Data Saluran PDAM Bandung
Data Saluran PDAM Bandung
Data Saluran PDAM Bandung
Rekapitulasi debit produksi PDAM Kota Bandung tahun 2006 dari setiap unit
produksi yang ada adalah sebagai berikut ditunjukkan pada Tabel 2.
46
pelayanan distribusi yaitu wilayah Utara, Timur, Barat, dan Tengah-Selatan
(PDAM Kota Bandung, 2007).
47
Batas wilayah pelayanan distribusi serta pola penyebaran pelanggan saat ini sebagaimana terlihat pada Gambar IV.1 dan Gambar IV.2.
P E TA D A E R A H P E LA YA
Y A N A N P D A M K O TA B A N D U N G
Cipan ja lu
Cisu rupan
Gambar IV.1 Peta daerah pelayanan PDAM Kota Bandung (PDAM Kota Bandung, 2008)
47
Gambar IV.2 Peta penyebaran pelanggan PDAM Kota Bandung (PDAM Kota Bandung, 2008)
48
Adapun jumlah pelanggan berdasarkan klasifikasi jenis pelanggan ditunjukkan
pada Tabel IV.1
2 Niaga SL 17435
3 Industri SL 543
4 Pemerintah SL 2200
5 Sosial SL 141
Jumlah SL 139889
49
relatif tua akan sangat rentan terhadap resiko kebocoran, apalagi jika pada saat
pemasangannya tidak dilakukan dengan cara yang benar. Di samping itu juga
terdapat pipa asbestos cement sepanjang 63 km yang juga sangat rentan
terhadap kebocoran serta disinyalir bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan
kanker), sehingga perlu dilakukan penggantian.
Gambar IV.3 menunjukkan pola jaringan pipa induk dalam sistem
distribusi PDAM Kota Bandung, sedangkan pola distribusi PDAM Kota Bandung
ditunjukkan pada Gambar IV.4.
50
Gambar IV.3 Peta jaringan pipa induk PDAM Kota Bandung (PDAM Kota Bandung, 2008)
51
Gambar IV.4 Pola distribusi air bersih PDAM Kota Bandung (PDAM Kota Bandung, 2008)
52
IV.3 JARINGAN PERPIPAAN PRIMER DISTRIBUSI PDAM KOTA
BANDUNG
PDAM Kota Bandung melayani penduduk Kota Bandung dengan luas
wilayahnya adalah 10800 ha (PDAM Kota Bandung, 1990). Sejak tahun 1990,
PDAM Kota Bandung tidak melakukan pengembangan jaringan pada perpipaan
primernya. Pada tahun 2006, jumlah penduduk yang terlayani oleh sistem
penyediaan air minum dari PDAM Kota Bandung adalah 1.802.356 jiwa,
sehingga jika diperhitungkan dari jumlah penduduk Kota Bandung yang sebesar
2.293.283 jiwa (PDAM Kota Bandung, 2007), cakupan pelayanan air minum
PDAM Kota Bandung sampai dengan Bulan Agustus 2006 adalah 78,6%.
Dari jumlah tersebut di atas, penduduk yang terlayani dengan sambungan
langsung adalah 1.364.245 jiwa atau sebesar 49.2% dari total jumlah penduduk
Kota Bandung dan 283.109 jiwa dan sebesar 10.21% terlayani dengan sambungan
KU/HU. Jumlah sambungan PDAM Kota Bandung sendiri adalah sebanyak
143.041 sambungan, dimana 15,81% merupakan sistem gilir.
53
Tabel IV.2 Klasifikasi Jenis Pipa Berdasarkan Diameter
Diameter Pipa Jenis Pipa
200 mm PVC
250 400 mm semen asbes
500 mm Baja
Sumber: PDAM Kota Bandung, 2007
IV. 3.2 Suplai dan Zona Tekanan
Pada saat jaringan pipa dibangun, jaringan pipa dibagi menjadi empat
dimana masing-masing bagian disuplai oleh reservoirnya masing-masing. Satu
bagian terletak di utara Kota Bandung, sedangkan yang lainnya terletak secara
paralel dengan ketinggian yang hampir sama (Barat, Selatan-Tengah dan Timur).
Masing-masing bagian yang saling berhubungan dihubungkan oleh valve pada
titik perhubungan, tetapi biasanya kondisi valve dalam keadaan tertutup. Detail
suplai utama di tiap bagian dijelaskan melalui Tabel IV.3.
Tabel IV.3 Suplai Utama Masing-Masing Zona Suplai Sebelum BWSAI Phase 2
Data Reservoir Elevasi Terendah
Tekanan Statik
Area Suplai yang Dapat Disuplai
Nama Inflow (LPS) Elevasi (m) Minimum (mwc)
(m)
Pakar 40 938.5 720 221
R-XI 150 924.15 720 208
Utara
Cikendi 40 818 720 98
Cibeureum 3 1050
Selatan-
Badak Singa 800 744.6 678 70
Tengah
Selatan-
R-X 170 748.7 685 75
Barat
Timur R-IX 165 747.4 670 77
Sumber: PDAM Kota Bandung, 1988
Dengan kondisi seperti ini, pada tahun 1988 pun kondisi tersebut sudah
tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Bandung akan air minum.
Pada beberapa bagian di wilayah selatan pun walau tampaknya mempunyai
kondisi tekanan statik yang baik, tetapi dalam kenyataannya di lapangan air
minum tidak pernah bergerak sedemikian jauhnya untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat.
54
Melalui program BWSAI Phase 2-1988, keempat zona telah
ditransformasi menjadi dua zona saja, yaitu zona suplai Utara dan Selatan. Suplai
zona Utara terdiri dari R-XI, Pakar, IPAM Cikapundung dan Cibeureum. R-XI,
Pakar dan IPAM Cibeureum akan mensuplai kebutuhan air bagi masyarakat di
Barat Daya Kota Bandung (Kelurahan Sarijadi, Sukawarna, Cipedes, Sukabungah
dan Husein Sastaranagara) dan di tenggara Kota Bandung (Kelurahan
Ciumbuleuit, Dago,Cibeunying, Sekeloa dan Sadangserang) sedangkan daerah di
kelurahan Isola dan Ledeng akan menerima suplai dari Cibeureum. Zona utara ini
akan dibagi menjadi beberapa subzona untuk mempertahankan kelebihan tekanan.
Sementara itu, zona selatan merupakan gabungan dari bagian selatan-
tengah, selatan-barat dan timur namun memilliki pelayanan yang lebih luas. Jika
pada awalnya interkoneksi antar bagian dihubungkan oleh valve tertutup maka
pada saat ini seluruh zona selatan merupakan gabungan dari bagian selatan-
tengah, selatan-barat dan timur yang dihubungkan oleh valve yang terbuka penuh,
sehingga bagian selatan merupakan bagian yang saling terinterkoneksi. Berikut
ditampilkan perubahan suplai utama masing-masing zona suplai setelah program
BWSAI Phase 2 dan sumber air untuk masing-masing reservoir pada Tabel IV.4
dan Tabel IV.5.
Tabel IV.4 Suplai Utama Masing-Masing Zona Suplai Setelah BWSAI Phase 2
Data Reservoir Tekanan Statik
Elevasi Terendah yang
Area Suplai Minimum
Nama Inflow (LPS) Elevasi (m) Dapat Disuplai (m)
(mwc)
Pakar 60 938.5 720 221
R-XI 150 924.15 720 208
Utara
Cikendi 600 818 720 98
Cibeureum 40 1050
Selatan-Tengah Badak Singa 1800 744.6 678 70
Selatan-Barat R-X 40 748.7 685 75
Timur R-IX 60 747.4 670 77
Sumber: PDAM Kota Bandung, 1988
55
Tabel IV.5 Sumber Air untuk Masing-Masing Reservoir
Data Reservoir
Area Suplai
Sumber Air Nama Inflow (LPS)
Kolam PLN Pakar 60
Mata Air Ledeng R-XI 150
Utara
S. Cikapundung Cikendi 600
S. Cibeureum Cibeureum 40
S. Cikapundung, S.
Selatan-Tengah Badak Singa 1800
Cikalong
Sumur Bor, Mata
Selatan-Barat R-X 40
Air Cipedes
Sumur Bor, IPA
Timur Pakar, Mata Air R-IX 60
Cikutra
Sumber : PDAM Kota Bandung, 2006
56
Faktor aliran malam adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara
debit harian minimum dengan debit harian rata-rata. Sama halnya dengan faktor
peak, faktor aliran malam yang berbeda-beda untuk setiap wilayahnya karena
dipengaruhi oleh tata guna lahannya. Pada tahun 1988, PDAM Kota Bandung
telah menetapkan faktor peak dan faktor aliran malam rencana sebagai berikut
ditampilkan pada Tabel IV.6. Akan tetapi, sampai saat ini, belum pernah
dilakukan validasi sehingga tidak diketahui nilai faktor peak dan faktor aliran
malam yang sebenarnya.
Tabel IV.6 Perencanaan Faktor Aliran Puncak dan Faktor Aliran Malam
Tahun 1990 2000 2010
Faktor aliran puncak 1.78 1.82 1.81
Faktor aliran malam 0.5 0.45 -
Sumber : PDAM, 2006
57
IV.3.4.1 Batas Zona Utara
Zona suplai uatara itu sendiri dibatasi oleh :
Utara - R-XI
- Cigadung
Utara-Barat - Gegerkalong Girang
- Pajajaran
Utara-Timur - Sidomukti
- Bojongkacor
Timur - Surapati
- Sungai Cidurian
Selatan - Pasteur
Selatan-Barat - Baladewa
58
- BPT di Tubagus Ismail dengan volume 50 m3
- BPT di Jalan Setiabudi
- Reservoir di Jalan Sarijadi dengan volume 400 m3
Tabel IV.7 Kapasitas Produksi dan Daya Tampung Reservoir Zona Utara
Kapasitas Produksi
Lokasi Daya Tampung Reservoir
LPS m3/hari
R-XI 150 12,960 3,500
IPAM Pakar 40 3,500 500
IPAM Cikapundung 600 51,840 4,700
Reservoir Sarijadi 0 0 400
Sumber: PDAM Kota Bandung, 1988
59
Pertumbuhan masyarakat Kota Bandung yang menyebar ke pinggiran
kota dan angka pertambahan penduduk yang tinggi menyulitkan PDAM dalam
mengimbangi kebutuhan airnya, disatu sisi sumber air semakin berkurang dan
kondisi jaringan perpipaan yang semakin tua sedangkan disisi lain kebutuhan
masyarakat akan air yang terus melonjak.
Berdasarkan studi yang dilakukan pada tahun 1980-1990, surplus yang
dialami zona utara akan ditransfer menuju zona selatan melaui R-IX dengan debit
sebesar 200 LPS dan direncanakan berakhir pada tahun 2000. Karena itu, maka
yang terjadi pada tahun 2003, air tanah yang diproduksi di R-IX sudah tidak ada
lagi sehingga jika reservoir Pakar dan Cikapundung tidak mensuplai kembali R-
IX akan menyebabkan masyarakat di kecamatan Cibeunying Kaler tidak akan
memperoleh air maka diambil keputusan untuk tetap mensuplai R-IX dari Pakar
dan Cikapundung sebesar 40 LPS.
60
yang masih relatif baru, menjadi tidak berguna karena air tidak pernah mencapai
daerah tersebut sehingga pipa yang menuju daerah tersebut akhirnya ditutup.
Demikian juga pipa lain yang tidak dapat mengantarkan air harus mengalami
nasib serupa.
Berdasarkan perhitungan yang dibuat pada tahun 1988, saat peak flow,
tekanan yang tersedia di titik terjauh mencapai 60,25 mwc sedangkan saat night
flow tekanan yang tersedia di titik terjauh berkisar 81,73 mwc dengan
menggunakan asumsi besarnya kebocoran air ditekan hingga mencapai 25%
sedangkan pada kenyataannya pada tahun 1988 tingkat kebocoran mencapai
30,7%.
Tabel IV.8 Kapasitas Produksi dan Daya Tampung Reservoir Zona Selatan
Kapasitas Produksi
Lokasi Daya Tampung Reservoir
LPS m3/hari
R-Badak Singa 1,500 133,920 10,000
R-IX 60 5,184 11,000
R-X 40 3,456 11,000
Sumber: PDAM Kota Bandung, 2006
61
sebanyak 30% pada tahun 1990. Meningkatnya angka kebocoran akan
menurunkan volume reservoir yang diperlukan.
62