Furosemid
Furosemid
Furosemid
Indikasi :
1. Sebagai obat lini pertama pada keadaan edema yang disebabkan oleh penyakit gagal
jantung kongestif, penyakit sirosis hati, dan penyakit ginjal serta sindrom nefrotik.
2. Sebagai terapi tambahan pada keadaan edema serebral atau edema paru yang
memerlukan diuresis cepat termasuk juga pengobatan hiperkalsemia.
3. Sebagai terapi hipertensi dapat digunakan secara tunggal maupun kombinasi dengan
diuretik lain seperti spironolakton.
Kontraindikasi:
1. Penderita yang diketahui memiliki riwayat alergi atau hipersensitif terhadap furosemid.
2. Penderita yang sedang mengalami anuria atau tidak bisa buang air kecil
3. Pederita yang sedang hamil karena dapat memberikan efek buruk pada janin Dosis
Efek samping :
1. Sama seperti loop diuretik lain furosemide dapat menyebabkan hipokalemia, hal ini dapat
diatasi dengan mengkombinasikan obat dengan produk kalium.
2. Furosemide juga dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kadar asam urat dan kadar
gula darah.
3. Pada saluran pencernaan dapat menimbulkan mual, muntah, nafsu makan menurun, iritasi
pada mulut dan lambung, dan diare.
4. Efek samping lainnya yang juga dapat timbul antara lain gangguan pendengaran, sakit
kepala, pusing dan penglihatan kabur.
5. Efek samping yang berat antara lain anemia aplastik, anemia hemolitik, trombositopenia,
leukopenia, agranulositosis,dan eosinofilia.
Dosis :
Obat furosemide tersedia dalam bentuk furosemide 40 mg tablet dan furosemide 20 mg injeksi.
Adapun dosis furosemid yang dianjurkan adalah sebagai berikut:
1. Dosis dewasa yang digunakan untuk pengobatan edema gagal jantung kongestif, gagal
ginjal, asites, hipertensi, oliguria nonobstruktif, dan edema paru adalah furosemid tablet
dengan dosis awal 20 mg hingga 80 mg, untuk dosis pemeliharaan dapat ditingkatkan
secara bertahap 20 hingga 40 mg per dosis setiap 6 hingga 8 jam dengan dosis maksimum
sehari 600 mg
2. Untuk pengobatan secara suntikan Intravena atau intramuskular dosis yang digunakan
adalah furosemid injeksi 10 mg hingga 20 mg yang dapat diulangi dalam waktu 2 jam
apabila respon diuresis tidak memadai.
3. Untuk pegobatan secara infus Intravena dosis yang digunakan adalah 0.1 mg per kg berat
badan sebagai dosis awal, kemudian tingkatkan dua kali lipat setiap 2 jam sekali sampai
dosis maksimal 0.4 mg per kg per jam.
4. Untuk pengobatan hiperkalsemia dosis yang digunakan adalah furosemid tablet 10 mg
hingga 40 mg yang diberikan sebanyak 4 kali dalam sehari dan furosemid Intravena
dengan dosis 20 mg hingga 100 mg setiap 1 sampai 2 jam.
Farmakokinetik :
1. Absorbsi
Loop diuretic mudah diserap melelui saluran cerna, dengan derajat yang berbeda-beda.
Bioavalabilitas furosemid 65% sedangkan bumetenid hampir 100%.
2. Distribusi
Obat golongan ini terikat pada protein plasma secara ekstensif, sehingga tidak difiltrasi
glomerulus tetapi cepat sekali disekresi melalui system transport asam organic di tubulus
proksimal.
3. Metabolisme
Obat terakumulasi di cairan tubuli dan mungkin sekali di tempat kerja didaerah yang
lebih distal lagi.
4. Eksresi
Kira-kira 2/3 dari asam etakrinat yang diberikan IV diekskresi melalui ginjal dalam
bentuk utuh dan dalam konjugasi dengan senyawa sulfhidil terutama sistein dan N-asetil
sistein.
Farmakodinamik :
Diuretik kuat juga menyebabkan meningkatnya eksresi K+ dan kadar asam urat plasma,
mekanismenya kemungkinan besar sama dengan tiazid. Eksresi Ca++ dan Mg++ juga
ditingkatkan sebanding dengan peningkatan ekskresi Na+. Berbeda dengan tiazid,
golongan ini tidak meningkatkan re-absorbsi Ca++ di tubuli distal. Berdasarkan atas efek
kalsiuria ini, golongan diuretik kuat digunakan untuk pengobatan simptomatik
hiperkalsemia.
Diuretik kuat meningkatkan ekskresi asam yang dapat dititrasi (titrable acid) dan
ammonia. Fenomena yang terjadi karena efeknya di nefron distal ini merupakan salah
satu penyebab terjadinya alkalosis metabolik. Bila mobilisasi cairan edema terlalu cepat,
alkalosis metabolik oleh diuretik kuat ini terutama terjadi akibat penyusutan volume
cairan ekstrasel.
Interaksi obat :
Sukralfat : obat ini dapat menurunkan efek natriuretik dan antihipertensi dari furosemide.
Jika tetap digunakan beri jarak setidaknya 2 jam.
Pasien yang mempunyai riwayat alergi terhadap obat-obat jenis sulfonamid harus
memberitahukannya kepada dokter, karena ada kemungkinan alergi juga terhadap
furosemide sehingga dikhawatirkan terjadi eksaserbasi atau aktivasi lupus eritematosus
sistemik.
Jika anda menderita sirosis hati, jangan menggunakan furosemide tanpa pengawasan
dokter karena furosemide dapat menyebabkan perubahan tiba-tiba pada keseimbangan
cairan dan elektrolit yang dapat memicu koma hepatik.
Pemberian furosemide pada bayi prematur atau anak di bawah 4 tahun, harus
dipertimbangkan dengan sangat masak karena obat ini bisa menyebabkan
nefrokalsinosis / nefrolitiasis. Jika obat ini harus diberikan fungsi ginjal harus dipantau
dengan seksama.
Sebaiknya jangan menggunakan furosemide jika anda menderita penyakit asam urat,
penyakit ginjal, prostat, atau diabetes.
Jangan mengkonsumsi furosemide terlalu malam karena obat ini menyebabkan anda akan
sering buang air kecil sehingga mengganggu waktu tidur anda.