Bab 3 Elektrifikasi Badai Petir - FINAL
Bab 3 Elektrifikasi Badai Petir - FINAL
Bab 3 Elektrifikasi Badai Petir - FINAL
By: Hanung Natendra S - 23210105 Widya Anggoro Putro - 23210106 Bambang Cahyono - 23210109
Referensi
The Institution of Energy and Technology, London, United Kingdom. Power and Energy Series, The Lightning Flash
Thunderstorm
Formasi Awan
Awan di atmosfer terdiri dari tetesan air dan kristal es. Partikel padat dan cair > panjang gelombang cahaya yang dapat dilihat. Udara terkena sinar matahari dipermukaan bumi dan naik ke atas Udara mengalami supersaturasi menjadi uap air. Lifted Condensation Level (1 km)
Awan Petir
Pemisahan muatan listrik : Tumbukan antara graupel dengan kristal es atau dengan partikel graupel lainnya. Partikel graupel terbentuk ketika butiran cairan yang super dingin ditambah dengan butiran es dan membeku sehingga ukurannya bertambah
Metode pengindera jarak jauh Teori G.C. Simpson (pengukuran muatan menggunakan balon) dan C.T.R. Wilson (mengukur jarak petir, perubahan medan elektrostatik saat terjadi petir, mengukur besar dan polaritas muatan) Simpson = Mengukur kerapatan muatan ruang, Wilson = Menentukan besaran muatan yang ditransfer oleh rangkaian petir
wilson
Bentuk, ukuran, intensitas awan petir bervariasi dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Pertimbangan kondisi lingkungan adalah:
Ketersediaan uap air Ketidakstabilan atmosfer Jarak vertikal dari awan apung Ketinggian daerah fasa campuran Konsentrasi aerosol Efek daratan vs lautan
uap air Energi dari awan petir berasal dari energi laten panas yang dilepas ketika uap air berubah menjadi bentuk cair atau padat lewat proses kondensasi, deposisi uap dan pembekuan. Perbedaan temperatur tergantung pada konsentrasi uap air pada kondisi saturasi
daerah fasa
campuran
Dibatasi 0C dan -40C Tinggi pada musim panas 4-5 km dan semakin dekat pada musim dingin
Konsentrasi
aerosol
Mason + Moore & Vonnegut (contd): Elektrifikasi yang kuat terjadi ketika awan memperlihatkan aktivitas konveksi secara cepat dan vertikal Pembentukan muatan dan proses pemisahannya erat berhubungan dengan proses pembentukan hujan Sambaran pertama petir sering terjadi sekitar 12-20 min setelah penampakan partikel hujan. Durasi rata-rata pembentukan petir dari satu awan badai sekitar 30 min
Mekanisme Induksi
Salah satu teori lama yang paling populer Bergantung pada medan listrik vertikal yang ada untuk menginduksikan muatan polarisasi dalam partikel Partikel yang lebih kecil dibawah partikel yang lebih besar, partikel dengan muatan yang berlawanan terpisah dan muatannya menaikkan medan listrik
Kesimpulan mekanisme induksi : Proses transfer muatan dapat dipahami Magnitude transfer muatan bisa dihitung Model yang digunakan oleh masingmasing peneliti berbeda-beda dan juga hasil yang didapatkan, sehingga kesulitan untuk menggabungkan antar hasil uji.
Mekanisme Konveksi
Pertama kali diteliti oleh Grenet, dilanjutkan oleh Vonnegut Teorinya berdasarkan pergerakan partikel ion di atmosfir secara kuat ke arah atas didalam awan badai dan dengan kompensasi ion diluar awan yang bergerak turun Ion Positif yang dihasilkan oleh muatan ditanah bergerak naik hingga ke permukaan awan bagian atas. Kemudian menyebabkan sedikit ion negatif menyisip di bagian atas dan banyak ion negatif bergerak turun kebawah untuk menghasilkan kembali ion positif di tanah.
Mekanisme Konveksi
-
Kesimpulan mekanisme konveksi : Ada pertanyaan dari Chalmers bahwa ion negatif seharusnya juga ikut terbawa bersamaan dengan ion positif saat pergerakan keatas. Standler & Winn juga menunjukkan total point discharge current terlalu kecil untuk menghasilkan petir. Wormell juga menunjukkan bahwa konsentrasi ion tidak cukup untuk meng generate ion berikut untuk siklus selanjutnya. Ada juga yang meragukan mengenai proses waktu dimana point discharge tidak terjadi jika medan yang menginduksi tanah tidak mencapai 800 V/m dan lebih jauh lagi, ion positif butuh waktu untuk mencapai bagian atas awan. Sehingga : Teori konveksi gagal untuk menjelaskan proses awal elektrifikasi awan badai petir.
Muatan listrik negatif ketika kadar air awan tinggi Muatan positif ketika kadar air awan rendah. Dalam kasus terakhir, tanda bisa dibalik untuk negatif dengan memanaskan bola dengan lampu.
Takahashi memutar batang berdiameter 3mm melalui suatu tetesan awan yang sangat dingin dan kristal es pada kecepatan 9m/dtk, menunjukkan bahwa tanda dan besar muatan yang diperoleh di batang dipengaruhi oleh temperatur dan kadar air di awan.
Temperatur sekitar -10C muatan di batang (+) di semua kadar air awan Temperatur lebih rendah muatan(+) pada kadar air tinggi dan rendah, tapi
Studi serupa dilakukan oleh Jayaratne, menunjukkan bahwa butir graupel mengikuti interaksi kristal es:
Memberikan muatan positif pada temperatur dan kadar air tinggi di awan Muatan negatif pada temperatur dan kadar air lebih rendah
Muatan yang diperoleh dari kejadian pemantulan kristal es dengan butir graupel yang bergerak pada kecepatan 3m/detik melalui mixed cloud.
Pada kadar air 1gr/m3 perubahan tanda muatan terjadi di temperatur 20C. Gambar di samping juga menjelaskan bahwa temperatur pembalikan muatan akan tinggi pada kadar air rendah.
Kadar air 0.2g/m3 temperatur pembalikan muatan 10C.
Penelitian Jayaratne tersebut juga digunakan untuk menjelaskan kehadiran struktur muatan tripolar klasik di awan petir.
Pada temperatur di atas temperatur pembalikan tanda muatan graupel akan memiliki muatan (+) dan kristal rebound akan membawa muatan negatif pada updraughts. Di bagian atas awan, pada temperatur rendah kristal akan membawa muatan (+) membentuk pusat muatan (+) di bagian atas awan. Butiran yang jatuh membawa muatan (-) dan ditambah dengan kristal es dari bawah, membentuk pusat muatan (-) pada temperatur pembalikan tanda.
Baker dkk mengembangkan studi Jayaratne sampai suhu 35C perubahan tanda terjadi pada suhu 18C
Kadar air di awan = 0.3 gr/m3 Rata-rata ukuran kristal = 40 m Konsentrasi kristal = 50/ml Kecepatan = 3m/detik
Target pengembunan :
menangkap butiran air yang sangat dingin Butiran air juga bertambah akibat proses diffusi dari penguapan lingkungan.
Waktu proses pembekuan butiran air pada permukaan embun tergantung pada suhu;
pada suhu yang rendah: pembekuan butiran cepat, hanya ada sedikit uap yang terlepas pada suhu yang lebih tinggi lebih banyak uap terlepas
Muatan dipermukaan tergantung pada pertumbuhan rata-rata; partikel yang tumbuh dengan cepat
mempunyai lapisan dengan permukaan yang lebih tipis mempunyai lebih banyak muatan negatif saat
Caranti dan Illingworth pengembunan pada permukaan es mempunyai potential yang lebih negatif dibandingkan dengan permukaan yang tidak mengalami pengembunan.
Potensial kontak menjadi lebih negatif dengan menurunnya suhu hingga mencapai harga yang sebenarnya sekitar -400 mV pada suhu sekitar 20 0C. Hipotesa mereka kristal es bertumbukan dengan permukaan yang mengembun menyebabkan charging negatif pada awan karena perbedaan potensial kontak antara kristal dan permukaan yang mengembun.
Caranti (1985) menemukan perubahan pada potential kontak berhubungan dengan perubahan penguapan. Avila dan Caranti (1991, 1992) percobaan yang menggunakan butiran es yang berinteraksi dengan permukaan yang mengalami pengembunan
mekanisme potensial kontak tidak dapat aktif karena kedua permukaan yang berinteraksi yang mempunyai potensial kontak yang sama telah dibentuk akibat proses pembekuan yang cepat dari air yang sangat dingin.
Percobaan Jayaratne and Saunders spektrum ukuran droplet berperan penting dalam menentukan tanda muatan yang terpisah selama tabrakan antara graupel dan kristal es (percobaan dilakukan dengan rata-rata diameter droplet awan 10 m diperbesar sampai 30 m). Jayaratne dan Saunders mengulangi percobaan menggunakan ukuran droplet lebih kecil ( diameter kurang dari 4m)
Diperoleh hasil, pada suhu 10C graupel bermuatan (-). Dengan spektrum ini, maka pengaruh muatan-temperatur pembalikan muatan akan berubah dibandingkan dengan menggunakan ukuran sebelumnya
Droplet dengan ukuran lebih besar lebih menyebar dan membeku seperti hemispheres;, sementara droplet ukuran lebih kecil lebih terkonsentrasi dan membeku seperti spheres dan sering membentuk struktur seperti rantai.
Area pertemuan graupel dan droplet meningkat seiring ukuran droplet droplet lebih besar memberikan kondukti panas lebih besar Pada ambient temperatur sama, droplet lebih besar akan membuat partikel graupel lebih hangat Efek ini dapat memprediksi tanda pengisian muatan graupel dengan ukuran droplet besar/kecil
Pada jumlah yang sama, droplet ukuran kecil akan menghasilkan area pertumbuhan lebih besar di permukaan graupel.
Pada temperatur dan laju pertambahan pengembunan yang sama, kristal akan memiliki kesempatan lebih besar untuk menemukan area pertumbuhan
Droplet ukuran besar mempunyai area permukaan lebih kecil dibandingkan droplet kecil pada massa yang sama. Pada temperatur dan laju pertambahan pengembunan yang sama, droplet besar menyediakan uap ke permukaan graupel lebih sedikit.
Efek ini dapat memprediksi tanda pengisian muatan graupel (-)/(+)dengan ukuran droplet besar/kecil
Efek ukuran droplet awan terhadap laju pertumbuhan kristal es (lebih kecil, lebih cepat):
Laju pertumbuhan kristal meningkat jika droplet lebih banyak Pada kadar air yang sama, flux penguapan lebih besar pada droplet kecil (karena mempunyai area lebih besar) Pertumbuhan kristal lebih cepat di awan dengan droplet kecil Laju pertambahan embun sama (droplet kecil memiliki efisiensi tabrakan lebih kecil)
Pertumbuhan kristal yang lebih cepat memberikan muatan lebih (-) berdasarkan hipotesa laju pertumbuhan relatif
Kotoran kimia mempunyai efek yang besar pada tanda transfer muatan saat tabrakan antar es:
NaCl pada embun graupel bermuatan (-) Garam amonium graupel bermuatan (+)
Pengisian muatan setiap tabrakan kristal sebagai fungsi temperatur. Awam mengandung cairan asam sulfat dan NaCl
Saat ini, belum ada penjelasan yang masuk akal tentang perbedaan pengisian muatan tersebut
Mobilitas ion di air dan es berbeda-beda. Contoh: ion Cl- lebih mudah berdifusi ke es dibandingkan ion Na+.
Sehingga pemukaan es yang terkontaminasi NaCl, akan bermuatan (+) di sekitar lapisan kuasi-cair. Hal ini berdampak kristal es akan menghilangkan muatan (+) pada lapisan ini sehingga graupel bermuatan (-)
Pengaruh chemical impurities dalam menentukan tanda dan besar muatan yang terpisah saat terjadi tabrakan antar partikel es :
masih merupakan suatu misteri belum dapat dijelaskan dengan suatu hipotesa.
Sangat masuk akal apabila membayangkan badai petir di beberapa lokasi geografis yang berbeda akan mengandung inti kondensasi awan berupa macammacam zat kimia, seperti kelebihan garam di awan daerah pantai dan maupun laut. Badai petir di seluruh dunia menunjukkan struktur muatan yang mirip. Pertanyaan-pertanyaan ini menimbulkan kesulitan besar untuk menjelaskan elektrifikasi badai dalam hal mekanisme pengisian es-es non-konduktif.
Medan listrik yang berkembang dalam thunderstorm (hujan angin disertai petir dan guruh) mencapai orde 100 kV/m
Medan ini cukup tinggi untuk mempengaruhi perilaku awan dan partikel-partikel endapan (precipitation particles).
Richards dan Dawson (1971) menaikkan tetes air pada terowongan angin (wind tunnel) dan menerapkan medan listrik vertikal yang menyebabkan distorsi tetesan.
Untuk tetes radius 3mm, medan kritis sekitar 900 kV/m.
Mendeteksi corona pada medan sampai serendah 250 kV/m menunjukkan bahwa interaksi partikel dapat memulai petir.
Medan listrik pada thunderstorm dapat mengubah kecepatan jatuh partikel-partikel bermuatan
Penutup
Masih ada masalah-masalah mengenai elektrifikasi thunderstorm yang belum terungkap, misalnya:
Apakah jelas bahwa materi permukaan, yang bisa mengangkut muatan, dialihkan selama proses kontak? Masalah lain yang perlu dijelaskan adalah pengamatan Curran dan Rust (1992) bahwa thunderstorm pengendapan rendah menghasilkan pukulan petir positif ke tanah (ground).