0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
298 tayangan20 halaman

Resume Studio Proses Perencanaan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 20

STUDIO PROSES PERENCANAAN

RESUME PUSAT PELAYANAN TERPADU PERDAGANGAN DAN JASA

DEVI ADINDA UTARI Y.


F 231 15 025

PRODI S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2017
1. Metodologi
Metode yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa bagian yakni
metode dalam pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan penyajian data. Berikut
metode yang dilakukan :
1.1 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan ini terdiri dari dua jenis yaitu data primer dan data sekunder.
Metode yang digunakan dalam pengumpulannya ialah sebagai berikut :
1.1.1 Data Primer
Data primer ini merupakan data yang didapatkan langsung dari lapangan atau wilayah
studi oleh kelompok kawasan perdagangan dan jasa. Data ini didapatkan dengan cara-cara
berikut :
a) Menyebarkan kuisioner
Teknik pengumpulan data melalui penyebaran pertanyaan dalam format tertentu, yang
mana materinya terkait dengan pertumbuhan ekonomi kawasan perdagangan dan jasa.
b) Observasi
Obersevasi adalah pengumpulan data melalui pengamatan terhadap objek, yang mana
yang menjadi titik pengamatannya ialah lokasi yang penting, intensitas aktivitas yang
tinggi, dan permasalahan yang terjadi.
c) Pemetaan
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan informasi di wilayah
studi seperti batas-batas wilayah studi dan letak sebaran sarana-sarananya.
1.1.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang telah ada dari pihak-pihak tertentu dan kemudian
data tersebut digunakan oleh kelompok perdagangan dan jasa. Pengumpulan data sekunder
ini dilakukan dengan cara mengkaji literatur dan menelaah dokumen-dokumen dari instansi
terkait dengan kawasan perdagangan dan jasa dengan menggunakan data terbaru.
1.2 Pengolahan Data
Tahap pengolahan data ini dilakukan ketika telah selesai mengumpulkan data-data baik
yang primer maupun yang sekunder. Tahapan dalam pengolahan data ini seperti klasifikasi
data dan pemilahan data. Metode yang digunakan dalam pengolahan data adalah
menggunakan pohon masalah untuk mengetahui masalah dan potensi yang ada di Kecamatan
Palu Barat dan Kecamatan Palu Timur, serta berdasarkan data-data yang telah diperoleh.

RESUME PUSAT PELAYANAN TERPADU PERDAGANGAN DAN JASA 2


1.3 Analisis Data
Setelah data-data tersebut diolah maka selanjutya akan dilakukan analisis data yang
mana menggunakan analisis skalogram, analisis proykesi penduduk, dan analisis radius skala
pelayanan sarana dan prasarana dengan mengacu pada standar-standar yang telah ada di SNI.
1.4 Penyajian Data
Setelah data di analisis, selanjutnya disajikan. Hasil analisis tersebut difokuskan,
dirangkum,dan ditarik kesimpulan dalam bentuk formula narasi yaitu dalam bentuk laporan
akhir yang jelas, informatif, terpercaya serta akurat.

2. Gambaran Umum
Gambaran umum yang dipaparkan terbagi menjadi dua yaitu gambaran umum makro
dan gambaran umum mikro.
2.1 Gambaran Umum Makro
Gambaran umum makro ini adalah wilayah yang mencakup keseluruhan dari lokasi
studi. Wilayah yang menjadi lokasi studi secara keseluruhan dalam dokumen perencanaan ini
adalah Kecamatan Palu Barat dan Kecamatan Palu Timur.
2.1.1 Kondisi Geografi
Kawasan perdagangan dan jasa yang ada di Kota Palu tersebar di dua Kecamatan yaitu
Kecamatan Palu Barat dan Kecamatan Palu Timur dengan luas masing-masing ialah 8,28 km2
dan 7,71 km2. 2 (dua) Kecamatan tersebut terdiri dari 11 (sebelas) Kelurahan yang mana
Kecamatan Palu Barat memiliki 6 (enam) Kelurahan yakni Kelurahan Lere, Baru, Ujuna,
Siranindi, Kamonji dan Balaroa. kemudian Kecamatan Palu Timur memiliki 5 (lima)
Kelurahan yakni Kelutrahan Besusu Barat, Besusu Tengah, Besusu Timur, Lolu Utara dan
Lolu Selatan. Kecamatan tersebut berada di daratan yang datar kecuali Kelurahan Balaroa
yang ada di Kecamatan Palu Barat. Berdasarkan letak geografisnya Kawasan perdagangan
dan jasa Kota Palu memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : berbatasan dengan Teluk Palu


Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Mantikulore
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Tatanga dan Kecamatan Palu Selatan
Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Ulujadi

RESUME PUSAT PELAYANAN TERPADU PERDAGANGAN DAN JASA 3


2.1.2 Kondisi Demografi
Kondisi demografi ini menunjukkan jumlah penduduk yang ada di wilayah studi makro
yang tersebar di 2 (dua) Kecamatan yaitu Kecamatan Palu Barat dan Kecamatan Palu Timur
yang terdiri atas 11 (sebelas) Kelurahan yaitu Kelurahan Lere, Baru, Ujuna, Siranindi,
Kamonji, Balaroa, Besusu Barat, Besusu Tengah, Besusu Timur, Lolu Utara dan Lolu
Selatan. Berikut luas wilayah, jumlah penduduk serta kepadatan penduduk dari masing-
masing Kecamatan yang termasuk dalam kawasan perdagangan dan jasa Kota Palu :
Tabel 1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Kepadatan
No. Kelurahan Luas Wilayah (km2) Jumlah Penduduk
Penduduk/ km2
1. Lere 2,97 km2 11.334 3.816
2. Baru 0,75 km2 6.436 8.581
3. Kamonji 0,84 km2 9.803 11.533
4. Siranindi 0,49 km2 8.244 9.814
5. Ujuna 0,85 km2 10.518 21.465
6. Balaroa 2,38 km2 14.123 5.934
Sumber : BPS, Kecamatan Palu Barat Dalam Angka 2016

Tabel 2 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk


Kepadatan
No. Kelurahan Luas Wilayah (km2) Jumlah Penduduk
Penduduk/ km2
1. Besusu Barat 0,87 km2 17.985 20.672
2. Besusu Tengah 2,26 km2 10.254 4.537
3. Besusu Timur 0,60 km2 10.520 17.533
2
4. Lolu Utara 2,69 km 14.416 5.349
5. Lolu Selatan 1,29 km2 16.086 12.470
Sumber : BPS, Kecamatan Palu Timur Dalam Angka 2016

2.1.3 Tata Guna Lahan


Penggunaan lahan yang ada di wilayah studi Kecamatan Palu Barat dan Kecamatan
Palu Timur sebagian besar didominasi oleh permukiman dan perdagangan dan jasa. Selain itu
terdapat juga kawasan pendidikan, kawasan perkantoran, kawasan wisata budaya dan lain
sebagainya. Wilayah yang paling didominasi oleh perdagangan dan jasa ialah Kelurahan
Siranindi dan Kelurahan Ujuna.

RESUME PUSAT PELAYANAN TERPADU PERDAGANGAN DAN JASA 4


2.1.4 Kondisi Prasarana
Kondisi prasarana yang ada di wilayah studi makro mencangkup kondisi jaringan jalan,
jaringan drainase, jaringan air bersih, jaringan air limbah, jaringan listrik dan jaringan
telekomunikasi. Berikut kondisi prasarana yang ada di wilayah studi makro :
a) Jaringan Jalan
Jaringan jalan yang ada di wilayah studi makro termasuk 11 (sebelas) Kelurahan
sebagian besar telah memiliki kondisi yang baik dengan perkerasan aspal. Namun
hampi seluruh Kelurahan tersebut masih terdapat beberapa jaringan jalan yang
berkondisi kurang baik, utamanya di lorong-lorong kecil dan jalan-jalan yang belum
mengalami perkerasan.
b) Jaringan Drainase
Jaringan drainase yang berada di 11 (sebelas) Kelurahan umumnya berkondisi baik.
Utamanya pada lokasi-lokasi yang berada di jaringan jalan utama yang menjadi
kawasan perdagangan dan jasa memiliki drainase tertutup. Beberapa drainase tertutup
tersebut kurang efektif, karena lubang yang dibuat sebagai jalan masuk air ke drainase
tersebut, tertutup oleh pasir dan sampah berupa dedaunan bahkan sampah plastik. Selain
itu, jaringan drainase yang memiliki kondisi kurang baik berada di wilayah-wilayah
permukiman dengan kondisi tidak terbangun dan ada yang terbangun namun tidak
teraliri.
c) Jaringan Air Bersih
Jaringan air bersih yang ada di wilayah studi pada umumnya bersumber dari PDAM
Donggala dan PAM. Sedangkan warga yang tidak menggunakan keduanya memakai air
suntik untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya.
d) Jaringan Air Limbah
Jaringan air limbah yang ada di wilayah studi makro seluruhnya tidak memiliki jaringan
khusus tersendri melainkan tergabung dengan jaringan drainase.
e) Jaringan Listrik/Energi
Wilayah studi makro seluruhnya sudah terlayani oleh jaringan listrik. Jaringan listrik
yang ada di wilayah studi ada dua jenis yaitu SUTR dan SUTM dan tidak terdapat
SUTT dan SUTET karena wilayah studi sebagian besar merupakan wilayah yang terisi
dengan permukiman dan perdagangan/jasa.

RESUME PUSAT PELAYANAN TERPADU PERDAGANGAN DAN JASA 5


2.1.5 Kondisi Sarana
Kondisi sarana yang ada di wilayah studi makro mencangkup kondisi sarana
peribadatan, pendidikan, kesehatan dan ruang terbuka hijau. Berikut kondisi sarana-sarana
tersebut :
a) Sarana Peribadatan
Sarana peribadatan merupakan salah satu kebutuhan oleh masyarakat dalam memenuhi
rohaninya. Oleh karena itu, penyediaannya juga menjadi penting. Penyediaan sarana
peribdatan di wilayah studi makro seluruhnya telah terpenuhi karena sarana peribadatan
yang ada disesuaikan dengan jumlah penduduk yang memerlukannya. Sarana
peribadatan yang ada didominasi oleh mesjid sesuai dengan jumlah penganutnya.
Kemudian sarana peribadatan lainnya ada 2 (dua) gereja yang terdapat di Kelurahan
Ujuna dan Kelurahan Lolu Utara.
b) Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan juga merupakan sarana yang penting dalam memenuhi kebutuhan
akan ilmu pendidikan. Di wilayah studi makro ini telah terdapat sarana pendidikan yang
memenuhi kebutuhan masyarakat yang ada dimasing-masing Kelurahan. Sarana
pendidikan yang ada di wilayah studi makro ini mulai dari TK, SD, SMP, SMA dan
Perguruan Tinggi.
c) Sarana Kesehatan
Untuk memfasilitasi kesehatan masyarakat dibutuhkan adanya sarana kesehatan dalam
suatu lingkungan. Dalam hal ini pemenuhan kebutuhan akan sarana kesehatan di
wilayah studi makro juga telah difasilitasi dengan adanya rumah sakit, puskesmas
pembantu, posyandu, apotek, praktek dokter, dan tempat bersalin.
d) Sarana Ruang Terbuka Hijau
Standar minimal ruang terbuka hijau publik di perkotaan yaitu minimal 30% dari luas
wilayah, sebagian besar wilayah studi makro belum memenuhi standar penyediaan
ruang terbuka hijau karena padatnya bangunan. Adapun ruang terbuka hijau yang
tersedia dibeberapa Kelurahan ialah lapangan.
e) Persampahan
Seluruh wilayah studi makro mempunyai tong sampah kecil atau bak sampah kecil
sebagai tempat pembuangan sampah sementara, kemudian diangkut oleh truk sampah.
Meskipun begitu, sampah masih berserakan dimana-mana.

RESUME PUSAT PELAYANAN TERPADU PERDAGANGAN DAN JASA 6


2.2 Gambaran Umum Mikro
Gambaran umum mikro ini adalah wilayah yang merupakan lokasi studi kawasan
perdagangan dan jasa. Wilayah yang menjadi lokasi studi mikro kawasan perdagangan dan
jasa dalam dokumen perencanaan ini adalah 6 (enam) Kelurahan yang ada di Kecamatan Palu
Barat dan Kecamatan Palu Timur yakni Kelurahan Baru, Kelurahan Siranindi, Kelurahan
Ujuna, Kelurahan Besusu Barat, Kelurahan Besusu Tengah, dan Lolu Utara.

2.2.1 Kondisi Perdagangan dan Jasa


Kondisi perdagangan dan jasa di wilayah studi mikro 6 (enam) Kelurahan ini memiliki
bentuk dan jenis yang berbeda-beda pada suatu wilayahnya. Hal tersebut menunjukkan
karakteristik perdagangan dan jasa yang ada di Kota Palu cukup beragam. Berikut jenis-jenis
perdagangan dan jasa yang ada ditiap Kelurahan :
a) Kelurahan Baru
Kelurahan Baru dengan luas wilayah 0,79 km2 yang ada di Kecamatan Palu Barat
memiliki karakteristik perdagangan dan jasa yang berada di sepanjang garis jalan dan
jenis perdagangan yang ada didominasi oleh oleh pasar, dan mebel.
b) Kelurahan Siranindi
Kelurahan Siranindi dengan luas wilayah 0,84 km2 yang juga berada di Kecamatan Palu
Barat memiliki karateristik perdagangan yang terpusat dan mengikuti garis jalan. Jenis
perdagangan dan jasa yang di Kelurahan ini didominasi oleh pakaian, mebel, dan
cellular.
c) Kelurahan Ujuna
Kelurahan Ujuna dengan luas 0,49 km2 berada di Kecamatan Palu Barat dan memiliki
karakteristik perdagangan dan jasa yang berada disepanjang garis jalan. Jenis
perdagangan dan jasa yang ada di Kelurahan ini didominasi oleh pakaian, cellular,
elektronik, dan toko bangunan.
d) Kelurahan Besusu Barat
Kelurahan Besusu Barat dengan luas wilayah 0,87 km2 berada di Kecamatan Palu
Timur dan memiliki karakteristik perdagangan dan jasa yang mengikuti garis jalan.
Jenis perdagangan dan jasa yang ada di Kelurahan ini didominasi oleh bengkel,
warung/kios, dan cellular.
e) Kelurahan Besusu Tengah
Kelurahan Besusu Tengah dengan luas wilayah 2,26 km2 berada di Kecamatan Palu
Timur dan memiliki karakteristik perdagangan dan jasa yang yang cenderung memusat

RESUME PUSAT PELAYANAN TERPADU PERDAGANGAN DAN JASA 7


dan mengikuti garis jalan. Jenis perdagangan dan jasa yang ada di Kelurahan ini hanya
celuller.
f) Kelurahan Lolu Utara
Kelurahan Lolu Utara dengan luas wilayah 2,69 km2 berada di Kecamatan Palu Timur
dan memiliki karakteristik perdagangan dan jasa yang memusat pada satu tempat dan
ada yang mengikuti garis jalan. Jenis perdagangan dan jasa yang ada di Kelurahan ini
didominasi oleh pakaian, dan cafe.
3. Analisis
Analisis yang digunakan dalam laporan kawasan perdagangan dan jasa ini terbagi atas
dua cakupan analisis yakni analisis makro dan analisis mikro. Beberapa analisis yang
digunakan didalamnya ialah seperti analisis daya dukung lingkungan, analisis skalogram,
proyeksi penduduk, analisis radius pelayanan dan analisis deskrispi mengenai kondisi fisik
wilayah studi.
3.1 Analisis Makro
Analisis makro ini mencangkup konstelasi wilayah guna mengetahui fungsi dan
peranan wilayah studi terhadap Kota Palu, penentuan pusat kegiatan, daya dukung lahan
untuk mengetahui kemampuan lahan dan penyimpangan lahan, proyeksi distribusi penduduk
untuk memprediksikan jumlah penduduk dan sarana yang dibutuhkan dimasa yang akan
datang, skala dan radius pelayanan sarana untuk mengetahui cakupan pelayanan dari sarana.

3.1.1 Konstelasi Wilayah


Konteks wilayah yang dibahas dalam laporan ini yaitu untuk melihat fungsi dan
peranan wilayah studi terhadap Kota Palu. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kota Palu Tahun 2010-2030, disebutkan bahwa pusat kegiatan (Centre of Bussines
District atau CBD) di Kota Palu pada awalnya terletak di Kelurahan Ujuna. Yaitu pasar dan
sekitarnya, namun telah berkembang dan membentuk titik tumbuh baru CBD Kota Palu.
Sebagai pusat pelayanan kota (PPK), maka dapat diketahui bahwa peranan wilayah studi
yaitu sebagai kawasan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama pelayanan
perkotaan skala kota atau wilayah yang lebih luas, hal tersebut didukung oleh perkembangan
CBD yang awalnya berada di Kelurahan Ujuna, tersebar hingga ke kelurahan disekitarnya.

3.1.2 Penentuan Pusat Kegiatan


Dalam penentuan pusat kegiatan berdasarakan 6 (enam) kelurahan yang mencakup
wilayah studi, digunakan metode analisis skalogram oleh Guttman untuk mengidentifikasi

RESUME PUSAT PELAYANAN TERPADU PERDAGANGAN DAN JASA 8


pusat pertumbuhan wilayah berdasarkan fasilitas yang dimiliki, sehingga dapat ditentukan
hirarki pusat-pusat pertumbuhan dan aktivitas pelayanan suatu wilayah. Wilayah dengan
fasilitas yang lebih lengkap merupakan pusat pelayanan, sedangkan wilayah dengan fasilitas
yang kurang akan menjadi daerah terbelakang (hinterland).
Seluruh 6 (enam) Kelurahan yang termasuk dalam wilayah studi tersebut belum
memiliki sarana yang lengkap berdasarkan sarana pendidikan, kesehatan, dan peribadatan.
Kelurahan yang memiliki sarana paling sedikit diantara Kelurahan yang lainnya adalah
Kelurahan Baru yaitu hanya memiliki 3 dari 13 fasilitas, sedangkan kelurahan yang memiliki
sarana yang paling banyak diantara Kelurahan lainnya adalah Kelurahan Ujuna, Kelurahan
Besusu Barat, dan Kelurahan Besusu Tengah yaitu 7 dari 13 fasilitas yang ada. Dari analisis
skalogram dapat diketahui bahwa Kecamatan yang layak menjadi pusat pelayanan khususnya
di wilayah studi adalah Kelurahan Ujuna, Kelurahan Besusu Barat, dan Kelurahan Besusu
Tengah yang memiliki nilai 7. Dan Kelurahan yang memiliki nilai paling rendah yaitu
Kelurahan Siranindi, dan Kelurahan Baru.

3.1.3 Kemampuan Lahan


Kemampuan lahan adalah karakteristik lahan yang mencakup sifat-sifat tanah,
topografi, drainase, dan kondisi lingkungan hidup lain untuk mendukung kehidupan atau
kegiatan pada suatu hamparan lahan (Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17
Tahun 2009 tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan
Ruang Wilayah). Berdasarkan karakteristik lahan tersebut maka dilakukan analisis
kemampuan lahan dengan menggunakan 3 (tiga) data karakteristik berupa curah hujan, jenis
tanah, dan kelerengan. Analisis tersebut dilakukan dengan memasukkan skor dari tiap-tiap
karakteristik yang berdasar pada Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor
682/Kpts/Um/8/81. Kemudian didapatkan hasil berdasarkan skor curah hujan, skor jenis
tanah, dan skor tingkat kelerengan, masing-masing memiliki skor 20, 15, dan 20. Sehingga
total skor dari seluruh kelurahan yang termasuk dalam kawasan perdagangan dan jasa adalah
55. Karena skor wilayah studi 55, yaitu <124, maka termasuk dalam kawasan budidaya.

3.1.4 Penyimpangan Lahan


Wilayah studi merupakan wilayah yang terbangun dan berbatasan dengan teluk serta
sungai yang membelah kedua kecamatan tersebut. Berdasarkan standar, sempadan pantai
memiliki jarak 100 m dari pasang tertinggi dan sempadan sungai memiliki jarak 3 m dari
bibir sungai. Sehingga setelah dilakukan analisis menggunakan ArcGIS dengan

RESUME PUSAT PELAYANAN TERPADU PERDAGANGAN DAN JASA 9


membandingkan penggunaan lahan dengan jarak sempadan sungai dan sempadan pantai
tersebut, didapatlah hasil sebagai berikut.

Sumber : Hasil Analisis Kelompok Pusat Pelayanan Perdagangan dan Jasa di Kota Palu, 2017
Gambar 1 Peta Penyimpangan Lahan
Berdasarkan peta hasil analisis di atas, maka dapat diketahui bahwa di wilayah studi
terdapat adanya penyimpangan di beberapa titik. Berdasarkan kondisi eksisting, lahan yang
menyimpang tersebut dikarenakan adanya pembangunan yang berada di 100 m dari pantai
dan 3 m dari sungai yang seharusnya tidak boleh dibangun, sehingga dikategorikan sebagai
penyimpangan.

3.1.5 Proyeksi dan Distribusi Penduduk


Berdasarkan data jumlah penduduk tahun 2011-2015 yang telah diuraikan sebelumnya,
akan dilakukan analisis terkait dengan proyeksi penduduk selama 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun,
dan 20 tahun kedepan, dimana berdasarkan hasil proyeksi penduduk tersebut dapat dilakukan
analisis terkait dengan kebutuhan sarana selama 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun
kedepan sehingga pada tahun-tahun tersebut jumlah sarana yang dibutuhkan dapat diketahui.
Jumlah penduduk 5 tahun sebelumnya memiliki laju pertumbuhan pertahun rata-rata hanya
0,043. Berikut adalah hasil perhitungan proyeksi jumlah penduduk menggunakan mode
eksponensial:

RESUME PUSAT PELAYANAN TERPADU PERDAGANGAN DAN JASA 10


Tabel 3 Proyeksi Jumlah Penduduk
Proyeksi Penduduk (Jiwa)
No. Kelurahan
5 Thn (2020) 10 Thn (2025) 15 Thn (2030) 20 Thn (2035)

1. Baru 7,281 8,238 9,321 10,546


2. Siranindi 8,664 9,106 9,571 10,059
3. Ujuna 11,900 13,463 15,233 17,234
4. Besusu Barat 18,531 19,093 19,673 20,270
5. Besusu Tengah 16,285 21,194 31,355 60,372
6. Lolu Utara 15,994 17,746 19,689 21,845
Sumber : Hasil Analisis Kelompok Pusat Pelayanan Perdagangan dan Jasa di Kota Palu, 2017

Berdasarkan data pada tabel proyeksi jumlah penduduk di atas, maka dapat diketahui
bahwa setiap tahunnya jumlah penduduk di setiap kelurahan meningkat. Peningkatan jumlah
penduduk tersebut tentunya mendorong adanya distribusi penduduk. Dari distribusi penduduk
dapat diketahui apakah penduduk tersebut tersebar merata atau tidak. Sehingga diperlukan
analisis terkait dengan distribusi penduduk. Hasil proyeksi penduduk tersebut dibandingkan
dengan persentase penduduk eksisting. Hasil tersebutlah yang merupakan hasil distribusi
penduduk. Rumus untuk mengetahui distribusi penduduk yaitu persentase penduduk
esksisting X proyeksi penduduk. Berikut adalah hasil perhitungannya:

Tabel 4 Hasil Perhitungan Distribusi Penduduk


Proyeksi Penduduk (Jiwa)
No. Kelurahan Persentase 5 Thn 10 Thn 15 Thn 20 Thn
(2020) (2025) (2030) (2035)
1. Baru 9,5 % 961 782 885 1.001
2. Siranindi 12, 15% 1.052 1.106 1.162 1.122
3. Ujuna 15, 50 % 1.844 2.086 2.361 2.671
4. Besusu Barat 26, 50 % 4.910 5.059 5.213 5.371
5. Besusu Tengah 10, 11 % 1.646 2.142 3.169 6.103
6. Lolu Utara 21, 24 % 3.397 3.769 4.181 4.639
Sumber : Hasil Analisis Kelompok Pusat Pelayanan Perdagangan dan Jasa di Kota Palu, 2017

RESUME PUSAT PELAYANAN TERPADU PERDAGANGAN DAN JASA 11


3.1.6 Skala dan Radius Pelayanan Sarana
Untuk menganalisis radius pelayanan sarana yang telah ada, dibutuhkan standar radius
pencapaian setiap sarana. maka digunakan standar radius pencapaian sarana peribadatan,
sarana pendidikan, dan sarana kesehatan yang bersumber dari Standar Nasional Indonesia
(SNI).
a) Sarana Peribadatan
Berdasarkan jenis sarana peribadatan, di wilayah studi hanya terdapat masjid dan gereja
dan tidak terdapat pura maupun vihara. Namun untuk gereja tidak terdapat standar yang
mengatur radius pelayanannya karena tergantung dari kelembagaan, sehingga hanya
dilakukan radius pencapaian untuk sarana berupa masjid. Berdasarkan standar jumlah
penduduk sarana peribadatan, maka dapat diproyeksi jumlah sarana peribadatan dalam
5 tahun, 10 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun kedepan sehingga dapat diketahui kebutuhan
masyarakat di tahun-tahun tersebut untuk melayani masyarakat. dan didapatkan hasil
bahwa seluruh wilayah studi telah terlayani dengan sarana peribadatan yang telah ada
b) Sarana Pendidikan
Berdasarkan standar radius pelayanan sarana pendidikan, maka dilakukan analisis
radius pelayanan di wilayah studi. Untuk sarana pendidikan berupa Taman Kanak-
Kanak (TK) belum mencapai seluruh wilayah studi, sarana pendidikan berupa Sekolah
Dasar (SD) juga sebagian kecil belum mencapai seluruh wilayah studi, sarana
pendidikan berupa Sekolah Menegah Pertama (SMP) juga belum sepenuhnya mencapai
wilayah studi, sedangkan sarana pendidikan berupa Sekolah Menengah Atas (SMA)
sudah mencapai seluruh wilayah studi bahkan juga pelayanannya mencapai kawasan di
sekitar wilayah studi.
c) Sarana Kesehatan
Untuk sarana kesehatan berupa puskesmas sudah terpenuhi, namun sarana kesehatan
berupa posyandu belum terpenuhi karena jumlah posyandu hanya terdapat 1 unit
sehingga pelayanannya belum mencapai seluruh wilayah studi, sedangkan sarana
kesehatan berupa tempat praktek juga belum sepenuhnya terlayani.

3.1.7 Ekonomi
Berdasarkan aspek ekonomi, wilayah studi yang terbagi dalam 6 (enam) kelurahan
tersebut memiliki kondisi perekonomian yang dapat berkembang dengan sendirinya karena
merupakan kawasan strategis perdagangan dan jasa yang tentunya mempengaruhi pendapatan
masyarakatnya sebagai pedagang dan juga menciptakan lapangan usaha. Sebagai wilayah

RESUME PUSAT PELAYANAN TERPADU PERDAGANGAN DAN JASA 12


yang termasuk bagian dari kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi,
maka tidak menutup kemungkinan bahwa kedepannya antara 2 kecamatan dan 6 kelurahan
tersebut bekerjasama dalam menumbuhkan perekonomian.

3.2 Analisis Mikro


Analisis mikro ini mencangkup tentang karakteristik wilayah studi mikro, yang menjadi
bahasan analisis didalamnya yaitu karakteristik fisik prasarana, kriteria fisik sarana, pedagang
kaki lima, aktifitas yang ada di wilayah studi, dan analisis swot.

3.2.1 Karakteristik
Wilayah studi yang terdiri dari 6 (enam) Kelurahan yaitu Kelurahan Baru, Kelurahan
Ujuna, Kelurahan Siranindi, Kelurahan Besusu Barat, Kelurahan Besusu Tengah, dan
Kelurahan Lolu Utara, memiliki karakteristik yang berbedabeda. Karakteristik wilayah studi
berdasarkan jenis perdagangannya adalah sebagai berikut:
a) Kelurahan Baru
Berdasarkan jenis perdagangan yang ada di Kelurahan Baru didominasi oleh pasar, dan
mebel. Bentuk sebaran jenis perdagangan di Kelurahan Baru cenderung linier mengikuti
jalan. Kemudian berdasarkan skala pelayanan, terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu lokal,
regional, dan antar regional. Berdasarkan data lapangan terkait dengan karakteristik
Kelurahan Baru menurut skala pelayanan adalah lokal dan regional, yaitu lokal sebesar
60% dan regional sebesar 40%.
b) Kelurahan Siranindi
Karakteristik berdasarkan jenis perdagangan di Kelurahan Siranindi didominasi oleh
pakaian, mebel, dan cellular. Sedangkan untuk sebaran jenis perdagangan di Kelurahan
Siranindi cenderung terpusat, namun terdapat pula pola linier yang mengikuti jalan.
Untuk skala pelayanan perdagangan dan jasa di Kelurahan Siranindi, yaitu skala lokal,
regional, dan antar regional. Persentasi dari masing-masing skala pelayanan adalah
lokal sebesar 34%, regional sebesar 33%, dan antar regional 33%.
c) Kelurahan Ujuna
Karakteristik berdasarkan jenis perdagangan di Kelurahan Ujuna didominasi oleh
pakaian, cellular, elektronik, dan toko bangunan. Bentuk sebaran jenis perdagangan di
Kelurahan Ujuna sama dengan Kelurahan Baru, yaitu linier mengikuti jalan.
Berdasarkan skala pelayanan di Kelurahan Ujuna juga merupakan lokal dan regional,
yaitu masing-masing 50%.

RESUME PUSAT PELAYANAN TERPADU PERDAGANGAN DAN JASA 13


d) Kelurahan Besusu Barat
Karakteristik berdasarkan jenis perdagangan di Kelurahan Besusu Barat didominasi
oleh bengkel, warung/kios, dan cellular. Untuk sebaran jenis perdagangan di Kelurahan
Besusu Barat memiliki pola linier mengikuti jalan. Sedangkan berdasarkan skala
pelayanan perdagangan dan jasa, Kelurahan Besusu Barat memiliki skala pelayanan
dari mulai lokal, regional, hingga antar regional. Persentasi skala pelayanan lokal yaitu
15%, regional yaitu 28%, dan antar regional yaitu 57%.
e) Kelurahan Besusu Tengah
Berbeda dengan 5 (lima) Kelurahan sebelumnya yang jenis perdagangannya didominasi
oleh lebih dari satu jenis, Kelurahan Besusu Tengah hanya didominasi oleh satu jenis
perdagangan, yaitu cellular. Sedangkan untuk sebarannya yaitu cenderung memusat,
namun terdapat pula pola sebaran yang linier. Untuk skala pelayanan perdagangan dan
jasa di Kelurahan Besusu Tengah yaitu lokal dan regional, dimana presentase lokal
17%, dan regional sebesar 83%.
f) Kelurahan Lolu Utara
Karakteristik berdasarkan jenis perdagangan di Kelurahan Lolu Utara didominasi oleh
pakaian, dan cafe. Sedangkan untuk sebaran jenis perdagangan di Kelurahan Lolu Utara
berpola linier dan terpusat. Sama dengan Kelurahan Besusu Tengah, untuk skala
pelayanan perdagangan dan jasa di Kelurahan Lolu Utara merupakan skala lokal,
regional, dan juga antar regional. Presentase skala lokal yaitu 20%, skala regional yaitu
60%, dan skala antar regional yaitu 20%.

3.2.2 Kriteria Fisik Prasarana


a) Jaringan Jalan
Fungsi jalan terbagi menjadi jalan arteri primer, jalan arteri sekunder, jalan kolektor
primer, jalan kolektor sekunder, jalan lokal primer, dan jalan lokal sekunder. Berikut
analisis dari fungsi jalan tersebut :
- Jalan arteri
Di Kota Palu, jalan arteri primer tidak terbagi menjadi primer dan sekunder. Namun
dalam pembahasan kali ini akan digunakan kriteria jalan arteri primer.
Tabel 5 Analisis Jalan Arteri
No. Kriteria Fakta Analisis
Kriteria jalan arteri Terdapat beberapa jalan Jalan arteri primer
1.
primer didesain arteri di wilayah studi, yaitu tersebut belum sesuai

RESUME PUSAT PELAYANAN TERPADU PERDAGANGAN DAN JASA 14


berdasarkan kecepatan jalan Imam Bonjol, jalan dengan dengan kriteria
rencana paling rendah 60 Gajah Mada, jalan berdasarkan kecepatan.
km/jam Hasanuddin, dan jalan
Samratulangi. dalam
keadaan eksiting, kecepatan
rata-rata di jalan
Jalan yang memenuhi
kriteria yaitu Jalan
Jalan Imam Bonjol, jalan
Imam Bonjol, jalan
Gajah Mada, jalan
Gajah Mada, dan jalan
Lebar jalan arteri Hasanuddin, dan jalan
Samratulangi karena
2. primer paling rendah Samratulangi
memiliki lebar di atas
11 meter masingmasing memiliki
11 meter. Sedangkan
lebar jalan 14,5, 14,5, 7,3,
untuk jalan Hasanuddin
dan 14.
belum memenuhi
kriteria.
Berdasarkan kondisi
eksisting di 4 (empat)
Jalan arteri primer Belum memenuhi
jalan yang termasuk
3. seharusnya dilengkapi kriteria karena tidak
dalam fungsi arteri, semua
dengan median jalan memiliki median jalan.
jalan tersebut tidak
memiliki median jalan
Sumber : Hasil Analisis Kelompok Pusat Pelayanan Perdagangan dan Jasa di Kota Palu, 2017

- Jalan kolektor primer


Tabel 6 Analisis Jalan Kolektor Primer
No. Kriteria Fakta Analisis
Berdasarkan kondisi Sehingga berdasarkan
eksisting, jalan di wilayah kecepatan, jalan-jalan
Jalan kolektor primer studi yang termasuk dalam tersebut telah memenuhi
didesain berdasarkan fungsi kolektor primer yaitu kriteria sebagai jalan
1.
kecepatan rencana paling jalan Sis Al-Jufri, jalan dengan fungsi kolektor
rendah 40 km/jam. Taman Ria, jalan Moh. primer.
Hatta, dan jalan Ir. H. Juanda
dengan rata-rata kecepatan

RESUME PUSAT PELAYANAN TERPADU PERDAGANGAN DAN JASA 15


telah mencapai 40 km/jam
Sehingga berdasarkan
Berdasarkan kondisi
kriteria lebar jalan,
eksisting jalan Sis Al-Jufri
jalan yang telah
memiliki lebar jalan 12
Lebar badan jalan memenuhi kriteria
meter, jalan Taman Ria
kolektor primer paling yaitu jalan jalan Sis Al-
2. memiliki lebar 5-7 meter,
rendah 9 (sembilan) Jufri, jalan Moh. Hatta,
jalan Moh. Hatta memiliki
meter dan jalan Ir. H. Juanda,
lebar 14,4 meter, dan jalan
sedangkan jalan Taman
Ir. H. Juanda memiliki
Ria belum memenuhi
kebar 14,8 meter
kriteria.
Sumber : Hasil Analisis Kelompok Pusat Pelayanan Perdagangan dan Jasa di Kota Palu, 2017

- Jalan kolektor sekunder


Tabel 7 Analisis Jalan Kolektor Sekunder
No. Kriteria Fakta Analisis
Berdasarkan keadaan Semua jalan tersebut
eksisting, jalan yang telah memenuhi kriteria
memiliki fungsi sebagai sebagai jalan dengan
kolektor sekunder di wilayah fungsi kolektor sekunder
studi adalah jalan Durian, karena memiliki
sebagian jalan W.R. kecepatan ratarata di atas
Supratman, sebagian jalan 20 km/jam
Bantilan, jalan Wahid
Jalan kolektor sekunder Hasyim, jalan S. Gumbasa,
didesain berdasarkan jalan S. Lariang, jalan
1.
rencana kecepatan paling Kemiri, jalan Kimaja, jalan
rendah 20 km/jam Dr. Soeharso, jalan Dr.
Wahidin, jalan Pattimura,
jalan H. Hayyun, jalan
Raden Saleh, jalan S.
Parman, jalan Letjen
Soeprapto, jalan Gatot
Subroto, jalan Masjid Raya,
jalan Kartini, dan jalan Bali.
Dan keseluruhan jalan

RESUME PUSAT PELAYANAN TERPADU PERDAGANGAN DAN JASA 16


tersebut telah mencapai
kecepatan 20 km/jam.
Berdasarkan lebar jalan
tersebut, yang
memenuhi kriteria
Berdasarkan jalan
sebagai jalan dengan
kolektor sekunder di
fungsi kolektor
wilayah studi yang telah
sekunder hanya 2 (dua)
di paparkan di atas,
dari 19 (sembilan
Lebar jalan kolektor masing-masing lebar jalan
belas) jalan yaitu jalan
2. sekunder paling rendah tersebut adalah 6 m, 7 m,
Kemiri, dan jalan
9 meter 5,5 m, 8,5 m, 6 m, 6 m, 9
Kimaja. Sehingga
m, 10 m, 5,5 m, 7 m, 7,8
sebagian besar jalan
m, 6,5 m, 7,5 m, 5,5 m, 7
tersebut belum
m, 8,7 m, 7,15 m, 8,4 m,
memenuhi kriteria
dan 3,2 m.
sebagai jalan dengan
fungsi kolektor
sekunder.
Sumber : Hasil Analisis Kelompok Pusat Pelayanan Perdagangan dan Jasa di Kota Palu, 2017

- Jalan lokal
Di Kota Palu, jalan lokal tidak terbagi dalam primer dan sekunder. Namun dalam
pembahasan kali ini akan digunakan kriteria jalan lokal primer.
Tabel 8 Analisis Jalan Lokal
No. Kriteria Fakta Analisis
Berdasarkan seluruh jalan Sehingga kriteria
yang memiliki fungsi lokal, berdasarkan kecepatan
belum seluruhnya jalan untuk jalan dengan fungsi
Jalan lokal primer memiliki kecepatan ratarata lokal belum sepenuhnya
didesain berdasarkan 20 km/jam. Seperti pada terpenuhi
1.
kecepatan rencana paling jalan dalam kompleks
rendah 20 km/jam Masjid Agung, kompleks
palu plaza, sekitar pasar tua,
kompleks korem juanda, dan
kompleks asrama korem

RESUME PUSAT PELAYANAN TERPADU PERDAGANGAN DAN JASA 17


yang memiliki kecepatan
tidak mencapai 20 km/jam
Selain jalan Gunung
Sidole, jalan Rajawali, Sehingga sebagian
dan jalan Setia Budi yang besar jalan yang
Lebar badan jalan lokal masingmasing memiliki memiliki fungsi lokal
2. primer paling rendah lebar 6,5 meter, 7 meter, belum memenuhi
6,5 meter dan 7 meter, belum kriteria karena lebar
mencapai 6,5 meter dan badan jalannya belum
hanya berkisar antara 2,5 mencapai 6,5 meter
meter hingga 6 meter
Sumber : Hasil Analisis Kelompok Pusat Pelayanan Perdagangan dan Jasa di Kota Palu, 2017

3.2.3 Kriteria Fisik Sarana


Berdasarkan kondisi eksisting di wilayah studi, ketersediaan sarana pendukung yang
disesuaikan dengan kebutuhkan konsumen yaitu sarana peribadatan. Untuk sarana
peribadatan berupa masjid dan gereja telah terpenuhi, yaitu masing-masing 5 unit dan 2 unit
yang tersebar di berbagai titik di wilayah studi. Dimana 4 unit masjid dan 1 unit gereja berada
di Kecamatan Palu Barat, dan 1 unit masjid serta 1 unit gereja berada di Kecamatan Palu
Timur. Untuk sarana peribadatan berupa pura dan vihara belum terdapat di wilayah studi.
Berikut adalah peta sebaran sarana peribadatan yang ada di wilayah studi.
Sedangkan untuk prasarana berupa jalan, drainase, air bersih, air limbah, listrik, dan
telekomunikasi telah terpenuhi. Untuk jenis bangunan yang terdapat di wilayah studi yaitu
bangunan usaha perdagangan, bangunan penginapan yang berupa hotel dan penginapan, serta
bangunan penyimpanan dan pergudangan. Namun tidak terdapat bangunan tempat pertemuan
yang berupa aula dan tempat konferensi, dan bangunan pariwisata/rekreasi yang berupa
biskop dan area bermain.

3.2.4 Analisis Swot


Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk
mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weakness), peluang (oppurtunity), dan
ancaman (threats). Analisis tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan faktor internal dan
faktor eksternal dimana potensi dan kelemahan merupakan faktor internal, serta peluang dan
ancaman merupakan faktor eksternal..Berikut adalah hasil analisis SWOT terkait dengan
kawasan strategis perdagangan dan jasa.

RESUME PUSAT PELAYANAN TERPADU PERDAGANGAN DAN JASA 18


a) Peluang (Oppurtunity)
- Lokasi kawasan pedagangan dan jasa yang strategis
- Sebagai pusat pelayanan kota dengan skala pelayanan kota dan regional
- Berada di pusat kota sehingga mudah untuk di akses
- Mobilitas yang tinggi
- Memiliki jenis perdagangan yang berbeda-beda (bervariasi)
- Terdapat toko/warung yang menjual kebutuhan sehari-hari sehingga frekuensi
belanja lebih sering
- Menciptakan lapangan kerja
- Sebagai daerah aglomerasi perdagangan dan jasa sehingga dapat menjadi pusat
pertumbuhan wilayah.
b) Ancaman (Threat)
- Munculnya toko-toko besar diluar kawasan strategis perdagangan dan jasa.
c) Potensi (Strenght)
- Harga yang ditawarkan terjangkau
- Jam operasi lebih dari 12 jam sehari
- Berkedudukan sebagai Pusat Pelayaan Kota (PPK) di Kota Palu
- Terdapat CBD pertama di Kota Palu dengan bangunan-bangunan tua yang dapat
memperkuat citra kawasan.
d) Kelemahan (Weekness)
- Tidak adanya kesatuan tema bangunan di seluruh kawasan
- Kawasan perdagangan dan jasa tersebut belum tertata
- Kurangnya lahan parkir
- Tidak tersedia jalur pejalan kaki
- Belum mempertimbangkan bagi kaum berkebutuhan khusus seperti penyandang
cacat, anak-anak, dan manula
- Tidak adanya ruang terbuka public
- Tidak adanya penghijauan sebagai penetralisir suhu dan polusi
- Jalan yang kurang lebar
- Sering terjadi kemacetan
- Belum optimalnya sistem pengelolaan sampah dan sistem jaringan drainase
sekunder sehingga mengakibatkan kawasan rawan genangan air di beberapa titik.

RESUME PUSAT PELAYANAN TERPADU PERDAGANGAN DAN JASA 19


Tabel 9 Analisis Swot
Eksternal
Internal Peluang (Opputurnity) Ancaman (Threat)

- Meningkatkan kualitas - Memaksimalkan


produk. pertumbuhan kawasan
- Mempertahankan citra perdagangan dan jasa
Potensi (Strength)
kawasan dari segi bentuk
bangunan yang ada di
sekitar pasar tua
- Menata kawasan - Menyatukan tema
perdagangan dan jasa. bangunan sehingga
- Menyediakan kantong parkir dapat menciptakan
sehingga dapat mendukung kesan khas dari
aktivitas jual-beli sekaligus kawasan tersebut.
mengurangi kemacetan. - Membuat jalur pejalan
- Menyediakan fasilitas untuk kaki.
Kelemahan (Weakness) kaum berkebutuhan khusus. - Harus adanya bidang
- Menyediakan ruang terbuka pemasaran untuk
publik dan penghijauan. kawasan perdagangan
dan jasa yang dikekolah
oleh pemerintah kota.
- Perlu adanya
peningkatan kawasan
perdagangan dan jasa.
Sumber : Hasil Analisis Kelompok Pusat Pelayanan Perdagangan dan Jasa di Kota Palu, 2017

RESUME PUSAT PELAYANAN TERPADU PERDAGANGAN DAN JASA 20

Anda mungkin juga menyukai