RMK TA Manajemen Laba

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

Manajemen Laba

Pengertian Manajemen Laba


Pengertian manajemen laba oleh Scoot (2000) adalah sebagai pemilihan kebijakan
akuntansi oleh manajer. Scoot mengungkapkan terdapat dua cara untuk memahami
manajemen laba.
Pertama, sebagai perilaku oportunistik manajemen untuk memaksimumkan
utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang dan biaya politik.
Kedua, memandang manajemen laba dari perspektif kontrak efisien, dimana
manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka
dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk
keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak.

Faktor-Faktor Manajemen Laba


Faktor-faktor manajemen laba yang diajukan Watt dan Zimmerman (1996) dalam
Sugiri (1998) adalah:
Bonus Plan Hypothesis
Manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan utilitasnya yaitu
bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan bonus terbesar berdasarkan
earnings lebih banyak menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan laba yang
dilaporkan.
Dalam kontrak bonus dikenal dua istilah yaitu bogey (tingkat laba terendah untuk
mendapatkan bonus) dan cap (tingkat laba tertinggi). Jika laba berada di bawah
bogey, maka tidak akan ada bonus yang diperoleh manajer sebaliknya jika laba
berada di atas cap, maka manajer juga tidak akan mendapat bonus tambahan. Jika
laba bersih berada di bawah bogey, manajer cenderung memperkecil laba dengan
harapan memperoleh bonus labih besar pada periode berikutnya, begitu pula
sebaliknya. Jadi manajer hanya akan menaikkan laba jika laba bersih berada diantara
bogey dan cap
Debt to Equity Hypothesis
Manajer perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian kredit cenderung memilih
metode akuntansi yang memiliki dampak meningkatkan laba (Sweeney, 1994). Hal ini untuk
menjaga reputasi mereka dalam pandangan pihak eksternal. Perusahaan yang mempunyai
rasio debt to equity cukup tinggi akan mendorong manajer perusahaan untuk menggunakan
metode akuntansi yang dapat meningkatkan pendapatan atau laba, menyebabkan perusahaan
kesulitan dalam memperoleh dana tambahan dari pihak kreditor bahkan perusahaan terancam
melanggar perjanjian hutang.
Political Cost Hypothesis
Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan tersebut memilih
metode akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut dikarenakan laba yang tinggi membuat
pemerintah akan segera mengambil tindakan seperti: mengenakan peraturan antitrust,
menaikkan pajak pendapatan perusahaan, dan lain-lain.

Motivasi Manajemen Laba


Scoot (1999) dalam Syukriy (1999) mengemukakan beberapa motivasi terjadinya
manajemen laba :
Bonus Purpose
Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak secara
opportunistic untuk mengatur laba bersih tersebut sehingga dapat memaksimalkan bonus
mereka berdasarkan compensation plans perusahaan.
Political Motivations
Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada perusahaan publik.
Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan karena adanya tekanan publik yang
mengakibatkan pemerintah menetapkan aturan yang lebih ketat.
Taxation Motivation
Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata. Berbagai
metode akuntansi digunakan dengan tujuan penghematan pajak pendapatan.
Pergantian CEO
CEO yang mendekati masa pensiun cenderung akan menaikkan laba untuk meningkatkan
bonus mereka. Demikian juga dengan CEO yang kurang berhasil memperbaiki kinerja
perusahaan, mereka akan memaksimalkan laba agar tidak diberhentikan.
Initial Public Offering (IPO)
Perusahaan yang akan go public belum memiliki harga pasar sehingga perlu menetapkan nilai
saham yang akan ditawarkan. Hal ini menyebabkan manajer perusahaan yang going public
melakukan manajemen laba untuk memperoleh harga yang lebih tinggi atas sahamnya.
Pentingnya Memberi Informasi Kepada Investor
Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada investor sehingga
pelaporan laba perlu disajikan agar investor dapat menilai bahwa perusahaan tersebut dalam
kinerja yang baik.

Pola Manajemen Laba


Pola manajemen laba menurut Scoot (2000) dalam Rahmawati (2000) dapat dilakukan
dengan cara:
Taking a Bath
Taking a bath terjadi pada saat reorganisasi seperti pengangkatan CEO baru. Teknik ini
mengakui adanya biaya-biaya pada periode yang akan datang dan kerugian periode berjalan
sehingga mengharuskan manajemen membebankan perkiraan-perkiraan biaya mendatang
akibatnya laba periode berikutnya akan lebih tinggi.
Income Minimazation
Dilakukan pada saat perusahaan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang
tinggi sehingga jika laba periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan
mengambil laba periode sebelumnya.
Income Maximization
Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk
melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yamg lebih besar. Pola ini dilakukan
oleh perusahaan untuk menghindari pelanggaran atas kontrak hutang jangka panjang.
Income Smoothing
Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat
mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor menyukai laba
yang relatif stabil.
Offsetting extraordinary/unusual gains
Teknik ini dilakukan dengan memindahkan efek-efek laba yang yang tidak biasa atau
temporal yang berlawanan dengan trend laba
Aggresive accounting applications
Teknik yang diartikan sebagai salah saji (misstatement) dan dipakai untuk membagi laba
antar periode.
Timing Revenue dan Expense Recognition
Teknik ini dilakukan dengan membuat kebijakan tertentu yang berkaitan dengan timing suatu
transaksi. Misalnya pengakuan prematur atas pendapatan.

Teknik Manajemen Laba


Teknik manajemen laba menurut Setiawati dan Naim (2000) dapat dilakukan dengan tiga
teknik, yaitu:
Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi.
Cara manajemen mempengaruhi laba melalui judgement (perkiraan) terhadap estimasi
akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi biaya garansi, amortisasi
aktiva tak berwujud,dan lain-lain.
Mengubah metode akuntansi.
Perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi, contoh:
merubah depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis lurus.
Menggeser periode biaya atau pendapatan.
Contoh rekayasa periode biaya atau pendapatan antara lain: mempercepat/menunda
pengeluaran promosi sampai periode berikutnya, menunda/mempercepat pengiriman produk
ke pelanggan, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tak dipakai.

A. Review Jurnal
1. Judul Jurnal
Judul dari penelitian ini adalah ANALISIS PENGARUH UKURAN
PERUSAHAAN DAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE
TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2006-2008) yang diteliti oleh
Restie Ningsaptiti.
2. Latar Belakang Masalah
Manajemen laba muncul sebagai dampak masalah keagenan yang terjadi
karena adanya ketidakselarasan kepentingan antara pemegang saham (principal) dan
manajemen perusahaan (agent). Sebagaimana diungkapkan oleh Veronica dan
Bachtiar (2004) corporate governance adalah salah satu cara untuk mengendalikan
tindakan oportunistik yang dilakukan manajemen. Ada empat mekanisme corporate
governance yang dapat digunakan untuk mengatasi konflik keagenan, yaitu
meningkatkan kepemilikan manajerial, meningkatkan kepemilikan institusional,
komisaris independen dan komite audit (Andri dan Hanung, 2007).
Penerapan corporate governance secara konsisten yang berprinsip pada
keadilan, transparansi, akuntanbilitas, dan pertanggungjawaban terbukti dapat
meningkatkan kualitas laporan keuangan. Dengan adanya prinsip good corporate
governance tersebut diharapkan dapat menjadi penghambat aktivitas rekayasa kinerja
yang mengakibatkan laporan keuangan tidak mengambarkan nilai fundamental
perusahaan.
Penelitian ini berusaha menyelidiki adanya praktik manajemen laba serta
menguji kembali faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti konsentrasi
kepemilikan, ukuran perusahaan, dan mekanisme corporate governance. Selain itu,
penelitian ini juga menambahkan variabel komite audit sebagai proksi mekanisme
corporate governance karena dalam penelitian Wilopo (2004) variabel ini ditemukan
berhubungan secara signifikan dengan manajemen laba.
3. Rumusan Masalah
Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba?
Apakah mekanisme corporate governance (konsentrasi kepemilikan, komposisi dewan
komisaris, spesialisasi industri KAP dan komposisi komite audit) berpengaruh terhadap
manajemen laba?
4. Landasan Teori
Teori Keagenan (Agency Theory)
Perspektif agency theory merupakan dasar yang digunakan untuk memahami corporate
governance. Menurut Jensen dan Meckling (1976) agency theory adalah sebuah kontrak
antara manajer (agent) dengan pemilik (principal). Agar hubungan kontraktual ini dapat
berjalan dengan lancar, pemilik akan mendelegasikan otoritas pembuatan keputusan kepada
manajer. Perencanaan kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan manajer dan
pemilik dalam hal konflik kepentingan inilah yang merupakan inti dari agency theory.
Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan suatu ringkasan dari suatu proses pencatatan dari transaksi-
transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan. Laporan keuangan ini
dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas
yang dibebankan kepadanya oleh pemilik perusahaan serta sebagai laporan kepada pihak-
pihak diluar perusahaan.
Laba
Chariri dan Ghozali (2003) menyatakan bahwa laba adalah laba akuntansi yang merupakan
selisih pengukuran pendapatan dan biaya. Menurut Statement of Financial Accounting
Concept (SFAC) No. 1, informasi laba memiliki manfaat dalam menilai kinerja manajemen,
membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif dalam jangka panjang,
memprediksi laba dan menaksir risiko dalam investasi.
Corporate Governance
Good corporate governance adalah sistem, proses, dan seperangkat peraturan yang mengatur
hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) terutama dalam arti
sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi
tercapainya tujuan perusahaan. Sedangkan tujuan dari good corporate governance adalah
untuk menciptakan nilai tambah (value added) bagi semua pihak yang berkepentingan
(stakeholders).
Manajemen Laba
Pengertian manajemen laba oleh Scoot (2000) adalah sebagai pemilihan kebijakan akuntansi
oleh manajer. Scoot mengungkapkan terdapat dua cara untuk memahami manajemen laba.
Pertama, sebagai perilaku oportunistik manajemen untuk memaksimumkan utilitasnya dalam
menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang dan biaya politik. Kedua, memandang
manajemen laba dari perspektif kontrak efisien, dimana manajemen laba memberi manajer
suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi
kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam
kontrak.

5. Metode Penelitian
6. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan pengujian yang dilakukan, hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini
disebabkan karena perusahaan besar biasanya memiliki peran sebagai pemegang
kepentingan yang luas sehingga lebih diperhatikan oleh masyarakat. Akibatnya,
perusahaan akan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan untuk
menghasilkan laporan yang akurat.
Berdasarkan pengujian yang dilakukan, hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa konsentrasi kepemilikan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Ini
artinya kepemilikan institusional maupun manajerial tidak mampu mengurangi
aktivitas manajemen laba.
Berdasarkan pengujian yang dilakukan, hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa komposisi dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen
laba, berarti banyaknya jumlah anggota komisaris independen dalam perusahaan
belum berhasil mengurangi manajemen laba yang terjadi.
Berdasarkan pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa spesialisasi
industri auditor berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba karena KAP
yang memiliki banyak klien dalam industri yang sama, akan memiliki pemahaman
yang lebih dalam tentang resiko audit khusus yang mewakili industri tersebut.
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa komposisi dewan
komite tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini berarti komite
audit yang diukur dari persentase jumlah anggota komite audit yang berasal dari luar
perusahaan belum dapat mengurangi manajemen laba yang dilakukan oleh pihak
manajemen dalam suatu perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai