Laporan Fitokimia
Laporan Fitokimia
Laporan Fitokimia
Morus alba (Murbei) merupakan golongan tumbuhan semak atau pohon yang berasal
dari daerah Cina bagian utara. Tumbuhan ini juga banyak dibudidayakan di berbagai daerah
baik denga iklim subtropik maupun tropik. Murbei banyak dimanfaatkan untuk pakan ulat,
khususnya daun dan kulit kayu muda digunakan untuk pakan ternak (Gilman dan Watson,
1994).
Averrhoa carambola L.
Averrhoa carambola L.atau yang biasa disebut dengan belimbing manis merupakan
tanaman dengan pertumbuhan lambat. Belimbing diyakini berasal dari Ceylon dan Maluku
tetapi telah dibudidayakan di Asia Tenggara dan Malaysia selama berabad-abad. Tumbuhan
ini juga tumbuh di Cina Selatan khususnya di provinsi Fukien, Kuangtung dan Kuangsi,
Filipina, Australia dan negara-negara di kawasan Asia Pasifik.
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Klas : Magnoliopsida
Subklas : Rosidae
Ordo : Geraniales
Famili : Oxalidaceae
Genus : Averrhoa
Spesies : Averrhoa carambola L.
(Hikino & Kiso, 1988)
Tinggi dari belimbing manis mencapai 12 m. Batang berkayu, tegak, bulat,
bercabang-cabang, coklat kotor. Daun majemuk, menyirip, bulat telur, ujung runcing, pangkal
membulat, tepi rata, panjang 1,5-7,5 cm, lebar 1-4 cm, bertangkai pendek, anak daun dua
belas, pertulangan menyirip, hijau. Bunga majemuk, bentuk malai, pada ranting atau ketiak
daun, kelopak 4 mm, merah, daun mahkota pada bagian tengah bergandengan, bulat telur 6-
8 mm, merah keunguan. Buah buni, panjang 4-13 cm, masih muda hijau setelah tua kuning
kehijauan. Biji lanset, pipih, masih muda putih setelah tua coklat kehitaman. Akar tunggang,
coklat kehitaman.
Averrhoa carambola L
Secara umum tumbuhan ini digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisonal untuk
mengobati penyakit malaria, sakit tenggorokan, diare, luka, bisul, koreng, asma, dan
influenza (Sirait, 1989). Menurut bahwa tumbuhan belimbing manis memiliki efek
farmakologis seperti antiradang usus, antimalaria, antirematik, analgesik, peluruh liur,
peluruh kencing (diuretic), menghilangkan panas, dan sebagai pelembut kulit. Bagian buah
secara empiris juga dapat dimanfaatkan sebagai obat untuk tekanan darah tinggi, menurunkan
kadar kolesterol darah, mencegah kanker, memperlancar pencernaan, obat batuk, peluruh air
kencing, peluruh lemak, dan radang usus (Wiryowidagdo dan Sitanggang, 2002; Arisandi dan
Yovita, 2005; Rukmana, 1996). Efek farmakologis dari buah belimbing manis ini
kemungkinan disebabkan oleh salah satu atau gabungan beberapa senyawa kimia yang
terkandung seperti; senyawa golongan flavonoid, alkaloid, saponin, protein, lemak, kalsium,
fosfor, zat besi, serta vitamin A, B1 dan vitamin C. Hasil uji skrining fitokimia pendahuluan
terhadap ekstrak kental metanol buah belimbing
manis diketahui positif mengandung senyawa golongan flavonoid, alkaloid, dan, saponin,
dengan kemungkinan kandungan utamanya adalah flavonoid. Hal ini dilihat secara kualitatif
dari intensitas warna yang timbul setelah ditambahkan beberapa pereaksi untuk deteksi
senyawa golongan flavonoid. Berdasarkan pemanfaatannya secara empiris yang salah satunya
untuk mengobati penyakit radang usus yang disebabkan oleh bakteri, serta hasil uji fitokimia
pendahuluan yang menunjukkan bahwa buah belimbing manis kemungkinan mengandung
senyawa metabolit sekunder yang utama adalah flavonoid (Wiryowidagdo dan Sitanggang,
2002).
Garcinia dulcis
Tumbuhan Garcinia dulcis, nama daerah mundu, banyak ditemukan dan tumbuh di
beberapa daerah di Indonesia seperti daerah pulau Jawa, pulau Kalimantan dan Papua.
Tumbuhan ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, pada bagian daun dan biji mundu untuk
mengobati limpatitis, parotitis dan struma sedangkan bagian buah digunakan sebagai jus yang
bermanfaat sebagai ekspektoran.
Kingdom :Plantae
Divisio :Spermatophyta
Subdivisio :Angiospermae
Klas :Magnoliopsida
Subklas :Dilleniidae
Ordo :Theales
Famili : Clusiaceae
Genus :Garcinia
Spesies : Garcinia dulcis
(Peres dan Nagem, 1997)
Garcinia dulcis dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 20 m. Baangnya berkayu, bulat,
permukaannya kasar, bercabang-cabang, dan hijau keputih-putihan. Daunnya tunggal, bulat
telur, tepi rata, ujung tumpu, pangkal rata, menyirip, permukaan licin, panjang 10-30 cm,
lebar 3-15 cm dan berwarna hijau. Tumbuahan ini memiliki bunga tunggal, tumbuh di ketiak
daun, tangkai pendek, kelopak berbenluk tabung, hijau, mahkota terbagi menjadi empat,
lonjong, panjangnya 1 cm, memiliki benang sari sebanyak enam sampai sepuluh, kepala
putik berlekuk lima, bakal buah beruang lima dan berwarna putih. Buahnya berbentuk bulat
dan berwarna kuning. Biji buahnya keras, berbentuk bulat dan berwarna coklat. Tumbuhan
ini memiliki akar tunggal dan berwarna putih kecoklatan.
Garcinia dulcis
Secara umum tumbuhan ini digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisonal,
dimana biji Garcinia dulcis berkhasiat sebagai obat luka, obat gondok dan obat sariawan.
Untuk obat luka, dipakai 8 gram biji Garcinia dulcis, dibakar sampai hangus, ditumbuk
halus, kemudian ditaburkan pada luka. Selain itu tumbuhan ini juga dapat mengobati urus-
urus dan gonduk. Penelitian tumbuhan G. dulcis telah banyak dilaporkan diantaranya kulit
batang asal Papua New Guinea (Ito, 1997), daun asal Bogor (Kosela, 2000) dan buah asal
Thailand (Deachathai, 2005) yang menghasilkan beberapa senyawa santon, seperti santon
teroksigenasi, terprenilasi, pirano dan termodifikasi. Biji dan daun Garcinia duicis
mengandung saponin, flavonoida dan tanin. Sedangkan menutut Sukamat dan Ersam (2006)
Garcinia dulcis dapat digunakan sebagai antikanker, anti-inflamatori, antibakterial, antiviral,
antifugal, anti-HIV, antidepresan dan antioksidan.
Bunga merak merupakan tanaman semak hias yang dapat tumbuh hingga mencapai
tinggi 7 m. Daunnya berbentuk majemuk menyirip dua kali, diatur secara bergantian,
panjangnya 20-35 cm, dengan 4-9 pasang sisi-batang yang menanggung 6-11 pasang.
Bunganya memiliki lebar 3,5 cm, di tandan longgar, mencolok, berwarna oranye-merah-
kuning, tidak berbau dan dengan benang sari panjang yang sangat menonjok menonjol.
Bunga merak
C. pulcherrima telah dibudidayakan terutama sebagai hias taman populer. Spesies ini
juga telah digunakan dalam agroforestry, karena memiliki duri tajam di sepanjang batang,
kadang tanaman ini disebut sebagai pagar bunga karena penggunaannya di Hindia Barat
sebagai pagar penghalang berbunga (Missouri Botanical Garden, 2014). Secara umum
tumbuhan ini digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisonal, antara lain untuk mengobati
gastritis, radang usus, diare, disentri, perut kembung, disfungsi uterus, dan sebagai
emmenagogue dan untuk menginduksi aborsi. Di Taiwan, tanaman ini banyak digunakan
pengobatan sejumlah gangguan termasuk demam, menoxenia, mengi, bronkitis dan infeksi
malaria (Chiang et al., 2003). Di Pakistan akar digunakan untuk kejang infantil, bunga-bunga
untuk cacingan, batuk dan radang selaput lendir hidung kronis dan daun sebagai pencahar dan
aborsi (Flora Pakistan, 2014). Sebuah studi 2011 menemukan daun dari spesies yang
dikumpulkan di Malaysia terkandung agen antioksidan dan antibakteri, terutama untuk
infeksi MRSA (Chew et al., 2011). Menurut Zanin et al (2012), antiulcer, anti kanker,
antidiabetes, anti inflamasi, antimikroba, and antirematik. Hal ini erat kaitannya dengan
senyawa yang terkandung di dalamnya yaitu adanya senyawa flavonoid, diterpen, and steroid.
Landep
Landep merupakan tanaman yang berasal dari Asia tropik dan Afrika Selatan. Di
Indonesia landep ditemukan di daerah yang beriklim kering, tumbuh liar, atau ditanam untuk
pagar dari dataran rendah sampai 400 meter dpl. Tanaman ini tumbuh di beberapa daerah di
Indonesia dengan nama yang berbeda yaitu jarong, kembang landep (Sunda), landep (Jawa),
bunga landak (Sumatera), dan landhep (Madura) (Shukla, P et al., 2011).
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Lamiales
Famili : Acanthaceae
Genus : Barleria
Spesies : Barleria prionitis
Landep merupakan tumbuhan semak dengan tinggi mencapai 1,5 m. Batangnya
berkayu, segi empat, dan berwarna hijau. Daunnya tunggal, berhadapan, berbentuk elips
sampai lanset, pangkal dan ujungnya runcing, panjang 2-18 cm, lebar 20-65 mm, pertulangan
menyirip, hijau. Bunganya tunggal, berhadapan, terletak di ketiak daun, panjangnya 1-2 cm,
kelopak 1,5 cm, terdapat dua benang sari, tangkai putik bentuk jarum, mahkota bertajuk
lima, bentuk elips memanjang, kuning. Buah kotak, bulat telur, pipih, ujung agak lancip,
keras, hijau. Bulat telur, pipih, mengkilat seperti beludru, coklat. Akar tunggang, bulat, coklat
kotor.
Tanaman Landep
Banyak studi farmakologi dan fitokimia yang telah dilakukan pada tanaman ini.
Berdasarkan hasil penelitian Gupta (2000) akar landep diketahui memiliki aktivitas
antifertilitas karena ekstrak metanol akar landep dapat mengurangi spermatogenesis dari
mencit jantan. Chavan (2010) menyebutkan bahwa ekstrak etanol dari seluruh bagian
tumbuhan memiliki aktivitas antihelmintik hal ini terbukti dengan terhambat pertumbuhan
cacing Pheretima posthuma setelah diberikan ekstrak tersebut. Ekstrak bunga landep juga
memiliki aktivitas analgesik pada tikus (Jaiswal et al 2010), dan aktivitas antijamur terhadap
Candida albicans (Aneja et al,. 2010). Selain itu ekstrak daun dan kalus landep dapat
menghambat pertumbuhan bakteri gram positif (Shukla et al . 2011). Ekstrak alkohol dari
daun landep juga dapat menurunkan glukosa darah dan meningkatkan level glikogen dalam
hati pada tikus yang terkena diabetes (Dheer et al. 2010). Ekstrak landep juga diketahui tidak
memiliki efek racun dan aman jika diberikan dengan dosis yang tinggi (Thaakur, 2011).
PEMBAHASAN
Tanaman Mundu
Berdasarkan hasil skrinning fitokimia yang ditunjukkan pada tabel 4.1, pengujian
kandungan fenolat dalam daun, akar, dan kulit batang Mundu secara kualitatif ditandai
dengan adanya perubahan warna sampel menjadi hijau kehitaman. Hasil uji senyawa fenolat
menunjukkan bahwa bagian akar, batang, dan daun mengandung fenolat. Untuk kandungan
terpen terdapat pada bagian akar dan batang dengan ditandai perubahan warna coklat-oranye.
Kandungan Alkaloid terdapat pada akar dan batang dengan ditandai adanya perubahan warna
menjadi oranye. Sedangkan kandungan senyawa steroid dan saponin terdapat pada bagian
daun, namun kurang dominan. Secara keseluruhan senyawa metabolit sekunder yang
dominan pada Mundu adalah terpen dan fenolat. Hal tersebut sesuai dengan yang dilaporkan
Sukamat dan Ersam (2006) bahwa tumbuhan mundu mengandung senyawa fenolat dan
terpen.
Tabel 4.1 Hasil Uji Fitokimia Tanaman Seggugu
Nama Kandungan Senyawa Metabolit Sekunder
Tumbuhan Terpen Fenolat Alkaloid Steroid Saponin
akar ++++ ++++ ++ - -
batang ++++ ++++ ++ - -
daun - ++++ - + ++
Senggugu bunga - - - - -
Daftar Pustaka
Achmad, S.A., Hakim, E.H., Makmur, L., Mujahidin, D., Juliawati, L.D., Syah, Y.M.
(2001). Discovery of Natural Products from Indonesian Tropical Rainforest
Plants : Chemodiversity of Artocarpus (Moraceae). Antalya: IUPAC
Dalimartha, S. (1999). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Ungaran : Trubus Agriwidya,
Jakarta.
Dwidjoseputro. (1994). Pengantar fisiologi Tumbuhan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Eccles, R. & Weber, O. (2009). Common Cold. London: Springer.
Gilman, E.F., Watson, D.G. (1994). Morus alba fruitless cultivars White Mulberry. Florida
Cooperative Extension Service, Institute of Food and Agricultural Sciences,
University of Florida.
Hikino & Kiso. (1988). in Seigler, D. S. (1998). Plant Secondary Metabolism. Springer
Science & Business Media.
Joo L. Baldim Zanin, Bianca A. de Carvalho, Paloma Salles Martineli, Marcelo Henrique
dos Santos, Joo Henrique G. Lago, Patrcia Sartorelli, Cludio Viegas, Jr., and
Marisi G. Soares. 2012. The Genus Caesalpinia L. (Caesalpiniaceae):
Phytochemical and Pharmacological Characteristics Molecules journal.
Kosela, S., dkk. (2000) Dulxanthones F H, Three New Pyranoxanthones from Garcinia
dulcis, J. Nat. Prod. 63 406 407
Mohammadi, J. & Naik, P.R., 2001. Evaluation of Hypoglycemic Effect of Morus alba in an
Animal Model. Indian Journal of Pharmacology, 1, pp.17.
Peres V., And Nagem, T. J., (1997), Tryoxigeneted naturally occurring xanthones,
Phytochemistry, 44 (2), 191-214.
Sayuti, K. Gunarif Taib dan Liza Halim.2010. Pengaruh Perlakuan Pendahuluan pada Daun
Murbei (Morus albaL.) Terhadap Karakteristik Minuman Effervescent yang
Dihasilkan. Universitas Andalas
Sirait, M., 1989, Pemanfaatan Tanaman Obat, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Edisi III.,Departeman Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI, Jakarta
Sukamat and Ersam, T., (2006), Dua Senyawa Santon Dari Kayu Batang Mundu Garcinia
Dulcis (Roxb.) Kurz. Sebagai Antioksidan. Makalah disajikan dalam Seminar
Nasional Kimia VIII, Surabaya, 8 Agustus.