Curah Hujan
Curah Hujan
Curah Hujan
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Curah hujan merupakan salah satu unsur iklim selain suhu, kelembapan,
radiasi matahari, evaporasi, tekanan udara, dan kecepatan angin. Hujan adalah air yang jatuh
ke permukaan bumi sebagai akibat terjadinya kondensasi dari partikel-partikel air di langit.
Hujan merupakan komponen masukan penting dalam proses hidrologi. Karakteristik hujan
diantaranya; intensitas, rentang waktu, kedalaman dan frekuensi. Curah hujan adalah jumlah
air yang jatuh di tanah datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi (mm)
diatas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, runoff dan infiltrasi. Curah hujan
kumulatif (mm) merupakan jumlah hujan yang terkumpul dalam rentang waktu kumulatif
tersebut. Dalam periode musim, rentang waktunya adalah rata-rata panjang musim pada
masing-masing Daerah Prakiraan Musim (DPM). (Circinia 2010)
Jumlah curah hujan diukur sebagai volume air yang jatuh di atas permukaan
bidang datar dalam periode waktu tertentu, yaitu harian, mingguan, bulanan, atau tahunan.
Tinggi air ini umumnya dinyatakan dengan satuan milimeter (Nawawi 2001). Curah hujan 1
(satu) mm artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air
setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter. Sifat Hujan merupakan
perbandingan antara jumlah curah hujan selama rentang waktu yang ditetapkan (satu periode
musim kemarau) dengan jumlah curah hujan normalnya.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan suatu pokok
masalah yang kemudian disusun dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
Bagaimana menganalisa perhitungan curah hujan?
Bagaimana mengumpulkan dan menyajikan data curah hujan?
Bagaimana menghitung intensitas curah hujan?
3. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dalam kajian ini adalah:
Untuk mengetahui cara menganalisa perhitungan curah hujan
4. Pemecahan Masalah
Prosedur pemecahan masalah yang digunakan dalam menjawab rumusan
masalah dalam makalah ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif yaitu metode
yang mengembangkan suatu permasalahan atau tema penulisan yang bersumber dari buku,
internet, atau sumber lain yang telah ada.
PEMBAHASAN
1. Hujan
Hujan adalah adalah peristiwa turunnya butir-butir air dari langit ke
permukaan bumi akibat terjadinya kondensasi. Hujan biasanya terjadi karena pendinginan
suhu udara atau penambahan uap air ke udara. Hal tersebut tidak lepas dari kemungkinan
akan terjadi bersamaan. Turunnya hujan biasanya tidak lepas dari pengaruh kelembaban
udara yang memacu jumlah titik-titik air yang terdapat pada udara. Indonesia memiliki
daerah yang dilalui garis khatulistiwa dan sebagian besar daerah di Indonesia merupakan
daerah tropis, walaupun demikian beberapa daerah di Indonesia memiliki intensitas hujan
yang cukup besar (Wibowo, 2008).
Sedangkan menurut Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Hujan
merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Presipitasi sendiri dapat berwujud
padat (misalnya salju dan hujan es) atau aerosol (seperti embun dan kabut). Tidak semua air
hujan sampai ke permukaan bumi karena sebagian menguap ketika jatuh melalui udara
kering. Hujan jenis ini disebut sebagai virga.
2. Jenis-Jenis Hujan
Berdasarkan proses terjadinya, hujan dibedakan menjadi tujuh tipe yaitu:
a. Hujan Siklonal
Hujan yang terjadi karena udara panas yang naik disertai dengan angin
berputar.
b. Hujan Zenithal
Hujan yang sering terjadi di daerah sekitar ekuator, akibat pertemuan
Angin Pasat Timur Laut dengan Angin Pasat Tenggara. Kemudian angin
tersebut naik dan membentuk gumpalan-gumpalan awan di sekitar ekuator
yang berakibat awan menjadi jenuh dan turunlah hujan.
c. Hujan Orografis
Hujan yang terjadi karena angin yang mengandung uap air yang bergerak
horizontal. Angin tersebut naik menuju pegunungan, suhu udara menjadi
dingin sehingga terjadi kondensasi. Terjadilah hujan di sekitar pegunungan.
Hujan ini juga terbentuk dari naiknya udara secara paksa oleh penghalang
lereng-lereng gunung.
d. Hujan Frontal
Hujan yang terjadi apabila massa udara yang dingin bertemu dengan
massa udara yang panas. Tempat pertemuan antara kedua massa itu disebut
bidang front. Karena lebih berat massa udara dingin lebih berada di bawah. Di
sekitar bidang front inilah sering terjadi hujan lebat yang disebut hujan
frontal.
e. Hujan Konvektif
Suatu jenis hujan yang dihasilkan dari naiknya udara yang hangat dan
lembab karena mendapat radiasi yang kuat.
f. Hujan Muson atau Hujan Musiman
Hujan yang terjadi karena Angin Musim (Angin Muson). Penyebab
terjadinya Angin Muson adalah karena adanya pergerakan semu tahunan
Matahari antara Garis Balik Utara dan Garis Balik Selatan. Di Indonesia,
hujan muson terjadi bulan Oktober sampai April. Sementara di kawasan Asia
Timur terjadi bulan Mei sampai Agustus. Siklus muson inilah yang
menyebabkan adanya musim penghujan dan musim kemarau.
g. Hujan Siklonik
Hujan yang dihasilkan oleh awan udara yang bergerak dalam skala besar
akibat dari pembelokkan konvergensi angin secara secara vertical karena
terdapatnya tekanan rendah. (Hasan,U.M.1970).
b. Hujan
Terdiri dari tetes-tetes air yang mempunyai diameter lebih besar dari 0,5
mm (0,02 inci).
3. Curah Hujan
Menurut Arifin (2010), curah hujan ialah jumlah air yang jatuh pada
permukaan tanah selama periode tertentu bila tidak terjadi penghilangan oleh proses
evaporasi, pengaliran dan peresapan, yang diukur dalam satuan tinggi. Tinggi air hujan 1
mm berarti air hujan pada bidang seluas 1 m2 berisi 1 liter. Unsur-unsur hujan yang harus
diperhatikan dalam mempelajari curah hujan ialah jumlah curah hujan, dan intensitas atau
kekuatan tetesan hujan.
Curah hujan merupakan data hidrometeorologi utama. Disamping data hujan,
data hidrometeorologi lainnya yang diperlukan dalam ilmu hidrologi adalah data penguapan.
Data hujan dapat berupa data harian, bulanan atau hanya data hujan tahunan sesuai dengan
ketelitian yang diinginkan. Banyaknya hujan dapat diukur dengan alat pengukur hujan (rain
gauge) yang biasa ataupun yang otomatis. Tujuan dari pengukuran hujan adalah untuk
mengukur banyaknya dan intensitas hujan yang turun pada permukaan datar, tanpa pengaruh
infiltrasi, pengaliran atau penguapan.
berlangsung dari jam 9.15 sampai 11.55, durasi curah hujan adalah 2 jam 40
menit.
Intensitas Hujan menggambarkan derasnya hujan yang dinyatakan dalam
satuan mm/jam. Misalnya: Curahan hujan dalam seperempat jam pertama
3mm, 10 menit berikutnya 7 mm dan 20 menit berikutnya 2 mm. Jadi
kelebatan curahan hujan rata2 adalah :
(3 + 7 + 2) mm (3 + 7 + 2) mm
= = 16 mm/jam
45 menit 45 menit / 60 jam
2. Durasi Hujan
Waktu atau Durasi hujan dihitung dari saat curahan dimulai sampai saat
curahan berhenti. Dari pengukur hujan otomatik durasi hujan diukur dari
saat grafik mulai naik sampai saat grafik mulai mendatar.
3. Intensitas Hujan
Sifat yang penting dari curahan hujan adalah kelebatannya atau disebut
intensitasnya. Pada umumnya hujan dengan kelebatan yang kecil dapat
berlangsung sangat lama. Kelebatan dinyatakan dalam mm/jam. Curahan
hujan selalu berubah-ubah, dimulai dari kecil kebesar kemudian mengecil
kembali hingga berhenti. Ada kalanya tidak langsung berhenti , tetapi
membesar lagi dan kemudian mengecil lagi. Pola kelebatan curahan hujan
tidak dapat dianalisa dari data hujan harian tetapi harus dari data yang
berkesinambungan yang berupa grafik akumulasi curahan hujan yang
dapat diperoleh dari pengukur hujan otomatis. Pola kelebatannya dapat
dilihat dari kemiringannya , semakin miringnya mendekati tegak, semakin
lebat hujannya. Jika curahan hujan dibagi-bagi dalam beberapa selang
waktu, maka kelebatan tiap-tiap selang waktu dapat dibaca dari
kemiringan rata-rata grafik hujan masing-masing selang waktu.
dsb.
P
1
P1 P2 ... Pn
n
dengan :
P = Curah hujan daerah (mm)
N = Jumlah titik-titik (stasiun-stasiun) pengamat hujan
P1, P2,, Pn = Curah hujan di tiap titik pengamatan
A1 P1 A2 P2 .... An Pn
P
A1 A2 ..... An
dengan :
P = Rata rata curah hujan wilayah (mm)
P1,P2,...Pn = Curah hujan masing masing stasiun (mm)
A1,A2,...An = Luas pengaruh masing masing stasiun(km2)
3. Metode Isohyet
Isohyet adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan kedalaman
hujan yang sama. Pada metode Isohyet, dianggap bahwa hujan pada suatu
daerah di antara dua garis Isohyet adalah merata dan sama dengan nilai
rata-rata dari kedua garis Isohyet tersebut. Metode Isohyet merupakan
cara paling teliti untuk menghitung kedalaman hujan rata-rata di suatu
daerah, pada metode ini stasiun hujan harus banyak dan tersebar merata,
metode Isohyet membutuhkan pekerjaan dan perhatian yang lebih banyak
dibanding dua metode lainnya. (Triatmodjo, 2008).
Rumus :
dengan :
P = Rata rata curah hujan wilayah (mm)
P1,2,3,n = Curah hujan masing masing isohiet(mm)
A1,2,3n = Luas wilayah antara 2 isohiet (km2)
keterangan:
XT = besarnya curah hujan yang terjadi dengan kala ulang T
tahun
X = rata-rata hitung variat
Sx = standard deviasi
k = faktor frekuensi (nilai variabel reduksi Gauss)
keterangan:
X = nilai variat pengamatan
Slog X = standart deviasi dari logaritma
n = jumlah data
log X = logaritma rata-rata
k = faktor frekuensi
keterangan:
XT = besarnya curah hujan yang terjadi dengan kala ulang T
tahun
X = rata-rata x maksimum dari seri data Xi
k = faktor frekuensi
keterangan:
log X = logaritma rata-rata
Slog X = standart deviasi dari logaritma
Cs = koefisien kemencengan
k = faktor frekuensi
n = jumlah data
keterangan :
I : intensitas hujan (mm/jam)
R24 : curah hujan maksimum harian dalam 24 jam (mm/jam)
t : lama hujan (jam)
Contoh perhitungan:
Diketahui curah hujan rencana (R) sebesar 123.160 mm pada kala ulang 2
tahun, dengan lama hujan (t) adalah 1 jam. maka perhitungan Intensitas
adalah sebagai berikut:
hubungan antara intensitas dan waktu lama hujan dapat dilihat pada grafik
berikut:
dimana :
IT : Intensitas curah hujan pada suatu periode ulang (T tahun)
RT : Tinggi curah hujan pada periode ulang T tahun (mm/hari)
Dengan nilai yang sama dengan nilai yang digunakan dalam Metode
ternyata nilai intensitas curah hujan selama 5 menit dengan nilai curah
hujan harian mencapai 56 mm/hari dengan menggunakan Metode Van
Breen, nilainya lebih besar dibandingkan dengan perhitungan intensitas
curah hujan menggunakan Metode Mononobe.
dimana :
I : Intensitas curah hujan (mm/jam)
R, Rt : Curah hujan menurut Haspers dan Der Weduwen
t : Durasi curah hujan (jam)
Xt : Curah hujan harian maksimum yang terpilih (mm/hari)
Dengan nilai contoh yang sama, akan tetapi dengan ditambah dengan
durasi 60 menit :
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
http://kumpulengineer.blogspot.co.id/2014/04/perhitungan-intensitas-curah-hujan.html
http://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/iklim/jenis-jenis-hujan
https://id.wikipedia.org/wiki/Hujan