah sering terjadi hujan lebat yang disebut hujan
frontal.
e. Hujan Konvektif
Suatu jenis hujan yang dihasilkan dari naiknya udara yang hangat dan
lembab karena mendapat radiasi yang kuat.
f. Hujan Muson atau Hujan Musiman
Hujan yang terjadi karena Angin Musim (Angin Muson). Penyebab
terjadinya Angin Muson adalah karena adanya pergerakan semu tahunan
Matahari antara Garis Balik Utara dan Garis Balik Selatan. Di Indonesia,
hujan muson terjadi bulan Oktober sampai April. Sementara di kawasan Asia
Timur terjadi bulan Mei sampai Agustus. Siklus muson inilah yang
menyebabkan adanya musim penghujan dan musim kemarau.
g. Hujan Siklonik
Hujan yang dihasilkan oleh awan udara yang bergerak dalam skala besar
akibat dari pembelokkan konvergensi angin secara secara vertical karena
terdapatnya tekanan rendah. (Hasan,U.M.1970).

Menurut Linsley (1996), jenis-jenis hujan berdasarkan ukuran butirnya


terdiri dari:
a. Hujan Gerimis
Yang kadang-kadang disebut mist terdiri dari tetes-tetes air yang tipis,
biasanya dengan diameter antara 0,1 dan 0,5 mm (0,004 dan 0,002 inci)
dengan kecepatan jatuh yang demikian lambatnya sehingga keliahatan seolah-
olah melayang. Gerimis umumnya jatuh dari stratus yang rendah jarang
melebihi 1 mm/jam (0,04 inci/jam).

Septyan Wisnudana - 14114002 4


HIDROLOGI DAN DRAINASE
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA

b. Hujan
Terdiri dari tetes-tetes air yang mempunyai diameter lebih besar dari 0,5
mm (0,02 inci).

3. Curah Hujan
Menurut Arifin (2010), curah hujan ialah jumlah air yang jatuh pada
permukaan tanah selama periode tertentu bila tidak terjadi penghilangan oleh proses
evaporasi, pengaliran dan peresapan, yang diukur dalam satuan tinggi. Tinggi air hujan 1
mm berarti air hujan pada bidang seluas 1 m2 berisi 1 liter. Unsur-unsur hujan yang harus
diperhatikan dalam mempelajari curah hujan ialah jumlah curah hujan, dan intensitas atau
kekuatan tetesan hujan.
Curah hujan merupakan data hidrometeorologi utama. Disamping data hujan,
data hidrometeorologi lainnya yang diperlukan dalam ilmu hidrologi adalah data penguapan.
Data hujan dapat berupa data harian, bulanan atau hanya data hujan tahunan sesuai dengan
ketelitian yang diinginkan. Banyaknya hujan dapat diukur dengan alat pengukur hujan (rain
gauge) yang biasa ataupun yang otomatis. Tujuan dari pengukuran hujan adalah untuk
mengukur banyaknya dan intensitas hujan yang turun pada permukaan datar, tanpa pengaruh
infiltrasi, pengaliran atau penguapan.

a. Pengumpulan Data Curah Hujan


Data hujan dikumpulkan dari alat pengukur hujan biasa maupun
pengukur yang otomatis, berupa tinggi curah hujan harian, yang biasanya
disebut sebagai tinggi hujan harian atau curah hujan harian. Dengan pengukur
hujan yang otomatis dapat diperoleh data kedalaman hujan, waktu dan
kelebatan curahannya. Curah hujan adalah banyaknya hujan yang jatuh dalam
suatu satuan waktu tertentu dan dinyatakan dalam milimeter, misalnya : curah
hujan tahun 1970 adalah 3000 mm/tahun.
Tinggi hujan adalah banyaknya hujan yang jatuh dalam satu curahan,
yang dinyatakan dalam mm. Misalnya : curahan hujan pada tanggal 5
Februari 1979 yang terjadi antara jam 9.15 sampai 11.55 tingginya 120 mm.
Durasi hujan adalah lamanya curahan hujan yang terjadi. Misalnya: hujan

Septyan Wisnudana - 14114002 5


HIDROLOGI DAN DRAINASE
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA

berlangsung dari jam 9.15 sampai 11.55, durasi curah hujan adalah 2 jam 40
menit.
Intensitas Hujan menggambarkan derasnya hujan yang dinyatakan dalam
satuan mm/jam. Misalnya: Curahan hujan dalam seperempat jam pertama
3mm, 10 menit berikutnya 7 mm dan 20 menit berikutnya 2 mm. Jadi
kelebatan curahan hujan rata2 adalah :
(3 + 7 + 2) mm (3 + 7 + 2) mm
= = 16 mm/jam
45 menit 45 menit / 60 jam

b. Penyajian Data Curah Hujan


Untuk alat pengukur hujan biasa , pencatatan dilakukan setiap pagi dan
sore hari dirata-ratakan yang menghasilkan suatu tabel data curah hujan
harian. Dari alat pengukur hujan otomatik diperoleh grafik akumulasi curah
hujan tiap 1 minggu, 2 minggu atau 1 bulan yang tergantung pada kecepatan
pemutar silinder kertas pencatatnya yang menentukan waktu dari penggantian
kertasnya. Data yang diperoleh dari alat pengukur hujan selanjutnya diolah
dan dapat disajikan berupa :
1. Tabel
2. Balok
3. Grafik
Di Indonesia data curah hujan dapat diperoleh di Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Meteorologi adalah ilmu yang
mempelajari atmosfer bumi khususnya untuk keperluan prakiraan cuaca.
Klimatologi adalah ilmu yang mempelajari iklim atau rata-rata cuaca pada
suatu tempat. Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari
bumi menggunakan kaidah atau prinsip-prinsip fisika. Cuaca adalah keadaan /
fenomena fisik dari atmosfer (yang berhubungan dengan Suhu, Tekanan
Udara, Angin, Awan, Kelembaban udara, Radiasi, Jarak Pandang/Visibility,
dsb) di suatu tempat dan pada waktu tertentu. Iklim adalah aspek dari cuaca di
suatu tempat dan pada waktu tertentu dalam jangka panjang.

Septyan Wisnudana - 14114002 6


HIDROLOGI DAN DRAINASE
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA

Penyajian data curah hujan sebagai berikut:

2.2.2.2. Penyajian Dalam Bentuk Balok

2.2.2.3. Penyajian Dalam Bentuk Grafik

Septyan Wisnudana - 14114002 7


HIDROLOGI DAN DRAINASE
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA

c. Lengkung Masa Curah Hujan


Lengkung Masa Curah Hujan adalah grafik dari akumulasi curah hujan
terhadap waktu.

Septyan Wisnudana - 14114002 8


HIDROLOGI DAN DRAINASE
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA

d. Interpretasi Data Curah Hujan


Dari data hujan yang berupa tabel , diagram atau grafik dapat dicari
harga-harga tertentu yang menggambarkan sifat-sifat curahan hujannya.
1. Curahan Hujan
Sifat curahan hujan ditentukan oleh durasi dan intensitasnya.

2. Durasi Hujan
Waktu atau Durasi hujan dihitung dari saat curahan dimulai sampai saat
curahan berhenti. Dari pengukur hujan otomatik durasi hujan diukur dari
saat grafik mulai naik sampai saat grafik mulai mendatar.

3. Intensitas Hujan
Sifat yang penting dari curahan hujan adalah kelebatannya atau disebut
intensitasnya. Pada umumnya hujan dengan kelebatan yang kecil dapat
berlangsung sangat lama. Kelebatan dinyatakan dalam mm/jam. Curahan
hujan selalu berubah-ubah, dimulai dari kecil kebesar kemudian mengecil
kembali hingga berhenti. Ada kalanya tidak langsung berhenti , tetapi
membesar lagi dan kemudian mengecil lagi. Pola kelebatan curahan hujan
tidak dapat dianalisa dari data hujan harian tetapi harus dari data yang
berkesinambungan yang berupa grafik akumulasi curahan hujan yang
dapat diperoleh dari pengukur hujan otomatis. Pola kelebatannya dapat
dilihat dari kemiringannya , semakin miringnya mendekati tegak, semakin
lebat hujannya. Jika curahan hujan dibagi-bagi dalam beberapa selang
waktu, maka kelebatan tiap-tiap selang waktu dapat dibaca dari
kemiringan rata-rata grafik hujan masing-masing selang waktu.

4. Curah Hujan Setempat


Curah hujan setempat adalah tinggi curah hujan ditempat dimana alat
pengukur hujan dipasang.

5. Curah Hujan Rata-Rata Hujan Setempat


Curah hujan rata-rata setempat adalah curah hujan rata-rata dari suatu alat
pengukur hujan, yang dapat berupa rata-rata 1 hari, 7 hari,1 bulan, 1 tahun

Septyan Wisnudana - 14114002 9


HIDROLOGI DAN DRAINASE
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA

dsb.

6. Curah Hujan Maksimum dan Minimum


Curah hujan maksimum dan minimum suatu daerah diperoleh dengan
merataratakan curah hujan maksimum dan minimum dari semua alat
pengukur hujan yang berada pada daerah yang bersangkutan.

7. Curah Hujan Minimum Setempat


Curah hujan minimum diperlukan untuk menghitung aliran minimum
guna merencanakan penggunaan air sungai bagi keperluan air minum,
irigasi dll. Curahan hujan minimum yang digunakan disini bukanlah curah
hujan terkecil yang pernah terjadi, tetapi adalah Curah hujan Minimum
Rencana.

8. Curah Hujan Perencanaan


Kita tidak dapat mengetahui dengan pasti kapan curahan hujan terbesar
akan datang lagi.Untuk itu dianalisa periode ulang atau peluang terjadinya
curah hujan tersebut dan dipelajari apakah curah hujan tersebut sudah
cukup besar atau terlalu kecil untuk suatu perencanaan. Untuk suatu
perencanaan bukan digunakan curah hujan maksimum tetapi curah hujan
rencana.

9. Kurva Intensitas-Durasi-Frekuensi (IDF)


Kurva IDF adalah kurva yang menunjukkan karakteristik intensitas hujan
wilayah yang digunakan untuk perecanaan pengendalian banjir akibat
hujan yang menjadi aliran air dipermukaan tanah. Kurva ini dibuat
berdasarkan pendekatan secara statistik, dengan anggapan bahwa pola
curah hujan yang lampau akan berlanjut ke pola curah hujan sekarang dan
masa yang akan datang, jadi bukan dari kejadian hujan aktual. Kurva ini
menggambarkan hubungan dari intensitas dengan durasi hujan, pada
periode ulang yang umum digunakan yaitu 2, 5, 10, 25, 50 dan 100
tahunan. Sumbu x sebagai durasi hujan dalam satuan menit, dan sumbu y
sebagai intensitas hujan dalam satuan mm/jam.

Septyan Wisnudana - 14114002 10


HIDROLOGI DAN DRAINASE
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA

e. Menghitung Curah Hujan Rata-Rata Suatu Daerah


Ada beberapa cara menghitung curah hujan yaitu dengan: - Metode
Aritmatik - Metode poligon Thiesen - Metode Isohyt.
1. Metode Aritmatik
Metode ini, yaitu membagi rata pengukuran terhadap semua stasiun alat
pengukur hujan yang ada dalam DAS yang bersangkutan. Metode ini
paling sederhana, pengukuran yang dilakukan di beberapa stasiun dalam
waktu yang bersamaan dijumlahkan dan kemudian dibagi jumlah stasiun.
Stasiun hujan yang digunakan dalam hitungan adalah yang berada dalam
DAS, tetapi stasiun di luar DAS tangkapan yang masih berdekatan juga
bisa diperhitungkan. Metode rata-rata aljabar memberikan hasil yang baik
apabila:
Stasiun hujan tersebar secara merata di DAS.
Distribusi hujan relatif merata pada seluruh DAS

P
1
P1 P2 ... Pn
n
dengan :
P = Curah hujan daerah (mm)
N = Jumlah titik-titik (stasiun-stasiun) pengamat hujan
P1, P2,, Pn = Curah hujan di tiap titik pengamatan

2. Metode Poligon Thiesen


Metode ini memperhitungkan bobot dari masing-masing stasiun yang
mewakili luasan di sekitarnya. Pada suatu luasan di dalam DAS dianggap
bahwa hujan adalah sama dengan yang terjadi pada stasiun yang terdekat,
sehingga hujan yang tercatat pada suatu stasiun mewakili luasan tersebut.
Metode ini digunakan apabila penyebaran stasiun hujan di daerah yang
ditinjau tidak merata, pada metode ini stasium hujan minimal yang
digunakan untuk perhitungan adalah tiga stasiun hujan. Hitungan curah
hujan rata-rata dilakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh dari
tiap stasiun. Metode poligon Thiessen banyak digunakan untuk
menghitung hujan rata-rata kawasan. Poligon Thiessen adalah tetap untuk

Septyan Wisnudana - 14114002 11


HIDROLOGI DAN DRAINASE
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA

suatu jaringan stasiun hujan tertentu. Apabila terdapat perubahan jaringan


stasiun hujan seperti pemindahan atau penambahan stasiun, maka harus
dibuat lagi poligon yang baru.(Triatmodjo, 2008).
Rumus :

A1 P1 A2 P2 .... An Pn
P
A1 A2 ..... An
dengan :
P = Rata rata curah hujan wilayah (mm)
P1,P2,...Pn = Curah hujan masing masing stasiun (mm)
A1,A2,...An = Luas pengaruh masing masing stasiun(km2)

3. Metode Isohyet
Isohyet adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan kedalaman
hujan yang sama. Pada metode Isohyet, dianggap bahwa hujan pada suatu
daerah di antara dua garis Isohyet adalah merata dan sama dengan nilai
rata-rata dari kedua garis Isohyet tersebut. Metode Isohyet merupakan
cara paling teliti untuk menghitung kedalaman hujan rata-rata di suatu
daerah, pada metode ini stasiun hujan harus banyak dan tersebar merata,
metode Isohyet membutuhkan pekerjaan dan perhatian yang lebih banyak
dibanding dua metode lainnya. (Triatmodjo, 2008).
Rumus :

dengan :
P = Rata rata curah hujan wilayah (mm)
P1,2,3,n = Curah hujan masing masing isohiet(mm)
A1,2,3n = Luas wilayah antara 2 isohiet (km2)

f. Menghitung Curah Hujan Rencana


Analisa curah hujan rencana digunakan untuk mengetahui besarnya curah
hujan maksimum dengan periode ulang tertentu yang akan digunakan dalam

Septyan Wisnudana - 14114002 12


HIDROLOGI DAN DRAINASE
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA

perhitungan debit rencana. Metode yang digunakan untuk perhitungan curah


hujan, yaitu cara statistik atau cara distribusi pada curah hujan harian
maksimum rata-rata DAS. Analisa curah hujan rencana dapat dilakukan
dengan menggunakan beberapa jenis distribusi :
1. Metode Distribusi Normal

keterangan:
XT = besarnya curah hujan yang terjadi dengan kala ulang T
tahun
X = rata-rata hitung variat
Sx = standard deviasi
k = faktor frekuensi (nilai variabel reduksi Gauss)

2. Metode Distribusi Log Normal

keterangan:
X = nilai variat pengamatan
Slog X = standart deviasi dari logaritma

Septyan Wisnudana - 14114002 13


HIDROLOGI DAN DRAINASE
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA

n = jumlah data
log X = logaritma rata-rata
k = faktor frekuensi

3. Metode Distribusi Frekuensi Gumbel

keterangan:
XT = besarnya curah hujan yang terjadi dengan kala ulang T
tahun
X = rata-rata x maksimum dari seri data Xi
k = faktor frekuensi

Yn, Sn = besaran yang mempunyai fungsi dari jumlah


pengamatan
Yt = reduksi sebagai fungsi dari probabilitas
n = jumlah data

4. Metode Distribusi Frekuensi Log Pearson Type III

Septyan Wisnudana - 14114002 14


HIDROLOGI DAN DRAINASE
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA

Nilai X bagi setiap probabilitas dihitung dari persamaan:

keterangan:
log X = logaritma rata-rata
Slog X = standart deviasi dari logaritma
Cs = koefisien kemencengan
k = faktor frekuensi
n = jumlah data

4. Menghitung Intensitas Curah Hujan


Intensitas curah hujan adalah besarnya jumlah hujan yang turun yang
dinyatakan dalam tinggi curah hujan atau volume hujan tiap satuan waktu. Besarnya
intensitas hujan berbeda-beda, tergantung dari lamanya curah hujan dan frekuensi
kejadiannya.
a. Metode Mononobe

Septyan Wisnudana - 14114002 15


HIDROLOGI DAN DRAINASE
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA

keterangan :
I : intensitas hujan (mm/jam)
R24 : curah hujan maksimum harian dalam 24 jam (mm/jam)
t : lama hujan (jam)

Contoh perhitungan:
Diketahui curah hujan rencana (R) sebesar 123.160 mm pada kala ulang 2
tahun, dengan lama hujan (t) adalah 1 jam. maka perhitungan Intensitas
adalah sebagai berikut:

Dengan mengubah variabel t untuk masing-masing curah hujan (R24)


untuk periode ulang 2 tahun, R24 = 152,805 mm/jam untuk periode ulang
5 tahun dan R24 = 171,080 mm/jam untuk periode ulang 10 tahun, maka
hasilnya adalah sebagai berikut berikut :

Septyan Wisnudana - 14114002 16


HIDROLOGI DAN DRAINASE
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA

hubungan antara intensitas dan waktu lama hujan dapat dilihat pada grafik
berikut:

Contoh lain perhitungan metode Mononobe:


Jika anda ingin mengetahui intensitas curah hujan dari data curah hujan
harian selama 5 menit, pengerjaannya adalah sebagai berikut (jika
diketahui curah hujan selama satu hari bernilai 56 mm/hari) :

b. Metode Van Breen

dimana :
IT : Intensitas curah hujan pada suatu periode ulang (T tahun)
RT : Tinggi curah hujan pada periode ulang T tahun (mm/hari)

Dengan nilai yang sama dengan nilai yang digunakan dalam Metode

Septyan Wisnudana - 14114002 17


HIDROLOGI DAN DRAINASE
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA

Mononobe, maka perhitungan intensitas curah hujan dengan Metode Van


Breen, menghasilkan nilai sebagai berikut :

ternyata nilai intensitas curah hujan selama 5 menit dengan nilai curah
hujan harian mencapai 56 mm/hari dengan menggunakan Metode Van
Breen, nilainya lebih besar dibandingkan dengan perhitungan intensitas
curah hujan menggunakan Metode Mononobe.

c. Metode Haspers dan Der Weduwen


Metode ini berasal dari kecenderungan curah hujan harian yang
dikelompokkan atas dasar anggapan bahwa curah hujan memiliki distribusi
yang simetris dengan durasi curah hujan lebih kecil dari 1 jam dan durasi
curah hujan lebih kecil dari 1 sampai 24 jam ( Melinda, 2007 )
Perhitungan intensitas curah hujan dengan menggunakan Metode
Haspers & der Weduwen adalah sebagai berikut :

Septyan Wisnudana - 14114002 18


HIDROLOGI DAN DRAINASE
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA

dimana :
I : Intensitas curah hujan (mm/jam)
R, Rt : Curah hujan menurut Haspers dan Der Weduwen
t : Durasi curah hujan (jam)
Xt : Curah hujan harian maksimum yang terpilih (mm/hari)
Dengan nilai contoh yang sama, akan tetapi dengan ditambah dengan
durasi 60 menit :

Septyan Wisnudana - 14114002 19


HIDROLOGI DAN DRAINASE
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA

KESIMPULAN

Hujan adalah adalah peristiwa turunnya butir-butir air dari langit ke


permukaan bumi akibat terjadinya kondensasi. Berdasarkan proses terjadinya, hujan
dibedakan menjadi tujuh tipe. Sedangkan, jenis-jenis hujan berdasarkan ukuran butirnya
terdiri dari hujan gerimis dan hujan. Curah hujan ialah jumlah air yang jatuh pada
permukaan tanah selama periode tertentu bila tidak terjadi penghilangan oleh proses
evaporasi, pengaliran dan peresapan, yang diukur dalam satuan tinggi. Tinggi air hujan 1
mm berarti air hujan pada bidang seluas 1 m2 berisi 1 liter. Unsur-unsur hujan yang harus
diperhatikan dalam mempelajari curah hujan ialah jumlah curah hujan, dan intensitas atau
kekuatan tetesan hujan. Untuk menghitung intensitas curah hujan, terdapat 3 metode. Yaitu,
Metode Mononobe, Metode Van Breen, dan Metode Haspers dan Der Weduwen.

DAFTAR PUSTAKA

http://kumpulengineer.blogspot.co.id/2014/04/perhitungan-intensitas-curah-hujan.html
http://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/iklim/jenis-jenis-hujan
https://id.wikipedia.org/wiki/Hujan

Septyan Wisnudana - 14114002 20

Anda mungkin juga menyukai