Makalah Uji Klinis Dan PraKlinis
Makalah Uji Klinis Dan PraKlinis
Makalah Uji Klinis Dan PraKlinis
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas anugerahNya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul UJI
PRAKLINIK DAN KLINIK SEDIAAN OBAT dengan baik.
Tak lupa juga penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam pembuatan makalh ini dengan baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Karena itu, kritik maupun saran dari pembaca sangat diharapkan.
Akhir kata penulis ucapkan limpah terimakasih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Jika diketahui bahwa perbedaan kemaknaan klinis antara 2 obat yang diuji tidak
begitu besar, maka diperlukan jumlah sampel yang besar.
2. Keragaman hasil.
Makin kecil keragaman hasil uji antar individu dalam kelompok yang sama, maka
makin sedikit jumlah subjek yang diperlukan.
Makin besar kebermaknaan statistik yang diharapkan dari uji klinik, maka makin
besar pula jumlah subjek yang diperlukan.
Salah satu contoh cara penghitungan besar sampel antara lain, apabila kita ingin
membandingkan 2 jenis obat, A dan B, di mana diperkirakan bahwa prosentase
kesembuhan setelah pemberian obat A adalah 95%, sementara prosentase
kesembuhan pada pemberian obat B 90%. Dengan menentukan (kesalahan tipe I)
dan (kesalahan tipe II), maka digunakan cara penghitungan sbb,
P1x (100-P1) + P2x (100-P2) n(per group) =
--------------------------
-----
-----------------------x f (,)(P1-P2)2
di mana,
n = jumlah sampel per perlakuan
P1 = prosentase keberhasilan yang diharapkan dari perlakuan 1, misalnya pada
contoh diatas adalah 95%
P2 = prosentase keberhasilan yang diharapkan dari perlakuan 2, misalnya pada
contoh diatas adalah 90%
= kesalahan tipe I, misalnya 0,05
=kesalahan tipe II, misalnya 0,1f (, ) = 10,5
Maka jumlah sampel per perlakuan yang diperlukan adalah,
95 x (100-95) + 90 (100-90)n (per group)=
--------------------------------------------x 10,5(95 -90)295 x 5 + 90 x 10=
---------------------------------------------x 10,5(5)2=578 pasien
Sehingga jumlah sampel keseluruhan = 578 x 2 = 1156 atau dibulatkan menjadi
1200.
6. Penyamaran/pembutaan (blinding)
Yang dimaksud dengan penyamaran di sini adalah merahasiakan bentuk terapi
yang diberikan. Dengan penyamaran, maka pasien dan/atau pemeriksa tidak
mengetahui yang mana obat yang diuji dan yang mana pembandingnya. Biasanya
bentuk obat yang diuji dan pembandingnya dibuat sama. Tujuan utama
penyamaran ini adalah untuk menghindari bias (pracondong) pada
penilaianrespons terhadap obat yang diujikan. Penyamaran dapat dilakukan
secara:
3. Kriteria tambahan.
4. Pemantauan pasien.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Semua hasil pengamatan pada hewan menentukan apakah dapat diteruskan
dengan uji pada manusia. Ahli farmakologi bekerja sama dengan ahli teknologi
farmasi dalam pembuatan formula obat, menghasilkan bentuk-bentuk sediaan obat
yang akan diuji pada manusia.
Cara yang digunakan untuk mengetahui tingkat keamanan obat yaitu melalui uji
praklinik dan uji klinik.
Tidak setiap uji klinik yang dipublikasi bisa begitu saja diterima dan diterapkan
dalam praktek, oleh karena sering hasil
yang dilaporkan tidak berdasarkan pada metodologi yang diperlukan. Menilai
hasil suatu uji klinik, sebenarnya adalah menilai apakah prinsip-prinsip
metodologi uji klinik atau komponen-komponen yang diperlukan telah dipenuhi.
3.2. SARAN
Dengan dilakukannya uji praklinik dan uji klinik dari suatu sediaan obat,
maka sangat diharapkan partisipasi dari semua siswa maupun farmasis mampu
memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ini dalam dunia kefarmasian,
khususnya dalam penemuan obat-obat baru.
DAFTAR PUSTAKA
Hoan Tan Tjay,drs & Kirana Rahardja. 2003. Obat-obat penting, Khasiat,
penggunaan dan efek sampingnya : Elexmedia Computindo