0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
138 tayangan9 halaman

Kista Branchial

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 9

Definisi

Kista celah brankial merupakan sisa aparatus brankial janin yang tertinggal
dimanastruktur leher berasal. Kista celah brankial dilapisi oleh campuran epitel skuamosa
danepitel respiratorius serta dikelilingi oleh dinding jaringan limfoid, sehingga mungkinterjadi
kekacauan histologi.

Sebagian besar kista celah brankial (berkembang dari arkus kedua, ketiga dankeempat)
biasanya terdapat sebagai tonjolan atau muara saluran sinus sepanjang batasanterior otot
sternokleidomastoideus. Saluran interna atau muara kista terletak padaderivatif embriologik
sulkus faringeal yang sama, misalnya tonsil (arkus kedua), atausinus piriformis (arkus ketiga dan
keempat). Letak saluran kista juga ditentukan olehhubungan embriologik arkusnya dengan
derivat arkus yang terletak proksimal dankaudal terhadap arkus.

Embriologi

Pada masa embrio awal tidak ada leher yang jelas, memisahkan toraks dari kepala.Leher
dibentuk seperti jantung, dimana berasal dari di bawah foregut , yang bermigrasike rongga
toraks dan aparatus brankial berkembang menjadi bentuk yang sekarang.Migrasi dari jantung
merupakan sebab mengapa beberapa struktur dari leher bermigrasiterakhir. Pada masa embrio
awal terdapat beberapa tonjolan sepanjang tepi dari foregut yang juga dapat dilihat dari luar.
Tonjolan ini adalah aparatus brankialis.
Meskipun secara filogenik terdapat enam arkus brankialis, arkus kelima tidak pernah
berkembang pada manusia, dan hanya membentuk ligementum arteriosum.Hanya empat arkus
yang dapat dilihat dari luar. Setiap arkus brankialis mempunyaisepotong kartilago, yang
berhubungan denga kartilago ini adalah arteri, saraf, danbeberapa mesenkim yang akan
membentuk otot. Di belakang setiap arkus terdapat alur eksternal yang terdiri dari ektordermal
dan kantong yang berisi endodermal. Daerahdiantara ektodermal dan endodermal dikenal dengan
lempeng akhir.

Bagian dari struktur yang disebut diatas berkembang menjadi struktur dewasa yang tetap.
Bagian yang seharusnya hilang dapat menetap dan membentuk struktur yangabnormal pada
dewasa. Menetapnya bagian aparatus brankialis abnormal dapatmenimbulkan bermacam
kista, sinus, dan fistula. Menetapnya ektodermal dari arkusbrankialis pertama dapat
menyebabkan kista atau sinus yang terletak sejajar dan bahkandapat memperbanyak pada saluran
telinga luar. Jenis yang berbeda dari menetapnyabagian aparatus brankialis dapat menimbulkan
kista, sinus atau fistula yang terletak pada satu garis bagian dalam telinga luar melalui kelenjar
parotis sampai pada sudutmandibula di depan otot sternokleidomastoideus. Seperti sisa arkus
pertama dapatmelalui di depan di belakang, bahkan melalui cabang saraf fasialis.

Ektodermal dan endodermal dari arkus kedua dan ketiga dapat juga menimbulkankista,
sinus, dan fistula. Normal muara dari arkus kedua, ketiga dan keempat diliputioleh pertumbuhan
dari daerah yang disebut tonjolan epiperikardial. Saraf pada daerahini adalah asesorius spinalis,
dan mesenkimnya membentuk otot sternokleidomasteideusdan trapesius. Tonjolan epikardial
menyatu dengan arkus brankialis kedua, menutupimuara alur brankialis kedua, ketiga dan
keempat sebagai kista ektodermal, sinusservikalis dari His, yang normalnya menghilang. Juga
otot lidah yang berasal darimiotom post-brankialis, bermigrasi ke dasar mulut, melalui belakang
derivat brankialis.

Oleh karena itu muara derivat brankialis persisten terletak di depan


ototsternokleidomastoideus dan salurannya melalui bagia atas saraf hipoglosus. Oleh karenaitu
daoat diduga sacara tepat garis dari kista, sinus, dan fistula brankialis kedua danketiga.

Fistula brankialis kedua terbuka di depan otot sternokleidomastoideus, masuk keleher di


depan arteri karotis komunis dan interna, biasanya di antara arteri karotisinterna dan eksterna,
kemudian di atas glosofaringeus dan hipoglosus kea rah tonsila.Fistula brankialis ketiga terbuka
di depan otot sternokleidomastoideus, melalui bagianbelakang arteri karotis komunis dan interna
dan si atas saraf hipoglosus tetapi di bawahsaraf glosofaringeus dan stilofaringeus, masuk ke
faring di atas daerah yang dipersarafioleh saraf laringeus superior. Tanda-tanda sisa kantong
brankialis keempat dapatmenetap sebagai saluran dari faring bagian bawah sampai daerah tiroid
dan kadang-kadang dapat menyebabkan tiroiditis supuratif.

Klasifikasi

Kista brankial diklasifikasikan ke dalam empat tipe:

Kista celah brankial pertama (First Branchial Cleft Cyst )

Kista celah brankial pertama dibagi menjadi tipe I dan tipe II. Kista tipe Iberlokasi dekat
kanalis auditorius eksterna. Umumnya, kista ini berada di inferior dan posterior dari tragus, tetapi
bisa saja berada di glandula parotis atau angulusmandibula. Kista ini sangat sulit dibedakan
dengan massa padat parotis dalampemeriksaan klinis. Kista tipe II berhubungan dengan glandula
submandibula atauditemukan di anterior trigonum cervikalis.

Kista celah brankial kedua (Second Branchial Cleft Cyst )


Kista celah brankial kedua dilaporkan sebanyak 90% dari kelainan
brankialis.Kebanyakan, kista ini di temukan sepanjang pinggir anterior sepertiga atas
ototsternokleidomastoideus. Bagaimanapun, kista ini bisa terlihat dimanapun sepanjangsaluran
fistula brankialis kedua, yang berjalan dari kulit lateral leher, di antaraarteri karotis eksterna dan
interna, dan sampai tonsil palatine. Oleh karena itu, kistacelah brankial sebagai diagnosa
pembanding dari massa parafaringeal.

Kista celah brankial ketiga (Third Branchial Cleft Cyst )

Kista celah brankial ketiga dan keempat jarang terjadi. Kista celah brankialketiga terlihat
di anterior otot sternokleidomastoideus dan di leher lebih rendahdibandingkan kista celah
brankial pertama dan kedua. Kista ini berada lebih dalamke lengkunagan derivatif ketiga
(misalnya nervus glosofaringeal dan arteri carotisinterna) dan superficial ke lengkungan derivatif
keempat (misalnya nervus vagus).Kelainan ini berakhir di faring pada membran tirohioid atau
sinus piriformis.

Kista celah brankial keempat (Fourth Branchial Cleft Cyst )

Kista celah brankial keempat memiliki manifestasi klinis yang sama dengankista celah
brankial ketiga. Biasanya didapatkan pada anak-anak dan dewasa mudayang sering ditemukan
sebagai abses leher lateral yang telah resisten terhadappengobatan antibiotik. Seperti yang
dilaporkan oleh Godin dkk, 93 % kista celahbrankial berlokasi di cervikalis lateral sinistra di
trigonum cervikalis.

Diagnosa dan pemeriksaan

Anamnesa dan pemeriksaan fisik

Untuk mendiagnosa berbagai massa pada leher dimulai dengan anamnesa yangteliti.
Serangkaian pertanyaan-pertanyaan logik dapat mempersempit kemungkinandiagnostik secara
cepat dan pemeriksaan dan penatalaksanaan selanjutnya. Pertanyaan-pertanyaan dan artinya
terdapat dibawah ini.
Berapa umur penderita? Lesi kongenital jauh lebih sering terjadi pada inividuyang lebih
muda, sedangkan lesi keganasan lebih sering pada yang lebih tua. Kistacelah brankial biasanya
terdapat di antara 20 sampai 30 tahun. Pada anamnesa dapat diketahui kista merupakan bawaan
sejak lahir.

Apakah massa tumbuh dengan cepat? Tidak adanya tanda-tanda infeksi, lesikegansan
(limfoma, kanker metastase) jauh lebih mungkin mengalami pertumbuhanyang lebih cepat
dibandingkan massa yang jinak. Kista celah brankial membesarnyalambat yang terletak pada
leher lateral.

Apakah terdapat tanda-tanda infeksi atau peradangan? Sementara massa di leher dapat
menjadi infeksi, massa-massa tersebut yang tampak meradang atau terinfeksijauh lebih
mungkin menunjukkan massa yang jinak. Kista celah brankialmerupakan massa jinak
kongenital. Seperti kista duktus tiroglossus, ia seringmembesar dan menjadi sangat nyeri tekan
pada infeksi saluran pernapasan atas.Kista celah brankial sering ditemukan sebagai abses leher
lateral.

Dimanakah letak massa pada leher? Letak massa sebaiknya digambarkan secarateliti
dengan istilah-istilah berikut: Apakah massa tersebut terletak pada garis tengahatau lateral?

Apakah massa kistik atau padat? Massa kistik seringkali merupakan lesikongenital
seperti kista celah brankial dan kista duktus tiroglosus. Apakah terdapat tanda-tanda sumber
infeksi atau keganasan di tempat lain padakepala dan leher?

Pemeriksaan fisik dapat dimulai dengan inspeksi leher untuk melihat adanyabenjolan
yang nyata. Benjolan ini kadang-kadang lebih baik dilihat daripada diraba.Suruh pasien menelan
dan perhatikan gerakan kartilago tiroidea dan ada atau tidaknyageraknan mass yang dapat
ditemukan. Benjolan lateral bukan kelenjar limfe mencakupaneurisma arteri karotis, higroma
kistik dan kista celah brankial. Aneurisma akanberdenyut. Higroma kistik terutama ditemukan
pada anak-anak dan tampak terang padatransluminasi. Kista celah brankial biasanya timbul
pada orang dewasa sebagaipembengkakan kistik yang keras di bawah otot
sternokleidomastoideus, dekat angulusmandibula.
Palpasi suatu massa dilakukan untuk menentukan letak, konsistensi, ukuran
danmobilitasnya. Kelenjar limfe dapat terpisah-pisah atau menyatu, seperti karet atau
kerasseperti batu, bebas atau melekat, tidak nyeri atau nyeri tekan. Sedikit banyaknyafluktuansi
massa kistik pada leher, tergantung pada tebal dinding kista, viskositas didalamnya, dan tekanan
dalam kista. Demikian pula pada transluminasi memberikanhasil yang berbeda-beda pula.

Auskultasi hanya dilakukan jika diperlukan saja. Bila pasien berusia lebih dari 50tahun,
dengarlah di ats tiap sinus karotikus kemungkinan adanya aliran turbulensi padapembuluh darah
atau bising karotis.

Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan dianostik untuk massa leher dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok:

Pemeriksaan yang memberikan keterangan tentang sifat-sifat fisik yang khasatauletak


massa (pemeriksaan tidak langsung). Ultrasonografi,CT scan,MRI scan, danangiografi
merupakan contoh pemeriksaan tidak langsung.

Ultrasonografi membedakan lesi padat dari lesi kistik dan sebaiknya digunakanpada
keadaan yang jarang di mana hanya ada keterangan yang dibutuhkan.

Angiografi berguna untuk menilai pembuluh darah, aliran darah spesifik darimassa, atau
keadaan arteri karotis tetapi memberikan sedikit keterangan tentangsifat-sifat fisik yang khas dari
masa tersebut.

CT scan dan/atau MRI scan berguna dalam memberikan keterangan mengenaisifat-sifat


yang khas maupun pembuluh darah massa dan di samping itu jugamenjelaskan hubungannya
dengan struktur-struktur yang berdekatan. Karena itu,pemeriksaan tersebut merupakan
pemeriksaan tidak langsung yang sangatberguna dan paling sering diminta.

X-ray dengan menggunakan kontras untuk mengidentifikasi fistula.


X-ray dengan menggunakan kontras untuk mengidentifikasi fistula.A.Anteroposterior; B.Lateral

Pemeriksaan yang mencari diagnosis histologik (pemeriksaan langsung).Pemeriksaan


langsung melibatkan pemriksaan histologik jaringan dari massa.Jaringan ini dapat diperoleh
pada satu dari tiga jalan yang berbeda: (1) Aspirasijarum halus (Fine needle aspiration/FNA), (2)
biopsi jarum, atau (3) biopsi terbuka.

FNA melibatkan pemasukan jarum kecil (ukuran 23 sampai 25) yang dilekatkanpada
spuit ke dalam massa untuk memperoleh sel-sel yang cukup untuk pemeriksaansitologik. Metode
biopsi jarum yang besar (yang memperoleh inti jaringan) danpembedahan teknik biopsi terbuka
lebih invasif dan mempunyai risiko penyebarankeganasan yang lebih tinggi dan menimbulkan
komplikasi penatalaksaan selanjutnya.
Gambar 2.10 Gambaran secara sitologi kista celah brankial (jaringan limfoma) FNA(May-
Grunwald-Giemsa stain X 400)Kriteria untuk sitologi FNA: a) tebal, kuning, pus seperti cairan,
b)anuclear,keratinizing cells , c)squamous epithelial cells of variable maturitydan d) latar
belakangamorphous debris

Penatalaksaan

Pengobatan terdiri dari pengangkatan pembedahan yang sempurna dari kista


dansalurannya (pembedahan eksisi). Jika terdapat infeksi atau peradangan, sebaikya diobatidan
dibiarkan sampai tenang sebelum dilakukan pengangkatan. Insisi dan drainasesebaiknya
dihindari. Insisi dan drainase karena salah didiagnosis sebagai abses adenitisservikalis
mengakibatkan drainase persisten dan menyulitkan usaha pengangkatanmenyeluruh nantinya.
Terapi elektif kista celah brankial dengan eksisi teliti, danmempertahankan struktur di sekitarnya.
Nervus hipoglosus dan asesorius terletak sangatdekat dengan dinding kista.

Pembedahan eksisi dengan melakukan cervikotomi transversal dengan anastesiumum


adalah pilihan pengobatan dengan prognosa yang baik. Untuk membantupembedahan dapat
disuntikkan larutan methylene blue ke dalam saluran sebelumoperasi sehingga jaringan yang
berwarna ba digunakan sebagai petunjuk panjang danluasnya kista/fistula. Zat warna itu
mungkin tidak memasuki seluruh cabang-cabangyang lebih kecil sehingga diperlukan ketelitian
selama diseksi untuk saluran-salurankecil yang tidak berwarna. Beberapa ahli bedah yang
berpengalaman dalam menangani penyakit ini merasa bahwa penyuntikan zat warna harus
ditinggalkan karena penyebaranzat warna ke sekitarnya akan mengorbankan jaringan sehat
dengan sia-sia.

Cara lain ialah dengan fistulografi, yaitu dengan cara memasukkan zat kontras kedalam
muara fistel, lalu dilakukan pemeriksaan radiologic. Pada pemeriksaanfistulografi tidak
menggambarkan jalur traktus yang sebenarnya karena infeksi yangberulang menimbulkan
tersumbatnya traktus oleh jaringan fibrosis. Identifikasi, selamaoperasi, arteri karotis eksterna
dan interna, nervus vagus, hipoglosus, glosofaringeal,laringeal superior harus dihindari
sehingga tidak mencederai struktur tersebut.Komplikasi yang ditimbulkan dapat berupa
perdarahan, kekambuhan, pembentukanjaringan fibrotic atau keloid, dan paralisis nervus kranial.

Prognosis

Kista celah brankial umumnya memiliki prognosis yang baik jika kista/fistula
iniditanggulangi secara terampil dan cermat maka hasilnya akan memuaskan dan
kecilkemungkinan untuk residif.

Sumber:

1. Adams GL, Boies LR, Higler PA. BOIES Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1997
2. Roezin A. Penatalaksanaan penyakit dan kelainan Telinga Hidung Tenggorok Edisi
ketiga. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; Hal: 208-209. 2003.
3. Pearson BW. Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorokan. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC; Hal: 374-377. 1986
4. Lalwani AK. Current Diagnosis & Treatment Otolaryngology Head and Neck Surgery.
McGraw-Hill Lange. 2007

Anda mungkin juga menyukai