Tata Cara Pendirian Apotek

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

TATA CARA PENDIRIAN APOTEK

Untuk mendirikan apotek harus memenuhi beberapa persyaratan sebagaimana yang


tertulis dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/MenKes/Per/X/1993
pasal 6, yaitu :

1. Untuk mendapatkan ijin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerjasama dengan
pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat,
perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan lainnya yang merupakan milik
sendiri atau milik pihak lain.

2. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan
komoditi lainnya di luar sediaan farmasi.

3. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi.

Sedangkan untuk persyaratan Apoteker Pengelola Apotek (APA) seperti yang tertulis
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/MenKes/Per/X/1993 pasal 5
adalah sebagai berikut :

1. Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan.

2. Telah mengucapkan sumpah/janji sebagai Apoteker.

3. Memiliki Surat Ijin Kerja dari Menteri.

4. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya


sebagai seorang Apoteker.

5. Tidak bekerja disuatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi Apoteker Pengelola
Apotek di apotek lain.

Untuk membuka apotek maka diperlukan suatu izin. Berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/ Menkes/SK/X/2002 tentang ketentuan dan tata cara
pemberian izin apotek pasal 4, menyatakan:

1. Izin apotek diberikan oleh Menteri Kesehatan.

2. Menteri melimpahkan wewenang pemberian izin apotek kepada Kepala Dinas


Kesehatan Kabupaten/Kota.
3. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib melaporkan pelaksanaan pemberian
izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apotek sekali setahun
kepada menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi.

Sebelum melaksanakan kegiatan di apotek, Apoteker Pengelola Apotek harus


memiliki Surat Izin Apotek (SIA). Permohonan SIA diajukan oleh Apoteker Pengelola
Apotek kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Permohonan SIA harus mengikuti
aturan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/ X/2002 (pasal 7
dan 9), sebagai berikut :

1. Permohonan Izin Apotek dilakukan Apoteker kepada Kepala Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-1 dan
menyertakan lampiran :

a. Salinan/fotocopi Surat Izin Praktek Apoteker

b. Salinan/fotocopi Kartu Tanda Penduduk

c. Salinan/fotocopi denah bangunan

d. Surat yang mengatakan status bangunan dalam bentuk akte hak milik/
sewa/kontrak

e. Daftar Asisten Apoteker dengan mencantumkan nama, alamat, tanggal lulus


dan nomor surat izin kerja

f. Asli dan salinan/fotocopi daftar terperinci alat perlengkapan apotek

g. Surat pernyataan dari Apoteker Pengelola Apotek bahwa tidak bekerja tetap
pada perusahaan farmasi lain dan tidak menjadi Apoteker Pengelola Apotek
Lain

h. Asli dan salinan/fotocopi surat izin atasan bagi permohonan Pegawai Negeri,
anggota ABRI dan Pegawai Instansi Pemerintah lainnya

i. Akte perjanjian kerja sama Apoteker Pengelola Apotek dengan Pemilik Sarana
Apotek

j. Surat Pernyataan pemilik sarana tidak terlibat pelanggaran peraturan


perundangundangan di bidang obat.

2. Dengan menggunakan Formulir Model APT-2, Kepala Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima
permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai Pemeriksaan Obat
dan Makanan (Balai POM) untuk melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan
apotek untuk melakukan kegiatan.

3. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6


(enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan
contoh Formulir Model APT-3.

4. Dalam pemeriksaan sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (2) dan (3) tidak
dilaksanakan, Apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan
kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan
kepada Kepala Dinas Propinsi dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-4.

5. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil
pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3) atau pernyataan dimaksud ayat (4),
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari
kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh Formulir Model
APT-5.

6. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM
dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja mengeluarkan Surat
Penundaan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-6.

7. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6), Apoteker diberi
kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya
dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal Surat Penundaan.

Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan yang
dimaksud diatas atau lokasi apotek tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala
Dinas Kabupaten/Kota setempat dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 (dua
belas) hari kerja wajib mengeluarkan Surat Penolakan disertai dengan alasan-
alasannya dengan mempergunakan contoh Formulir Model APT-7.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1027/MENKES/SK/IX/2004, sarana adalah suatu tempat tertentu tempat dilakukannya
pekerjaan kefarmasian sedangkan prasarana apotek meliputi perlengkapan, peralatan dan
fasilitas apotek yang memadai untuk mendukung pelayanan kefarmasian yang berkualitas.
Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh Apoteker untuk memperoleh
informasi dan konseling. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya. Apotek harus bebas
dari hewan pengerat, serangga/pest, apotek memiliki suplai listrik yang konstan, terutama
untuk lemari pendingin. Apotek harus memiliki:

1. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.

2. Tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien, termasuk penempatan


brosur/materi informasi.

3. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja dan
kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien.

4. Ruang racikan.

5. Keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun pasien.

Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-rak penyimpanan obat dan
barang-barang lain yang tersusun dengan rapi, terlindung dari debu, kelemababan dan
cahaya yang berlebihan serta diletakkan pada kondisi ruangan dengan temperatur
yang telah ditetapkan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


1027/MENKES/SK/IX/2004 yang dimaksud perlengkapan apotek adalah semua peralatan
yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian di apotek.
Persyaratan perlengkapan yang harus ada di sebuah apotek menurut Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/MENKES/SK/X/2002 Form APT-3 tentang Berita
Acara Pemeriksaaan Apotek, peralatan dan perlengkapan apotek yang harus tersedia di
apotek adalah sebagai berikut :

a. Alat pembuatan, pengolahan, dan peracikan:

Timbangan miligram dengan anak timbangan yang sudah ditara minimal satu
set.

Timbangan gram dengan anak timbangan yang sudah ditara minimal satu set.

Perlengkapan lain yang disesuaikan dengan kebutuhan, seperti alat-alat gelas


laboratorium, mortir-stamper dan sudip, ayakan, sendok tanduk, sendok
porselen, batang pengaduk, spatel logam/tanduk/plastik, kompor atau alat
pemanas yang sesuai dan rak tempat pengeringan alat.
b. Perlengkapan dan alat perbekalan farmasi:

Lemari dan rak untuk penyimpanan obat dengan jumlah sesuai

kebutuhan

Lemari pendingin minimal 1 buah

Lemari untuk penyimpanan narkotika dan psikotropika sesuai

kebutuhan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 28/Menkes/Per/1978 tentang


penyimpanan narkotika bab II pasal 5 ayat 2 disebutkan bahwa tempat khusus untuk
penyimpanan narkotika harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.

Harus mempunyai kunci yang kuat.

Dibagi dua masing-masing dengan kunci yang berlainan, bagian pertama


digunakan untuk penyimpanan morfin, petidin, dan garam-garamnya serta
persediaan narkotika, bagian kedua digunakan untuk menyimpan narkotika
lainnya yang dipakai sehari-hari.

Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40 x 80 x


100 cm, maka lemari tersebut harus dibuat melekat/menempel pada tembok
atau lantai.

Lemari khusus tersebut tidak dipergunakan untuk menyimpan barang lain


selain narkotika dan harus ditaruh di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh
umum. Anak kuncinya harus dikuasai oleh penanggung jawab atau pegawai
lain yang dikuasakan.

c. Wadah pengemas dan pembungkus:

Etiket dengan ukuran, jenis, dan jumlah sesuai dengan kebutuhan.

Wadah pengemas dan pembungkus dengan ukuran dan jumlah yang sesuai
dengan kebutuhan.

d. Alat administrasi:

Blanko pesanan obat dengan jumlah sesuai kebutuhan


Blanko kartu stok obat dengan jumlah sesuai kebutuhan

Blanko salinan resep dengan jumlah sesuai kebutuhan

Blanko faktur dan blanko nota penjualan dengan jumlah sesuai

kebutuhan

Buku pencatatan narkotika dengan jumlah sesuai kebutuhan

Buku pesanan narkotika dengan jumlah sesuai kebutuhan

Form laporan narkotika dengan jumlah sesuai kebutuhan

e. Buku standar yang diwajibkan yaitu Farmakope Indonesia edisi terbaru 1 buah.

Kumpulan Peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan apotek dengan


jumlah sesuai kebutuhan.

Personalia Apotek

Sumber Daya Manusia yang dipekerjakan di Apotek dapat terdiri atas Tenaga
Kefarmasian dan Tenaga Non Kefarmasian, Menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 pasal 33, Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang
melakukan Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas :

a. Apoteker; dan

b. Tenaga Teknis Kefarmasian, yang terdiri dari terdiri dari Sarjana Farmasi, Ahli Madya
Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.

Tenaga kefarmasian di apotek meliputi:

1. Apoteker Pengelola Apotek (APA)

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 yang


dimaksud Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah seorang Apoteker yang telah
mempunyai surat ijin apotek (SIA). Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus
pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan
yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek pasal 5 disebutkan persyaratan APA
adalah:

1. Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan

2. Telah mengucapkan sumpah atau janji sebagai Apoteker

3. Memiliki surat izin kerja dari Menteri

4. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya


sebagai Apoteker

5. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi Apoteker Pengelola Apotek
di apotek lain.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tugas APA


adalah:

1. Pelayanan resep yang meliputi skrining resep

2. Peracikan dan penyiapan obat

3. Pemberian obat serta konseling

Selain itu, APA juga memiliki tugas antara lain:

1. Memimpin seluruh kegiatan apotek sesuai dengan kebijaksaan yang ditentukan.

2. Membuat perencanaan, mengkoordinasi serta mengawasi seluruh kegiatan kegiatan


apotek baik yang bersifat manajerial maupun teknis kefarmasian.

3. Memberikan pelayanan kefarmasian kepada masyarakat, berupa komunikasi, informasi


dan edukasi (KIE) mengenai obat dan sediaan farmasi.

4. Mengusahakan agar apotek yang dikelolanya memberikan hasil yang optimal sesuai
dengan rencana kerja yang ditetapkan.

5. Memperhatikan kesejahteraan dan memberikan motivasi kepada pegawai sehingga dapat


melaksanakan tugas dengan baik dan bertanggung jawab.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 Pasal 24 menyebutkan bahwa,


dalam melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian, Apoteker
dapat:
1. Mengangkat seorang Apoteker pendamping yang memiliki SIPA (Surat Izin Pengelolaan
Apotek)

2. Mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama komponen aktifnya atau
obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau pasien

3. Menyerahkan obat keras, narkotika dan psikotropika kepada masyarakat atas resep dari
dokter sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Menurut Report of WHO Consultative Group on the Role of Pharmacist in the Health
Care System, aktivitas seseorang APA adalah sebagai berikut:

a. Penanganan Resep

APA bertanggung jawab memeriksa keabsahan resep dan juga memastikan ketepatan
jumlah obat (dosis) yang diberikan.

b. Penanganan Pasien

APA bertugas mengumpulkan dan melihat data riwayat penggunaan obat seseorang
pasien untuk kemudian mengevaluasi tujuan pengobatan, rentang dosis yang
dikehendaki maupun efek samping yang ditimbulkan. Respon terapi dan efek samping
yang ditimbulkan terus diamati dan dievaluasi sehingga memberikan jaminan ketepatan
sekaligus keamanan pada pasien.

Memantau penggunaan obat

APA turut berperan serta dalam proyek penelitian, mulai dari membuat rencana,
pengawasan penggunaan obat hingga menganalisis efektivitas dan reaksi yang tidak
diinginkan suatu obat.

d. Menangani keluhan penyakit ringan

APA bertugas member informasi obat atau konsultasi serta pengobatan untuk kasus-
kasus penyakit ringan.

e. Memberikan informasi obat kepada profesi kesehatan dan masyarakat

APA bertugas memberikan informasi mengenai perkembangan penemuan obat-obat baru


baik kepada profesi kesehatan lain dalam penggunaannya kepada masyarakat sehingga
diharapkan pemberian dan penggunaan obat secara rasional dapat dilakukan.

f. Peracikan obat
APA memastikan agar dosis yang dikehendaki dapat tercapai dan reaksi in vitro yang
dapat menurunkan efektivitas atau meningkatkan toksisitas obat tidak terjadi.

f. Penggunaan obat tradisional baru

APA diharapkan dapat lebih berperan untuk memberikan pertimbangan kepada


masyarakat mengenai penggunaan obat tradisional secara rasional.

g. Peningkatan kesehatan masyarakat

APA diharapkan turut berperan secara aktiv dalam meningkatkan pengetahuan


masyarakat tentang pola hidup sehat, pengetahuan tentang kesehatan maupun obat-
obatan, dan turut serta dlam mencegah penyakit.

h. Penerapan di bidang pertanian dan pertenakan

APA tidak terbatas memberikan pelayanan kefaramasian untuk manusia tetapi juga
dibidang pertanian dan peternakan dalam hal pemberian serta pengawasan pemberian
obat-obatan hewan dan makanan hewan yang ditambah obat-obatan

2. Apoteker Pendamping dan Apoteker Pengganti

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, yang
dimaksudkan dengan Apoteker pendamping adalah Apoteker yang bekerja di apotek
disamping Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan/atau menggantikannya pada jamjam
tertentu pada hari buka apotek. Sedangkan yang dimaksud dengan Apoteker Pengganti adalah
Apoteker yang menggantikan Apoteker Pengelola Apotek selama APA tersebut tidak berada
di tempat lebih dari 3 (tiga) bulan secara terus menerus, telah memiliki Surat Ijin Kerja (SIK)
dan tidak bertindak sebagai Apoteker Pengelola di apotek lain.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


1332/MenKes/SK/X/2002 pasal 19, disebutkan bahwa:

1. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek maka Apoteker
Pengelola Apotek harus menunjuk Apoteker Pendamping.

2. Apabila APA dan Apoteker Pendamping karena halhal tertentu berhalangan melakukan
tugasnya, APA menunjuk Apoteker Pengganti.
3. Penunjukan Apoteker Pendamping dan Apoteker Pengganti harus dilaporkan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Propinsi setempat dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-9.

4. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 (dua) tahun secara terus
menerus, Surat Izin Apotek atas nama Apoteker bersangkutan dicabut.

Apoteker Pendamping bertanggung jawab terhadap pelayanan tugas kefarmasian


selama yang bersangkutan bertugas menggantikan APA (ISFI, 2004).

3. Asisten Apoteker

Menurut Kepmenkes RI No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan atas


Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata
Cara Pemberian Izin Apotek Pasal 1, yang dimaksud dengan Asisten Apoteker adalah mereka
yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan
kefarmasian sebagai Asisten Apoteker (AA). Tugastugas AA adalah:

a. Melayani obat dengan resep dan non resep, baik secara langsung maupun dengan telepon
atau faximile.

b.Mengawasi keberadaan dan jumlah obat-obatan serta menyediakan obat-obat yang


dibutuhkan oleh masyarakat dan jika obat habis maka harus dengan segera dipesan.

c. Mengatur penempatan obat-obatan agar mudah dijangkau dan diawasi untuk kecepatan
dan ketepatan dalam pelayanan.

d.Mengerjakan peracikan obat, pengemasan obat, penulisan etiket dan pembuatan turunan
resep.

e. Memeriksa kembali resep-resep yang telah dilayani dan nota-nota penjualan obat bebas
serta laporan-laporan obat apa yang harus ditandatangani oleh APA.

f. Memelihara kebersihan ruangan beserta alat-alatnya, kelengkapan apotek dan penataan


ruangan agar lingkungan apotek tetap higienis dan indah untuk dipandang.

g. Mengatur daftar giliran dinas, pembagian tugas dan tanggung jawab.


Sedangkan untuk tenaga non kefarmasian yang ada di apotek antara lain :

Tenaga administrasi

Tugas dari tenaga administrasi adalah:

Mencatat pembelian tunai dan kredit.

Mencatat penjualan tunai dan kredit.

Membukukan penagihan penjualan kredit.

Pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika dan dokumentasi sesuai


dengan ketentuan yang berlaku.

Membantu tugas Asisten Apoteker dalam pengarsipan resep.

Pengarsipan catatan pengobatan pasien, pengarsipan hasil monitoring penggunaan


obat.

Membukukan faktur pembelian dan faktur penjualan.

Membuat pembukuan tentang perhitungan rugi dan laba.

Membukukan faktur pajak.

2. Kasir

Tugas kasir adalah:

a. Bertanggung jawab atas masuk keluarnya uang apotek.

b. Mencatat jumlah pendapatan apotek setiap hari.

c. Memberikan nomor resep kemudian memberikan kepada asisten apoteker (AA).

3. Bagian Umum

Tugas dari bagian umum adalah:

a. Bertanggung jawab atas kebersihan apotek.

b. Mengantarkan obat ke alamat pasien bagi apotek yang menawarkan jasa antar obat ke
alamat pasien.
Tetapi Tenaga non kefarmasian yang disebut diatas tidak harus ada di apotek, dan peran itu
dapat digantikan oleh APA dan AA terutama jika Apotek tersebut masih dalam tahap
perkembangan (Apotek yang masih baru).

Perbekalan Farmasi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993, perbekalan
farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli indonesia, (Obat Tradisional), bahan obat asli
indonesia (bahan Obat Tradisional), alat kesehatan dan kosmetika. Perbekalan farmasi yang
terdapat di suatu apotek dapat berupa sediaan farmasi, perbekalan kesehatan, alat kesehatan
maupun yang lainnya. Berdasarkan Peraturan Pemerintaah Republik Indonesia No. 51 Tahun
2009 yang dimaksud sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1332/Menkes/SK/X/2002 alat kesehatan adalah instrument apparatus, mesin, implant
yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan, dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta pemulihan kesehatan
pada manusia, dan atau untuk membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh sedangkan
perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan. Berdasarkan Permenkes No. 922 tahun 1993 pasal 6
ayat 3, apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi.
Selain obat, ada juga perbekalan farmasi yang non obat, yaitu kosmetika dan alat
kesehatan. Definisi kosmetika berdasarkan Permenkes No.140 tahun 1991 adalah sediaan
atau paduan bahan yang digunakan pada bagian luar tubuh (lapisan epidermis, rambut, kuku,
bibir, dan organ kelamin luar), gigi dan rongga mulut, tidak dimaksudkan untuk mengobati
atau menyembuhkan penyakit, hanya ditujukan untuk membersihkan, menambah daya tarik,
memperindah, mengubah penampakan, melindungi agar selalu tetap baik

Anda mungkin juga menyukai