0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
62 tayangan9 halaman

BAB II Tujuan, Kebijakan Dan Strategi

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 9

2.1.

TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA TANGERANG


Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Tangerang dirumuskan untuk
mengatasi permasalahan tata ruang dan sekaligus memanfaatkan potensi
yang dimiliki, serta mendukung terwujudnya tujuan dan sasaran
pembangunan kota dalam jangka panjang.

1) Permasalahan pokok dalam penataan ruang wilayah Kota Tangerang ke


depan adalah :

Banjir di Kota Tangerang yang disebabkan oleh sumber-sumber banjir


seperti Sungai Cisadane, Cirarab, Sabi dan Angke, serta beberapa situ,
yakni Situ Cipondoh, Situ Bulakan dan Situ Cangkring.
Gangguan lalu lintas yang ditimbulkan akibat tumbuhnya sektor
perdagangan dan jasa yang tidak terkendali, dan hal ini juga
menyebabkan penurunan fungsi jalan.
Tidak tersedianya ruang bagi ruang terbuka hijau.
Kawasan industri yang terus mengalami penurunan kualitas terutama di
Kecamatan Jatiuwung.
Banyaknya lahan kosong yang sudah dikuasi oleh pengembang.
2) Sedangkan potensi yang dapat dikembangkan untuk mendukung
penataan ruang wilayah Kota Tangerang 20 tahun mendatang adalah :

Pengembangan wilayah pusat yang baru.


Investasi bagi pemilik modal untuk pengembangan perumahan sehat
sederhana.
Penyediaan bagi ruang terbuka hIjau, bukan saja sebagai areal resapan
air, tapi juga merupakan paru-paru kota bagi Kota Tangerang.
3) Tujuan atau Visi Pembangunan Daerah Jangka Panjang Kota Tangerang
adalah : Kota Industri, Perdagangan dan Jasa Yang Maju dan Lestari
Bab II | 1
Berlandaskan Akhlakul Karimah. Dalam jangka waktu 20 tahun ke depan
Kota Tangerang diharapkan menjadi kota yang tidak semata diorientasikan
pada upaya menumbuhkembangkan perekonomian, namun juga harus
berpijak pada prinsip untuk menjaga daya dukung dan daya tampung
lingkungan, dengan sumberdaya manusia berpendidikan yang tinggi,
kualitas pelayanan sosial yang lebih baik, struktur ekonomi berbasis
industri dan jasa yang tangguh, meningkatnya kualitas pelayanan publik,
meningkatnya ketentraman dan ketertiban umum, meningkatnya peran
serta rakyat secara nyata dan aktif dalam segala aspek kehidupan,
terwujudnya supremasi hukum dan terpeliharanya budaya demokrasi yang
berlandaskan Akhlakul Karimah.

4) Misi atau sasaran Pembangunan Daerah Jangka Panjang Kota Tangerang


yang ingin dicapai terkait adalah :

a. Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Berakhlak Mulia, Maju dan


Berdaya Saing;

b. Mewujudkan Perekonomian yang Maju dan Berdaya Saing;

c. Mewujudkan Lingkungan Hidup yang Asri dan Lestari.

d. Mewujudkan Pelayanan Prasarana, Sarana dan Fasilitas Kota yang


Memadai dan Berdaya Saing

e. Mewujudkan Penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik dan Bersih

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan pokok di atas, dirumuskan Tujuan


Penataan Ruang Wilayah Kota Tangerang sebagai berikut :

Mewujudkan ruang Kota sebagai pusat pelayanan perdagangan dan


jasa, industri, serta pendidikan regional berwawasan lingkungan dan
budaya sebagai bagian dari Kawasan Strategis Nasional Jakarta, Bogor,
Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur (Jabodetabekpunjur)

2.2. KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH


KOTA TANGERANG

Bab II | 2
Untuk mewujudkan Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Tangerang
berdasarkan pada kedudukan, peran dan fungsi Kota Tangerang terhadap
DKI Jakarta dan kota-kota lain di sekitarnya, maka perlu diterapkan konsep
pengembangan megapolitan network city. Kota Tangerang tidak selalu
hanya berfungsi sebagai pendukung kota inti (Jakarta) saja, tapi harus
mampu berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki, seperti mengambil
added value dari keberadaan Bandara Internasional Soekarno - Hatta:
1. MICE (meeting incentive convention exhibition)
Dengan posisi Kota Tangerang yang berdekatan dengan Bandara
Internasional Soekarno Hatta, Kota Tangerang diharapkan sebagai pintu
gerbang kedua, setelah DKI Jakarta, sebagai meeting point bagi
pendatang dari luar negeri maupun penduduk dalam negeri yang dari/ke
Bandara Internasional Soekarno Hatta.
2. International Logistic Area
3. Home Equipment Center
4. Fasiltas Berstandar Internasional
Pelayanan fasilitas dengan standar internasional seperti rumah sakit,
sarana pendidikan, sarana hiburan dan rekreasi yang dilengkapi dengan
teknologi yang maju.
5. Gerbang pariwisata Provinsi Banten (budaya, kuliner, religius, alam,
belanja)
Dengan karakteristik Kota Tangerang yang unik, diharapkan Kota
Tangerang dapat menjadi gerbang pariwisata di Provinsi Banten.
6. Industri: dari manufacture ke creative industry (animasi, film, musik,
fashion, dll)
7. Network development Competition - Cooperation
Disusun Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kota Tangerang yang mencakup
kebijakan pengembangan struktur ruang dan kebijakan pengembangan pola
ruang. Kebijakan pengembangan pola ruang kota dibagi menjadi kebijakan
pengembangan kawasan lindung, kebijakan pengembangan kawasan
budidaya dan kebijakan pengembangan kawasan strategis kota. Masing-
masing kebijakan tersebut dijabarkan ke dalam langkah-langkah operasional
atau strategi untuk mencapai tujuan penataan ruang yang telah ditetapkan.

2.2.1. KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN STRUKTUR RUANG


Bab II | 3
KOTA TANGERANG
Kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang wilayah Kota Tangerang
sampai tahun 2030 meliputi:
1) Pengembangkan pusat-pusat pelayanan agar lebih kompetitif dan
lebih efektif dengan mengembangkan fungsinya secara berhierarki
dan dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjangnya.
Strategi:
a. mengembangkan kota di wilayah Tengah dan Timur sebagai pusat
komersial dengan skala layanan regional dan/atau internasional
berwawasan lingkungan;
b. membatasi perkembangan kota di wilayah utara dengan
mengutamakan keselamatan operasi penerbangan dan
mengembangkan fasilitas yang dapat menunjang kegiatan Bandar
Udara Internasional Soekarno-Hatta;
c. mengembangkan industri ramah lingkungan di wilayah barat; dan
d. mengembangkan permukiman dan perumahan berwawasan
lingkungan di wilayah timur dan wilayah selatan.
2) Peningkatan akses ke pusat-pusat pelayanan kota dan ke luar
wilayah kota secara merata dan berhierarki.
Strategi:
a. meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan
keterpaduan pelayanan transportasi ramah lingkungan yang
berkelanjutan (environmentally sustainable transportation);
b. meningkatkan kapasitas jaringan jalan yang mendorong interaksi
kegiatan antar pusat pelayanan kegiatan kota;
c. mengembangkan jalan lingkar dalam (inner ring road) dan jalan lingkar
luar (outer ring road);
d. meningkatkan pelayanan moda transportasi yang mendukung tumbuh
dan berkembangnya pusat pelayanan kegiatan kota;
e. mengembangkan sistem transportasi massal; dan
f. mengembangkan terminal angkutan umum regional dan terminal
angkutan umum dalam kota.

Bab II | 4
3) Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana
dan infrastruktur perkotaan yang terpadu dan merata di seluruh
wilayah kota.
Strategi:
a. mengembangkan sistem jaringan prasarana transportasi jalan dan
kereta api dalam mendukung pertumbuhan dan pemerataan
pembangunan;
b. mengembangkan jaringan prasarana telekomunikasi yang diutamakan
pada kawasan komersial, industri, fasilitas umum, dan permukiman;
c. meningkatkan pelayanan jaringan prasarana energi secara optimal dan
efisien;
d. mengembangkan pengelolaan jaringan prasarana sumberdaya air
sebagai upaya penyediaan sumber air baku dan pengendalian banjir;
e. meningkatkan kualitas pelayanan dan sistem pengelolaan air minum;
f. mengembangkan sistem pengelolaan air limbah domestik dan non
domestik;
g. meningkatkan pelayanan dan optimalisasi sistem persampahan;
h. mengembangkan sistem drainase;
i. mengembangkan jalur pedestrian sepanjang jalur utama kota,
kawasan komersial, dan fasilitas umum; dan
j. menyediakan sarana dan prasarana mitigasi bencana.

2.2.2. KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN POLA RUANG KOTA


TANGERANG
Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang wilayah Kota Tangerang
terdiri dari kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung dan
kawasan budidaya sampai tahun 2030 meliputi:

A. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Lindung


1) Pengembangan kawasan lindung dengan meningkatkan kualitas
kawasan lindung agar sesuai dengan fungsi perlindungannya
sehingga terjaga kelestariannya.
Strategi:
a. menetapkan kawasan lindung di wilayah kota untuk mendukung
ruang terbuka hijau kota;
Bab II | 5
b. meningkatkan dan mengembalikan fungsi kawasan lindung yang
telah menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya, dalam
rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem;
c. mempertimbangkan daya tampung dan daya dukung lingkungan
hidup dalam mengarahkan kegiatan pembangunan fisik; dan
d. meningkatkan jumlah RTH hingga mencapai 30% pada akhir tahun
perencanaan.
2) Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
Strategi:
a. mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau
tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang
mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang
pembangunan yang berkelanjutan;
b. mengarahkan orientasi pembangunan sepanjang sungai dengan
menjadikan sungai sebagai bagian dari latar depan; dan
c. mendorong terselenggaranya pembangunan kawasan yang dapat
menjamin tetap berlangsungnya konservasi air dan tanah,
menjamin tersedianya air tanah dan air permukaan, serta
menanggulangi banjir dengan mempertimbangkan daya dukung
lingkungan yang berkelanjutan dalam pengelolaan kawasan.

B. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya


1) Pengembangan kawasan budidaya dengan meningkatkan
produktivitas kawasan namun tidak melampaui daya dukung dan
daya tampung lingkungan.
Strategi:
a. mempertahankan kawasan pertanian yang didukung oleh jaringan
irigasi teknis sebagai komponen pendukung konservasi kawasan;
b. mengembangkan kegiatan budi daya unggulan beserta prasarana
secara sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong
pengembangan perekonomian;
c. mengurangi dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak
menurunkan kualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan;

Bab II | 6
d. mengembangkan fungsi-fungsi perkotaan dengan tetap
memperhatikan penyediaan ruang terbuka hijau melalui pengaturan
intensitas ruang; dan
e. mengembangkan kawasan permukiman berdasarkan tingkat hunian
padat dan sedang disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan
kawasan dan didukung dengan akses yang baik.
2) Pengembangan pusat-pusat perdagangan dan jasa guna
meningkatkan daya saing kota.
Strategi:
a. menetapkan dan mengintensifkan kawasan perdagangan dan jasa
skala internasional dan regional pada kawasan pusat-pusat
pelayanan kota;
b. mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa di tiap-tiap sub
pusat pelayanan kota dengan memperhatikan karakteristik
kawasan;
c. mengatur kawasan perdagangan dan jasa yang berkembang
secara linier pada jalan-jalan utama kota sesuai dengan
karakteristik kawasan;
d. mengembangkan pola penggunaan lahan campuran di kawasan
perdagangan dan jasa seperti pendekatan super blok atau mix-
used pada kawasan pelayanan kota; dan
e. menyediakan ruang bagi pedagang kaki lima di setiap pusat
perbelanjaan sesuai ketentuan peraturan dan kondisi sosial
lingkungan.
3) Pengendalian dan intensifikasi kawasan peruntukan industri serta
mengembangkan industri kreatif.
Strategi:
a. melakukan penataan kegiatan industri dengan mengarahkan
kepada industri yang ramah lingkungan;
b. menumbuhkembangkan sektor industri kreatif sebagai salah satu
penggerak perekonomian kota;
c. melakukan pengawasan dan pengendalian setiap kegiatan industri
agar tidak merusak kawasan lindung dan lingkungan hidup;

Bab II | 7
d. mewajibkan untuk menjaga keseimbangan lingkungan dengan
mengelola limbah cair, padat maupun gas hingga mencapai
kualitas baku mutu lingkungan yang disyaratkan, dan melakukan
pengelolaan bahan B3 dan limbah B3; dan
e. mewajibkan penyediaan prasarana dan sarana yang memadai bagi
pengembangan kegiatan industri.
4) Pengembangan fasilitas pendidikan regional.
a. merencanakan persebaran sarana pendidikan berdasarkan skala
pelayanannya;
b. mendukung pengembangan sarana pendidikan dan kawasan
Perguruan Tinggi; dan
c. mengembangkan sarana dan prasarana yang mendukung fasilitas
pendidikan regional.
5) Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan
negara.
a. mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi
khusus pertahanan dan keamanan;
b. mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di
sekitar kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi
pertahanan dan keamanan;
c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budi daya
tidak terbangun di sekitar kawasan strategis nasional dengan
kawasan budi daya terbangun; dan
d. turut serta menjaga dan memelihara asset-aset pertahanan/TNI.

2.2.3. KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS


KOTA TANGERANG
Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis Kota Tangerang
sampai tahun 2030 meliputi:
1) Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup.
Strategi:

Bab II | 8
a. menetapkan daerah perairan dan sempadan Sungai Cisadane serta
situ yang ada di dalam wilayah Kota Tangerang sebagai kawasan
strategis kota berfungsi lindung;
b. mencegah pemanfaatan ruang yang berpotensi mengganggu dan
mengurangi fungsi lindung pada kawasan sempadan sungai dan situ;
dan
c. merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak
pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar
sempadan sungai dan situ.
2) Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam
pengembangan perekonomian kota.
Strategi:
a. mengembangkan kawasan pusat kota baru sebagai salah satu pusat
pelayanan kota dengan fungsi pusat pemerintahan serta perdagangan
dan jasa skala regional dan nasional yang berwawasan lingkungan;
b. mengembangkan kawasan di sepanjang sisi Jalan Tol Jakarta -
Tangerang sebagai kawasan ekonomi prospektif;
c. menata kawasan peruntukan industri di Kecamatan Jatiuwung dengan
mengembangkan industri yang ramah lingkungan; dan
d. meningkatkan prasarana dan sarana penunjang kegiatan pada
kawasan strategis ekonomi.
3) Pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya lokal.
Strategi:
a. merehabilitasi dan menata kawasan wisata kota lama;
b. mempertahankan dan melestarikan bangunan cagar budaya; dan
c. mengembangkan atraksi dan sarana serta prasarana pariwisata.

Bab II | 9

Anda mungkin juga menyukai